Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika kesadaran umat Islam untuk mengamalkan ajaran dan
penerapan sistem Islam secara menyeluruh tampaknya sudah mulai
menunjukkan adanya peningkatan, khususnya dalam bidang ekonomi.
Ekonomi dan keuangan Islam sudah mulai memperhatikan sosoknya sebagai
sesuatu alternatif baru yang diambil dari ajaran Islam.
Di negara-negara muslim sepeti di Timur Tengah dan lainnya telah
memulai kajian-kajian ilmiah tentang ekonomi dan keuangan Islam yang
kemudian berhasil membentuk sebuah lembaga keuangan Islam. Bahkan di
negara Indonesia itu sendiri telah mendirikan atau membentuk bank syariah.
Dimana bank syariah yang pertama didirikan itu sekitar tahun 1991 dan baru
beroperasi pada pertengahan tahun 1992.
Dengan melihat adanya perkembangan bank syariah saat ini, keinginan
umat Islam untuk melakukan suatu transakasi bisnis ekonomi yang sesuai
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam suddah mulai tercapai, karena telah
tersedia sarana yang cukup tepat untuk mengembangkan bisnis atau transaksi
tersebut. Namun diakui atau tidak, pengetahuan umat tentang bank syariah
masih terbatas dan tidak merata. Masih cukup banyak mereka yang tidak
mengenal apa itu bank syariah atau bahkan masih banyak yang beranggapan
keliru terhadap hal tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa bank syariah
masih menganut sisitem konvensional, hanya berlabel syariah tetapi
operassionalnya tetap tidak jauh bedda dengan bank konvensional, begitu pun
seterusnya.
Maka dari itu, disini kami akan membahas mengenai bank syariah.
Menjelaskan tentang sejarah singkat tentang bank syariah, pengertiannya,
produk-produk dari bank syariah, serta penilaian terhadap kesehatan bank
syariah itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah bank syariah

1
2. Pengertian bank syariah
3. Fungsi bank syariah
4. Tujuan bank syariah
5. Produk dan prinsip bank syariah
6. Prospek bank syariah
7. Kendala bank syariah
8. Kegiatan usaha bank syariah
9. Penilaian kesehatan bank syariah
10. Standar akuntansi bank syariah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah bank syariah
2. Untuk mengetahui tentang bank syariah secara luas
3. Untuk mengetahui fungsi bank syariah
4. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari bank syariah
5. Untuk mengetahui apa saja produk dan prinsip bank syariah
6. Untuk mengetahui apa saja prospek bank syariah
7. Untuk mengetahui apa saja kendala bank syariah
8. Untuk mengetahui apa saja kegiatan usaha dari bank syariah
9. Untuk mengetahui penilaian kesehatan bank syariah
10. Untuk mengetahui standar akuntansi bank syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH BANK SYARIAH


Sejarah, awal mula kegiatan bank syariah yang pertama sekali dilakukan
adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian di
Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural Bank di desa It Ghamr Bank.
Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir dan masih berskala kecil. Di Uni Emirat
Arab, baru tahun 1975 dengan berdiri Dubai Islamic Bank. Kemudian di
Kuwait pada tahub 1977 berdiri Kuwait Finance House yang beroperasi tanpa
bunga. Selanjutnya kembali di mesir pada tahun 1978 berdiri Bank Syariah
yang diberi nama Faisal Islamic Bank. Langkah ini kemudian diikuti oleh
Islamic Internasional Bank for Invesment and Development Bank.1
Di Siprus tahun 1983 berdiri Faisal islamic Bank of Kibris. Kemudian
di Malaysia Bank Syariah lahir pada tahun 1983 dengan berdirinya Bank Islam
Malaysia Berhad (BIMB) dan pada tahun 1999 lahir pula Bank Bumi Putera
Muamalah. Di Iran sistem perbankan syariah mulai berlaku secara nasional
pada tahun 1983 sejak dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan Islam.
Kemudian di Turki negara yang berideologi sekuler Bank Syariah lahir tahun
1984 yaitu dengan hadirnya Daar al-Maal al-Islami serta Faisal Finance
Institution dan mulai beroperasi tahun 1985. Salah satu negara pelopor utama
dalam melaksanakan sistem perbankan syariah secara nasional adalah Pakistan.
Pemerintah Pakistan mengkonversi seluruh sistem perbankan di negaranya
pada tahun 1985 menjadi sistem perbankan syariah.2
Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di indonesia masih relatif
baru, meskipun masyarakat indonesia merupakan masyarakat muslim terbesar
di dunia. Prakarsa untuk mendirikan bank syariah di indonesia dilakukan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 18-20 agustus 1990. Namun, diskusi
tentang bank syariah sebagai basis ekonomi islam sudah mulai dilakukan pada
awal tahun 1980.3
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm.
164.
2
Ibid. hlm, 164-165
3
Ibid.

3
Bank syariah pertama di indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan
MUI, yaitu dengan di bentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang
akte pendiriannya di tandatangani tanggal 1 november 1991. Bank ini ternyata
berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memiliki puluhan
cabang yang terbesar di beberapa kota besar seperti jakarta, surabaya, bandung,
makasar, dan kota lainnya.4
Kehadiran bank syariah ternyata tidak hanya di lakukan oleh
masyarakat muslim, tetapi juga bank milik non-muslim. Saat ini bank islam
sudah terbesar di berbagai negara-negara muslim dan non-muslim, baik
dibenua amerika, australia, dan eropa. Bahkan banyak perusahaan keuangan
dunia seperti ANZ, Chase Chemical Bank, dan Citi Bank telah membuka
cabang yang berdasarkan syariah.5

B. PENGERTIAN BANK SYARIAH


Bank Syariah merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk
menegakkan aturan-aturan ekonomi Islam. Sebagai bagian dari sistem
ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial.
Oleh karena itu, keberadaannya harus dipandang dalam konteks keseluruhan
keberadaan massyarakat (manusia), serta nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.6
Bank Syari‘ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga adalah
lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank
islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam Ialu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian yaitu Bank
islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah isiam.7

