Anda di halaman 1dari 11

Tugas

Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja


Dosen : Prof. dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D.

MAKALAH KELOMPOK
“KENAIKAN SUHU GLOBAL DAN PENYAKIT EMERGENCE BARU/SPECIES,
GEOGRAFI/EKOSISTEM, RESISTEN/GENETIK MELALUI TANAH”

DISUSUN OLEH:
KELAS D

K012202028 LISKHA AYUNINGRUM


K012202058 IRMAWATY HAERUDDIN
K012202077 RINGGO LARENGSI
K012211074 LINDA JUNNE TOUMAHUW
K012211072 TRIA DWI ASTUTI
K012202002 PUTERI HUMAERAH
K012202075 YUSRAN KATARINA

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2021

i
KATA PENGANTAR

            Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat Rahmat dan Ridho-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja
lanjut. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah kesehatan
lingkungan dan keselamatan kerja lanjut.
Saya menyadari pada saat penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan
dan bantuan dari segala pihak. karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja lanjut dan kepada
teman-teman yang telah membantu sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
          Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian kiranya semoga makalah
yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan.
Makassar, 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL------------------------------------------------------------------------------------------------ i
Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------------- ii
Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------------------- iii
Bab I Pendahuluan ------------------------------------------------------------------------------ 1
A. Fakta Masalah------------------------------------------------------------------------------- 1
B. Pertanyaan Masalah----------------------------------------------------------------------- 2
C. Tujuan------------------------------------------------------------------------------------------ 2
Bab II Pembahasan ----------------------------------------------------------------------------- 3
A. Tabel Rekapitulasi Jurnal----------------------------------------------------------------- 3
B. Kesimpulan----------------------------------------------------------------------------------- 4
C. Pembahasan -------------------------------------------------------------------------------- 4
D. Solusi ------------------------------------------------------------------------------------------ 6
Bab III Penutup ---------------------------------------------------------------------------------- 7
A. Kesimpulan ---------------------------------------------------------------------------------- 7
B. Saran ------------------------------------------------------------------------------------------ 7
Daftar Pustaka ------------------------------------------------------------------------------------ iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Fakta Masalah
Pemanasan global telah terjadi semenjak abad 20. Pemanasan Global adalah
gejala yang berimplikasi luas bagi kehidupan di bumi. Kini dan masa mendatang.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mempublikasikan hasil
penelitian para ilmuwan dari berbagai negara. Hasil penelitian itu mencatat selama
selama tahun 1990-2005 telah terjadi peningkatan suhu di seluruh bagian bumi
sebesar 0,5 hingga 0,3˚C. IPCC memperkirakan, suhu bumi akan meningkat 1,6˚C -
4,2˚C hingga tahun 2050 atua 2070. Di Indonesia sendiri, menurut perkiraan Global
Fluid Dynamic dan Goddart International Space Study (dua Lembaga dari Amerika
serikat). Temperatur udara akan meningkat 2˚C-4,2˚C sampai tahun 2050-2070.
Jika peningkatan suhu bumi terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 lapisan
Es di kutub bumi dan puncak pegunungan akan habis meleleh.
Banyak yang kurang menyadari berbagai sumber sebab akibat dari pemanasan
global terhadap penghuni bumi. Padahal, telah banyak bukti dan fakta ilmiah
berbicara mengenai dampak pemanasan global yang menyebabkan perubahan
ekologis. Terancamnya kesehatan manusia seiring dengan berubahnya iklim dan
meningkatnya suhu disertai naiknya air laut. Pemanasan global saat ini bukan hanya
merupakan isu semata, namun merupakan fakta di mana manusia sedang
menghadapinya.
Rata-rata suhu permukaan bumi sekitar 15˚C (59˚F). Selama seratus tahun
terakhir, rata-rata suhu ini telah meningkat sebesar 0,6˚C (1˚F). Para ilmuwan
memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4˚C – 5,8˚C pada tahun 2100.
Pemanasan global yang terjadi menyebabkan perubahan iklim dan cuaca di seluruh
dunia dan mempengaruhi spesies maupun ekosistem yang hidup didalamnya,
antara lain; perubahan iklim yang ekstrim, mencairnya es sehingga permukaan air
laut naik, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Adanya perubahan sistem
dalam ekosistem ini telah memberi dampak pada kehidupan di bumi seperti
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis
2

hewan. Efek rumah kaca sebagai suatu sistem di bumi sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup di bumi. Suhu atmosfer bumi akan menjadi lebih dingin jika tanpa
efek rumah kaca. Tetapi, jika efek rumah kaca berlebihan dibandingkan dengan
kondisi normalnya maka sistem tersebut akan bersifat merusak. Melihat sebagian
besar emisi gas rumah kaca bersumber dari aktivitas hidup manusia, maka
pemanasan global harus ada upaya solusinya dengan merubah pola hidup dan
perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

