DAERAH
Oleh :
Dio Prasetyo Budi, S.H., M.HP .
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Buyung dkk, Federalisme Untuk Indonesia, Penerbit
Kompas, Jakarta, 2000
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dan Daerah Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2002
Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah ,
Alumni, Bandung, 1982
Ateng Syafrudin, Pemerintah Daerah dan Pembangunan,
Sumur Bandung, Bandung, 1973
-----------, Pasang Surut Otonomi Daerah, Binacipta, Bandung,
1985
Bagir Manan, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945
(Perumusan dan Undang-Undang Pelaksanaannya) ,
UNSIKA, Karawang, 1993
------------, Hubungan Antara Pusat Dan Daerah Menurut UUD
1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994;
------------, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, PSH Fakultas
Hukum UII, Ygyakarta, 2001;
Bayu Surianingrat, Desentralisasi dan Dekonsentrasi
Pemerintahan di Indonesia Suatu Analisa, Dewa Ruci Press,
Jakarta, 1980;
-----------, Otonomi Riil dan Seluas-luasnya Versus Nyata Dan
Bertanggung jawab, IIP, Jakarta, 1980;
B.C., Smith. Decentralization The Territorial Dimention of The
State, George Allen & Unwin, London, 1985;
Irawan Soejito, HubunganPemerintah Pusat Dan
Pemerintah Daerah, Rineka Cipta, Jakarta, 1990;
Joeniarto, Perkembangan Pemerintah Lokal, Alumni, Bandung,
1982;
M. Arief Nasution, Demokratisasi & Problema Otonomi Daerah , Mandar
Maju, Bandung, 2000;
Mudrajad Kuncoro, Otonomi & Pembangunan Daerah Reformasi,
Perencanaan, Strategi, dan Peluang , Erlangga, Jakarta, 2004;
R.D.H. Koesoemahatmadja, Peranan Administrasi Dalam
Pembangunan, Eresco, Bandung, 1979;
-----------, Pengantar Ke Arah Sistem Pemerintahan Daerah di
Indonesia, Binacipta, Bandung, 1979;
Riant Nugroho, Otonomi Daerah Desentralisasi Tanpa Revolusi
(Kajian dan Kritik atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia) , Elek
Media Komputindo, Jakara, 2000;
Ryaas Rasyid, Perspektif Otonomi Luas DalamOtonomi atau
Federalisme Dampaknya Terhadap Perekonomian, Suara Pembaruan,
Jakarta, 2000;
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, Fokus Media, Bandung, 2002;
PENDAHULUAN
Istilah dan Pengertian
1. Hukum
2. Pemerintahan
3. Daerah
Apakah yang dimaksud dengan hukum ?
1. Penggolongan hukum
2. Unsur-unsur hukum
Hk. Adat
Tidak Tertulis
Hk.Kebiasaan
Hukum Dikodifikasi
Per-UU-an
Traktat
Unsur-unsur Hukum
Kumpulan peraturan
Perintah
Larangan
Sanksi bagi yang melanggar
PEMERINTAH DAN PEMERINTAHAN
Pemerintahan = bestuurvoering =
pelaksanaan tugas pemerintah
Pemerintah = organ/alat atau aparat yang
menjalankan pemerintahan
Pemerintah :
- Luas (in the broad sense) = semua alat
kelengkapan negara
- Sempit (in the narrow sense) = kekuasaan
eksekutif
ISTILAH PEMERINTAHAN
Pemerintahan sbg fungsi (bestuur als
functie) = melaksanakan tugas-2
pemerintahan
Pemerintahan sbg organisasi (bestuur als
orgaan) = mempelajari ketentuan-2 susunan
organisasi, termasuk di dalamnya fungsi,
penugasan, kewenangan, dan kewajiban
masing-2 departemen, badan, dinas dan
instansi pemerintahan
Pengertian Daerah
Kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai :
1. batas wilayah tertentu
2. berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat
setempat
3. atas prakarsa sendiri
KESIMPULAN
Hukum Pemerintahan Daerah
Kumpulan peraturan baik tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur
penyelenggaraan pemerintahan dari
suatu kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas wilayah tertentu yang
berhak mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan
masyarakat
LAHIRNYA PEMERINTAHAN DAERAH
Konsekuensi adanya teorti pembagian kekuasaan
1. pembagian kekuasaan secara horizontal
a. eksekutif
b. legislatif
c. yudikatif
2. Pembagian kekuasaan secara vertikal
a. satuan pemerintah pusat
b. satuan pemerintah daerah
Dianutnya konsep negara kesatuan
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 : “Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, yang berbentuk Republik”
Negara Kesatuan ? :
1. kedaulatan tertinggi ada pada pemerintah nasional;
2. penyerahan suatu kekuasaan atau wewenang
kepada satuan pemerintah local hanya dapat
dilaksanakan atas kuasa undang-undang yang
dibuat oleh badan legislatif nasional;
3. tidak ada satuan pemerintah yang lebih rendah
yang mempunyai sifat staat.
