Anda di halaman 1dari 10

REKONSTRUKSIONISME SOSIAL

Dosen Pengampu: Bapak Dr. Iffan Ahmad G, M.Phil

Oleh:
DEDE FAISAL
IING MASROI
NAILATURROHMAH
NURUL SYAFRUDIN
SRI KOMARIAH

Prodi: BKPI A

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON (IAI BBC)
Jl. Widarasari III Tuparev Desa Sutawinangun Kec.Kedawung
Kabupaten Cirebon
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukkur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahapahkan rahmat
dan hidayahNya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap selalu
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengukir sejarahnya dengan merubah
umat jahiliah menjadi umat yang memiliki pengetahuan dan Islam.
Makalah dengan judul Rekonstruksionisme, merupakan tugas terstruktur maka kuliah
Filsafat Pendidikan Islam. Makalah ini membahas tentang pengertian Rekonstruksionisme, sejarah
berdiri dan tokoh-tokoh Rekonstruksionisme, serta pandangan aliran ini tentang pendidikan.
Penulis menyadari, makalah ini jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritikan demi revisi kea rah yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap
semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Cirebon, 28 Maret 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3


A. Pengertian,Sejarah, dan Tokoh Rekonstruksionisme .............................................................. 3
B. Pandangan Rekonstruksionisme tentang Pendidikan ............................................................... 5

BAB III. PENUTUP .................................................................................................................... 9


A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 10
B. Saran......................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemunculan filsafat Rekontruksionisme ini berangkat dari kondisi masyarakat Amerika
pada khususnya dan masyarakat industri pada umumnya, yang semakin meninggalkan sebuah
tatanan dunia yang diidam-idamkan. Perkembangan ilmu, teknologi, dan industrialisasi pada satu
sisi memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan, akan tetapi disisi lain ia telah
menimbulkan pengaruh-pengaruh yang negatif. Masyarakat yang tenang, tentram, dan damai,
pelan-pelan telah tergiring pada keterasingan. Ada yang menganggap, kondisi ini karena adanya
sifat loises faire, kompetisi yang terlalu berlebihan sehingga bermuara pada pemenuhan
kepentingan individual dari pada kepentingan sosial, pada masyarakat Amerika.
Perlu dilakukan perbaikan-perbaikan di bidang ekonomi, yang semula berbentuk
individual interprenurship dirubah kearah coorperative yang bersendikan konsep kerja sama
kolektif. Konsep ini, kemudian mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Keadaan ini, meyakinkan para pemikir pendidikan bahwa pendidikan perlu mempunyai konsep
dan peran yang positif dalam mengadakan rekontruksi masyarakat. Masyarakat yang direkontruksi
ini, hendaknya lebih mengutamakan kebersamaan dari pada kepentingan-kepentingan individu.
Pada dasarnya rekonstruksionisme sepaham dengan perealisme dalam hendak mengatasi
krisis kehidupan modern. Hanya saja jalan yang ditempuh berbeda, jika perealisme memilih untuk
kembali kepada kebudayaan lama yang telah teruji dan terbukti mampu membawa manusia
mengatasi krisis sedangkan rekonstrukinisme berusaha membina suatu consensus yang paling luas
dan paling mungkin mencapai tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia untuk
mencapai tujuan itu, rekonstruksinisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai
tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh
lingkungannya.
Oleh karena itu, pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat
ditekankan. Rekonstruksionisme menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kaitannya dengan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di temukan atau di kemukakan permaslahan
diantaranya:
1. Apa Pengertian, Sejarah, dan Tokoh Rekonstruksionisme?
2. Bagaimana Pandangan rekonstruksionisme tentang pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian, Sejarah, dan tokoh rekonstruksionisme
2. Untuk mengetahui Pandangan Rekonstruksionisme tentang pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Sejarah, dan Tokoh Rekonstruksionisme


