Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan


semua pengalaman pengalaman difokuskan pada masalah-masalah tertentu
untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan dalam hal ini adalah
konseling,dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam
memecahkan masalah itu.(Zainudin Ali, Pengantar Keperawatan
Keluarga (Jakarta, Buku Kedokteran EGC: 2010), hal, 4-5.)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapaorang yang berkumpul serta tinggal di suatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. (Departemen
Kesehatan RI (1988))
Keluarga adalah lingkungan masyarakat terkecil yang untuk
pertama kalinya kita dapat belajar bersosialisasi dengan dunia
luar.Keluarga merupakan pondasi awal yang berperan penting terhadap
diri kita.Kehidupan keluarga yang harmonis memberikan efek positif bagi
setiap anggotanya.Baik dalam psikologisnya maupun biologisnya.Kadang
keluarga merupakan penyebab awal dari permasalahan-permasalah yang
dihadapi oleh masing-mansing anggotanya.Karena permasalah keluarga
yang sangat kompleks maka kiranya diperlukan melakukan konseling
kelluarga.Konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan
konseling pada situasi yang khusus.Konseling keluarga diarahkan untuk
membantu seluruh anggota keluarga untuk diarahkan menjadi lebih baik
guna membentuk suatu keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.

Dalam melakukan konseling keluarga terdapat beberaa jenis dan


pendekatan untuk memahami setiap persoalan dan berusaha untuk mencoba
memecahkannya.Diantaranya adalah konseling dengan menggunakan

1
pendekatan system keluarga, psikodinamika, perilaku social keluarga,
struktur keluarga, serta strategi keluarga.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian konseling keluarga?

2. Apa latar belakang perlunya konseling keluarga?

3. Apa saja pokok teori-teori konseling keluarga?

4. Apa tujuan konseling keluarga?

5. Apa saja unsur konseling?

6. Bagaimana proses dan tahapan konseling keluarga?

7. Apa saja faktor dalam konseling?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian konseling keluarga.

2. Memahami latar belakang perlunya konseling keluarga.

3. Mengetahui pokok teori-teori konseling keluarga.

4. Memahami tujuan konseling keluarga.

5. Memahami unsur konseling.

6. Memahami proses dan tahapan konseling keluarga.

7. Memahami factor dalam konseling.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSELING KELUARGA

Family counseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan yang


diberikan kepada individu anggota keluarga melalui system keluarga
(pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal
mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari
semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap
keluarga.

Konseling Keluarga adalah usaha membantu individu anggota


keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah
yang dialaminya, melalui system kehidupan keluarga, dan mengusahakan agar
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu yang akan memberi
dampak positif pula terhadap anggota keluarga lainnya.

Dengan memahami makna dari Konseling Keluarga maka semakin


jelas bahwa konseling keluarga menekankan permasalahan klien sebagai
masalah “system” yang ada dalam keluarga sehingga memandang klien
sebagai bagian dari kelompok tunggal atau satu kesatuan dengan keluarganya.

Dengan kata lain konseling keluarga sangat dibutuhkan bagi individu


yang tidak dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapinya, maka perlu
bantuan orang lain atau bimbingan konseling keluarga yang berperan
membantu mengarahkan ataupun memberikan pandangan kepada individu
yang bersangkutan. Apalagi sekarang ini perkembangan masyarakat sangat
mempengaruhi pola kehidupan seseorang baik sebagai individu maupun

3
anggota masyarakat.Individu saat ini dihadapkan pada perubahan-perubahan
yang begitu kompleks, sehingga menimbulkan berbagai macam tantangan
atau tuntutan terhadap kebutuhan individu.

Konseling keluarga bertujuan membantu anggota keluarga belajar dan


memahami bahwa dinamika keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan
anggota keluarga. Membantu anggota keluarga agar dapat menerima
kenyataan bahwa apabila salah seorang anggota keluarga memiliki
permasalahan, hal itu akan berpengaruh terhadap persepsi, harapan, dan
interaksi anggota keluarga lainnya. Memperjuangkan (dalam konseling),
sehingga anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang guna mencapai
keseimbangan dan keselarasan. Mengembangkan rasa penghargaan dari
seluruh anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang lain.

