Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja,

mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa

kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan,

termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan

yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan

baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari

lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan

menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada

fase berikutnya.

Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa

transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa

kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Remaja

dalam masyarakat dikenal dengan berbagai istilah yang menunjukkan

kelompok umur yang tidak termasuk kanak-kanak tetapi bukan pula dewasa.

Kelompok remaja di lndonesia sebagaimana disebagian besar negara

di dunia, memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh

penduduk. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, yang disebut anak adalah seseorang yang berusia 0

(dalam kandungan) sampai usia 18 tahun. Di dalam kategori anak menurut


undang-undang tersebut, remaja termasuk di dalamnya, karena Departemen

Kesehatan menganut batasan umur remaja sesuai dengan batasan WHO

yaitu antara 10 - 19 tahun (Depkes, 2005).

Remaja putri merupakan salah satu sasaran dari Departemen Kesehatan

RI dalam rangka perbaikan kesehatan reproduksi, oleh karena itu harus

mendapatkan perhatian yang baikkarena dari mereka akan lahir generasi

penerus bangsa yang diharapkan berkualitas. Dengan demikian perlu perhatian

khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan cepat yang

meliputi kematangan fisik dan mental seiring dengan perkembangan organ

reproduksi yang mulai matang dan berfungsi (Krummel dan Kris Etherton,

1996).

Remaja adalah masa peralihan yang dimulai saat anak menunjukkan

tanda-tanda pubertas dan dilanjutkan dengan terjadinya perubahan-perubahan

dari yang bukan seksual menjadi seksual. Pubertas pada laki-laki terjadi di usia

yang lebih tua yaitu 9-14 tahun, sedangkan pubertas perempuan umumnya

terjadi di usia 9-12 tahun. Pertumbuhan tubuh dan kematangan organ-organ

reproduksi seperti pematangan seksual menjadi salah satu masalah besar yang

dihadapi remaja (Al-Mighwar, 2006).

Menurut Mussen dkk., (1979) sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan

tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja. Anak

remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9

tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak

remaja putra mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11
tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun (Katchadurian,

1989). Penyebab terjadi makin awalnya tanda-tanda pertumbuhan ini

diperkirakan karena faktor gizi yang semakin baik, rangsangan dari

lingkungan, iklim, dan faktor sosio-ekonomi.

Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga

banyak yang membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap

makanan. Selain itu adanya siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah

satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia defisiensi besi.

Remaja putri juga memerlukan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi

untuk pertumbuhannya (Sediaoetama,2003).

Anemia gizi besi adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau

hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal karena kekurangan zat besi.

Menurut WHO (2000), indikator anemia pada anak usia 12-14 tahun adalah <

12,0 g/dl. Anemia gizi besi ditandai dengan lesu, lemah, letih, lelah dan lalai

(5L), sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, kelopak mata,

bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat (Supariasa, dkk, 2001).

Akibat dari anemia pada remaja antara lain dapat menurunkan daya tahan

tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunkan aktivitas remaja yang

berkaitan dengan kemampuan kerja fisik dan prestasi belajar serta menurunkan

kebugaran remaja, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitas.

Di samping itu, anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan risiko

terjadinya gangguan fungsi fisik dan mental, serta dapat meningkatkan risiko

terjadinya gangguan pada saat kehamilan.


Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada

remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena

penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri yang

menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat

prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja merupakan masa

pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan

mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2007).

Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2006, yaitu 28%.

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa

prevalensi anemia defisiensi pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas

45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun 57,1% dan usia 19-45 tahun 39,5%.

Wanita mempunyai resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama

remaja putri (Depkes RI, 2007).

Pada wanita kebutuhan zat besi setelah menstruasi sangat tinggi karena

jumblah darah yang hilang, rata-rata 20mg zat besi tiap bulan, akan tetapi pada

beberapa individu ada yang mencapai 58mg. Penggunaan obat kontrasepsi oral

menurunkan jumblah darah yang hilang selama menstruasi, sementara itu alat-

alat intrauterin meningkatkan jumlah darah yang hilang selama menstruasi.

(Harrison, dkk, 1919).

Penelitian Wirawan (2005) di Jakarta Timur pada siswa SLTA

menunjukkan prevalensi anemia sebesar 44,4%. Sedangkan Tambunan (2005)

mendapatkan dari 107 siswi SLTA di Jakarta, 24,3% mengalami anemia

defisiensi besi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Permaesih dkk (2000)
menunjukkan bahwa persentase penderita anemia pada kelompok wanita

remaja santri sebanyak 44,4%. Khumaidi (2009) mengemukakan faktor yang

melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia di negara berkembang adalah

keadaan sosial, dan pengetahuan tentang anemia. Pengetahuan seseorang akan

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan

selanjutnya akan berpengaruh terhadap keadaan gizi individu yang

bersangkutan termasuk status anemia. Upaya penanggulangan masalah anemia

pada remaja berkaitan dengan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan

terjadinya anemia. Oleh karena itu diperlukan informasi masalah gizi pada

remaja serta fakor-faktor yang mempengaruhinya. Informasi ini sangat berguna

sebagai dasar penetapan strategi program perbaikan kesehatan dan gizi pada

kelompok remaja.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun

penelitian dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Anemia Pada Remaja Putri Kecamatan Mappedeceng Kabupaten Luwu Utara ”.

B. Rumusan Masalah

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada

Remaja putri. Mengingat keterbatasan biaya dan waktu,maka penulis hanya

Membahas :

1. Apakah ada hubungan Pola menstruasi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

2. Apakah ada hubungan Kebiasaan makan dengan kejadian anemia pada


remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

3. Apakah ada hubungan Pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

4. Apakah ada hubungan Sumber makanan dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

5. Apakah ada hubungan Sosial ekonomi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia

Pada remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

b. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

c. Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

d. Untuk mengetahui hubungan Sumber makanan dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.

e. Untuk mengetahui hubungan Sosial ekonomi dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng.


D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Ilmiah

Sebagai bahan masukan/informasi bagi Dinas Kesehatan dan Dinas

Pendidikan Kabupaten Luwu utara khususnya bagi SMA Negeri 1

Mappadeceng dalam mengembangkan pelayanan kesehatan terhadap

remaja khususnya remaja putri.

2. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang

pendidikan Diploma IV Bidang Pendidikan Stikes Mega Buana Palopo.

3. Manfaat Institusi

Sebagai bahan acuan/pedoman bagi Institusi jurusan kebidanan untuk

menyusun skripsi berikutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dan Teori

1. Anemia

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya atau lebih parameter

sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel

darah merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di

bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan

kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia

adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g%

pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita

dengan keganasan (Schrier, 2011). Anemia adalah berkurangnya kadar

Hemoglobin/ konsentrasi hematokrit/ jumlah sel eritrosit dalam darah

tepi dari nilai normal. Dikatakan anemia jika pada wanita Hb < 11,5 gr/dl

atau hematokrit < 36 % atau jumlah eritrosit < 3,9x101²/l. Untuk laki-laki

bila Hb < 13,5 gr/dl atau hematokrit < 40% atau jumlah eritrosit

<4,5x1012/l. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi :

a. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV< 80fl dan MCH < 27pg

(anemia defisiensi besi, thalasemia mayor, anemia akibat penyakit

kronik, anemia sideroblastik)


b. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-

34 pg (anemia aplastik, anemia hemolitik didapat, anemia pasca

perdarahan akut)

c. Anemia makrositer, bila MCV > 95fl ( anemia megaloblastik).

(wa ode dkk. 2011).

Anemia atau biasa disebut dengan kurang darah adalah suatu

keadaan dimana jumlah Hemoglobin dalam darah kurang dari normal.

