Anda di halaman 1dari 20

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

BAB 9
ASPEK PEMBIAYAAN

9.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA


Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa
kewenangan pembangunan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu,
Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana
agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru,
pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian,
pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan
infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah
pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan dilakukan sebagai stimulan dan
pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan
sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan yang dilakukan pemerintah
daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-
langkah peningkatan investasi pembangunan di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM pada dasarnya bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
2. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta
untuk mendukung pembangunan
3. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi
Pembiayaan pembangunan perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait,
antara lain:

IX-1
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah


diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan
pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan
digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan
terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU
dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK
digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas
nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota:
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk
bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang
berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan
oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan
kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta
kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah
meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank,
serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak

IX-2
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah
Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun
sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010):
Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha
adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana
persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari:
a) Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
b) Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c) Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman
nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan
pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals

IX-3
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

(MDGs) yang mempertimbangkan: - Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat


kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses
pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis: -
kerawanan sanitasi; - cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana
Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang
diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an
yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan
pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat
provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya
yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan
skala provinsi/regional.
3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintahkabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman
dengan skala kabupaten/kota.
4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS),
maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

IX-4
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan


prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh
karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan
memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan.

9.2 PROFIL APBD

Profil APBD Kabupaten/Kota berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai
berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.:

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kabupaten Pandeglang mempunyai kewajiban untuk
menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya.
Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan
menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi
pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada
hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah
pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan
dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna
mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function.
Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan
yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan.
Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function).

IX-5
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang
memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Pandeglang. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana
keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga
merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin
merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok
ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan
menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan
keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah
perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan
dapat tercapai.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
maka penyusunan APBD Kabupaten Pandeglang didasarkan pada Kebijakan Umum APBD (KUA) dan
Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan
DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah
Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama
penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi
setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang
menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya dimaksud dituangkan
dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana
pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat
rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada
masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap
penyusunan APBD Kabupaten Pandeglang disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

IX-6
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

1. Partisipasi Masyarakat
Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan
penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat
mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.
2. Transparansi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan
informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran,
sumber pendanaan pada setiap jenis/obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran
dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu,
setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang
dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun akuntansinya merupakan wujud
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.
3. Disiplin Anggaran
Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai
dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya
kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif.
Anggaran yang tersedia pada setiap pos/rekening merupakan batas tertinggi belanja/
pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit
anggaran yang ditetapkan.
4. Keadilan Anggaran

Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada
masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki
kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan
masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi
pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan
diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu
dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar
dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.

IX-7
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu
menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat
pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban pembiayaan yang
dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masyarakat melalui mekanisme
pajak/retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih
menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi
daerah sesuai mekanisme pasar.

5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran


Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh
karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam
perencanaan anggaran perlu diperhatikan:
a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang
ingin dicapai;
b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan
yang rasional.

6. Taat Azas

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.

A. Komponen Penerimaan Pendapatan

Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum daerah yang
menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang terdiri dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain PAD. Kondisi umum masing-masing sumber
pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut :

Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pandeglang terdiri dari:
1) Pajak Daerah;

IX-8
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

2) Retribusi Daerah;
3) Hasil Pengelolaan PERUSDA dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan;
4) Lain-lain PAD.

Tabel 9.1
Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2006 s/d Tahun 2010
Kabupaten Pandeglang

IX-9
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

B. Belanja Daerah
Perkembangan realisasi belanja daerah dalam kurun waktu tahun 2006-2010 cenderung mengalami
peningkatan.
Tabel 9.2
Rata-Rata Pertumbuhan Relaisasi Belanja Daerah Tahun 2006 - 2010
Kabupaten Pandeglang

KabupatenPandeglang

C. Pembiayaan Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dan telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 59 Tahun 2007