B. LATAR BELAKANG PERLUNYA KONSELING


KELUARGA

Bimbingan dan konseling keluarga hadir sebagai salah satu upaya


untuk memberikan bantuan sehingga terwujud keluarga bahagia. Dikatakan
sebagai upaya untuk mewujudkantatanan kehidupan kluarga yang bahagia,
dalam hal ini tentu dikaitkan dengan mempertimbangkan dimensi-dimensi
kemanusiaan yang meliputi:

1. Dimensi individualitas

Dimensi individualitas, secara perorangan manusia baik suami


maupun istri memiliki perbedaan baik secara fisik maupun
psikhis.Berbeda secara fisik misalnya badannya jangkung, rambutnya
pirang, hidungnya pesek dan lain-lain. Sedangkan berbeda secara psikhis

4
misalnya berfikirnya lamban, sensitive, terlalu banyak pertimbangan dan
lain-lain

2. Dimensi sosialitas

Dimensi sosialitas, setiap individu tidak bisa lepas dari individu


lain, bahkan hampir setiap kegiatan manusia dalam sehari-hari tidak bisa
lepas dari manusia lain, sebagai misal makan mulai dari menyiapkan
bahan, memasak, menyajikan makanan selalu memerlukan orang lain.

Dengan mengembangkan sisi dimensi kesosialan ini maka


individu akan mampu berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka
upaya mewujudkan tata kehidupan bersama baik dalam kehidupan
berkeluarga maupun dalam bermasyarakat.

3. Dimensi moralitas
Dimensi yang ketiga adalah moralitas, kehidupan manusia baik
secara individu maupun bersama-sama tidaklah bersifat acak atau
sembarangan, melainkan mengikuti aturan-aturan, normanorma tertentu.
Aturan atau norma tersebut dapatbersumber dari: adat kebiasan, social,
agama, hokum politik dan lain sebagainya.Dalam hidup
bermasyarakatmisalnya aturan-aturan tersebut semakin diperlukan dalam
rangka untuk mewujudkan kehidupan bersama yang lebih sejahtera.

4. Dimensi religiusitas

Dimensi religiusitas, pada dimensi keagamaan ini manusia


berfikir bahwa apa yang dilakukan saat ini adalah untuk kehidupan
jangka panjang, yaitu akherat, oleh karena itu segala ucapan, tindakan
selalu dikaitkan dengan Yang Maha Pencipta disanalah bermuaranya.
Jika keempat dimensi ini dapat dikembangkan secara optimal maka akan
lahirlah manusia-manusia yang ideal atau sering disebut dengan manusia
seutuhnya.

5
C. POKOK TEORI-TEORI KONSELING KELUARGA

1. Pendekatan Psikoanalisis

Pendekatan psikoanalisis mencakup 3 aspek :

a. Sebagai metode penelitian proses psikis


b. Sebagai teknik mengobati gangguan psikis
c. Sebagai teori kepribadian

2. Pendekatan Terpusat Pada Klien

Rogers menekankan bahwa klien secara individu dalam


keanggotaan kelompok keluarga akan mencapai kepercayaan diri dimana
dia mengatakan bahwa anggota keluarga dapat mempercayainya. Hal ini
terjadi jika adanya kejujuran, keaslian, memahami, menjaga, menerima,
menghargai secara positif dan belajar aktif.

Fungsi konselor yaitu sebagai fasilitator untuk memudahkan


membuka dan mengarahkan jalur-jalur komunikasi  apabila dalam
kehidupan keluarga tersebut pola- pola komunikasi telah berantakan
bahkan terputus.