4
ibid
5
Ibid. 166.
6
Dwi Suwiknyo, Jasa-Jasa Perbankan Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 1-2.
7
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : Ekonisia, 2004), hlm. 1

4
Bank Syariah adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syari ah Islam; (2) adalah bank yang tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadis; Sementara bank yang
beroperasi sesuai prinsip syari’ah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya
itu mengikuti ketentuan-ketentuan syari‘ah Islam, khususnya yang menyangkut
tata cara bemuamalat secara lsiam. Dikatakan Iebih lanjut, dalam tata cara
bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung
unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi
hasil dan pembiayaan perdagangan.8
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial
intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya
berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu
dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya
perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan
komoditas, antara lain: 9
1. Memindahkan uang
2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga
5. Memberi jaminan bank
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga. Islam
memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank
Islam lahir sebagai salah satu solusi altematif terhadap persoalan pertentangan
antara bunga bank dengan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam
Indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah mendapat
jawaban dengan lahimya bank Islam. Bank Islam lahir di Indonesia, yang
gencamya, pada sekiranya tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Undang-
Undang N0. 7 tahun I992, yang direvisi dcngan Undang-Undang Perbankan
N0. 10 tahun I998. dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan
sistem bagi hasil atau bank syari‘ah. 10

8
Ibid.
9
Ibid. 2
10
Muhammad, Manajemen Dana, hlm. 1

5
Kaitan antara bank dengan uang dalam suatu unit bisnis adalah panting.
namun di dalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya ketidakadilan,
ketidak jujuran dan “penghisapan” dari satu pihak ke pihak lain (bank dengan
nasabahnya). Kedudukan bank Islam dalam huhungan dengan para kliennya
adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedang dalam hal bank pada
umumnya, huhungannya adalah sebagai kreditur atau debitur.11
Sehubungan dengan jalinan investor dan pedagang tersebut, maka
dalam menjalankan pekerjaannya, bank Islam menggunakan berbagai teknik
dan metode investasi seperti kontrak mudharabah. Di samping itu, bank Islam
juga terlibat dalam kontrak murabahah. Mekanisme perbankan Islam yang
berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal
membayarkan bunga kepada para depositor atau pembebanan suatu bunga dari
para klien tidak timbul.12

C. Fungsi Bank Syariah


Dalam paradigma akuntansi islam, bank syariah memiliki fungsi
sebagai berikut:13
1. Manajemen Investasi
Bank-bank islam dapat menjalankan fungsi ini berdasarkan
kontrak mudharabah. Menurut kontrak mudharabah, bank
menerima presentase keuntungan hanya dalam kasus untung.
Dalam hal kerugian, sepenuhnya menjadi resiko sang penyedia
jasa.
2. Investasi
Bank islam menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia
usaha dengan menggunakan alat alat investasi yang sesuai dengan
syariah. Contohnya: kontrak al murabahah, al mudharabah, al
musyarakah, dll
3. Jasa Layanan Keuangan

11
Ibid
12
ibid
13
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2012), hlm. 53

6
Bank islam dapat menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya
antara lain: transfer, kliring, letter of credit, garansi bank, dan
sebagainya. Bank syariah berlomba lomba dalam peningkatan
inovasi jasa layanan, dengan pelayanan jasa. Bank syariah akan
mendapatkan imbalan berupa fee based income
4. Jasa Sosial
Konsep perbankan syariah islam mengharuskan bank islam
melaksanakan jasa social, bisa melalui dana qurdh, zakat, atau
dana social lain yang sesuai dengan ajaran islam.

D. Tujuan Bank Syariah


Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:14
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar
terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/ perdagangan
lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak
negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan
kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian
usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank
syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan

14
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan, hlm. 45-46.

7
adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sebat antara lembaga
keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan ummat Islam terhadap ban non-
syariah.

E. PRODUK DAN PRINSIP BANK SYARIAH


Dengan prosedur yang didasarkan hukum islam tersebut, maka bentuk-
bentuk usaha dan pinjam-meminjam uang harus mengikuti ketentuan dalam
Alquran dan Hadist yang antara lain sebagai berikut:15
1. Prinsip simpanan : prinsip ini dikenal dengan istilah Al-Wadiah, yang
maknanya adalah perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang),
dimana pihak penyimpan bersedia menyimpan dan menjaga keselamatan
barang yang di titipkan kepadanya. Prinsip ini di kembangkan dalam
bentuk produk simpanan yaitu : giro wadi’ah dan tabungan wadi’ah.
2. Prinsip bagi hasil : prinsip ini dikenal tiga istilah :
a. Musyarakah, perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih pemilik
modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha. Keuntungan
tersebut dibagi sesuai dengan perjanjiannya.
b. Mudharabah, perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan
pengusaha. Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia membiayai
sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk
mengelola proyek tersebut denagn membagikan hasil sesuai
perjanjiannya.
c. Muzaraah, memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk
ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu dari hasil panen. Prinsip
mudharabah dijadikan dasar pengembangan produk tabungan dan
deposito. Sementara prinsip musyarakah dan muzaraah digunakan
sebagai dasar pengembangan produk pembiayaan.
3. Prinsip pengembalian keuntungan : yang dapat disederhanakan jual beli
yaitu, hak proses pemindahan hak milik barang atau aset dengan
15
Muhammad, Manajemen Dana, hlm. 8-10

8
mengguanakan uang sebagai media. Macam-macan dari jual beli adalah :
Al-Musawamah, At Tauliah, Al Murabahah, Al Muwadhaah, Al
Muqayadhah, Al Mutlaq, Ash Sharf, Ba’i Bithaman Ajil, Ba’i As Salam,
Ba’i Al Ishtishna. Prinsip ini dijadilkan dasar pengembangan produk
pembiayaan.
4. Prinsip sewa (ijarah) : yaitu perjanjian antar pemilik barang dengan
penyewa yang memperboelhkan penyewa untuk memanfaatkan barang
tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan perjanjian kedua pihak.
Setelah masa sewa berakhir maka barang akan dikembalikan kepada
pemilik.
5. Prinsip pengembalian fee : prinsip ini dibagi menjadi empat :
a. Al-khafalah : jamian yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yang ditanggungnya.
b. Al-wakalah : perjanjian pemberian kuasa kepada pihak lain yang ditunjuk
untuk mewakilinya dalam melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi
kuasa.
c. Hiwalah : pengalihan kewajiban dari suatu pihak yang mempunyai
kewajiban kepada pihak lain.
d. Al-jo’alah : suatu kontrak pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu
kepada pihak kedua atas pelaksanaan tugas.
6. Prinsip biaya administrasi : perjanjian pi njam meminjam uang atau barang
dengan tujuan untuk membantu penerima pinjaman. Penerima pinjaman
wajib mengembalikan hutangnya dalam jumlah yang sama dan apabila
peminjam tidak mampu mengembalikan pada waktunya maka peminjam
tidak boleh dikenai sangsi.