Rekonstruksinisme berasal dari bahasa inggris yakni reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam bahasa Indonesia rekonstruksi biasa diartikan pengembalian sebagaimana semula.
Rekonstruksionisme dalam filsafat pendidikan selalu diartikan sebagai sebuah aliran yang berupa
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern.
Rekonstruksionisme timbul sebagai reaksi terhadap perubahan tata kehidupan masyarakat
Amerika pada umumnya dan masyarakat Negara industry pada umumnya yang semakin jauh dari
apa yang diidamkan. Tidak dipungkiri bahwa kemajuan ilmu, teknologi, dan industrialisasi telah
membawa sejumlah kemajuan dan kemudahan dalam kehidupan manusia, namun disisi lain juga
memberikan pengaruh negative. Masyarakat yang tenang, tentram, dan damai berangsur-angsur
diganti oleh masyarakat yang coraknya tidak menentu, tiada kemantapan, dan lepasnya individu
dengan kaitannya masyarakat serta adanya keterasingan.
Pada dasarnya rekonstruksionisme sepaham dengan perealisme dalam hendak mengatasi
krisis kehidupan modern. Hanya saja jalan yang ditempuh berbeda, jika perealisme memilih untuk
kembali kepada kebudayaan lama yang telah teruji dan terbukti mampu membawa manusia
mengatasi krisis sedangkan rekonstrukinisme berusaha membina suatu consensus yang paling luas
dan paling mungkin mencapai tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia untuk
mencapai tujuan itu, rekonstruksinisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai
tujuan utama yang dapat mengatur tata ehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh
lingkungannya. Maka melalui lembaga dan proses pendidikan rekonstruksinime ingin merombak
tata susunan lama dan membangun tata susunan kebudayaan yang sama sekali baru.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita pendidikan yang dimaksud di atas, diperlukan adanya
kerja sama semua bangsa-bangsa. Para penganut aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa
bangsa-bangsa didunia mempunyai hasrat yang sama untuk menciptakan satu dunia baru, dengan
satu kebudayaan baru dibawah satu kedaulatan dunia, dalam pengawasan mayoritas umat manusia.
Salah satu tokoh rekonstruksionisme adalah George S. Counts adalah seorang
tokoh rekonstriksionisme social menulis bahwa terdapat jurang pemisah yang besar diantara
banyak kenyataan yang sulit dihilangkan, antar peradaban industry kita dengan adat istiadat,
kesetiaan-kesetiaan, pemahaman-pemahaman dan pandangan-pandangan kita.[5] Ia menyalahkan
sekolah-sekolah karena mengabdikan ketidak samaan yang mencolok berdasarkan garis ras, kelas
dan etnik. Ia menegaskan bahwa sekarang ini sekolah-sekolah menengah umum sebagian besar
dimasuki oleh anak-anak dari kelas-kelas social yang lebih baik kemampuan keluarganya.
Hal ini memberikan tontonan kepada kita tentang sesuatu hak istimewa yang dipamerkan
atas biaya masyarakat, yang memperlihatkan bahwa kelas-kelas yang berkemampuan lebih baik
telah memperoleh kedudukan yang istimewa dalam masyarakat modern. Counts mengecam
pendidikan progresif karena telah gagal mengembangkan suatu teori kesejahteraan social, dan ia
menegaskan bahwa pendekatan pendidikan berpusat pada anak (the child centered approach) tidak
memadai untuk menjamin keterampilan-keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam
menghadapi abad 20, dapat dihasilkan oleh pendidikan.
Menurut Theodore Brameld menguraikan nilai-nilai Rekonstruksionisme, yaitu banyaknya
orang-orang yang menginginkan sebagai berikut:
1. Makanan yang cukup
2. Pakaian yang cukup
3. Perlindungan dan kebebasan
4. Kebutuhan seksual dan pelayanan
5. Jiwa dan mental yang sehat
6. Rekan kerja dan bisnis
7. Persahabatan, saling setia, dan kepribadian
8. Pengakuan, penghargaan, dan status
9. Sesuatu yang baru, keingintahuan, variasi, petualangan, pertumbuhan dan daya kreasi
10. Kemampuan membaca, kepandaian, dan informasi
11. Partispasi dan tukar pikiran serta
12. Pengertian, perintah, dan tujuan
Beberapa pendidik setuju bahwa pemuda harus memikirkan tantangan dan masalah social,
ekonomi dan politik, serta berusaha untuk mencapai mufakat dalam mencari solusi. Premis utama
dari filsafat ini adalah untuk menjadikan sekolah sebagai agen utama dalam perubahan social.

