Anda di halaman 1dari 21

INSEKTISIDA PUNTUNG ROKOK MAPPADECCENG

(PEMANFAATAN LIMBAH PUNTUNG ROKOK SEBAGAI


INSEKTISIDA NABATI)

NAMA PENULIS:

NILA SARI

KADEK YUDI ARTHA

SANRIANI

SMA NEGERI 1 MAPPEDECENG

LUWU UTARA

2013
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6
A. Tembakau ........................................................................................... 6
B. Rokok ................................................................................................. 7
C. Pestisida ............................................................................................. 8
BAB III METODE PENULISAN ............................................................... 11
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 11
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 11
C. Fokus Kajian ...................................................................................... 11
D. Material Pendukung ........................................................................... 11
E. Indikator/Parameter keberhasilan ...................................................... 11
F. Prosedur pelaksanaan penelitian ........................................................ 12
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 12
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 16
A. Simpulan ............................................................................................ 16
B. Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17

iii
ABSTRAK

Puntung rokok adalah limbah dari rokok yang ternyata banyak mengandung
nikotin yang berpotensi sebagai pestisida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui cara pengolahan insektisida nabati berbahan baku puntung rokok.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Prosedur
pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. persiapan bahan baku; 2. Pencabikan
puntung rokok;3. Perendaman selama 30 menit; 4. Penyaringan ekstrak; 5. Uji
coba insektisida. Uji coba insektisida yang telah dibuat dilakukan sebanyak dua
kali. Pada uji coba I, berdasarkan hasil ekstrak yang diperoleh, insektisida
puntung rokok dengan pelarut etanol yang disemprotkan pada populasi semut,
ternyata dapat mematikan semua semut yang disemprotkan selama 10 detik dan
pada uji coba ke II selama 20 detik.Pada uji coba insektisida puntung rokok
dengan menggunakan pelarut kloroform,waktu yang dibutuhkan untuk mematikan
semut hanya 5 detik dan pada uji coba II adalah 7 detik. Ini berarti insektisida
dengan pelarut etanol dan kloroform berhasil. Selain itu, insektisida dengan
menggunakan pelarut kloroform tenyata sangat ampuh dalam mematikan populasi
semut.

Kata Kunci: Puntung Rokok, Insektisida, nikotin

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rokok adalah daun tembakau yang telah dicacah lalu dibungkus

dengan kertas atau dimasukkan dalam cerutu untuk dibakar dan dibiarkan

membara sehingga asapnya dapat dihirup lewat mulut. Aroma dan

kenikmatan rokok membuat rokok menjadi primadona dan menarik untuk

dikonsumsi khsusunya bagi mereka yang telah pernah mencicipi rokok.

Menurut Anonim (2013), manusia di dunia yang pertama kali

merokok adalah suku bangsa Indian di Amerika dimana rokok tersebut

digunakan untuk keperluan ritual untuk memuja Dewa atau roh. Pada abad

ke-16 ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para

penjajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian

membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncuk

dikalangan bangsawan Eropa. Tetapi berbeda dangan bangsa Indian yang

merokok untuk keperluan upacara ritual, di Eropa orang merokok hanya

untuk kesenangan semata. Abad ke-17 para pedagang Spanyol masuk ke

Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk di negara-negara Islam

termasuk Indonesia.

Di Indonesia, rokok seakan telah menjadi salah satu kebutuhan bagi

masyarakatnya, umumnya bagi kaum pria dan wanita khususnya. Ironisnya

lagi para perokok dikalangan anak dan remaja pun meningkat setiap

tahunnya. Tingginya jumlah perokok di kalangan remaja Indonesia


2

disebabkan oleh pergaulan atau interaksi yang tidak baik sehingga para

remaja mudah terpengaruh untuk mencoba mengonsumsi rokok sampai

akhirnya mereka mengalami kecanduan.

Indonesia mejadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif

terbanyak didunia. Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi

ke-empat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Berbeda dengan jumlah

perokok di Amerika Serikat yang cenderung menurun, jumlah perokok

Indonesia justru bertambah dalam 9 tahun terakhir. Pertumbuhan rokok

Indonesia pada periode2000-2008 adalah 0,9% pertahun(Anonim,2013).

Berdasarkan data resmi Kemenkes, pada tahun 2011 sebanyak 67,4

persen laki-laki di Indonesi merokok. Ironisnya lagi perokok laki-laki ini

menempati jumlah tertinggi di dunia. Sedangkan jumlah perokok perempuan

dalam sepuluh tahun terakhir meningkat empat kali lipat dari 1,3 persen

menjadi 4,2 persen. Hal yang lebih mengkhawatirka menuru Nafsiah adalah

fakta bahwa perokok aktif dari kalangan remaja juga terus meningkat. Dalam

sepuluh terakhir jumlah perokok aktif remaja laki-laki meningkat tiga kali

lipat, dan lima kali lipat pada remaja perempuan( Harian Umum

Tebengan,2013).

Diperkirakan kalau produksi rokok di Indonesia untuk tahun 2009

akan mencapai 240 milyar batang. Sebagai gambaran, produksi total rokok

dunia pada tahun 2004 saja sudah mencapai 5.5 triliun rokok atau kira-kira

10.5 juta rokok per menit. berdasarkan data yang dirilis oleh Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) pada 2010 mengungkap populasi perokok di Kalteng


3

tertinggi dibanding provinsi lain di Indonesia, mencapai 43,2 persen.

Sementara populasi perokok paling rendah ada di Sulawesi Tenggara 28,4

persen. Sekitar 52,3 persen perokok di Indonesia mengisap 1-10 batang per

hari. Sisanya, 41 persen mengisap 11-20 batang per hari, 4,7 persen mengisap

21-30 batang per hari dan hanya 2,1 persen yang sanggup menghabiskan

lebih dari 31 batang/hari(Harian Umum Tebengan,2013).

Berdasarkan jumlah perokok berat yang menghabiskan lebih dari

31 batang per hari, Bangka Belitung mengungguli provinsi lain dengan 16,2

persen. Provinsi ini juga menempati urutan kedua untuk jumlah perokok yang

mengonsumsi 21-30 batang per hari dengan 8,5 persen, di bawah Aceh

dengan 9,9 persen(Harian Umum Tebengan,2013).

Jumlah perokok di Kota Makassar kini mencapai 22,1 persen atau

kurang lebih 287.300 dengan rata-rata konsumsi 10,6 batas per hari. Sekitar 3

juta puntung rokok yang terbuang setiap hari(Tribun Timur,2013).

Puntung rokok adalah limbah yang dianggap tidak berguna yang

sering kita temui di jalan-jalan. Namun kandungan yang ada didalamnya

sebenarnya masih dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang murah

dan ramah lingkungan sehingga dapat membantu para petani dalam mengatasi

berbagai permasalahan yang ditimbulkan akibat hama pengganggu tamanan.

Hal ini dikarena diproduksi dari tembakau yang mengandung

nikotin(Putra,2012).

Ternyata nikotin ini tidak hanya racun untuk manusia, tetapi juga

dapat dimanfaatkan untuk racun serangga. Daun tembakau kering


4

mengandung 2 – 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi

cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga sehingga efektif

untuk mengendalikan hama pengisap juga serangga seperti: ulat perusak

daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida).

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari karya tulis ini adalah bagaimana cara

pengolahan limbah puntung rokok menjadi insektisida nabati murah dan

ramah lingkungan?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah mengetahui pemanfaatan

dan pengolahan limbah puntung rokok menjadi insektisida nabati murah dan

ramah lingkungan.

.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Manfaat Teoritis

a. Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi manfaat

dalam pengembangan ilmu pengetahuan

b. Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan referensi bagi

penulis lain yang ingin membuat tulisan dengan tema yang sama.
5

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat dapat menjadi bahan masukan yang ingin mengolah

limbah puntung rokok menjadi insektisida sehingga dapat menghemat

pengeluaran terhadap pembelian insektisida.

b. Mampu menciptakan lingkungan yang sehat karena bersifat ramah

lingkungan.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEMBAKAU

Gambar 1. Gambar tembakau

Klasifikasi Tembakau adalah sebagai berikut:

Nama umum Indonesia : Tembakau, mbako (Jawa), bako (Sunda)

Inggris : Tobacco Nicotiana tabacum


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum L (Singolandoh, 2010).
7

Tembakau adalah produk pertanian semusim yang bukan termasuk

komoditas pangan, melainkan komoditas perkebunan. Produk ini dikonsumsi

bukan untuk makanan tetapi sebagai pengisi waktu luang atau "hiburan",

yaitu sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau juga dapat dikunyah.

Kandungan metabolit sekunder yang kaya juga membuatnya bermanfaat

sebagai pestisida dan bahan baku obat.

Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang, dan daun

diliputi oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–

rata mencapai 250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi

sampai 4 m apabila syarat–syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata

kurang dari 1 tahun. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda

sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya

berbentuk lonjong pada ujung runcing, dan kedudukan daun pada batang

tegak.

B. ROKOK
1. Gambaran Umum Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70

hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar10

mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.rokok dibakar

pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat

dihirup lewat mulut. Rokok biasanya dijual dalam bentuk bungkusan

berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan

mudah kedalam kantong(Anonim,2013).


8

Gambar 2. Gambar Rokok

Dalam sebatang rokok terdapat 0.5 hingga 2.0 mg nikotin. Nikotin

merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun

kontak bagi serangga sehingga efektif untuk mengendalikan hama pengisap

juga serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur

(fungisida)(Anonim,2013).

C. PESTISIDA
Pestisida adalah substansikimia dan bahan lain seta jasad renik dan

virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud

hama disini adalahsangat luas, yaitu serannga, tumbuhan penggangu,

penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,

kemudian nematoda(bentuknya separti cacing dengan ukuranmikroskopis),

siput, tikus,burung dan hewanlain yang dianggap merufikan.

Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang

mengatur atau menstimulir pertmbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.

Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu(PHT), penggunaan

pestisidaditujukan ukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun

lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga

berada dibawah batas ambang kendali.


9

Masalah besar yang dihadapi petani dalam kegiatan produksi adalah

hama penyakit tanaman dan bencana alam. Untuk menanggulangi serangan

hama dan penyakit tanaman petani menggunakan pestisida kimia. Pestisida

kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan

lingkungan, hal ini disebabkan pestisida bersifat polutan dan menyebarkan

radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti mutasi

gen dan gangguan syaraf pusat. Disamping itu residu kimia yang beracun

tertinggal pada produk pertanian dapat memicu kerusakan sel, penuaan dini

dan munculnya penyakit degeneratif(Sasmuto,2012).

Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia lainnya adalah:

1. Hama menjadi kebal (resisten)

2. Peledakan hama baru (resurjensi)

3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen

4. Terbunuhnya musuh alami

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tanaman atau tumbuhan yang sebenarnya yang ada di sekitar kita.

Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran

lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan pestisida

kimia. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :

1. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa

2. Menghambat penggantian kulit

3. Mengganggu komunikasi serangga

4. Menyebabkan serangga menolak makan


10

5. Menghambat reproduksi serangga betina

6. Mengurangi nafsu makan

7. Memblokir kemampuan makan serangga

8. Mengusir serangga

9. Menghambat perkembangan patogen penyakit

Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Murah dan mudah dibuat oleh petani

2. Relatif aman terhadap lingkungan

3. Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman

4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama

5. Kompatibel digabungkan dengan cara pengendalian yang lain

Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida

kimia(Sasmuto,2012).
11

BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini akan dilaksanakan di laboratorium Kimia SMA Negeri

1 Mappedeceng, Luwu Utara.

C. FOKUS KAJIAN
Fokus kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana pengolahan

limbah puntung rokok menjadi insektisida yng efektif membunuh serangga.

D. MATERIAL PENDUKUNG
Material pendukung dalam penelitian ini adalah limbah puntung

rokok, kloroform, etanol, kertas saring, ember dan botol sebagai wadah serta

beberapa alat atau bahan lain yang mendukung proses pembuatan insektisida

dari limbah puntung rokok.

E. INDIKATOR/PARAMETER KEBERHASILAN
Penelitian ini dikatakan berhasil jika penelitian ini menghasilkan

insektisida yang ampuh dan efektif dalam mengatasi masalah hama serangga.
12

F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN


1. persiapan bahan baku

Pada tahap awal, mengumpulkan bahan baku berupa puntung

rokok dan pelarut yang digunakan yaitu etanol dan kloroform.

2. Pencabikan puntung rokok

Pencabikan puntung rokok berfungsi agar mempercepat proses ekstrak

dapat maksimal dan efisien. Setelah dicabik, puntung rokok lalu

ditimbang sebanyak 10 g.

3. Perendaman

Puntung rokok yang telah dicabik-cabik direndam di dalam pelarut.

Disini digunakan dua pelarut yang bertujuan untuk membandingkan pelarut

mana yang bekerja maksimal. Pelarut yang digunakan adalah 100 mL etanol

dan 100 mL kloroform. Proses perendam berlangsung selama 30 menit.

4. Penyaringan

Ekstrak yang dihasilkan lalu disaring. Ampasnya dibuang dan

ekstraknya yang diambil untuk diujicobakan.