ALASAN PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA
VERTIKAL
Kemampuan Pemerintah berikut perangkatnya
yang ada di daerah terbatas;
Wilayah negara sangat luas, terdiri lebih dari
3000 pulau-pulau besar dan kecil;
Pemerintah tidak mungkin mengetahui seluruh
dan segala macam kepentingan dan kebutuhan
rakyat yang tersebar di seluruh pelosok negara;
Hanya rakyat setempatlah yang mengetahui
kebutuhan, kepentingan dan masalah yang
dihadapi dan hanya mereka yang mengetahui
bagaimana cara yang sebaik-baiknya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut;
Dilihat dari segi hukum, Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 18 menjamin adanya daerah dan
wilayah;
Adanya sejumlah urusan
pemerintahan yang bersifat
kedaerahan dan memang lebih
berdaya guna jika dilaksanakan oleh
daerah;
Daerah mempunyai kemampuan dan
perangkat yang cukup memadahi
untuk menyelenggarakan urusan
rumah tangganya, maka desentralisasi
dilaksanakan dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah.
Azas Penyelenggaraan Pemerintahan
azas desentralisasi,
azas dekonsentrasi,
azas tugas pembantuan (medebewind)
azas Kebijaksanaan (vrijsbestuur)
DESENTRALISASI
Secara etimologis berasal dari bahasa latin berarti
de = lepas dan centrum = pusat melepaskan dari
pusat
sudut ketatanegaraan pelimpahan kekuasaan
Pemerintah dari Pusat kepada Daerah-daerah yang
mengurus rumah tangganya sendiri
the transfer of planing, decission making, or
administrative authority from the central government to
its field organizations, local administrative units, …….
Pasal 1 huruf (e) UU No. 22 Tahun 1999 “Desentralisasi
adalah penyerahan wewenang pemerintahan dari
Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia”
Pasal 1 ayat (7) UU No. 32 Tahun 2004 “Desentralisasi
adalah penyerahan wewenang pemrintahan oleh
Pemerintah kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Keatuan Republik Indonesia”.
KESIMPULAN : (1) desentralisasi baru terwujud
apabila terdapat “penyerahan” atau
overdragen wewenang pemerintahan
KESIMPULAN
1. desentralisasi baru terwujud apabila
terdapat “penyerahan” atau
overdragen wewenang pemerintahan
2. pengakuan hanya ada satu bentuk
desentralisasi, yakni otonomi. Padahal
otonomi hanyalah salah satu bentuk dari
desentralisasi, di samping tugas pembantuan
(zelfsbestuur).
ALASAN DIANUTNYA DESENTRALISASI
•pendidikan politik
•political equality
(political
education) •local accountability
•latihan •local
kepemimpinan responsiveness
(trainning of
leadership)
•stabilitas politik.
DEKONSENTRASI
pelimpahan wewenang dari alat
perlengkapan negara tingkatan lebih atas
kepada bawahannya guna melancarkan
pekerjaan di dalam melaksanakan tugas
pemerintahan
UU No. 5 Tahun 1974 Pasal 1 huruf (f)
“Dekonsentrasi adalah pelimpahan
wewenang dari pemerintah atau Kepala
Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal tingkat
atasnya kepada pejabat-pejabatnya di
daerah”.
berdasarkan Pasal 1 huruf (f) UU No. 22 Tahun
1999 yang menentukan bahwa : “Dekonsentrasi
adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan
atau perangkat pusat di daerah”.
Pasal 1 ayat (8) UU No. 32 Tahun 2004 :
“dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang
pemerintahan oleh Pemrintah kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu”.
