“KEBIJAKAN MONETER”
OLEH :
KELOMPOK 5:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 5 dapat
menyelesaikan makalah tentang “Kebijakan Moneter”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebijakan Moneter............................................................................ 2
2.2Perlukah Kebijakan Moneter……………………………………………….....3
2.3 Perdebatan Tentang: Rules Vs Discretion....................................................... 5
2.4 Perdebatan: Moneterist Vs Keynesians........................................................... 7
2.5 Kerangka Kerja Kebijakan Moneter................................................................11
2.5.1 Inflation Targeting Framework (ITF)...................................................14
2.6 Koordinasi Kebijakan moneter dan fiscal……………………………………15
2.7 Operasi Kebijakan moneter Bank Indonesia……………………………...... 19
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
3. Apa perdebatan dari Moneterist Vs Keynesians ?
4. Bagaimana Kerangka Kerja Kebijakan Moneter ?
5. Bagaimana Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kebijakan moneter
2. Untuk mengetahui tetentang perdebatan Rules Vs Keynesians
3. Untuk mengetahui perdebatan antara Moneteris Vs Keynesians
4. Untuk mengetahui bagaimana kerangka kerja kebijakan moneter
5. Untuk mengetahui Koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum kebijakan moneter adalah proses yang dilakukan oleh otoritas moneter
(bank sentral) suatu Negara dalam mengontrol atau mengendalikan jumlah uang beredar (JUB).
Melalui pendekatan kuantitas dan / atau pendekatan tingkat suku bunga yang bertujuan untuk
mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, sudah termasuk didalamnya stabilitas harga dan
tingkat pengangguran yang rendah.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali
akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara
lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga,
giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank
untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
6
terhadap negara lain (pemerintah khususnya Bank Indonesia memiliki hak dan kewenangan
untuk mempertahankan nilai dari suku bunga mata uang yang dimilikinya guna menjaganya agar
bertahan dari krisis laju inflasi. Termasuk juga pengaturan jumlah atau banyaknya uang yang
beredar di negara tersebut, lagi guna untuk mencegah laju inflasi. Apabila kebijakan ini benar
dijalankan sebagaimana idealnya kebijakan ini maka suatu negara akan berada di langkah aman
dalam mencapai kestabilan perekonomian.
Adapun cara pemerintah untuk melakukan kebijakan ini dalam hal pengaturan laju peredaran
uang di masyarakat yaitu menggunakan instrument kebijakan ekonomi diantaranya:
1. kebijakan Diskonto
2. pemberian Kredit
3. Moral suasion
4. Sario cadangan Minimum.
Kebijakan moneter berkaitan dengan kebijakan pemerintah dari sisi Bank Indonesia yang
mengkontrol jumlah uang yang beredar dan penetapan suku bunga, sedangkan kebijakan Fiskal
merupakan kebijakan yang erat kaitannya dengan pemerintah dalam bidang perpajakan dan dana
pengeluaran pemerintah ataupun bisa juga dalam anggaran pengeluaran agregat.
kedua kebijakan di atas bisa diartikan sebagai langkah dan strategi pemerintah untuk
mewujudkan kestabilan perekonomian dalam negaranya, agar terciptanya kestabilan
perekonomian tentunya bukan hanya dengan dua kebijakakan di atas saja, pemerintah masih
perlu dan wajib untuk meninjau dari beberapa sektor yang lain (lapangan pekerjaan, kebijakan
investasi, kebijakan neraca pembayaran dll) agar terciptanya kestabilan ekonomi peran besar ada
ditangan pemerintah masyarakat sebagai support untuk penggerak kestabilan perekonomian
tersebut dan kestabilan tersebut bisa dicapai apabila ada sinergi dari pemerintah dan masyarakat.
Perdebatan tersebut bermula dari perbedaan cara pandang diantara aliran Klasik mengenai
penetuan inflasi (melalui teori Kuantitas Uang yaitu: MV=PT) dan aliran Keynesians mengenai
penetuan output melalui model IS=LM. Kedua aliran ini berbeda dalam hal harga atau inflasi.
7
Aliran Klasik: Menganggap bahwa perkembangan harga sangat fleksibel dan inflasi
terjadi hanya karena bertambahnya JUB: untuk alasan itu, maka kebijakan moneter harus
dilaksanakan secara ketat mengikuti aturan (rule) yang secara konsisten diikuti.
Aliran Keynesians: menganggap bahwa perkebangan harga sangat kaku dan inflasi terjadi
bukan karena bertambahnya jumlah uang yang melebihi jumlah barang, tapi lebih disebabkan
karena adanya ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran. Untuk alasan itu,
kebijakan moneter diarahkan untuk menjamin keseeimbangan antara sisi permintaan dan
penawaran, oleh karena itu kebijakan moneter harus dilakukan secara bijaksana (discreation)
sesuai dengan perkembangan yang ada.