B. Pandangan rekonstruksionisme tentang pendidikan


Perkembangan teori rekonstruksinisme sejak awal kemunculannya hingga akhir-akhir ini
memperjuangkan hal yang sama yakni pendidikan hendaklah menjadi wahana rekonstruksi social.
Sebagai teori, rekonstruksionisme menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kaitannya
dengan masyarakat. Pendukung rekonstruksinisme yakin bahwa pendidikan adalah institusi social
dan sekolah merupakan bagian dari masyarakat.[9] Rekonstruksionisme tidak saja berkonsentrasi
tentang hal-hal yang berkenaaan dengan hakikat manusia, tetapi juga terhadap teori belajar yang
dikaitkan dengan pembentukan kepribadian subjek didik yang berorientasi pada masa depan. Oleh
karena itu, maka idealitas terletak pada filsafat pendidikannya. Bahkan penetapan tujuan dalam
hal ini merupakan sesuatu yang penting dalam aliran ini. Segala sesuatu yang diidamkan untuk
masa depan suatu masyarakat mesti ditentukan secara jelas oleh pendidikan.
Para Rekonstruksionis menginginkan, bahwa pendidikan dapat memunculkan kesadaran
para subjek didik untuk senantiasa memperhatikan permasalahan social, ekonomi dan politik dan
menjelaskan kepada mereka bahwa memecahkan semua problem itu hanya melalui keterampilan
memecahkan problem. Tujuan aliran ini tidak lain adalah untuk membangun masyarakat baru,
yakni suatu masyarakat global yang memiliki hubungan interdependensi.
Teori pendidikan Rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld terdiri dari enam
tesis, yaitu:
1. Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial
baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan mendasari
kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
2. Masyarakat baru harus ada dalam kehidupan demokrasi sejati, dimana sumber lembaga
utama dalam masyarakatdi kontrol oleh warga sendiri.
3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri di kondisikan oleh kekuatan budauya dan sosial.
Menurut rekontruksionisme, hidup beradap adalah hidup berkelompok, sehingga
kelompok, sehingga kelompok akan memainkan peran yang penting di sekolah.
4. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana yaitu
dengan memperhatikan prosedur yang demokratis
5. Cara dan tujuan pendidikan harus di ubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini dan
menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial.
6. Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang di pakai,
struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.
Pandangan tentang kurikulum, guru, dan siswa dalam perspektif Rekonstruksionisme
sebagai berikut:
1. Pandangan tentang Kurikulum
Keinginan Rekonstruksionisme adalah menjadikan pendidikan sebagai wahana rekonstruksi
sosial (masyarakat). Oleh karena itu apabila sekolah atau guru kurang atau tidak menaruh perhatian
terhadap apa yang ada dan terjadi diluar dinding sekolah, maka bukanlah model pendidikan yang
tepat. Siswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang mendorong pengembangan kemampuan
melihat dan memecahkan suatu masalah secara kritis. Yang diperlukan adalah pengetahuan dasar
seperti Matematika, Fisika, Kimia, sosiologi dan lainnya ditambah dengan hal-hal yang sedang
aktual seperti industrialisasi, media masa, tenaga nuklir, dan ekologi. Dengan begitu, diharapkan
guru meningkat dan siswa dapat dilatihg berfikir dan berupaya untuk mengembangkan hal-hal
terpuji dimasa mendatang.
2. Pandangan tentang guru
Menurut Stanley Aronowitz dan Henry A Giroux adalah guru yang memiliki kemampuan.
Usaha-usaha inovasi pendidikan selama ini memang telah menghasilkan perubahan, namun belum
dapat mengembangkan pribadi guru yang ideal. Seorang guru hendaknya bukan saja menerima
dan menjalankan kurikulum, melainkan secara kritis dapat menghubungkan materi kurikulum
sehingga ada relefansinya dengan masyarakat. Selain itu guru juga harus punya kemampuan revisi
agar materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
3. Pandangan tentang siswa
Siswa lebih banyak dipandang sebagai makhluk yang pasif, perlu diubah menjadi makhluk
yang aktif dan kreatif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengubah konsepsi
pendidikan sebagai transfer pengetahuan menjadi transformasi pengetahuan. Siswa diharapkan
ikut mencerna pengetahuan itu sehingga menjadi miliknya. Pengetahuan yang diberikan kepada
siswa hendaknya tidak hanya pengetahuan dasar tapi pengetahuan yang berkaitan dengan problem