F. PROSPEK BANK SYARIAH


Pada awalnya muncul ide Islamic Banking, bank yang beroperasional
tanpa konsep bungan ada keraguan-keraguan dapat berhasil mendorong
pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan bank konvensional yang
beroperasional dengan konsep bunga. Bank konvensional yang awal sudah
melalui proses evolusi dan uji coba yang sudah mapan, berabad-abad sehingga

9
dikenal di perekonomian hanya ada satu sistem bank yaitu sistem bunga. Hal
itu disebabkan masih minimnya dan terbatasnya informasi mengenai Islamic
Banking yang ternyata menurut kajian lebih rentan terhadap goncangan
ekonomi. Beberapa prospek yang memungkinkan berkembangnya Bank
Syariah di Indonesia adalah :16
1. Konsep Spritual Islami
Mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam bahkan
mencapai 80 % dari seluruh penduduk Indonesia. Secara logika dapat
dikatakan pelaku ekonomi atau bisnis di Indonesia adalah konsep
pandangannya dengan konsep pandangan Islam. Konsep pandangan Islam
cukup simple yaitu melakukan sesuatu yang diridhai atau direstui oleh yang
kuasa. Konsep hidup cara pandang seperti itu dijunjung tinggi oleh orang
Islam, na’ib apa yang dicari baik di dunia maupun kehidupan pasca dunia
yaitu akhirat orang yang pada masa hidupnya tak menghiraukan kaidah-
kaidah pada agamanya. Menurut hasil lokakarya di Cisarua pada tahun
1990 menghasilkan tiga pandangan besar tentang bunga di kalangan ulama.
Pertama memandang bunga sebagai riba, karena itu haram hukumnya,
kedua memandang bunga tidak sama dengan riba, maka hukumnya halal
dan ketiga tidak dapat mengambil kesimpulan dan mengatakan subhat.
Mengenai hasil lokakarya tentang bunga ada tiga pandangan bear dan MUI
telah mengambil sikap yang tegas bahwa bungan hukumnya adalah haram.
Dalam Islam dikenal sebuah konsep cara pandang tentang haram, kalau
seseorang yang dimakan adalah haram yang dikenakan adalah haram maka
doa’nya akan terhalang dengan kata lain tidak dikabulkan sebelum yang
berurusan dengan haram ditinggalkan. Pada prinsipnya bunga adalah haram
lambat laun standar kualitas Islam seseorang semakin meningkat, akan
berusaha menghindari bisnis dengan operasional bunga. Pada akhirnya
insan muslim akan tinggalkan bank konvensional yang beroperasional atas
dasar bunga dan mencari Islamic Banking yang konsep operasionalnya jauh
dari bunga dan haram.

16
Jurlan Ekonomi Dan Bisnis Vol. 5, No. 2, September 2007 Page 169

10
2. Konsep Islamic Banking menuju Ekonomi Berkeadilan
Bank yang berkonsep Islam bila dikaitkan dengan ekonomi makro akan
menuju pada ekonomi yang berkeadilan. Setelah keruntuhan sistem sosialis
dan sistem kapitalis mengalami goncangan. Pertumbuhan ekonomi yang
semu dengan bukti krisis terjadi pengangguran semakin banyak dan
distribusi pendapatan atau kekayaan semakin tidak merata, maka dari itu
perlu dicari sistem ekonomi alternatif, ekonomi Islam yang jadi pilihan.
Perbankan adalah bagian dari sistem ekonomi. Dalam sistem kapitalis
seperti pada bank-bank konvensional pada umumnya dasar operasionalnya
adalah bunga. Nasabah yang menyimpan uangnya di bank akan mendapat
keuntungan bunga sebesar a% dan debitor yang meminjam dana akan
dikenai atau dibebani dengan bunga sebesar (a + b) %. Selisih sebesar b %
itulah sebagai pendapatan bank. Menurut Prof. Dr. M. Abdul Manan ahli
ekonomi dunia dari Bangladesh sistem perbankan dengan sistem bunga
akan merugikan kesehatan ekonomi negara. Sistem ekonomi dengan
sistem bunga akan menyebabkan depresi kronis, memperburuk masalah
pengangguran dan mendorong distribusi pendapatan atau kekayaan
yang tidak merata (lampiran Gambar 1). Ekonomi Islam tampil dengan
sistem konsep pemanfaatan segenap sumber daya yang ada, wujudkan kerja
sama yang baik antara bank dengan pengusaha tidak saling eksploitasi,
depresi dimungkinkan kecil karena investasi sehat, dan distribusi yang
lebih merata.
Menurut guru besar tamu di Harvard University dan konsultan Islamic
Development, di Jeddah Bank lebih mementingkan dirinya sendiri daripada
kepentingan industri. Bank mengumpulkan dana lewat tabungan dengan
bunga rendah dan bank menyalurkan ke sektor industri dengan bunga
tinggi. Bank tidak peduli terhadap usaha yang digeluti oleh pengusaha. Hal
ini mendorong investasi yang tidak sehat apabila tiba-tiba terjadi inflasi
dimana harga barang-barang melonjak tajam, terjadilah depresi kronis.
Padahal bila para pengusaha merugi dan tidak dapat melunasi
kreditnya pada bank akan digugat dan dituntut dengan hukum perdata
dengan tuntutan keji. Sedangkan bank dengan konsep Islam akan berbagi