8
Secara umum, kerangka kerja kebijakan moneter terdiri dari 4(empat) komponen utama
yaitu:
o Instrumen-instrument kebijakan moneter
o Sasaran oprasional
o Sasaran antara
o Sasaran akhir kebijakan moneter
Kerangka yang umum dipergunakan dalam membahas kebijakan moneter meliputi target,
indikator, dan instrumen kebijakan moneter. Target akhir (ultimate target)adalah variabel-
variabel yang ingin dicapai oleh otoritas moneter (bank sentral). Indikator (intermediate
target) adalah variabel-variabel yang ingin dikontrol oleh bank sentral agar sasaran akhir dapat
dicapai. Sedangkan instrumen adalah seperangkat variabel yang dimiliki dan sepenuhnya dapat
digunakan oleh bank sentral untuk mengontrol indikator sedemikian rupa sehingga target yang
ditetapkan dapat dicapai. Hubungan ketiganya digambarkan sebagai berikut.
9
dicanangkan. Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh transparansi dan
akuntabilitas kebijakan kepada publik.
Secara operasional, stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga
kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan
memengaruhi output dan inflasi.
Dengan telah dilepaskannya sistem nilai tukar dengan band intervensi nilai tukar
(crawling band) di tahun 1997, Bank Indonesia memerlukan jangkar nominal (nominal anchor)
baru dalam rangka menjalankan kebijakan moneter. Jangkar nominal adalah variabel nominal
(seperti indeks harga, nilai tukar, atau uang beredar) yang ditargetkan secara eksplisit oleh bank
sentral sebagai dasar/patokan bagi pembentukan harga lainnya. Misalnya kalau nilai tukar
dijadikan target, maka inflasi luar negeri akan menjadi inflasi domestik.
Mengapa kebijakan moneter memerlukan jangkar nominal? Karena tanpa adanya jangkar
nominal, tidak ada kejelasan kemana kebijakan moneter akan diarahkan sehingga masyarakat
tidak memiliki pedoman dalam membuat ekspektasi inflasi. Ibarat kapal yang mengapung di
lautan tanpa kejelasan kearah mana kapal dilabuhkan. Sebaliknya, dengan adanya jangkar
nominal masyarakat akan membuat ekspektasi inflasi yang diperlukan dalam kalkulasi usahanya
sesuai dengan jangkar nominal tersebut. Dengan mengumumkan sasaran inflasi dan Bank
Indonesia secara konsisten dapat mencapainya akan meningkatkan kredibilitas kebijaan moneter
yang pada gilirannya ekspektasi inflasi masyarakat sesuai dengan sasaran yang ditetapkan BI.
Ada sejumlah alasan mengapa menggunakan jangkar nominal dengan ITF.
o ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dengan sasaran inflasi secara eksplisit
masyarakat akan memahami arah inflasi. Sebaliknya dengan sasaran base money,
apalagi jika hubungannya dengan inflasi tidak jelas, masyarakat lebih sulit mengetahui
arah inflasi kedepan.
o ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai prioritas kebijakan moneter sesuai dengan
mandat yang diberikan kepada Bank Indonesia.
o ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan pada inflasi yang
memerlukan time lag.
o ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter mendorong
kredibilitas kebijakan moneter. Aspek transparansi dan akuntabilitas serta kejelasan akan
10
tujuan ini merupakan aspek-aspek good governance dari sebuah bank yang telah
diberikan independensi.
o ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang beredar, output dan
inflasi. Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang lebih komprehensif dengan
mempertimbangkan sejumlah variabel informasi tentang kondisi perekonomian.
11
dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah dan
stabil, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
A. Proyeksi Likuiditas
Untuk menentukan berapa jumlah likuiditas yang harus diserap (absorpsi) maupun disediakan
(injeksi) dalam rangka menjaga keseimbangan supply dan demand, Bank Indonesia melakukan
estimasi kebutuhan likuiditas perbankan sehingga dapat ditetapkan target operasi moneter setiap
harinya. Estimasi likuiditas perbankan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
otonom (autonomous factor) seperti operasi keuangan Pemerintah dan mutasi uang kartal.
Efektivitas operasi moneter berbasis suku bunga tidak terlepas dari adanya informasi yang
handal dan setara kepada seluruh pelaku pasar, sehingga tercipta persepsi yang sama untuk
mencapai tujuannya, yaitu terbentuknya suku bunga yang wajar. Oleh karena itu, sejak Oktober
2008 Bank Indonesia mulai mengumumkan kondisi likuiditas perbankan kepada pelaku pasar
dan masyarakat sebanyak dua kali setiap harinya melalui website Bank Indonesia, BI-SSSS dan
sarana lainnya. Dengan adanya informasi mengenai kondisi likuiditas, diharapkan dapat
membantu treasury bank dalam mengelola kebutuhan likuiditasnya dan meningkatkan efektifitas
pelaksanaan Operasi Moneter.