yang ada dalam masyarakat.
Dengan demikian, Rekonstruksionisme menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam
kaitannya dengan masyarakat. Artinya, bahwa tujuan pendidikan, kurikulum, metode, peranan
guru dan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan itu hendaknya searah dengan situasi dan
kebutuhan masyarakat. Peserta didik dalam sekolah yang bercorak rekonstruksionisme ini
diarahkan supaya mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat dimana ia tinggal. Jadi,
orientasi pendidikannya adalah masyarakat.
Menurut Imam Barnadib mengartikan rekonstruksionisme sebagai filsafat pendidikan yang
menghendaki agar anak didik dapat membangkitkan kemampuannya untuk secara rekonstruktif
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai akibat
adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut Kinsley Price bahwa hal-hal mendasar dalam aliran ini tercermin dalam pemilihan
corak aktivitas pembelajaran sebagai berikut:
1. Segala sesuatu yang bercorak otokrasi mesti dihindari, sehingga yang belajar terhindar dari
unsure pemaksaan
2. Guru mesti dapat meyakinkan subyek didiknya akan kemampuannya dalam memecahkan
masalah, sehingga masalah yang ada dalam subject matter dapat diatasi
3. Untuk menumbuh kembangkan keinginan belajar subjek didik, seorang guru mesti mampu
mengenali setiap diri subjek didik secara individu
4. Seorang guru mesti dapat menciptakan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga interaksi guru
dengan subjek didik dan semua yang hadir dalam suatu ruangan kelas dapat berkomunikasi dengan
baik, tanpa ada yang menunjukkan sikap otoriter.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rekonstruksinisme berasal dari bahasa inggris yakni reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam bahasa Indonesia rekonstruksi biasa diartikan pengembalian sebagaimana semula.
Rekonstruksionisme dalam filsafat pendidikan selalu diartikan sebagai sebuah aliran yang berupa
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern.
Rekonstruksionisme timbul sebagai reaksi terhadap perubahan tata kehidupan masyarakat
Amerika pada umumnya dan masyarakat Negara industry pada umumnya yang semakin jauh dari
apa yang diidamkan. Rekontruksionalisme dipelopori oleh Count dan Rugg pada tahun 1930, ingin
membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini
yaitu : Carroline Pratt, Georg Count, dan Harold Rugg.
Dalam konteks pendidikan aliran rekonstruksionalisme merupakan suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan itu lama dengan membangun tata susunan baru yang bercorak
modern. Aliran rekontruksionalisme pada dasarnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu
hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan
sekarang merupakan zaman yang memiliki kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran,
kebingungan dan kesimpangsiuran.
Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik
tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan
mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi
masalah tersebut. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk
melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.

B. Saran
Setelah mempelajari aliran rekonstruksionisme, maka sebagai calon guru seharusnya mampu memiliki
persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis sehingga perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik akan selalu
diadakan dan dijadikan realita, dan bukan dunia yang dikuasai golongan tertentu(orang-orang tertentu),
sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, yang mampu meningkatkan
kualitas pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa
membedakan warna kulit, keturunan, agama dan masyarakat yang bersangkutan, akan tetapi perubahan
yang digunakan untuk kepentingan bersama dan kelak mampu menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Rajawali Pers: Jakarta, 2011)

As’adi dan Miftahul, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Stain Po Press: ponorogo, 2010)

Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, (PT Refika Aditama: Bandung, 2011)

Nurhayati, Filsafat Pendidikan Islam, (Benteng Media: Pekanbaru, 2013)

Hamalik Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (PT Remaja Rachman: Bandung, 2011)

Zuhairi Rosdakarya, filsafat pendidikan islam, (PT Bumi Aksara: Jakarta, 2008)

Anda mungkin juga menyukai