3. Pendekatan Eksistensial

Dalam konseling keluarga konselor gestalt beranggapan bahwa


pendekatan ini amat dekat dengan pendekatan eksistensial
fenomenologis.yang dalam deskripsinya menekankan perhatiannya pada
perjuangan (encounter) atau interaksi interpersonal dalam situasi
terapeutik disini dan sekarang dan konselor mengembangkan tujuan
konseling dengan cara berpartisipasi sebagai manusia. Pendekatan ini
memiliki asumsi dasar dari keluarga yaitu bahwa anggota keluarga

6
membentuk nasibnya sendiri melalui pilihan- pilihan yang dibuatnya
sendiri.

Keluarga yang datang kepada konselor adalah dalam keadaan


pola pola destruktif atau mengalami hambatan dalam cara kehidupan
bersama atau yang sedang menghadapi konflik yang tidak dapat diatasi
oleh anggota keluarga dengan adanya kemauan untuk mengubah diri
dalam situasi hubungan interpersonalnya.

4. Pendekatan Gestalt

Kempler (1982) mendefinisikan konseling keluarga dengan


pendekatan Gestalt sebagai suatu model difokuskan pada saat sekarang
ini (present moment) dan pada pengalaman keluarga yang dilakukannya
di dalam sesi-sesi konseling.

Jadi pengertian eksperiential adalah bahwa sesi konseling yang


sedang berlangsung digunakan sebagai laboratorium di mana kita
memperoleh pengalaman pengalaman baru. Konseling itu lebih bersifat
action counseling.

Pendekatan Gestalt memberikan perhatian pada apa yang


dikatakan anggota keluarga bagaimana mengatakannya apa yang terjadi
ketika mereka berkata itu dan bagaimana ucapan tersebut bila
dihubungkan dengan perbuatannya serta apakah mereka berusaha untuk
menyelesaikan perbuatannya , yang lebih ditekankan lagi ialah
keterlibatan konselor dalam keluarga.

5. Pendekatan Adlerian

7
Pada pendekatan adlerian ini tujuan dasarnya adalah untuk
mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan meningkatkan
hubungan di dalam keluarga, mengajarkan anggota keluarga bagaimana
menyesuaikan diri yang lebih baik terhadap anggota keluarga yang
lainnya dan bagaimana hidup bersama dalam keluarga sosial yang
sederajat (sesame manusia) sebagai bagian dari tujuan ini.

D. TUJUAN KONSELING KELUARGA

Tujuan konseling keluarga menurut pendapat para ahli berbeda satu


sama lain. Hal ini tentu saja karena tujuan disesuaikan dengan konsep
pendekatan yang mereka gunakan. Akan tetapi tujuan konseling keluarga
secara umum menurut Ehan adalah menciptakan keluarga sebagai satu
kesatuan yang dapat berfungsi lebih baik, sehingga anggota keluarga dapat
menjalankan perannya masing-masing serta saling mendukung dan saling
mengisi satu sama lain.

Secara garis besar tujuan konseling keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu,
tujuan umum dan tujuan khusus antara lain sebagai berikut :

Tujuan umum Konseling Keluarga menurut pendapat Glick dan Kessler


(dikutip dari Latipun 2001) yaitu :

1. Menfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota keluarga


2. Mengubah gangguan dan ketidakfleksibelan peran dan kondisi
3. Memberikan pelayanan sebagai model dan pendidikan peran tertentu
yang ditunjukan kepada anggota keluarga.

Sedangkan tujuan umum Konseling Keluarga menurut Sofyan Willis

8
antara lain :

1. Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara


emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengait di antara
anggota keluarga
2. Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika
satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada
persepsi, ekspetasi, dan interaksi anggota-anggota lain
3. Agar tercapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan
peningkatan setiap anggota
4. Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari
hubungan parental.

Selanjutnya Tujuan Khusus Konseling Keluarga Menurut Sofyan Willis:

1. Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota keluarga


terhadap cara-cara yang istimewa (idiocyncratic ways) atau keunggulan-
keunggulan anggota lain.
2. Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang
mengalami frustasi atau kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi
karena factor system keluarga atau di luar system keluarga
3. Mengembangkan motif dan potensi-potensi, setiap anggota keluarga
dengan cara mendorong (mensupport), memberi semangat, dan
mengingatatkan anggota tersebut
4. Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistik
dan sesuai dengan anggota-anggota lain.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan konseling


keluarga ialah agar klien atau anggota keluarga yang memiliki problem dalam
rumah tangga bisa mengatasi masalah dan bisa menyesuaikan diri dengan baik
dan bisa mengambil keputusan secara bijak.

