Anda di halaman 1dari 1

Menolak Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah pemerintahan oleh, dari dan untuk rakyat dalam suatu negara bangsa,
melalui lembaga – lembaga pemerintah formal di luar pemerintah pusat.
Kelemahan dalam pelaksanaan otonomi daerah :
1) Pemerintah (pusat / daerah) dan masyarakat Indonesia belum siap.
2) Pelaksanaan otonomi daerah, lebih banyak didominasi oleh pertimbangan politis daripada
pertimbangan teknis.
3) Perlunya kesamaan pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam pelaksanaan otonomi
daerah.
Otonomi daerah bertentangan dengan paradigma politik :
1) Otonomi daerah adalah penyerahan kewenangan / kekuasaan pada pihak lain (dalam
konteks ini adalah daerah kabupaten / kota)
2) Dalam politik penyerahan kewenangan / kekuasaan hal yang tabu, bahkan kalau mungkin
lebih berkuasa.
Di lihat dari manajemen administrasi negara, konsep otonomi daerah kurang efisien :
David After (1977)
1) Negara federal kekuasaan / otoritas dibagi antara negara federal
2) Negara kesatuan kekuasaan / otoritas tersentralisasi
3) Negara federal lebih efisien dikelola secara terdesentralisasi sedangkan negara kesatuan
lebih efisien dikelola secara terpusat
Di masa “orde baru” keinginan berotonomi dituangkan dala UU No.5 tahun 1974, akan tetapi
otonomi dalam UU ini dianggap terlalu muluk – muluk karena tidak didukung ole kemampuan
sumber daya manusia yang memadai. Begitu ula di era reformasi dengan UU No.22 Tahun 1999,
keputusan pelaksanaannya (otonomi daerah) lebih banyak ditentukan oleh pertimbangan politis
daripada pertimbangan teknis.
Dengan kata lain, pemerintah dan masyarakat pada umumnya belum sipa, akan tetapi kalau kita
menunggu kapan siapnya dilaksanakan UU tersebut maka kita mungkin tidak pernah siap.
Budaya bangsa kita lebih mengarah ke budaya “pressure” atau harus dipaksa.

Sumber : BMP MKDU4111


Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai