Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTRAHAT

Oleh:

SITTI SANTI
A1C121026

PROGGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2021
A. Definis
Aktifitas merupakan suatu energy dan keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah
adanya kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitasnya sendiri seperti, berjalan
dan bekerja. Kemanapun aktivitas seseorang tidak terepas dari sistem syaraf dan
muskuloskeletal. Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia lain.

B. Etiologi
1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. dukungan, finansial, sosial dan pengetahuan)
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi)
7. Gangguan adaptasi kehamilan
C. Patofisiologi
Fisiologis
Anatomi fisiologi otak

1. Susunan saraf pusat

1. Medula spinalis 

1) Otak besar

2) Otak kecil

b. Otak

c. Batang otak 

2. Susunan saraf perifer

a. Susunan saraf somatic

Susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas otot

sadar serta lintang.

b. Susunan saraf otonom


Susunan saraf yang mempunyaiperanan penting mempengaruhi pekerjaan otot

involunter (otot polos) seperti jantung, hati, pankreas, kelenjar dan lain-lain.

c. Susunan saraf simpatis

d. Susunan saraf parasimpatis

3. Otak 

Otak terletak dalam ronngga cranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang

mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran otak awal.

a. Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus strianum, thalamus serta

hipotalamus

b. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus

c. Otak belakang menjadi pons varoli, medulla oblongata dan serebrum

4. Serebrum

Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :

a. Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus

sentralis

b. Lobus parietalis terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang I oleh

korakookpitalis

c. Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dari fisura dan di depan lobis

oksipitaliskot

d. Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum

Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi dan

banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area. Secara

umum korteks serebri dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

a. Korteks sensoris
Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus bagian

badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh

tergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Disamping itu juga korteks

sensoris bagian fisura lateralis menangani tubuh bilateral lebih dominan.

b. Korteks asosiasi

Tiap indera manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan kemampuan otak

manusia dalam bidang intelektual, ingatan berpikir, rangsangan yang diterima,

diolah dan disimpan serta dihubungkan daya yang lain. Bagian anterior lobus

temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut

psikokorteks.

c. Korteks motoris

Menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah kontribsi pada

fraktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.

Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap

mental dan kepribadian.

Fungsi serebrum :

a. Mengingat pengalaman yang baru

b. Pusat persyarafan yang menangani aktivitas, akal, intelegensi, keinginan dan

memori

c. Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil

5. Batang otak

Batang otak terdiri dari :

a. Diensefalon

Bagian otak yang paling rostal dan tertanam diantara kedua belahan otak besar

(haemispherium cerebri). Diantara diensefalon dan mesencephalon, batang otak


membengkok hamper 90º kearah ventral. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat

di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsula dengan sudut menghadap

kesamping. 

Fungsi dari diensefalon :

1. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah

2. Respiratori, membantu proses persyarafan

3. Mengontrol kegiatan reflex

4. Membantu kerja jantung

b. Mesensefalon

Atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol ke atas. Dua

disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua disebelah bawah

disebut korpus kuadrigeminus inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan ke

ventral di bagian medial. Serat nervus troklearis berjalan kearah dorsal

menyilang garis tengah ke sisi lainnya. Fungsinya adalah : 

1. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata

2. Memutar mata dan pusat pergerakan mata 

c. Pons varoli

Brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons varoli

dengan sebelum terletak di depan serebelum diantara otak dan medulla

oblongata. Disini terdapat premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan dan

reflex. Fungsinya adalah :

1. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medulla

oblongata dengan serebelum atau otak besar

2. Pusat saraf nervus trigeminus

d. Medulla oblongata
Bagian dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons varoli

dengan medulla spinalis. Bagian bawah medulla oblongata merupakan

persambungan mesula spinalis ke atas medulla oblongata yang melebar disebut

kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral medulla oblongata. Fungsi

medulla oblongata, yaitu :

1. Mengontrol kerja jantung

2. Mengecilkan pembuluh darah darah (vasokontriktor)

3. Pusat pernafasan

4. Mengontrol kegiatan reflex

6. Serebelum

Serebelum (otak kecil) terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak

dipisahkan dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli

dan di atas medula oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris,

merupakan pusat koordinasi dan integrasi.

Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian

yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan

batang otak melalui pendunkulus serebri inferior (korpus retiformi) permukaan luar

serebelum berlipat-lipat menyerupai serebelum tetapi lipatannya lebih kecil dan

lebih teratur. Permukaan serebelum ini mengandung zat kelabu.

Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga lapisan

yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang

masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebelum.