9
E. UNSUR KONSELING
Menurut Carl Rogers dalam Abraham and Shanley, untuk
mencapaitujuan dalam proses konseling perlu diperhatikan unsurr yang
meliputi :

1. Empati

Empati merupakan kemampuan memahami pengalaman dan


perasaan klien seperti yang dipahami oleh klien sendiri.Pemahaman ini
mencakup makna dan nilai-nilai pada saat klien mengungkapkan dan
mengkomunikasikan pengalamannya sehingga klien yakin bahwa
konselor mempunyai pemahaman yang tepat tentang pengalamannya.

2. Keikhlasan

Konselor harus rela melibatkan dirinya dengan klien yang


mencakup persepsi kecemasan, dan harapan klien.Klien juga harus
diyakinkan bahwa konselor jujur dan ikhlas dalam memberikan
perhatian.Keterlibatan yang ikhlas dapat meningkatkan kepercayaan dan
harga diri dalam hubungan tersebut.

3. Penghargaan positif tanpa syarat

Mengarah pada semua bentuk kasih sayang kepada klien yang


tergantung pada perilakunya. Hal ini memberikan suasana yang tidak
mengancam, sehingga klien dapat mengungkapkan perasaannya dan
segala sesuatu tentang dirinya juga penting bagi klien untuk
mengungkapkan aspekaspek pada diri yang mungkin tidak diterima oleh
orang lain (Trisna, 2008).

10
F. PROSES DAN TAHAPAN KONSELING KELUARGA

Proses konseling adalah peristiwa yang tengah berjalan dan


memberikan makna bagi peserta konseling (konselor dan konseli). Proses
konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan
oleh berbagai faktor seperti jumlah kliennya (anggota keluarga) lebih dari
seorang.

Konselor yang profesional mempunyai karakteristik, yaitu Ilmu


konseling dan ilmu lain yang berkaitan dan berwawasan, keterampilan
konseling, kepribadian konselor yang terbuka, menerima dan ceria dengan
kemampuan yang dimiliki ini, diharapkan konselor dapat melakukan tugasnya
dalam beberapa hal, yaitu: Mampu mengembangkan komunikasi antara
anggota keluarga yang tadinya terhambat oleh emosi-emosi tertentu, mampu
membantu mengembangkan penghargaan anggota keluarga terhadap potensi
anggota lain sesuai dengan realitas yang ada pada diri dan lingkungannya.
Dalam hubungan konseling klien berhasil menemukan dan memahami
potensi, keunggulan yang ada pada dirinya, mampu membantu agar klien
dapat menurunkan tingkat hambatan emosional dan kecemasan serta
menemukan dan memecahkan masalahnya dengan bantuan anggota lainnya.

Berdasarkan kenyataan ada 5 jenis relasi hubungan dalam konseling keluarga ,


yaitu:

1. Relasi seorang klien dengan konselor


2. Relasi satu klien dengan klien lainnya
3. Relasi konselor dengan sebagian kelompok anggota keluarga
4. Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga
5. Relasi antar sebagian kelompok dengan sebagian kelompok anggota
lain.