11
keuntungan dan kerugian dengan pengusaha. Kemungkinan kecil
mengalami kerugian karena kondisi investasi yang sehat, berupa
pandangan bisnis yang jeli dan pengalaman di dalam pengelolaan dana.
Pengusaha menjadi mitra usaha bank tidak semata-mata dibebani dengan
pembayaran bunga tetap, sebagai akibat dari hubungan ini derap langkah
kemajuan ekonomi akan berlanjut itulah menurut pandangan Dr. A. I
Qureisi dalam bukunya "Islam and The Theory of Interest".
Dengan sistem bunga secara tidak langsung bank akan memperburuk
masalah pengangguran. Pemilik modal akan enggan menginvestasikan
modalnya apabila laba yang diperoleh nanti lebih kecil dari bunga yang
ditawarkan oleh bank, meskipun proyek tersebut ditawarkan oleh bank,
meskipun proyek tersebut sangat berguna bagi masyarakat untuk
memperluas lapangan kerjam sehingga dalam hal ini sumber daya tidak
dapat dimanfaatkan secara maksimal dan kesempatan kerja akan menjadi
lebih kecil, tetapi dalam sistem Islam tidakada gagasan bungantetap
sebelumnyam sehingga diharapkan sumber daya dapat dimanfaatkan
dengan maksmimal untuk mengatasi masalah pengangguran. Bank dengan
sistem bunga membebani bunga pada para debitor terlepas dari
keuntungan dan kerugian para pengusaha. Terlihat dalam sistem
kapitalis terdapat usaha yang terkoordinasi untuk mengurus kepentingan
para konglomerat bermodal, sehingga akan memperlebar jurang pemisah
antara masyarakat. Ekonomi Islam bahkan sebaliknya berusaha mencapai
pemerataan ekonomi dalamnegara denganmengenakan zakat pada dana
surplus. Zakat maal dikenal dalamIslam harus dibayar oleh orangorang
kaya untuk kesejahteraan umum bangsa secara keseluruhan.
3. Islamic Banking Tidak Mengenal Negative Spread
Negativ spread adalah suatu kondisi akibat tingginya tingkat bunga dan
atau cost of funds, sedangkan di lain pihak bunga pinjaman tidak mungkin
dinaikkan karena lesunya dunia usaha, sehingga selisih bunga tabungan
nasabah dengan bunga kredit yang disalurkan ke debitor yang merupakan
pendapatan bank tidak akan pernah diperoleh, bahkan negatif. Masalah
Negative Spread adalah salah satu masalah dari sekian masalah yang

12
dihadapi bank konvensional kita pada saat terjadi krisis meoneter,
disamping masalah non performing loan (NPL), Legal Lending Limit (3-
L), langkahnya likuiditas sebagai dampak berkurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap dunia perbankan. Pada akhirnya banyak punya
masalah dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Negative Spread terjadi
di saat bank mengalami kesulitan likuiditas, perang bunga terjadi,
bunga melambung tinggi, penarikan tabungan terjadi besar-besaran sebagai
akibat hilangnya kepercayaan masy terhadap bank. Pada sisi lain bank
harus menanggung cost of funds cukup tinggi dan pendapatan utama bank
dari hasil bunga kredit yang disalurkan tidak mencukupi lagi diakibatkan
sektor riil tengah mengalami kelesuan. Konsep bank beroperasional
mencari untung, dalam kondisi yang demikian sektor riil yang banyak
diharapkan masy tidak akan disentuh lagi. Bamk akan beroperasi di pasar
uang, transaksi antar bank baik ditanamkan dalam bentuk SBI maupun
transaksi valuta asig atau valas. Dengan demikian peran bank telah berubah
dari yang diharapkan banyak orang.
Masalah yang demikian yang diharapi oleh bank konvensional pada
umumnya terjadi karena operasional bank dengankonsep dasar bunga yang
dalam kenyataannya keduanya saling eksploitasi. Dalam konteks
permasalahan seperti ini para pemodal, kreditor mengeksploitasi bank.
Kreditor harus mendapatkan bunga tetap dari bank tanpa melihat kondisi
bank yang tengah mengalami kesulitan likuiditas. Dalam Islamic Banking
kondisi demikian yang saling eksploitasi tidak akan ditemukan. Dengan
konsep sistem operasional bank bagi hasil akan terjadi hubungan antara
bank dengan nasabah atau kreditor dalam bentuk hubungan kemitraan,
kalau ada untung dibagi dengan adil sesuai dengan kesepakatankalau
terjadi rugi juga ditanggung bersama.

G. KENDALA BANK SYARIAH17


1. Minimnya Informasi Bank Syariah

17
Jurlan Ekonomi Dan Bisnis Vol. 5, No. 2, September 2007 Page 169

13
Masyarakat masih banyak memiliki persepsi yang salah tentang bank
syariah. Secara visual dan analogis masih banyak masyarakat yang
menafsirkan bank syariah adalah bank konvensional pada umumnya
yang menggunakan dasar pembagian hasil di dalam mendistribusikan
pendapatan yang diperoleh bank. Persepsi yang kurang tepat lagi bank
syariah dianggap sebagai bank yang sifatnya bank sektarian
sehingga segala transaksi dan operasionalnya diperuntukkan golongan
umat agama tertentu, yang seakan-akan tertutup mengadakan
transaksi dengan golongan umat yang lain.
Beberapa anggapan atau persepsi yang tidak benar dari beberapa
masyarakat dapat dipahami karena masih minimnya informasi dan
pemahaman tentang Bank Syariah. Masih minimnya literatur, referensi
dan karya tulis yang lain menyebabkan terbatasnya sosialisasi tentang
informasi dan pemahaman bank syariah. Informasi dan pemahaman
bank syariah yang masih terbatas disebabkan pula masih langkanya
universitas atau lembaga pendidikan di negara kita yang menyediakan
kurikulumekonomi dan perbankan syariah, terlebih untuk
mencari lembaga pendidikan tinggi yang memiliki Islamic Economic
Research Center masih jauh dari harapan.
2. Sumber Daya Manusia Masih Terbatas
Indonesia dewasa ini bahkan di tingkat glonal dirasakan masih langka
bankir yang memiliki keahlian operasional bank syaraih. Bahkan para
bankir yang telah mengikuti berbagai kursus dan pelatihan dalam
praktiknya masih merasakan keterbatasan pengetahuan tentang aplikasi
model penghimpunan dana, pembiayaan dan jasa dari Bank Syariah.
Perbankan syariah menuju abad mendatang di era globalisasi harus
memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai daya saing
yang andal. Bank Syariah memerlukan SDM yang memiliki
kemampuan dua sisi yang meliputi ketrampilan pengelolaan
operasional dan pengetahuan syariah termasuk akhlak dan moral
dengan integritas yang tinggi.