Zat ini dibuat di dalam sel darah merah, sehingga Anemia dapat terjadi

baik karena sel darah merah mengandung terlalu sedikit haemoglobin

maupun karena jumlah sel darah yang tidak cukup. Sel-sel darah merah

membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan dan mengangkut

Karbondioksida dari jaringan-jaringan ke paru-paru. Setiap keadaan yang

mengurangi kemampuan membawa oksigen dari sel-sel darah merah

akan mengurangi pemasokan oksigen ke jaringan-jaringan termasuk otak

dan otot. Gejala akan mencakup kelesuan, konsentrasi yang buruk dan

Kondisi tubuh yang lemah (Dya, 2013).

Anemia didefenisikan oleh tingkat Hb. Sebagian besar dokter

sepakat bahwa Hb dibawah 6,5g/dl menunjukkan anemia yang gawat.

Tingkat Hb yang wajar sedikitnya adalah 12g/dl untuk perempuan dan

14g/dl untuk laki-laki. Secara umum, perempuan mempunyai tingkat Hb

yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Begitu juga dengan orang yang

sangat tua atau yang sangat muda. Jangan pernah menganggap bahwa

jika anda lelah, maka kondisi ini bisa diatasi dengan cukup
mengkonsumsi suplemen besi. Asupan besi yang berlebihan belum tentu

memberikan kekuatan, malah bisa jadi malapetaka. Anemia dapat terjadi

bila tubuh kita tidak membuat sel darah merah secukupnya.Sumsum

tulang membuat sel darah merah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

tubuh. Proses ini membutuhkan vitamin B12 dan Asam folat.

Erythtropoetin (EPO) adalah hormon yang merangsang pembuatan sel

darah merah dan diproduksi oleh ginjal.Penyebab umum dari anemia

disebabkan oleh perdarahan hebat antara lain sebagai berikut: akut

(mendadak), kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah pembuluh

darah, kronik (menahun), perdarahan hidung, wasir (hemoroid), ulkus

peptikum, kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor ginjal atau

kandung kemih dan perdarahan menstruasi yang sangat banyak. Berikut

pembagian jenis-janis anemia berdasarkan faktor penyebabnya:

a. Anemia karena defisiensi besi

Diatasi dengan pemberiaan suplemen dan mengkonsumsi makanan

yang kaya zat besi, contohnya: daging sapi atau kambing, buncis,

sereal yang diperkaya besi, dan kacang-kacangan.

b. Anemia karena defisiensi vitamin B12 dan Asam folat

Kekurangan kedua vitamin ini menyebabkan sumsum tulang

memproduksi sel darah merah yang berukuran sangat besar.

Bagaimanapun ukuran sel bukan tolak ukur pada kemampuannya

dalam membawa lebih banyak oksigen. Anemia jenis ini dapat

diatasi dengan pemberian injeksi vitamin B12. sedangkan


kekurangan folat bisa diatasi dengan pemberian suplemen folat.

Sumber makanan yang mengandung vitamin B12 adalah daging dan

produk olahan susu.

c. Anemia karena penyakit kronik

Tidak ada pengobatan spesifik untuk anemia jenis ini. Dokter akan

berusaha mengatasi penyakit yang mendasarinya. Jika kondisinya

sangat parah diperlukan transfusi darah.

d. Anemia Aplastik

Organ penting dalam pembentukan sel darah merah adalah sumsum

tulang. Fungsinya memproduksi semua jenis sel darah, mulai sel

darah merah, darah putih dan trombosit (keping darah). Seandainya

organ tersebut gagal dalam menjalankan fungsinya, maka

mengakibatkan anemia aplastik. Angka kematian pada anemia

aplastik sangat tinggi, terutama pada anemia aplastik berat. Biasanya

kematian disebabkan oleh infeksi dan perdarahan. Pada tipe berat ini

penderita bisa sembuh jika dilakukan transplantasi sumsum tulang

dan harus menggunakan obat-obatan penekan sistem kekebalan

(immunosupressan) seumur hidup. Pada jenis yang tidak parah,

kombinasi imunosupressan (steroid) dan siklosporin. Pada anemia

aplastik, transfusi darah memang menbantu, namun sifatnya

simptomatik artinya hanya mengatasi gejala saja, akan tetapi anemia

tetap berulang.

e. Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya

penghancuran sel darah merah. Dalam keadaan normal, sel darah

merah mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel

pemakan dalam sumsum tulang, limpa dan hati dapat mengetahuinya

kemudian berusaha untuk merusaknya. Jika suatu penyakit

menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis),

sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat

pembentukan sel darah yang baru, sampai 10x kecepatan normal.