IX-10
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
1. Penerimaan pembiayaan, meliputi :
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA);
b. Pencairan Dana Cadangan;
c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan;
d. Penerimaan Pinjaman Daerah;
e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman;
f. Penerimaan Piutang Daerah.
Pada tahun 2006 penerimaan pembiayaan daerah Kabupaten Pandeglang menyentuh angka Rp.
227.289.733.143,- yang berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
(SiLPA) tahun 2005 sejumlah Rp. 15.289.733.143,-danhasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan sebesarRp. 12.000.000.000,- dan penerimaan pinjaman daerah sebesarRp.
200.000.000.000,-. Tahun 2007 penerimaan pembiayaan sejumlah Rp. 192.984.843.103 yang berasal
dari SiLPA tahun 2006,sementara pada tahun 2008-2010 penerimaan pembiayaan daerah cenderung
menurun dan hanya bersumber dari omponen SiLPA.
2. Pengeluaran pembiayaan, meliputi :
a. Pembentukan Dana Cadangan;
b. Penyeretaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah;
c. Pembayaran PokokUtang;
d. Pemberian Pinjaman Daerah.
Pengeluaran pembiayaan Kabupaten Pandeglang dalam kurun waktu 2006 -2010 digunakan untuk
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah dan pembayaran pokok utang. Rincian realisasi
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2006-2010 tersaji
dalam table berikut ini :

IX-11
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

Tabel 9.3
Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Tahun 2006 – 2010 Kabupaten Pandeglang

9.3 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA


A. Investasi
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan
khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN,
APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun
Terakhir
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen
Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar
dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke
daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU
No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk
melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

IX-12
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung
pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana
Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan
sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk
daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan
masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria
Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa
dianalisis perkembangannya.

9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun
Terakhir
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di
daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta
Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam
3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional
dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan
Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan
besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.

9.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi 302 Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya perusahaan maupun
sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah
yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan
dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat

IX-13
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara
berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam
mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya
berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.
Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah
perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

9.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta dalam 5
Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia
usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost- recovery atau
Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan
dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan
Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya


9.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun kedepan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima (5) tahun terakhir menggunakan asumsi dasar trend
historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang
Cipta Karya dalam lima (5) tahun kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi
tahun-tahun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut :

1. Menetukan prosentasi pertumbuhanan per pos pendapatan.

IX-14
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini

Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya

Y-2 = Nilai 2tahun sebelumnya

Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiappos pendapatan yang terjadi dari PAD,
Dana Perimbangan (DAU,DAK, DBH), dan lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam lima (5) tahun kedepan.

Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada
lima (5) tahun kedepan dengan menggunakan rumus proyeksi goematris sebagai berikut :

Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n

r = % pertumbuhan

Y0 = Nilai pada tahun ini

n = tahun ke n (1-5)

Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam
pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya

Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila
diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi
belanja bidang Cipta karya terhadap APBD sama dengan eksisting maka diketahui proyeksi kapasitas
daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta karya dalam lima (5) tahun kedepan.

Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut dapat ditampilkan pada Tabel-9.4 berikut:

IX-15
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

Tabel-9.4:
Proyeksi Pendpatan APBD Kabupaten Pandeglang dalam 5 Tahun Kedepan
Realisasi Persentase Proyeksi
Komponen APBD
2011 2012 2013 Pertumbuhan 2014 2015 2016 2017 2018
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan
DAU
DBH
DAK
- DAK Air Minum
- DAK Sanitasi
Lain-Lain Pendapatan Yang
Sah
Total APBD

Dari data proyeksi APBD tersebut dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net
Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR)

1. Net Public Saving

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintan adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain NPS menjadi dasar
dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat
dialokasikan untuk bidang PU Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS
dalam 5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam
bidang Cipta kayra.

Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah – Belanja Wajib


NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) – (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
- Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi /tidak bisa dihindari oleh pegawai,
belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang
mengikat sesuai sesuai peraturan daerah yang berlaku .
- Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan
lanjutan serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

IX-16
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

2. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untukmenutup defisit
APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.PinjamanDaerah dapat bersumber dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuanganbank, lembaga keuangan bukan bank,
dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No.30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah wajib memenuhipersyaratan sebagai berikut:

a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidakmelebihi 75%
dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikanpinjaman yang


ditetapkan oleh Pemerintah.

c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerahjuga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuankeuangan daerah
untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt ServiceCost Ratio (DSCR).
Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5.DSCR ini menunjukan
kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligusmemberikan gambaran kapasitas
keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam
RPIJM dengan rumus sebagai berikut:

PAD = Pendapatan Asli daerah DBH = Dana Bagi Hasil


DAU = Dana Alokasi Umum DBHDR = DBH Dana Reboisasi

IX-17
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

Berdasarkan kecenderungan yang ditunjukan oleh hasil analisa terhadap laju pertumbuhan
pendapatan tahun 2006-2010 pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil
(komponen lainnya dianggap konstan) maka didapat angka proyeksi/prediksi pendapatan daerah
Sebagaimana tersaji dalam table berikut:

Tabel 9.5
Perkiraan Pendapatan Daerah Kabupaten PandeglangTahun 2011-2016

Demikian halnya dengan belanja daerah, prakiraan yang dilakukan adalah dengan menggunakan
kecenderungan yang dihasilkan oleh hasil analisis terhadap laju pertumbuhan belanja tahun 2006-
2010.Sebagaimana tersaji dalam tabel berikut ini.
Tabel 9.6
Perkiraan Kebutuhan Belanja Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2016

IX-18
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

9.5 ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI


PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan
dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu
dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong
pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada
dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai
berikut:
a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis
maksimal 10% dari tahun sebelumnya.
b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya
c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis sebelumnya
d. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan
Swasta berdasarkan hasil sebelumnya.

Dengan mengambil data Laporan Keuangan APBD kabupaten/Kota …..tahun 20.. sampai dengan
tahun 20.., maka dapat dihitung NPS maupun DSCRnya dari masing-masing tahun. Dari hasil
perhitungan kedua indikator tersebut, dikemukakan bahwa NPS tahun 20..sebesar Rp. ……….. dan
tahun 20.. meningkat menjadi Rp. ………… atau rata-rata meningkat sebesar … %. Dan untuk DSCR
tahun 20..sebesar ….kali, tahun 20.. sebesar ..kali atau diatas/dibawah rata-rata minimal 2,5 kali.

Perkembangan NPS dan DSCR Kabupaten/Kota ……….. tahun 20.. sampai dengan 20.. terlihat pada
Tabel-9.7 berikut :
Tabel-9.7:
AnalisisNet Public Saving(NPS) dan Debt ServiceCost Ratio (DSCR) Kabupaten/Kota………. Tahun
…… - ……..
No Uraian 20….. 20….. 20….. 20…. 20…. Rata-rata
I Penerimaan Daerah
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Bagi Hasil
4. Dana Alokasi Khusus

IX-19
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

No Uraian 20….. 20….. 20….. 20…. 20…. Rata-rata


II Belanja Wajib
1. Belanja Mengikat
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang
- Belanja Bunga
- Belanja Subsidi
- Belanja Bagi Hasil
- Belanja Lain yang Mengikat
2. Kewajiban/Belanja Daerah
- Pembayaran Pokok Pinjaman
- Pembayaran Kegiatan Lanjutan
III Net Public Saving (Rp)
Net Public Saving (%)
IV Debt Service Cost Ratio (Rp)
Debt Service Cost Ratio (%)

9.5.2 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA


Dalam rangka pencapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah, dan untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, Pemerintah
Daerah Kabupaten Pandeglang telah menyusun strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi
pembangunan infrastruktur permukiman. Yang meliputi beberapa aspek antara lain :
1. Strategi peningkatan DDUB, meliputi:
 Pembahasan RAPBD menggunakan dokumen RPIJM sebagai referensi
 Peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi belanja daerah
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran, meliputi:
 Membuat urutan prioritas dalam penyusunan anggaran
 Meningkatkan penerimaan melalui pajak-pajak daerah
3. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang
sudah ada
 Dilakukan identifikasi keperluan operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur untuk
membuat perkiraan pendanaan yang diperlukan
 Peningkatan penerimaan pendapatan daerah

IX-20

Anda mungkin juga menyukai