Fungsi serebelum, yaitu :


1) Arkhioserebelum (vestibuloserebelum), serabut aferen berasal dari telinga

dalam yang diteruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk keseimbangan dan

rangsangan pendengaran ke otak.

2) Paleaserebelum (spinoserebelum. Sebagai pusat penerima impuls dari reseptor

sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus (N. trigeminus) kelopak mata,

rahang atas, dan bawah serta otot pengunyah.

3) Neoserebelum (pontoserebelum). Korteks serebelum menerima informasi

tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan mengaturgerakan

sisi badan. 

7. Saraf otak

Urutan
Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan saraf untuk dan fungsi
saraf
Nervus Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman 
I
olfaktorius
II Nervus optikus Sensorik  Bola mata, untuk penglihatan
Nervus Motorik  Penggerak bola mata dan mengangkat
III
okulomotoris kelopak mata
Nervus troklearis Motorik  Mata, memutar mata dan penggerak bola
IV
mata
Nervus Motorik dan -

trigeminus sensorik

N. Oftalmikus Motorik dan Kulit kepala dan kelopak mata atas

sensorik Rahang atas, palatum dan hidung


V
N. Maksilaris Sensorik
Rahang bawah dan lidah

N. Mandibularis Motorik dan

sensorik 
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah, menggerakkan lidah dan
VII
Sensorik  selaput lendir rongga mulut
Nervus Sensorik  Telinga, rangsangan pendengaran
VIII
auditorius
Nervus vagus Sensorik dan Faring, tonsil, dan lidah, rangsangan
IX
motorik citarasa
Nervus vagus Sensorik dan Faring, laring, paru-paru dan esophagus
X
motorik 
XI Nervus asesorius Motorik  Leher, otot leher
Nervus Motorik  Lidah, citarasa, dan otot lidah
XII
hipoglosus
 

8. Saraf otonom

a. Saraf simpatis

Saraf ini terletak didepan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum

tulang belakang melalui serabut-serabut saraf. Sistem simpatis terdiri dari 3

bagian, yaitu :

1) Kornu anterior

Segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen lumbalis 1-3

terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan-kumpulan sel saraf

simpatis. Sel saraf simpatis ini mempunyai serabut-serabut preganglion

yang keluar dari kornu anterior bersama- sama dengan radiks anterior dan

nucleus spinalis. Setelah keluar dari foramen intervertebralis, serabut-

serabut preganglion ini segera memusnahkan diri dari nucleus spinalis dan

masuk ke trunkus simpatikus serabut. Serabut preganglion ini membentuk

sinap terhadap sel-sel simpatis yang ada dalam trunkus simpatikus. Tetapi

ada pula serabut-serabut preganglion setelah berada di dalam trunkus


simpatikus terus keluar lagi dengan terlebih dahulu membentuk sinaps

menuju ganglion-ganglion / pleksus simpatikus.

2) Trunkus simpatikus beserta cabang-cabangnya

Di sebelah kiri dan kanan vertebra terdapat barisan ganglion saraf

simpatikus yang membujur di sepanjang vertebra. Barisan ganglion-

ganglion saraf simpatikus ini disebut trunkus simpatikus. Ganglion-

ganglion ini berisi sel saraf simpatis. Antara ganglion satu dengan ganglion

lainnya, atas, bawah, kiri, kanan, dihubungkan oleh saraf simpatis yang

keluar masuk ke dalam ganglion-ganglion itu. Hali ini menyebabkan

sepasang trunkus simpatikus juga menerima serabut-serabut saraf yang

datang dari kornu anterior. Trunkus simpatikus di bagi menjadi 4 bagian

yaitu :

a) Trunkus simpatikus servikalis

Terdiri dari 3 pasang ganglion. Dari ganglion-ganglion ini keluar

cabang-cabang saraf simpatis yang menuju ke jantung dari arteri

karotis. Disekitar arteri karotis membentuk pleksus. Dari pleksus ini

keluar cabang-cabang yang menuju ke atas cabang lain mempersarafi

pembuluh darah serta organ-organ yang terletak di kepala. Misalnya

faring, kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, otot-otot dilatators, pupil

mata, dan sebagainya.

b) Trunkus simpatikus torakalis

Terdiri dari 10-11 ganglion, dari ganglion ini keluar cabang-cabang

simpatis seperti cabang yang mensarafi organ-organ di dalam toraks

(misalnya, orta, paru-paru, bronkus, esophagus, dsb) dan cabang–


cabang yang menembus diafragma dan masuk ke dalam abdomen,

cabang ini dalam rongga abdomen mensarafi organ-organ di dalamnya.

c) Trunkus simpatikus lumbalis

Bercabang-cabang menuju ke dalam abdomen, juga ikut membentuk

pleksus solare yang bercabang-cabang ke dalam pelvis untuk turut

membentuk pleksus pelvini.

d) Trunkus simpatikus pelvis

Bercabang cabang ke dalam pelvis untuk membentuk pleksus pelvini.