B. Pertanyaan Masalah
1. Faktor apa saja yang menjadi penyebab pemanasan global?
2. Apa dampak dari pemanasan global?
3. Strategi apa saja yang bisa digunakan dalam upaya menurunkan suhu
pemanasan global berdasarkan tabel rekapitulasi jurnal ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab pemanasan global.
2. Untuk mengetahui dampak dari pemanasan global.
3. Untuk mengetahui strategi apa saja yang bisa digunakan dalam upaya
menurunkan suhu pemanasan global berdasarkan tabel rekapitulasi jurnal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian Jurnal

N NAMA/NIM Suhu Global Penyakit Emergence


O baru/Species,
geografi/Ekosistem,
resisten/genetik melalui
TANAH
1. Liskha 2007: peningkatan suhu Malaria dan
Ayuningrum tahunan ~0,1 °C. Demam berdarah di
(K012202028) 2019: kenaikan suhu Mizoram
minimum
~0,8 °C,
2. Tria Dwi Astuti Peningkatan iklim global Nyamuk Aedes aegypti
(K012211072) memproyeksikan rata-rata 20 dan Aedes albopictus
C peningkatan suhu tahunan (Virus Zika) di Negara
secara global, dan 10 C Brazil
pemanasan untuk Wilayah
Brasil.
3. Irmawaty (RR; perubahan mortalitas shigellosis,
Haeruddin per kenaikan suhu 1°C) cryptosporidiosis, dan
(K012202058) demam tifoid di Afrika
sub-Sahara dan Asia
Selatan.
4. Puteri Peningkatan suhu global Pemutihan karang.
Humaerah menyebabkan kenaikan suhu
(K012202002) air laut sekitar 0,2-2,50 C.
5. Ringgo Resolusi 0,5° Berpotensi terkena
Larengsi dampak Vibrio infeksi
(K012202077)
6. Linda Junne Gas rumah kaca (GRK) Pengolahan tanah
Toumahuw Nonkarbondioksida, tingkat mempengaruhi Nitrous
(K012211074) penyerpan FOC tahunan CH4 Oxside
dan N2 emisi.
7. Yusran Strategi manajemen SMART Hutan tanaman pinus
Katarina dan EXP dapat memberikan maritim di Portugal
(K012202075) manfaat mitigasi pemanasan
global (GWPbio < 0),
Strategi manajemen FULL
dan IMP strategi
menunjukkan potensi
pengurangan AGWP (potensi
4

pemanasan global absolut)


sedang hingga nol (0 <
GWPbio < 1).

B. Kesimpulan
Kenaikan suhu global pada yaitu 0,1 °C di tahun 2007 dan 0,8 °C ditahun
2019 hal ini dapat menyebabkan penyakit malaria dan demam berdarah di Mizoram.
Sedangkan peningkatan suhu 10 C pemanasan di wilayah Brasil menyebabkan
peningkatan jumlah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Virus Zika) di
Negara Brazil. Penelitian lain tentang peningkatan suhu 1°C di Afrika sub-Sahara
dan Asia Selatan juga menyebabkan shigellosis, cryptosporidiosis dan demam tifoid.
Peningkatan suhu global menyebabkan kenaikan suhu air laut sekitar 0,2-
2,50 C dapat menyebabkan pemutihan karang. Resolusi 0,5° berpotensi
terkena dampak Vibrio infeksi. Gas rumah kaca (GRK) Nonkarbondioksida,
tingkat penyerpan FOC tahunan CH4 dan N2 emisi mempengaruhi Nitrous Oxside.
Manajemen SMART dan EXP karena impikasi terhadap pemanasan global bisa
menurunkan suhu dibawah 0 (GWPbio < 0) sedangkan Strategi manajemen
FULL dan IMP bisa menurunkan suhu sedang hingga nol (0 < GWPbio < 1).
C. Pembahasan

Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan


bakarfosil,seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam yang melepas gas
karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca
ke atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Selama 25 tahun terakhir,
peningkatan suhu semakin tajam yaitu sebesar 0,180C/dekade (Kristanto,
2013). Penyebab pemanasan global yang diakibatkan oleh aktivitas manusia
antara lain pembakaran bahan bakar batu bara, misalnya pembangkit listrik,
pembakaran minyak bumi, misalnya untuk kendaraan bermotor dan
pembakaran gas alam misalnya untuk keperluan memasak. Akibat dari
pembakaran itu, karbon dioksida dan gas-gas lainnya terlepas ke atmosfer.
Gas-gas tersebut dengan gas rumah kaca. Jika gas rumah kaca yang
memenuhi atmosfer semakin banyak akan semakin kuat juga menjadi
insulator yang menyekat panas dari sinar matahari yang dipancarkan ke
5

permukaan bumi. Diperkirakan proses menghangat dan mendinginnya bumi


ini telah saling berganti-ganti dan kurang lebih terjadi selama 4 milyar tahun
(Susanta Gatut, 2007).
Dinamika penularan penyakit tular vektor bersifat multifaktorial, suhu
merupakan penentu utama, dan kenaikan suhu minimum ~0,8 °C di musim
hujan selama periode penelitian dapat menjadi faktor fasilitasi utama untuk
pembentukan demam berdarah vektor di Mizoram berkelanjutan dan
signifikanfi. Deforestasi yang tidak biasa, terutama hutan lebat mungkin
telah memainkan peran langsung dalam kejadian malaria, dan juga
berkontribusi pada kenaikan suhu lokal.
Perubahan iklim diperkirakan akan berdampak pada kesehatan
manusia secara umum dan penyakit yang dibawa oleh nyamuk. Perubahan
iklim diperkirakan akan meningkatkan Brasil suhu keseluruhan, sehingga
meningkatkan populasi nyamuk dengan konsekuensi potensial bagi manusia.
Studi ini mengeksplorasi dan mengukur dampak peningkatan suhu akibat
perubahan iklim pada wabah ZIKV yang serupa dengan Brasil pada tahun
2016.
Selain itu royeksi kematian akibat suhu global karena infeksi enterik
telah dihasilkan sebelumnya dengan menggunakan semua penyebab infeksi;
namun, infeksi enterik memiliki sensitivitas suhu yang bervariasi, tergantung
pada penyebabnya. Studi umumnya menemukan bahwa bakteri patogen
memiliki hubungan positif dengan suhu lingkungan, sedangkan patogen virus
memiliki hubungan suhu negatif. Satu studi di Jepang menyarankan bahwa
pengurangan jumlah infeksi enterik virus terkait suhu dapat menyebabkan
pengurangan bersih dalam jumlah keseluruhan infeksi enterik yang
disebabkan oleh suhu. Studi lain di kota India memproyeksikan peningkatan
bersih pada infeksi enterik yang disebabkan oleh suhu berlebih meskipun
terjadi penurunan prevalensi rotavirus. Proyeksi tingkat global dari kematian
akibat infeksi enterik yang disebabkan oleh suhu dapat ditingkatkan jika:
berbagai patogen dianggap secara terpisah sesuai dengan sensitivitas suhu
mereka.
6