5. Uji coba

Ekstrak yang diperoleh lalu diujicobakan pada populasi semut

sebagai sampel dalam penelitian ini.


13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Hasil ujicoba insektisida puntung rokok yang telah dibuat dan

diujicobakan pada sampel populasi semut yaitu:

Waktu kematian semut yang disemprotkan


VARIABEL
Uji Coba I Uji Coba II
Insektisida puntung rokok
dengan menggunakan 10 detik 20 detik
pelarut etanol
Insektisida puntung rokok
dengan menggunakan 5 detik 7 Detik
pelarut kloroform

Gambar 3. Proses pengerjaan insektisida puntung rokok dengan menggunakan


pelarut kloroform
14

Gambar 4. Proses pengerjaan insektisida dengan menggunakan pelarut etanol

B. PEMBAHASAN

Proses pembuatan insektisida nabati dengan menjadikan puntung

rokok sebagai bahan utamanya ternyata cukup sederhana. Pengumpulan

puntung rokok sebagai bahan utama pun tidaklah sulit karena bahan ini

mudah didapatkan. Selain kloroform, digunakan juga etanol 100 mL sebagai

pembanding. Kloroform dan etanol digunakan karena bahan aktif yang

berpotensi pada puntung rokok bersifat sedikit polar sehingga pelarut tersebut

lebih cocok daripada aquades.

Uji coba dilakukan sebanyak dua kali. Pada uji coba I, berdasarkan

hasil ekstrak yang diperoleh, insektisida puntung rokok dengan pelarut etanol
15

yang disemprotkan pada populasi semut, ternyata dapat mematikan semua

semut yang disemprotkan selama 10 detik dan pada uji coba ke II selama 20

detik. Artinya insektisida puntung rokok dengan menggunakan pelarut etanol

berhasil.

Pada uji coba insektisida puntung rokok dengan menggunakan pelarut

kloroform, ternyata insektisida ini jauh lebih ampuh daripada insektisida

puntung rokok dengan menggunakan pelarut etanol. Hal ini karena pada uji

coba I, waktu yang dibutuhkan untuk mematikan semut hanya 5 detik dan

pada uji coba II adalah 7 detik. Ini berarti, pembuatan insektisida dengan

menggunakan pelarut kloroform berhasil bahkan jauh lebih efektif ketimbang

dengan menggunakan pelarut etanol.


16

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Puntung rokok ternyata berhasil dimanfaatkan menjadi insektisida nabati

dengan proses pembuatannya yaitu puntung rokok dikumpulkan dan dicabik-

cabik, lalu direndam selama 30 menit dengan pelarut kloroform atau etanol.

Selanjutnya disaring dan insektisida sudah dapat digunakan.

2. Insektisida dengan menggunakan pelarut kloroform jauh lebih manjur

ketimbang pestisida dengan menggunakan pelarut etanol.

B. SARAN

1. Hendaknya masyarakat lebih kreatif dalam memanfaatkan berbagai

limbah dilingkungan sekitar sehingga menghasilkan produk yang

sederhana namun bermutu tinggi.

2. Hendaknya masyarakat lebih memilih menggunakan pestisida nabati

dibandingkan pestisida berbahan kimia, karena selain menghemat biaya

juga lebih menjamin kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.

3. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan dan

disempurnakan lagi khususnya pemanfaatan terhadap limbah puntung

rokok.
17

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian TPH Kabupaten Grobogan.2011. Pengendalian Hama dan


Penyakit dengan Pestisida Nabati. http://www. Dinpertan.
Grobogan.co.id. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013.

Sasmuto.2012. Pengendali Hama dari Bahan Alami(Bio Pestisida). http://www.


Kampung Sasmito.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013.
Singolandoh.2010.Klasifikasi Tembakau.http://www.
tembakaurajangan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013.

Anonim.2013. Rokok. http://id. Wikipedia.org/wiki/ Rokok. Diakses pada tanggal


4 Oktober 2013.

Putra H.2012. Pemanfaatan Ekstrak Puntung Rokok dan Tembakau Rajangan


untuk Mengendalikan Penyakit. http://www. Ferta.unsoed.ac.id. Diakses
pada tanggal 4Oktober 2013.

Tribun Timur.2011.Perokok Makassar Bakar Uang Rp 90 Miliar Per Bulan.


http://www. Makassar.tribunnews.com. Diakses pada tanggal 4 Oktober
2013.

Anda mungkin juga menyukai