3) Pleksus simpatikus beserta cabang cabangnya

Di dalam abdomen, pelvis, toraks, serta di dekat organ-organ yang

dipersarafi oleh saraf simpatis (otonom). Umumnya terdapat pleksus-

pleksus yang dibentuk oleh saraf simpatis / ganglion yaitu pleksus/ganglion

simpatikus.

Ganglion lainnya (simpatis) berhubungan dengan rangkaian dua

ganglion besar, ini bersama serabutnya membentuk pleksus-pleksus

simpatis :

a) Pleksus kardio, terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan

cabangnya ke daerah tersebut dan paru-paru

b) Pleksus seliaka, terletak di sebelah belakang lambung dan mempersarafi

organ-organ dalam rongga abdomen

c) Pleksus mesentrikus (pleksus higratrikus), terletak depan sacrum dan

mencapai organ-organ pelvis

Tabel Organ tubuh dan system pengendalian ganda

Organ Rangsangan Rangsangan parasimpatis

simpatis
Jantung Denyut dipercepat Denyut dipercepat

Arteri koronari Dilatasi Konstriksi

Vasokonstriksi Vasodilatasi

Pembuluh darah perifer Naik Turun

Tekanan darah Dilatasi Konstriksi 

Bronkus Sekresi berkurang Sekresi bertambah

Kelenjar ludah Sekresi berkurang Sekresi bertambah

Kelenjar lakrimalis Dilatasi Konstriksi

Pupil mata Peristaltik berkurang Peristaltik bertambah

Sistem pencernaan makanan Sekresi berkurang Sekresi bertambah

(SPM) Ekskresi bertambah Ekskresi berkurang

Kelenjar – kelenjar SPM

Kelenjar keringat

Fungsi serabut saraf simpatis :

1. Mensarafi otot jantung

2. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar

3. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus

4. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat

5. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit

6. Mempertahankan tonus semua otot sadar

b. Saraf parasimpatis

Saraf kranial otonom adalah syaraf cranial 3,7,9 dan 10. Saraf ini merupakan

penghubung melalui serabut-serabut parasimpatis dalam perjalanan keluar dari


otak menuju organ-organ Sebagian dikendalikan oleh serabut-serabut menuju

iris dan dengan demikian merangsang gerakan-gerakan syaraf ke – 3 yaitu

syaraf okulomotorik.

Saraf simpatis saklar keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah

sacral. Syaraf-syaraf ini membentuk urat syaraf pada alat-alat dalam pelvis dan

Bersama syaraf-sayaraf simpatis membentuk fleksus yang mempersyarafi colon

rectum dan kandung kemih.

Reflex miksi juga menghilang bila syaraf sensorik kandung kemih mengalami

gangguan. Sistem pengendalian ganda (simpatis dan parasimpatis) Sebagian

kecil organ dan kelenjar memiliki satu sumber persyarafan yaitu simpatis atau

parasimpatis. Sebagian besar organ memiliki persyarafan ganda, yaitu menerima

beberapa serabut dari saraf otonom sacral atau cranial. Kelenjar organ

dirangsang oleh sekelompok urat syaraf (masing-masing bekerja berlawanan).

Dengan demikian, penyesuaian antara aktiviatas dan tempat istirahat tetap

dipertahankan. Demikian pula jantung menerima serabut-serabut ekselevator

dari syaraf simpatis dan serabut inhibitor dari nervus vagus. Saluran pencernaan

memiliki urat syaraf ekselovator dan inhibitor yang mempercepat dan

memperlambat peristaltic berturut-turut. Fungsi serabit saraf parasimpatis,

yaitu :