Jika penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya, maka

akan terjadi anemia hemolitik. Ada juga obat-obatan yang

merangsang terjadinya jenis anemia ini, seperti obat tuberculosis,

yaitu rifampisin (antibiotik golongan koinolin) yang mempunyai

antibodi menempel di sel darah merah meluruh (lisis).

f. Anemia sel bulan sabit (sicle cell anemia)

Anemia tipe ini merupakan anemia yang diturunkan (herediter).

Permasalahannya terdapat pada sel darah merah. Pada kondisi

normal bentuk sel darah merah fleksibel dan bulat, sedangkan pada

penderita sickle cell anemia sel darah merah menjadi kaku &

lengket. Bentuknya juga tidak lagi bulat, melainkan berbentuk sickle

(sabit). Bentuk yang ireguler ini akan mati prematur, mengakibatkan

kondisi kekurangan sel darah merah yang kronik. Kasus ini terutama

terjadi pada ras Afrika dan Arab. (Neng Herawati, 2009)

Penyebab anemia menurut Tarwoto, dkk (2010) antara lain.


a. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih

banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya

sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan

tubuh akan zat besi tidak terpenuhi

b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi

asupan makanan

c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi,

khususnya melalui feses (tinja)

d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat

besi ±1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari

pada pria

Anemia Gizi Besi, menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), dapat

terjadi karena:

a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak

mencukupi kebutuhan

b. Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah:

1) makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati,

ayam),

2) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran

hijau tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya

sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.

c. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi


d. Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan

tubuh akan zat besi meningkat tajam.

e. Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi

diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu

sendiri.

f. Pada penderita menahun seperti TBC.

g. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau

kehilangan darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada

penderita:

1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang

menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit

tetapi terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya

darah atau zat besi.

2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat

keadaan anemianya

3) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat

besi yang ada dalam darah.

Dampak dari anemia defisiensi besi ini sangat luas, antara lain terjadi

perubahan epitel, gangguan pertumbuhan jika terjadi pada anak-anak,

kurangnya konsentrasi pada anak yang mengakibatkan prestasi di

sekolahnya menurun, penurunan kemampuan kerja bagi para pekerja

sehingga produktivitasnya menurun (Kartamiharja, 2010).


Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), dampak anemia pada remaja

putri ialah:

a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai

optimal.

b. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.

c. Mengakibatkan muka pucat.

Pada anemia berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot

jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja

jantung yang meningkat. Pada anemia berat dapat juga timbul gejala-

gejala saluran cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan

stomatitis (nyeri pada lidah dan membrane mukosa mulut), gejala-gejala

umumnya disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi

(Price, 2005).

Dampak anemia pada remaja (Moore dalam Tarwoto, dkk) (2010)

adalah:

a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di

sekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi

b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi

tidak sempurna

c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit

d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot


Upaya-upaya untuk mencegah penyakit anemia menurut Tarwoto,

dkk (2010), antara lain sebagai berikut:

a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani

(daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran

yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).

b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat,

dan nanas.

c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat

mengalami haid.

d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera

konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan

pengobatan.