D. Solusi
Adapun metode yang dapat dilakukan dalam upaya menurunkan suhu karena
pemanasan global seperti hutan pinus di Portugal dengan menggunakan metode
manajemen SMART dan EXP karena impikasi terhadap pemanasan global bisa
menurunkan suhu dibawah 0 (GWPbio < 0) sedangkan Strategi manajemen
FULL dan IMP bisa menurunkan suhu sedang hingga nol (0 < GWPbio < 1).
Intensifikasi cerdas (SMART) adalah merepresentasikan pengelolaan hutan
lestari, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hutan dengan
mempertimbangkan multi fungsi, jasa ekosistem yang diberikan, dan
keberlanjutan jangka panjangnya (Komisi Eropa, 2013, Standar Internasional
FSC, 2015). Perluasan hutan tanaman ke lahan terlantar (EXP) Dalam
skenario ini, perkebunan hutan pinus maritim diperluas dengan
mengorbankan lahan marginal di daerah terpencil (lahan pertanian/padang
rumput terbengkalai, semak belukar yang terbakar, dll.), ditutupi dengan
vegetasi spontan alami. . Skenario pemanenan residu penuh (FULL) Dalam
skenario ini pemilik hutan mempertahankan pengelolaan bisnis seperti biasa
(seperti dalam REF) tetapi 90% dari sisa penebangan di atas tanah dan 80%
tunggul dikumpulkan. Skenario impor biomassa hutan (IMP) dalam skenario
ini, dua CO2 inventaris di tingkat lanskap diambil dari sebuah studi untuk
menggambarkan peningkatan tekanan panen di Kanada, negara dengan
sektor kehutanan berorientasi ekspor yang kuat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan
bakarfosil,seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam yang melepas gas
karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke
atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Peningkatan suhu 0,1-0,8 0 C dapat
berdampak terhadap penyakit demam berdarah dan malaria di Mizoram, peningkatan
suhu 10 C dapat berdampak terhadap Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Virus Zika)
di Brazil, shigellosis, cryptosporidiosis dan demam tifoid di sub-Sahara dan Asia.
Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu karena pemanasan
global ialah dengan manajemen pengolahan hutan seperti yang dilakukan di Portugal
yang dapat menurunkan suhu dibawah satu derajat selsius bahkan dibawah dari nol
derajat selsius.
B. Saran
1. Meminimalis penyebab kenaikan suhu global yang disebabkan oleh efek
pembakaran bahan bakarfosil,seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam.
2. Meminimalis dampak terburuk dari penyakit emergence (demam berdarah,
malaria, shigellosis, cryptosporidiosis, dan demam tifoid yang disebabkan
oleh kenaikan suhu akibat pemanasan global.
3. Menerapkan strategi SMART dan EXP pada manajemen hutan untuk
menurunkan suhu yang disebabkan oleh pemanasan global.

7
DAFTAR PUSTAKA

Astuti Tria Dwi, Tara Sadeghieh, Jan M. Sargeant, Amy L. Greer, Olaf Berke,
Guillaume Dueymes, Philippe Gachon, Nicholas H. Ogden , Victoria Ng .2021.
Zika virus outbreak in Brazil under current and future climate,Elsevier
ltd.hal.37:100491
Ayuningrum Liskha, Balasubramani Karuppusamya , Devojit Kumar Sarmab , Pachuau
Lalmalsawmac , Lalfakzuala Pautuc , Krishanpal Karmodiyad , Praveen
Balabaskaran Ninae, 2021. Effect Of Climate Change And Deforestation On
Vector Borne Diseases In The North-Eastern Indian State Of Mizoram Bordering
Myanmar, The Journal Of Climate Change And Health 2 : 100015
Gatut Susanta. 2007. Akankah Indonesia tenggelam akibat pemanasan global.
Depok: Penebar Swadaya
Haeruddin Irmawaty, Paul LC Chua, Veronika Huber, Chris Fook Sheng Ng, Xerxes T
seposo, Linamadaniyati, Simon Hales, Alistairwoodward, Masahiro Hashizume,
2021. Global Projections of Temperature-Attributable Mortality due to Enteric
Infections : a Modelling Study.

Katarina, Yusran, Koldo Saez de Bikuna, Rita Garcia, Ana Claudia Dias, Fausto
Freire. 2020. Global warming implications from increased forest biomass
utilization for  bioenergy in a supply-constrained context. Elseiver

Larengsi Ringgo, Joaquin Triasnes, Jaime, Martinez-Urtaza, 2021. Future scenarios of the
risk of Vibrio infection on the planet warming up: global mapping study . Elsever
Ltd: Hal.5e4256-35

Linda junne toumahuw, Yingting Gong , Peiran Li , Nobuo Sakagami , Masakazu


Komatsuzaki.2021. No-tillage with rye cover crop can reduce net global warming
potential and yield-scaled global warming potential in the long-term organic
soybean field.Elsevier.3:21.
Puteri Humaerah, Anya allodia,Darwin,Nabila Sari,Nicky winata,Vizta Dana Iswara.
Menangani perubahan iklim dengan memperhatikan sektor industri, inovasi dan
infrastruktur khususnya pada masa Pandemic Covid-19. Jurnal Syntax
Transformation. Vol. 1 No. 10, Desember 2020
Sulkan, Mohamad. 2019. Pemanasan Global dan Masa Depan Bumi. Semarang:
Alprin

iv

Anda mungkin juga menyukai