Proyeksi Total Likuiditas adalah perkiraan ketersediaan likuiditas rupiah di pasar dan merupakan
hasil proyeksi dari net perubahan faktor otonomus yang berperan dalam menambah/mengurangi
ketersediaan likuiditas rupiah. Ketersediaan likuiditas rupiah antara lain dipengaruhi oleh net
aliran masuk/keluar uang kartal dari/ke sistem perbankan dan mutasi rekening pemerintah di
Bank Indonesia, net instrumen Operasi Moneter jatuh waktu, dan net perubahan saldo giro
perbankan di Bank Indonesia.
12
Proyeksi Excess Reserve adalah perkiraan selisih antara saldo giro perbankan di Bank Indonesia
dengan kewajiban pemeliharaan Giro Wajib Minimum (GWM).
Operasi Pasar Terbuka (OPT) adalah kegiatan transaksi di pasar uang dalam rangka Operasi
Moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Peserta Operasi Moneter. Operasi Pasar
Terbuka dilakukan untuk mencapai target suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional
kebijakan moneter. OPT terdiri dari 2 jenis, yaitu:
OPT Absorpsi
OPT absorpsi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun dari indikator suku
bunga di PUAB diperkirakan mengalami kelebihan likuiditas, yang diantaranya diindikasikan
melalui penurunan suku bunga PUAB secara tajam. Instrumen yang digunakan dalam OPT
absorpsi ini adalah (i) Penerbitan SBI dan SBIS, (ii) Penerbitan SDBI (iii)Transaksi Reverse
Repo SBN, (iv) Transaksi Penjualan SBN secara outright, (v) Penempatan berjangka (Term
Deposit) dalam rupiah di Bank Indonesia dan (vi) Jual Valuta Asing terhadap Rupiah (dalam
bentuk spot, forward atau swap). Peserta pada OPT Absorpsi adalah bank dan/atau lembaga
perantara yang melakukan transaksi untuk kepentingan bank.
OPT Injeksi
OPT injeksi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun dari indikator suku
bunga di PUAB diperkirakan mengalami kekurangan likuiditas, yang diantaranya diindikasikan
melalui peningkatan suku bunga PUAB secara tajam. Instrumen yang digunakan dalam OPT
injeksi ini adalah (i) Transaksi Repo, (ii) Transaksi Pembelian SBN secara outright dan (iii) Beli
Valuta Asing terhadap Rupiah (dalam bentuk spot, forward atau swap). Peserta pada OPT Injeksi
adalah bank dan/atau lembaga perantara yang melakukan transaksi untuk kepentingan bank.
Berikut ini adalah tabel jenis instrumen OPT dan dampaknya terhadap likuiditas serta
karakteristiknya :
13
Keterangan:
- FX (foreign exchange)
C. Standing Facilities
14
Koridor Suku Bunga atau Standing Facilities (SF) adalah kegiatan penyediaan dana rupiah
(lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah (deposit
facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka Operasi Moneter. Penyediaan Standing
Facilities berfungsi untuk membatasi volatilitas suku bunga PUAB O/N. Standing facilities
terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank (lending facility), yaitu fasilitas bagi
bank yang mengalami kesulitan likuiditas dengan cara merepokan SBI/SDBI/SBN yang
dimilikinya kepada Bank Indonesia; dan
Penempatan dana rupiah oleh Bank di Bank Indonesia (deposit facility), yaitu fasilitas bagi bank yang
memiliki kelebihan likuiditas dengan cara menempatkan dana yang dimilikinya kepada Bank Indonesia.
trumen dan
Keterangan Deposit
Financing
Deposit Facility Facility –Lending Facility
Facility
FASBIS
overnight s.d
14 hari
Jangka waktu overnight kalender overnight overnight
15
Nominal
pengajuan
minimal Rp1.000jt Rp1.000jt Rp1.000jt Rp1.000jt
Bank Bank
Peserta Konvensional Bank Syariah Konvensional Bank Syariah
Surat
Berharga
Yang Dapat SBI, SDBI danSBIS dan
Direpokan - - SBN SBSN
16
Keterangan :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro.
2. Bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya bisa menggunakan
pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
3. Bagi aliran klasoik bahwa kebijakan moneter harus dilaksanakan secara ketat mengikuti
aturan (rule) yang secara konsisten diikuti. Sedangkan bagi aliran Keynesians kebijakan
moneter seharusnya diarahkan untuk menjamin keseeimbangan antara sisi permintaan
dan penawaran, oleh karena itu kebijakan moneter harus dilakukan secara bijaksana
(discreation) sesuai dengan perkembangan yang ada.
4. Kerangka kerja kebijakan moneter terdiri dari 4(empat) komponen utama yaitu:
o Instrumen-instrument kebijakan moneter
o Sasaran oprasional
o Sasaran antara
o Sasaran akhir kebijakan moneter
5. Kerjasaama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi
yang terintegrasi sangatlah diperlukan
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana Media
http://meginugrahawa.blogspot.co.id/2013/06/kebijakan-moneter_28.html
http://www.bi.go.id/id/moneter/kerangka-kebijakan/Contents/Default.aspx
(diakses: pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015)
http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-jenis-tujuan-moneter-macam-macam.html
(diakses: pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015)
19