Tindakan pencegahan yang terpadu sangat diperlukan mengingat

tingginya prevalensi defisiensi besi di masyarakat. Pencegahan dapat

dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat tentang

kebersihan lingkungan tempat tinggal dan higiene sanitasi masyarakat

yang tingkat pendidikan dan factor sosial ekonominya yang rendah yaitu

dengan memberikan penyuluhan tentang pemakaian jamban terutama di

daerah pedesaan, atau daerah yang terpencil Menganjurkan supaya

memakai alas kaki terutama ketika keluar rumah, membiasakan cuci

tangan pakai sabun sebelum makan. Juga dilakukan penyuluhan gizi

yaitu penyuluhan yang ditujukan kepada masyarakat pedesaan mengenai


gizi keluarga, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung zat besi terutama yang berasal dari protein hewani,yaitu

daging dan penjelasan tentang bahan –bahan makanan apa saja yang

dapat membantu penyerapan zat besi dan yang dapat menghambat

penyerapan besi (Kartamiharja, 2010).

Untuk anak sekolah dilakukan melalui UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)

yang melibatkan murid, guru dan orang tua dengan cara

mensosialisasikan tentang cara hidup sehat yaitu cuci tangan sebelum

makan, makan makanan yang mengandung zat besi. Pemberian

suplementasi besi pada ibu hamil dan anak balita. Pada ibu hamil

diberikan suplementasi besi oral sejak pertama kali pemeriksaan

kehamilannya sampai post partum, sedangkan untuk bayi diberikan ASI

dan pemberian sayur, buah/ jus buah saat usia 6 bulan. (Cielsa B, 2007)

2. Remaja

Remaja adalah suatu periode transisi dari awal anak-anak hingga

masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia 10 hingga 12 tahun dan

berakhir pada usia 18 sampai 20 tahun. Masa remaja ditandai pada

perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang

dramatis, perubahan bentuk tubuh dan perkembangan karakteristik

seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan

kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian

kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis,

abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar


keluarga (www.psikologizone.com). Sedangkan Batasan usia remaja

menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Dimana masa remaja dalam

perjalanan hidup kita adalah suatu proses transisi yan memiliki rentang

dari masa kanak-kanak yang bebas dari tanggung jawab samapi pada

pencapaian tanggung jawab pada masa dewasa. Secara Umum remaja

dianggap mencakup individu yang berusia antara 10 sampai 19 tahun

sehingga kesehatan reproduksi remaja memperlihatkan kebutuhan fisik,

sosial, dan emosional kaum muda. (Anna dan Ailsa, 2006). Lebih Lanjut

WHO dalam sumiati,dkk (2009)mendefenisikan remaja lebih konseptual,

dimana ada tiga criteria yakni aspek biologis, psikologis dan

sosioekonomi, dengan member batasan usia 10 – 20 tahun.

Karakteristik perkembangan normal remaja dalam

perkembangannya menuju pencapaian identitas remaja bahwa secara

objektif dan merencanakan untuk menunjukkan eksistensinya bahwa

remaja senantiasa bergerak melalui berbagai fase kehidupannya, dimana

remaja akan ditandai dengan berbagai tindakan yakni; menilai rasa

identitas pribadi, meningkatkan minat pda lawan jenis, perubahan seks

sekunder dsb. (Sumiati, dkk. 2009).

Remaja memiliki masa Perkembangan yang terjadi (Salzman

dalam Djawad 2012) menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa

dimana sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua beralih ke

masa atau kea rah kemandirian (independence), minat-minat seksual,

perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu –isu
moral.Lebih lanjut dijelaskan bahwa segmen perkembangan individu

yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut (Konopka dalam

Djawad 2012) masa remaja meliputi :

a. Remaja awal (12-15 tahun)

b. Remaja Madya (15- 18 tahun)

c. Remaja akhir (19-22 tahun)