14
Persyaratan SDM Bank Syariah mendatang harus memenuhi STAF
merupakan kependekan dari Shidiq artinya SDM bank syariah harus
jujur dan pintar. Jujur dan pintas di dalam melaksanakan tugas
operasional bank sehari-hari, Tabligh yang berarti menyampaikan dan
menyebarluaskan kebaikan, berani menyatakan dan menyampaikan
kebaikan ataupun mengatakan dan mencegah kemungkaran. Amanah
berarti dapat dipercaya. Memegang teguh amanah dan kepercayaan
yang telah dipercayakan pimpinan kepadanya. Fathonah yang artinya
pandai dan memiliki kemampuan yang andal terhadap tugasnya. Bagi
otoritas pengawas persyaratan SDM Bank Syariah yang dirumuskan
dalam STAD ini secara eksplisit dan implisit harus ditetapkan dalam
berbagai ketetntuan dan petunjuk otoritas pengawas.
3. Jaringan dan Kantor Cabang yang Terbatas
Jaringan dan kantor cabang Bank Syariah di Indonesia masih jauh dari
jumlah jaringan dan kantor cabang yang dimiliki bank konvensional .
Tersedianya fasilitas untuk dapat melayani nasabah yang akan
bertransaksi dengan bs masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah Bank Syariah yang ada di Indonesia terdapat satu bank umum
dan 78 BPR perkembangan perbankan syaraih ini dibandingkan
dengan total volume usaha dan jumlah perbankan nasional secara
keseluruhan relatif masih sangat kecil yaitu di bawah 1 % sehingga
peranannya terhadap ekonomi makro belum signifikan. Kuran volume
usaha dan jaringankantor yang sangat kecil tersebut merupakan salah
satu kendala utama dalam pengembangan perbankan syariah
sebagaimana yang telah diindikasikan oleh M. Umer Chapra sehingga
mempengaruhi kemampuan bank untuk melakukan pelatiha yang
memadai, penelitian pasar, pengembangan produk dan
pengembangan teknoligu. Kondisi yang masih serba terbatas tersebut
akan mempengaruhi pada akademisi maupun praktisi untuk melakukan
kegiatan penelitian yang terbukti dengan masih sangat terbatasnya
literatur maupun keterlibatan para pakar dalam pengembangan Bank
Syariah.

15
Termasuk dalam hal ini keterbatasan bank syariah di dalam taraf
pengembangan adalah masih terbatasnya sistem informasi. Teknologi
sistem informasi yang tepat guna akan menjadikan bank beroperasi
lebih efisien seperti di beberapa negara kaya minyak di Timur Tengah
seperti Bahrain, Arab Saudi, Kuwait, Qatar. Kecanggihan sistem
informasi bank syariah sangat menonjol, sehingga mampu
menyediakan data dan pelayananjasa kepada masy melalui produk-
produk bank yang modern seperti phone banking, smart card dan
investment product.
4. Penerapan Standar Tingkat Kesehatan Perbankan
Masalah standar laporan keuangan perbankan syariah yang dituntut
menyajikan laporan keuangan sebagai lembaga mencari untung
juga terkait dengan laporan keuangan bank yang fungsinya
sebagai fungsi sosial. Hal ini berkaitan dengan konsep dasar usaha
perbankan syariah di samping mempunyai konsep investasi juga
berkonsep pada norma moral atau sosial. Memperhatikan dasar
keadilan dan dasar kebenaran maka konsep Islam dalam pencatatan
keuangan tetap mengacu pada konsep dasar laporan keuangan yang
dapat dipertanggungjawabkan, transparan, adil dan dapat
diperbandingkan. Dalam laporan keuangan ini bank syariah dapat
berpedoman kepada standar akuntansi lembaga keuangan Organisasi
Akuntansi dan Auditing bagi lembaga keuangan Islam atau AAQIFI
yang berkedudukan di Bahrai. Maslahnya sekarang Bank Sentral
sebagai otoritas pengawas harus mengadakan pengawasan terhadap
kegiatan bank syariah. Dalam tugasnya otoritas pengawas harus
mengadakan pengawasan terhadap kegiatan bank syariah. Dalam
tugasnya otoritas pengawas mutlak memerlukan piranti pengaturan
dalam bentuk standar. Standar pengukuran kinerja atau tingkat
kesehatan perbankan seperti standar CAMEL, KPMM (Ketentuan
Pemenuhan Modal Minimum) atau CAR, PDN (Posisi Devisa Neto),
BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) dan NPTS (Nisbah
Pembiayaan terhadap Simpanan) yang telah diterapkan pada sistem

16
perbankan konvensional yang kita kenal selama ini. Dengan
beroperasinya bank syariah timbul pertanyaan apakah standar CAMEL
dan prinsip atau ketentuan kehati-hatian atau prudentialbanking
tersebut dapat diterapkan pada sistem perbankan syariah yang
mempunyai sistemkonsep yang berbeda dalam operasionalnya dengan
bank konvensional.
Penerapan prudential banking pada bank syariah ini telah lama
menjadi isu pakar perbankan. Working paper IMF (Maret 1998)
Banking : Issues in prudential regulation and supervision, menyatakan
bahwa implementasi prinsip kehati-hatian pada bank syariah dapat
menggunakan referensi standar Bask Committee on Banking
Supervision (BIS). Seperti yang diterapkan pada bank konvensional.
Namun standar BIS tidakdapat sepenuhnya diadopsi dalam perbankan
syariah karena terdapat kendala yaitu adanya perbedaan penerapan
prinsip syariah di tiap-tiap negara muslim. Perbedaan derajat
penerapan prinsip syariah dalam lembaga atau instrumen
perekonomian seperti misalnya Iran dengan Islam. Konservatif dan
Malaysia dengan Islam Liberal.