CIRI-CIRI DEKONSENTRASI
OTONOMI MATERIIL
urusan yang diserahkan menjadi
urusan rumah tangga diperinci
secara tegas, pasti dan diberi batas-
batar (limitative), “zakelijk”
dalam prakteknya penyerahan ini
dilakukan dalam UU pembentukan
Daerah yang bersangkutan
OTONOMI FORMAL
urusan yang diserahkan tidak dibatasi dan
tidak “zakelijk”
Daerah mempunyai kebebasan untuk
mengatur dan mengurus segala sesuatu yang
menurut pandangannya adalah kepentingan
Daerah
Daerah tidak boleh mengatur urusan yang
telah diatur oleh undang-undang atau peraturan
yang lebih tinggi tingkatannya.
OTONOMI RIIL
merupakan kombinasi atau campuran
otonomi materiil dan otonomi formal
Pemerintah Pusat menentukan urusan-
urusan yang dijadikan pangkal untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga
Daerah unsur materiil
setiap waktu Daerah dapat meminta
tambahan urusan kepada Pemerintah Pusat untuk
dijadikan urusan rumah tangganya sesuai
dengan kesanggupan dan kemampuan Daerah
unsur formal
TUGAS PEMBANTUAN (MEDEBEWIND)
Secara etimologis tugas pembantuan
merupakan terjemahan dari bahasa belanda
medebewind yang berasal dari kata mede =
serta, turut dan bewind = berkuasa atau
memerintah
di Belanda disebut dengan medebewind atau
zelfbestuur yang merupakan terjemahan dari
Bahasa Inggris selfgovernment
zelfbestuur diartikan menjadi pembantu
penyelenggaraan kepentingan-kepentingan dari
pusat atau daerah-daerah yang tingkatannya lebih
atas oleh alat-alat perlengkapan dari daerah-daerah
yang lebih bawah
Pasal 1 huruf (g) UU No.22 Tahun 1999 Tugas
pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah
kepada Daerah dan Desa dan dari Daerah ke Desa
untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai
pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber
daya manusia dengan kewajiban melaporkan
pelaksanaannya dan mempertanggung jawabkannya
kepada yang menugaskan
Pasal 1 huruf (d) UU No. 5 Tahun 1974
dimaksud dengan tugas pembantuan adalah
tugas untuk turut serta dalam
melaksanakan urusan pemerintahan yang
ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah tingkat
atasnya dengan kewajiban
mempertanggung jawabkan kepada yang
menugaskannya
Pasal 1 ayat (9) UU No. 32 Tahun 2004
Tugas pembantuan adalah penugasan dari
Pemerintah kepada Daerah dan/atau Desa
dari pemerinthan provinsi kepada
Kabupaten/Kota dan/atau Desa serta dari
Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa
untuk melaksanakan tugas tertentu
Dasar pertimbangan perlunya asas tugas
pembantuan :
Keterbatasan kemampuan pemerintah Pusat
atau Daerah yang lebih tinggi dalam hal yang
berhubungan dengan perangkat atau sumber
daya menusia maupun biaya
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna
yang lebih baik dalam penyelenggaraan
pemerintahan
Sifat urusan yang dilaksanakan
PARAMETER MATERI MUATAN TUGAS PEMBANTUAN
urusan tersebut berakibat langsung
kepada masyarakat;
urusan yang secara tidak langsung tidak
memberi dampak terhadap kepentingan
masyarakat, karena semata-mata
membantu urusan pusat;
urusan yang meningkatkan efisiensi dan
keefektifan pelayanan;
urusan yang tidak bersifat strategis
nasional dan urusan yang tidak
memerlukan keseragaman nasional.
HUBUNGAN OTONOMI DAN TUGAS
PEMBANTUAN
Pengertian
Sistem Rumah Tangga Daerah tatanan yang bersangkutan
dengan cara-cara :
membagi wewenang,
tugas dan tanggung jawab mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan antara Pusat dan
Daerah
Penggolongan Sistem Rumah Tangga Daerah
sistem rumah tangga formal;
sistem rumah tangga materiil
sistem rumah tangga nyata (riil)
Rumah Tangga Formal (formale
huishoundingsbegrip)
tatanan pembagian wewenang, tugas dan
danggung jawab antara Pusat dan Daerah untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
tidak ditetapkan secara inci;
urusan-urusan yang menjadi kewenangan Daerah
tidak ditentukan secara limitatif di dalam
peraturan perundangan;
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
rasional dan praktis, sehingga dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya dan berhasil guna serta dapat
dipertanggungjawabkan
Kesulitan Sistem Rumah Tangga Formal :