Senada diatas, Herawati (2009) mendefenisikan remaja adalah

masa transisi anatara anak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh

(growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas, dan

terjadi perubahan – perubahan psikologis dan kognitif. Dalam tumbuh

kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan

seksualitas, semua remaja akan melewati tahapan berikut :

a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence) usia 11 – 13 tahun

b. Masa remaja pertengahan (Midle adolescence) usia 14 – 16 tahun

c. Masa remaja lanjut (late adolescence) usia 17 – 20 tahun

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing

individu, walaupun setiap tahap mempunyai ciri tertentu tetapi tidak

mempunyai batasan jelas karena proses tumbuh kembang berjalan secara

berkesinambungan. Proses perkembangan sikap remaja tersebut tentunya

dibarengi dengan berbagai kebutuhan yang diinginkan oleh remaja,

kebutuhun fisik, social dan emosional remaja tersebut meliputi kebutuhan

akan kasih sayang; kebutuhan akan iku serta dan diterima dalam
kelompok; kebutuhan berdiri sendiri (mandiri); kebutuhan untuk

berprestasi (needs of achievement); kebutuhan akan pengakuan orang

lain; serta kebutuhan untuk dihargai.

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan pemikiran yang dimasukkan, maka disusunlah konsep

variabel yang diteliti:

Pola menstruasi

Kebiasaan makan

Kejadian Anemia
Pengetahuan

Sumber makanan

Sosial ekonomi

Keterangan :

: Hubungan Antar Variabel

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Anemia
Anemia ialah kondisi dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gram %.
Pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode Hb sahli.
Kriteria Objektif
a. Anemia : jika kadar hemoglobin < 11 gr %
b. Tidak anemia : jika kadar hemoglobin ≥ 11 gr %
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami responden

tentang anemia dan bahan makanan yang mengandung zat besi (Fe).

Kriteria Objektif

a. Baik : Jika jawaban benar responden > 60 % dari seluruh Jawaban

tentang pengetahuan.

b. Kurang : Jika jawaban benar responden < 60 % dari seluruh Jawaban

tentang pengetahuan.

3. Pola Menstruasi

Pola menstruasi adalah siklus atau proses pendarahan secara periodic dari

uterus yag disertai pelepasan endokrin

Kriteria Objektif

a. Baik : Jika responden mengetahui dan mengalami proses menstruasi

yang terpola.

b. Kurang : Jika responden tidak mengalami proses menstruasi yang tidak

teratur

4. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih

makanan yang akan di santap. MAkanan yng dimaksud adalah makanan


yang sesuai dengan 4 sehat 5 sempurna dan kebiasaan pola makan yang di

lakukan.

Kriteria Objektif

a. Baik : Jika responden memahami makanan yang sehat dan terpola

sesuai dengan anjuran (berat badan ideal)

b. Kurang : Jika responden kurang memahami terhadap pemilihan

makanan yang sehat dan ditandai dengan berat bada yang

tidak ideal

5. Sosial Ekonomi

Sosial Ekonomi adalah kemampuan sosialisasi lingkungan dan

kemampuan ekonomi yang di alami oleh responden. Indikator ini akan

berbanding lu5rus dengan pola makan yang dimiliki oleh responden

Kriteria objektif

a. Baik : Jika Kondisi social ekonomi responden berlangsung dengan

kondisi terstruktur ditandai dengan pemahaman sanitasi

lingkungan yang baik.

b. Kurang : Jika Kondisi social ekonomi responden berlangsung dengan

kondisi tidak terstruktur ditandai dengan kurangnya

pemahaman sanitasi lingkungan yang baik


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah rancangan yang bersifat analitik dengan

pendekatan Crossectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan status anemia remaja putri. Cross Sectional

merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran dan

pengamatan pada waktu penelitian sedang berlangsung dimana dalam

pengukuran variable penelitian hany dilakukan satu kali saja dan pada saat

penelitian berlangsung (Sudigdo dan Sofyan, 2011).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian :

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mappedeceng Kabupaten

Luwu Utara

2. Waktu Penelitian :

Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret – April 2014

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi :

Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh siswi atau remaja Putri

SMA Negeri 1 Mappedeceng Kabupaten Luwu Utara dengan sebaran


dalam dua tingkatan (kelas X dan XI) dengan jumlah total sebanyak

158 siswa.