1. Merangsang sekresi kelenjar airmata, kelenjar sublingualis, submandibularis

dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung

2. Mempersyarafi kelenjar airmata dan mukosa rongga hidung berpusat di

nuclei lakrimalis, syaraf-syarafnya keluar bersama nervus fasialis

3. Mempersyarafi kelenjar ludah (sublingualis dan submandibularis) berpusat

pada nucleus salivatorius superior, syaraf-syaraf ini mengikuti nervus VII


4. Mempersyarafi parotis yang berpusat di nucleus salivvatoris inferior di

dalam medulla oblongata, syaraf ini mengikuti nervuis IX

5. Mempersyarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-pru,

gastrointestinum, ginjal, pankreas, limfa, hepar dan kelenjar suprarenalis

yang berpusat pada nucleus dorsalis nervus X

6. Mempersyarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat

kelamin berpusat di sacral II,III, dan IV

7. Miksi dan defekasi pada dasarnya adalh suatu reflex yang berpusat di kornu

lateralis medulla spinalis bagian sacral. Bila kandung kemih dan rectum

tegam maka miksi dan defekasi secara reflex. Pada orang dewasa refleks ini

dapat dikendalikan oleh kehendak. Syaraf yang berpengaruh menghambat

ini berasa dari korteks di daerah lotus parasentalis yang berjalan dalam

traktus piramidalis.

1) Fisiologi pergerakan

Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem

musculoskeletal dan sistem persyarafan.

Sistem musculoskeletal berfungsi sebagai :

a. Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh

b. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru

c. Tempat melekatnya otot dan tendon

d. Sumber mineral seperti garam dan posfat

e. Tempat produksinya sel darah

Sitem otot berfungsi sebagai :

a. Pergerakan

b. Pembentukan postur
c. Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi

2) Nilai normal

Kategori tingkat aktivitas adalah :

Tingkat Aktivitas /
Ketegori
Mobilisasi
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi
Tingkat 4
dalam perawatan

3) Rentang sendi

Derajat Rentang yang


Gerak Sendi
Normal
Bahu : 180

 Abduksi
Siku :

 Fleksi 150
Pergelangan Tangan :

 Fleksi 80 – 90

 Ekstensi 80 – 90

 Hiperekstensi 70 – 90

0 – 20
 Abduksi
30 – 50
 Adduksi
Tangan dan Jari

 Fleksi 90

 Ekstensi 90

 Hiperekstensi 30

20
 Abduksi
 adduksi 20

Keterangan :

a. fleksi : menekuk persendian

b. ektensi : meluruskan persendian

c. adduksi : gerakan menjauhi aksis

d. pronasi : memutar ke bawah

e. supinasi : memutar ke atas

f. rotasi : memutar atau gerakan melingkar

g. infres : menggerakan kedalam

h. efresi : menggerakan keluar

4) Derajat kekuatan otot

Untuk mengetahui berapa derajat kekuatan otot dapat digunakan dengan skla

sebafai berikut :

Kekuatan
Skal
Otot Keterangan
a
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
4 75
tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi
5 100
dan melawan tahanan penuh

Proses Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas


Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017) pergerakan merupakan rangkaian

aktivitas yang terintegritasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan di

dalam tubuh.

1) Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal terdidi atas rangka (tulang), otot dan sendi. Sistem ini

sangat berperan dalam pergerakan dan aktivitas manusia. Rangka

memilikibebrapa fungsi, yaitu:

a) Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada tubuh (postur

tubuh)

b) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati dan medulla

spinalis

c) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligmen

d) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak

e) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)Sementara otot

berperan dalam proses pergerakan, memberi bentuk pada postur tubuh dan

memproduksi panas melalui aktivitas kontraksi otot (Haswita &Sulistyowati,

2017).

2) Sistem Persyarafan

Secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a) Saraf eferen (reseptor), berfungsi menerim ragsangan dari luar kemudian

meneruskanya ke susunan araf pusat

b) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian tubuh satu

kebagian tubuh lainnya

c) Sistem saraf pusat (SPP), berfungsi memproses impuls dan kemudian

memberikan respon melalui saraf eferen


d) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SPP kemudian meneruskannya ke

otot rangka

E. Manifestasi Klinis
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu :

1. Tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain

2. Memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan

F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pemberian obat-obatan
2. Non Farmakologi
a) Terapi musik
b) Distraksi
c) Hipnotis
d) Reduksi
e) Imobilisasi
G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas Fisik
H. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan mobilisasi
Fisik Observasi:
D.0054 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
diharapkan mobilitas fisik meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
Keterbatasan dalam Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat sebelum memulai mobilisasi
gerakan fisik dari suatu Menurun Meningkat
atau lebih ekstremitas 1 Pergerakan ekstremitas
secara mandiri   1 2 3 4 5
2 Kekuatan otot
  1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
3 Nyeri
  1 2 3 4 5
4 Kaku sendi
  1 2 3 4 5
5 Gerakan terbatas
1 2 3 4 5
6 Kelemahan fisik
1 2 3 4 5

I.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008).Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jkarta: Salemba Medika.
Carpenito. (2006).Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai