Dalam konteks demokratisasi dan peran dwi fungsi ABRI diperlukan kajian ulang dan
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Nordlinger (1976) mengemukakan tiga model
peranan yang dapat dimainkan oleh militer, yaitu model moderator, guardians dan model rules. Model pertama (moderator); militer hanya memainkan peranan dalam masalah pembentukan kebijakan strategis negara. Model kedua (guardians) peran sospol militer hanya dibutuhkan pada saat terjadinya chaos. Sedangkan dalam model ketiga (rules) peran sospol yang dimainkan oleh militer sangat luas tanpa batas dan masuk kesemua kehidupan masyarakat sebagaimana terjadi pada masa Orde Baru. Dominasi ABRI baik dalam lembaga – lembaga politik maupun pemerintahan ternyata tidak signifikan bagi terciptanya sistem politik demokratis dan clean government. Bahkan sistem politik ORBA telah mengalami stagnasi dalam waktu yang cukup panjang. Padahal kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya semakin hari semakin berkembang dan menuntut adanya pembaruan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks pembaruan dan keperluan proses demokratisasi di masa yang akan datang, tampaknya fungsi sospol ABRI lebih tepat mengambil model pertama dan kedua. Kedua model tersebut akan membawa dampak positif dalam meningkatkan kematangan politik masyarakat dan keamanan negara. Apalagi di masa mendatang kesadaran politik masyarakat yang semakin tinggi seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan pengaruh dunia internasional. Perilaku politik penguasa atau aparat yang menjurus pada tindakan represif tidak mendapat tempat dalam kehidupan politik yang semakin demokratis. Untuk mengembalikan ciri dan legitimasi ABRI, tidak ada pilihan lain kecuali ABRI menjaga jarak dengan kekuasaan. Keterlibatan ABRI dalam berbagai jabatan politik, baik dalam birokrasi pemerintahan maupun dalam organisasi politik haruslah dikurangi karena posisi politik tersebut sangat rentan terhadap konflik kepentingan yang dapat menyeret ABRI dalam pertarungan kepentingan politik lebih jauh. Sementara di sisi lain fungsi ABRI yang melekat pada dirinya adalah pengembangan tugas suci, yaitu menjaga kepentingan negara dan berdiri di atas kepentingan semua golongan. Keterlibatan sosial politik ABRI yang dibutuhkn dalam rangka pembinaan bangsa dan negara bukanlah sebagai faktor memperlemah. Tetapi justru diharapkan sebagai faktor pendorong yang dapat memperkuat pranata politik dan hukum yang ada. Sebagai dinamisator, ABRI dapat mendorong berkembangnya kehidupan politik yang demokratis, tegaknya HAM dan keadilan sosial. Pembatasan peran dwi fungsi ABRI secara proporsional di satu sisi, diharapkan akan semakin meningkatkan profesionalisme ABRI di bidang hankam dan peluang untuk memberi perhatian pada sektor lainnya yang selama ini sedikit terabaikan, misalnya peningkatan potensi sumber daya maritim yang memerlukan sistem pengamanan yang handal. Masa depan bangsa Indonesia, khususnya dalam menciptakan sistem demokratis, bagaimanapun tergantung pada bagaimana kita meletakkan peran dwi fungsi ABRI secara lebih proporsional. Sumber : BMP MKDU4111 Terimakasih.