2. Sampel :

Berdasarkan jumlah populasi dalam penelitian ini maka dapat di hitung

jumlah sampel yang akan digunakan dengan menggunkan rumus

Yamane yakni :

N
n=
Nd 2+ 1

Dimana :

N : Jumlah Populasi

d : Taraf Signifikansi atau Besarnya nilai kekeliruan sampel dalam

hal ini sebesar 5%

n : Jumlah sampel yang di gunakan

dari rumus Yamane diatas maka dapat dihitung sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini sebesar :

158
n=
158 x ( 0,05 )2+1

158
n=
( 158 x 0,0025 )+ 1

158
n= =113 responden
0,395+ 1

Sampel akan diambil sesuai dengan metode sampling area dengan

asumsi bahwa jumlah siswa remaja di ambil mewakili dari tiap-tiap

kelas, dengan jumlah kelas sebanyak 12 maka perwakilan tipa kelas

adalah jumlah sampel : jumlah kelas


113
perwakilan ke las= =9 , 42≈ 9−10 siswi perkelas .
12

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng Kabupaten Luwu

Utara

b. Ada hubungan kebiasaan makan dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng Kabupaten Luwu

Utara

c. Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng Kabupaten Luwu Utara

d. Ada hubungna sumber makanan dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng Kabupaten Luwu

Utara

e. Ada hubungan sosial ekonomi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeeng Kabupaten Luwu

Utara

2. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng Kabupaten Luwu

Utara
b. Tidak ada hubungan kebiasaan makan dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng Kabupaten

Luwu Utara

c. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng Kabupaten Luwu

Utara

d. Tidak ada hubungan sumber makanan dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng Kabupaten

Luwu Utara

e. Tidak ada hubungan sosial ekonomi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Mappadeceng Kabupaten Luwu

Utara

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti dari responden

secara langsung. Data primer ini berupa hasil wawancara, FGD dengan

responden dan hasil penilaian berdasarkan angket dan kuisioner yang

diberikan

2. Data sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari pihak-pihak yang berhubungan

dengan penelitian ini. Data tersebut berupa jumlah siswa, jumlah remaja

dan karakteristik siswa berdasarkan dari guru bimbingan dan konseling.


F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan software SPSS

versi 17,0. Adapun hal-hal yang dianalisis menggunakan program ini

adalah:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti baik variabel dependen maupun variable

independen (Hastono, 2007). Analisis ini disajikan dalam bentuk tabel

proporsi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable

independen dengan variabel dependen. Untuk variabel independen dan

dependen yang bersifat katagorik, maka uji statistik yang digunakan

untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut adalah Chi Square

(Hastono, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Anna dan Ailsa. 2006. Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi. EGC;
Jakarta
Andin dan Hendri. 2012. Mengenal, Mencegah, Menangani berbagai penyakit
berbahaya bayi dan balita. Jakarta; Penerbit Dunia Sehat
Arisman, 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC; Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes. 2007. Riset Kesehatan


Dasar Nasional Tahun 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Cielsa ,B. 2007. Hematology in Practice. Philadelphia: FA Davis Company.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada


Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
Dyiah, 2013. Anemia. Bahan Ajar Mata kuliah keperawatan Unsoed; Semarang

Neng Herawati. Mengenal Anemia dan Peranan Erythropoietin. Majalah


BioTrends /Vol.4/No.1/Tahun 2009

Wa Ode dkk. 2011. Sistem Hematologi; Kurang darah. Modul Kuliah Fakultas
Kedokteran Unhalu: Kendari

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan. Jakarta;
Penerbit Salemba Medika

Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia. January 2011. [cited 2011,
June 9 ]. Available from: www.uptodate.com
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2003. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi
Jilid I. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2001. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC.

Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta; Trans Info
Medika
Yusuf, Syamsu. 2012. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung;
Penerbit Rosda karya

http://www. Psikologizone.com/fase-fase-perkembangan-manusia/06511465.html
diakses pada tgl 17 Maret 2014 pukul 20.30 wita.
Lampiran I
KUESIONER PENELITIAN*
ANALISIS FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN STATUS ANEMIA
REMAJA PUTRI

Adik-adik, saya adalah salah seorang mahasiswa, memohon kesediaan


dari Adik untuk mengisi angket penelitian ini dengan sebenarnya dan
sesuai dengan pendapat Adik. Angket penelitian ini hanya akan
dipergunakan untuk kepentingan penyusunan skripsi dan tidak ada
pengaruhnya sedikitpun terhadap keluarga atau kepentingan lain.
Kerahasian identitas anda terjamin. Saya mengucapkan terima kasih atas
bantuan dan perhatiannya.
Cendana Putih, 2014

Peneliti,

A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Pekerjaan ayah :…………………Pendidikan ayah:………………
Pekerjaan ibu :…………………Pendidikan ibu :………………
B. POLA MENSTRUASI
1. Frekuensi menstruasi:
a. Sebulan sekali c. 2-3 bulan sekali
b. Dua bulan sekali d. Lain-lain, sebutkan
2. Lama haid :
a. < 3 hari b. 3-6 hari c. > 6 hari
3. Haid pertama umur berapa? ............ tahun
C. KEBIASAAN MAKAN
4. Berapa kali frekuensi makan dalam sehari :
a. 3 kali
b. 2 kali
c. 1 kali, alasannya, ......................................................
5. Apakah setiap hari mengkonsumsi lauk pauk hewani?
a. Ya, sebutkan (menu kemaren) .................................................
b. Tidak, alasannya ......................................................................
6. Apakah setiap hari mengkonsumsi sayuran hijau?
a. Ya, sebutkan (menu kemaren) .................................................
b. Tidak, alasannya ......................................................................
7. Apakah ada pantangan terhadap makanan tertentu?
a. Ya, sebutkan ..................................................
b. Tidak
D. PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA
8. Apakah anda mendangar tentang anemia ? (kurang darah) ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
9. Jika pernah, apakah yang dimaksud dengan anemia ?
a. Kurang kadar Hb dalam darah
b. Darah rendah dalam tubuh
c. Tidak tahu
10. Menurut anda, apa penyebab anemia ?
a. Kurang makan sayur
b. Kurangnya zat besi dalam tubuh
c. Terlalu banyak makan makanan berlemak
11. Apa saja gejala dari anemia (kurang darah) ?
a. Diare, kejang
b. Lemah, lesu
c. Pegal, kaki kram
12. Menurut anda, siapa yang beresiko terkena anemia ?
a. Wanita
b. Laki-laki
13. Menurut anda, berapa kadar Hb remaja putri dikatan anemia ?
a. Bila Hb ≥ 12 g /dl b. Bila Hb ≤ 12 g /dl
14. Sumber makanan apa yang paling banyak mengandung zat
besi (Fe)?
a. Protein Hewani
b. Protein nabati
c. Sayur dan Buah
15. Faktor apa yang menyebabkan wanita kehilangan zat besi yang
berlebihan dalam tubuh ?
a. Menstruasi dan sering melahirkan
b. Kurang komsumsi makanan bergizi
c. Tidak tahu
16. Jika seseorang menderita anemia dapat diobati dengan apa ?
a. Vitamin C
b. Kalsium
c. Tablet Zat besi

E. PENGAMBILAN DARAH
1. Apakah anda bersedia diambil darahnya ?
2. Hasil pemerikasaan darah : Hb : .... g %
3. Hasil pengukuran BB : ......... kg
4. TB : ......... cm
5. LILA : ......... cm

*) Di sadur dari Nahsty R. Siahaan, 2012. Faktor-faktor yang


berhubungan dengan status anemia pada remaja putri di wilayah kota
depok tahun 2012 (Analisis Data sekunder survey anemia remaja putri
dinas kesehatan kota depok tahun 2011). FKM Prodi Kesmas UI;
Depok (Kuesioner Terlampir)

Anda mungkin juga menyukai