5. Kegiatan Usaha Bank Syariah


Berdasarkan UU no 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 19,
20 dan 21 diuraikan tentang kegiatan usaha Bank Umum Syariah (BUS), Unit
Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Jenis-
jenis kegiatan usaha tersebut diuraikan dalam bentuk tabel beriku tini :18

No. BUS UUS BPRS

18
M. Nasyah Agus Saputra, ”Kegiatan Usaha Perbankan Syariah di Indonesia”.
Jurnal Masharif al-Syariah Vol. 2, No. 1, 2017.

17
a. Menghimpundana dalam Menghimpundana dalam Menghimpun dana dari
bentuk simpanan berupa bentuk simpanan berupa masyarakatdalam bentuk:
giro, tabungan, giro,tabungan, atau
1. Simpanan berupa
ataulainnyaberdasarkan akad lainnyaberdasarkan Akad
tabungan
wadi’ahatauAkad lain yang wadi’ah atau Akad lainyang
berdasarkan akad
tidak bertentangan dengan tidak bertentangan dengan
wadi’ahatauakadlain
Prinsip Syariah. Prinsip Syariah.
yang tidak bertentangan
dengan PrinsipSyariah
2. Investasi berupa
Deposito atau
Tabunganatau bentuk
lainnyaberdasarkan
Akad mudharabah
atauakad lain yang tidak
b. Menghimpundana dalam Menghimpun bertentangan dengan
dana dalam Menyalurkandanakepada
bentuk Investasi berupa bentuk investasi berupa masyarakatdalam bentuk:
Deposito, Tabungan,atau Deposito,Tabungan, atau
1. Pembiayaan bagi hasil
bentuk lainnya yang di bentuklainnyayang
berdasarkan Akad
persamakan dengan itu dipersamakan dengan itu
mudharabah atau
berdasarkan Akad berdasarkan Akad mudharabah
musyarakah
mudharabah atauAkad lain atau Akadlainyangtidak
2. Pembiayaan berdasarkan
yang tidak bertentangan bertentangan dengan prinsip
Akad murabahah,
dengan Prinsip Syariah syariah
salam, atauistishna
3. Pembiayaan berdasarkan
akad qard
4. Pembiayaan penyewaan
barang bergerak atau
tidak bergerak (ijarah)

18
c. Menyalurkan pembiayaan Menyalurkan Pembiayaan bagi Menempatkan dana pada
bagi hasil berdasarkan akad hasil berdasarkan Akad Bank Syariah lain dalam
mudharabah, Akad mudharabah, Akad bentuk titipan berdasarkan
musyarakah, atau Akad lain musyarakah, atau Akad lain Akad wadi’ah atau Investasi
yang tidak bertentangan yang tidak bertentangan berdasarkan Akad
dengan prinsip Syariah; dengan Prinsip Syariah; mudharabah dan/atau Akad
lain yang tidak bertentangan
d. Menyalurkan Pembiayaan Menyalurkan Pembiayaan Memindahkan uang, baik
dengan Prinsip Syariah
berdasarkan Akad berdasarkan Akad untuk kepentingan sendiri
murabahah, Akad salam, murabahah, Akad salam, maupun untuk kepentingan
Akad istishna, atau Akad Akad istishna’, atau Akad lain Nasabah melalui rekening
lain yang tidak yang tidak bertentangan BPRS yang ada di BUS,

e. bertentangan
Menyalurkan dengan dengan
Pembiayaan Prinsip Syariah
Menyalurkan Pembiayaan dan UUS
Menyediakan produk
berdasarkan Akad qardh berdasarkan Akad qardh atau ataumelakukan kegiatan
atau Akad lain yang tidak Akad lain yang tidak usaha Bank Syariah lainnya
bertentangan dengan Prinsip bertentangan dengan Prinsip yang sesuai dengan Prinsip
Syariah Syariah Syariah berdasarkan
f. Menyalurkan Pembiayaan Menyalurkan
Pembiayaan persetujuan BI.
penyewaan barang bergerak sewa barang bergerak atau
atau tidak bergerak kepada tidak bergerak kepada Nasabah
Nasabah berdasarkan Akad berdasarkan Akad ijarah
ijarah dan/atau sewa beli dan/atau sewa beli dalam
dalam bentuk ijarah bentuk ijarah muntahiya
muntahiya bittamlik atau bittamlik atau Akad lain yang
Akad lain yang tidak tidak bertentangan dengan
g. Melakukan
bertentangan pengambilalihan
dengan Melakukan
Prinsip Syariahpengambilalihan
utang berdasarkan Akad utang berdasarkan Akad
hawalah atau Akad lainyang hawalah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah Prinsip Syariah

19
h. Melakukan usaha kartu Melakukan usaha kartu debit
debit dan/atau kartu dan/atau kartu pembiayaan
pembiayaan berdasarkan berdasarkan Prinsip Syariah
i. Prinsip
Membeli,Syariahmenjual, atau Membeli, menjual, atau
menjamin atas risiko sendiri menjamin atas risiko sendiri
surat berharga kepada pihak surat berharga kepada pihak
ketiga yangditerbitak atas ketiga yang diterbitak atas
dasar transaksi nyata dasar transaksi nyata
berdasarkan Prinsip Syariah, berdasarkan Prinsip Syariah,
antara lain seperti Akad antara lain seperti Akad
Ijarah, musyarakah, Ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, mudharabah, murabahah,
J Membeli surat berharga Membeli surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah berdasarkan Prinsip Syariah
yang diterbitkan oleh yang diterbitkan oleh
Pemerintah adan/atau BI Pemerintah dan/atau BI
k. Menerima pembayaran dari Menerima pembayaran dari
tagihan atas surat berharga tagihan atas surat berharga
dan melakukan perthitungan dan melakukan perthitungan
dengan pihak ketiga atau dengan pihak ketiga atau
antarpihak ketiga berdasarkan antarpihak ketiga berdasarkan

l. Prinsip Syariah tempat untuk Prinsip


Menyediakan Syariah tempat
Menyediakan untuk
menyimpan barang dan surat menyimpan barang dan surat
berharga berdasarkan Prinsip berharga berdasarkan Prinsip
Syariah Syariah
m. Memindahkan uang, baik Memindahkan uang, baik
untuk kepentingansendiri untuk kepentingansendiri
maupun untuk kepentingan maupun untuk kepentingan
Nasabah berdasarkan Prinsip Nasabah berdasarkan Prinsip
n. Syariah
Memberikan Syariah
fasilitas letter of Memberikan fasilitas letter of
credit atau bank garansi credit atau bank garansi
berdasarkan Prinsip Syariah berdasarkan Prinsip Syariah

20
o. Melakukan fungsi sebagai Kegiatan lain yang lazim di
wali amanat berdasarkan lakukan di bidang perbankan
Akad wakalah dan sosial sepanjang sesuai
dengan Prinsip Syariah dan
peraturan perundang-
p. Melakukan Penitipan untuk
kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu Akad yang
berdasarkan Prinsip Syariah
q. Kegiatan lain yang lazim di
lakukan di bidang perbankan
dan sosial sepanjang sesuai
dengan Prinsip Syariah
dan peraturan perundang-
undangan.
Pada pasal 20 juga diuraikan beberapa hal tambahan yang boleh
dilakukan oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Usaha Unit Syariah (UUS)
seperti:

No. BUS UUS


a. Melakukankegiatanvalutaasing(valas) Melakukan kegiatan valuta asing(valas)
berdasarkan PrinsipSyariah berdasarkan Prinsip Syariah

b. Melakukan kegiatanpenyertaanmodal Melakukan kegiatan penyertaanmodal


padaBank UmumSyariah atau padaBankUmumSyariah atau lembaga
lembaga keuanganyang menjalankan keuangan yang menjalankan usaha
usaha berdasarkan PrinsipSyariah berdasarkan PrinsipSyariah
c. Melakukan kegiatan penyertaanmodal Melakukan kegiatan
sementarauntuk mengatasi akibat penyertaanmodal sementara untuk
kegagalan Pembiayaan mengatasi akibatkegagalan
berdasarkanPrinsip Syariah, dengan Pembiayaan berdasarkan Prinsip
syarat harus menarik Syariah, dengansyaratharus menarik
d. Bertindak sebagai pendiri dan
pengurus dana pensiun
berdasarkanPrinsipSyariah

21
e. Melakukankegiatandalampasar
modalsepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan peraturan
f. pasar modal
Menyelenggarakankegiatanatau Menyelenggarakan kegiatan atau
produkbankyang berdasarkan Prinsip produkbankyang berdasarkan Prinsip
Syariah dengan Syariah dengan
g. menggunakansaranaelektronik
Menerbitkan,menawarkan,memperdag menggunakansaranaelektronik
Menerbitkan, menawarkan,
angkan surat berhargajangka pendek memperdagangkan surat berharga
berdasarkan PrinsipSyariahbaik jangka pendekberdasarkan
secaralangsung maupuntidak PrinsipSyariahbaik secara langsung
h. langsungmelalui
Menerbitkan, pasar uang.
menawarkan, dan maupuntidaklangsung melaluipasar
memperdagangkan suratberharga
-
jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah, baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui pasar modal,
i Menyediakan produk atau melakukan Menyediakan produk atau melakukan
kegiatan usaha BUS lainnya kegiatan usaha BUS lainnya berdasarkan
berdasarkan prinsip syariah. prinsip syariah.

6. PENILAIAN KESEHATAN BANK SYARIAH


Penilaian kesehatan bank, di samping dilakukan untuk bank
konvensional, juga dilakukan untuk bank syariah baik untuk bank umum
syariah maupun bank pengkreditanrakyat syariah. Hal ini dilakukan sesuai
dengan perkembangan metodologi penilaian kondisi bank yang bersifat
dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem penilaian tingkat
kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah. Tujuannya adalah agar dapat
memberi gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi saat ini dan
mendatang.19
Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan
bank umum berdasarkanprinsip syariah yang berlaku mulai 24 januari 2007.

19
Kasmir, Bank dan Lembaga, hlm. 174.

22
Dari hasil penjelasan Deputi Gubernur, bank indonesia Siti Chalimah Fadjrijah
menjelaskan bahwa penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan produk
dan jasa perbankan syariah kedepan kian beragam kompleks sehingga eksposur
risiko yang dihadapi juga meningkat. Meningkatnya eksposur risiko tersbut
akan mengubah profit risiko bank syariah, yang pada gilirannya akan
memengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut. Dalam penilaian tingkat
kesehatan, bank syariah telah memasukkan risiko yang melekat pada aktivitas
bank, yang merupakan bagian dari proses penilaian manajemen risiko.20
Bank umum syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank
secara triwulanan, yang meliputi faktor-faktor sebagai berikut :21
1. Permodalan (capital)
2. Kualitas aset (asset quality)
3. Rentabilitas (earning)
4. Likuiditas (liquidity)
5. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)
6. Dan manajemen (management)
Penilaian peringkat komponen atau rasio keuangan pembentukan faktor
finansial (permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas
terhadap risiko pasar) dihitung secara kuantitatif dan kualitatif dengan
mempertimbangkan unsur judgment.22
Kemudian, untuk menentukan peringkat komposit yang merupakan
peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank diterapkan sebagai
berikut :23
No Peringkat Keterangan
1 Komposit 1 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang sangat
baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang sangat
baik.
2 Komposit 2 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang baik
sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang baik.
3 Komposit 3 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang cukup
20
Ibid. 175.
21
Ibid.
22
Ibid.
23
Ibid. 176-177.

23
baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang cukup
baik.
4 Komposit 4 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang kurang
baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang kurang
baik.
5 Komposit 5 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang tidak
baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang tidak
baik.

7. Standar Akuntansi Bank Syariah


Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh kalangan perbankkan
syariah adalah standarlisasi system akuntansi dan audit yang bertujuan untuk
menciptakan tranparansi keuangan sekaligus memperbaiki kualiatas pelayanan
keuangan pada masyarakat. Untuk mencapai tujuan akutansi yang bersifat
standar maka stuktur dasar aktivitas investasi dapat kita bagi kedalam dua
bagian, yang pertama unrestricted investment accounts (rekening investasi
tanpa batasan) yang kedua yaitu, restricrected investiment acconts (rekening
investasi dengan batasan). Adapun maksud poin yang pertama yaitu bank Islam
memiliki kebebasan dalam menginvestasiakan dana yang diterimanaya pada
berbagai kegiatan investasi tanpa dibatasi oleh ketentuan ketentuan tertentu,
maksud dari yang kedua adalah pihak bank hanya bertindak sebagai manager
yang tidak memiliki otoritas untuk mencampurkan dana yang diterimanya
dengan modal pemilik banknya tanpa persetujuan investor. Selain dari kedua
hal tersebut bank syariah juga harus menrefleksikan fungsinya sebagai
pengelola dana dana zakat dan dana dana amal lainnya termasuk dana qard
hasan. Sementara itu pada aspek pengenalan , pengukuran dan pencatatan
setiap transaksi pada system akuntansi bank syariah terdapat kesamaan dengan
proses proses yang terjadi pada bank konvensional.24
1. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah

24
Osmad Mutaher, Akutansi Perbankkan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 22-26.

24
Berdasarkan PSAK KDPPLKS paragraph 1, disebutkan bahwa kerangka
dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuannya sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar akutansi keuangan syariah dalam pelaksanan tugasnya
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi
syariah yang belum diatur dalam standar akutansi keuangan syariah
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun secara seuai dengan prinsip akutansi syariah yang
berlaku di umum
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai standar akutansi
keuangan syariah.
Pengertian transaksi syariah yang dimaksud dalam kerangka dasar ini
adalah transaksi yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Kerangka
dasar ini bukan standar akutansi keuangan karena tidak mendefisikan
standar untuk permasalahan pengukuran atau pengungkapan tertentu.
2. Laporan Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah asset, kewajiban, dana syirkah tempore dan ekoitas. Pos
pos ini definisikan sebagai berikut:
a. Asset : sumber daya yang dikuasai oleh etentitas syariah sebagai akibat
dari peristiwa masalalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan memperoleh itentitas syariah
b. Kewajiban : merupakan utang etentitas syariah masa kini yang timbul
dari peristiwa masalalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
eluar dari sumber daya etentitas syariah yang mengandung manfaat
ekonomi
c. Dana syirkah temporer : dana yang diterima sebagai investasi jangka
waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana etentitas syariah
mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut
dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan

25
d. Ekuitas : hak residual atas asset etentitas syariah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer
Neraca yang disusun menurur standar akutansi keuangan syariah yang
berlaku dapat meliputi pos pos yang tidak memenuhi definisi asset atau
kewajiban dan tidak disajikan sebagai bagian dari dana syirkah temporer
atau ekuitas.
3. Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Laporan keuangan bank syariah sesuai dengan format umum dengan
mengacu pada lampiran PSAK 101 tentang penyajian laporan syariah yang
diterbitkan IAI tahun 2007 terdiri dari kompenen kompenen berikut:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan arus kas
d. Laporan perubahan ekuitas
e. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
f. Laporan sumber dan dana kewajiban
g. Catatan atas laporan keuangan

26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa bank
syariah adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berdasarkan Alquran dan Hadist Nabi SAW.
Dimana kegiatan bank syariah ini mulai dialkukan sekitar tahun 1940 an di
Pakistan dan Malaysia sampai berdiri di Indonesia pada tahun 1990 an.
Fungsi bank syariah sendiri terdiri dari manajemen investasi, investasi,
jasa layanan keuangan dan jasa sosial. Tujuan dari bank syariah disini adalah
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam, Untuk
menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, meningkatkan kualitas hidup umat
dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok
miskin, menanggulangi masalah kemiskinan, menjaga stabilitas ekonomi dan
moneter, serta untuk menyelamatkan ketergantungan ummat Islam terhadap
ban non-syariah.
Produk dan prinsip bank syariah yang ditawarkan mengikuti ketentuan
dalam Alquran dan Hadist diantaranya prinsip simpanan, prinsip bagi hasil,
prinsip pengemballian keuntungan, prinsip sewa atau ijarah, prinsip
pengambilan fee dan prinsip biaya administrasi. Sedangkan untuk menilai
kesehatan bank syariah bisa dilakukan dengan menilai tingkat kesehatan bank
syariah secara triwulan dengan melihat faktor-faktor seperti permodalan,
kualitas aset, rentabilitas, likuditas, sensitifitas terhadap risiko pasar, dan
manajemen. Hal itu dapat dihitung secara kuantitatif dan kualitatif dengan
mempertimbangkan unsur judgment.
B. SARAN
Bagi masyarakat khususnya indonesia lebih baik melakukan suatu
transaksi bisnis atau transaksi lainnya pada Bank Syariah ketimbang Bank
Konvensional, karena bank syariah merupakan bank yang kegiatannya itu
mengikuti ajaran Alquran dan Hadist berbeda dengan konvensional yang

27
mengguankan sistem riba. Dimana sudah sangat jelas bahwa riba dalam
Alquran sangat diharamkan.

28
DARTAR RUJUKAN

Jurlan Ekonomi Dan Bisnis Vol. 5, No. 2, September 2007 Page 169

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT RajaGrafindo


Persada, 2014.

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta : Ekonisia, 2004.

Mutaher, Osmad, Akutansi Perbankkan Syariah. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012.

Suwiknyo, Dwi. Jasa-Jasa Perbankan Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2010.

Saputra, M. Nasyah Agus, Kegiatan Usaha Perbankan Syariah di Indonesia.


Jurnal Masharif al-Syariah Vol. 2, No. 1, 2017.

Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

29

Anda mungkin juga menyukai