11
Secara umum, proses tahapan konseling berjalan, sebagai berikut :

1. Pengembangan Rapport
Pengembangan seyogyanya telah dimulai begitu klien memasuki
ruang konseling. Upaya ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor ,
yakni: Kontak mata, Perilaku non-verbal (perilaku attending,
bersahabat/akrab, hangat, luwes keramahan, senyum, menerima, jujur/asli,
penuh perhatian dan terbuka). Bahasa lisan/verbal (sapaan sesuai dengan
teknik-teknik konseling), seperti ramah menyapa, senyum dan bahasa lisan
yang halus. Tujuannya adalah agar suasana konseling memberikan
keberanian dan kepercayaan diri klien untuk menyampaikan isi hati dan
bahkan rahasia batinnya kepada konselor.
Dalam menciptakan rapport, terdapat kesulitan tersendiri, baik itu
dialami oleh konselor maupun klien berikut beberapa kendalanya,
kendala-kendala yang dialami konselor adalah, sebagai berikut :
a. Konselor kurang mampu menstabilkan emosinya, dilihat dari latar
belakangnya yang juga bermasalah.
b. Konselor yang terikat dengan sistem nilai.
c. Konselor kurang memahami atau menguasai teori dan teknik
konseling.

Kendala-kendala yang dialami klien :

a. Beberapa anggota keluarga kurang termotivasi.


b. Klien hadir dengan terpaksa.
c. Klien berpengalaman konseling.

2. Pengembangan Apresiasi Emosional


Ada dua teknik konseling keluarga yang efektif yaitu sculpting dan
role playing. Kedua teknik ini memberikan peluang bagi pernyataan-
pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan terhadap luapan emosi
anggota keluarga. Dengan demikian segala kecemasan dan keteganggan

12
psikis dapat mereda, sehingga memudahkan untuk treatment konselor dan
rencana anggota keluarga.

3. Pengembangan Alternatif Modus Perilaku


Kelancaran proses konseling dapat terhambat oleh beberapa faktor,
seperti :
a. Tata ruang yang salah, misalnya ruangan yang kecil, sempit,
sumpek, dan tidak menarik.
b. Kurangnya suasana keintiman.
c. Dan Sikap tidak enak, misalnya mencatat saat mewawancarai klien,
hal ini akan membuat klien merasa tidak diperhatikan.

Menurut Brammer (1979:51) pada prinsipnya proses konseling itu terdiri


atas dua fase dasar yakni :

1. Fase Membina Hubungan Konseling


Fase ini sangat penting di dalam proses konseling dan keberhasilan
tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor
dalam membina hubungan konseling ini. Fase ini harus terjadi di tahap
awal dan tahap berikutnya dari konseling yang ditandai dengan adanya
rapport sebagai kunci lancarnya hubungan konseling.
Selain dari tekniknya, sikap-sikap konselor juga sangat penting, yaitu :
a. Acceptance, yaitu sikap menerima klien dengan ikhlas, tanpa
memandang jenis kerlamin, ras, agama.
b. Unconditional Positive Regard, yaitu sikap menghargai klien tanpa
syarat.
c. Understanding, yaitu konselor dapat memahami keadaan klien.
d. Genuine, yaitu konselor apa adanya dalam bersikap, jujur, sesuai
dengan dirinya sendiri.

13
e. Empati, yaitu konselor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh
klien.

Berikut penjabaran proses hubungan konseling secara sistematis :

1) Klien memasuki ruang konseling, konselor mempersiapkan klien


agar siap dibimbing dan dibantu.
2) Klien menyatakan alasan kedatangannya dan menceritakan
pengalamannya tentang proses konseling sebelumnya (Tahap
Klarifikasi).
3) Konselor membuat kontrak dengan klien tentang berapa lama waktu
yang akan digunakan, biaya konseling, kerahasiaan, perizinan
perekamanan selama proses konseling (Tahap Struktur).
4) Peningkatan atas hubungan konseling (Tahap Relasi).

2. Memperlancar Tindakan Positif


Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a. Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan
tujuan konseling, menetapkan rencana strategis, mengumpulkan
fakta, mengungkapkan perasaan-perasaan klien yang lebih dalam,
mengajarkan keterampilan baru konsolidasi, menjelajah alternatif-
alternatif, mengungkap perasaan-perasaan, melatih skill.
b. Perencanaan, mengembangkan perencanaan bagi klien sesuai
dengan tujuan untuk memecahkan masalah, mengurangi perasaaan-
perasaan yang menyedihkan, terus mengkonsolidasi skill baru atau
perilaku baru untuk mencapai aktivitas diri klien.
c. Penutup : mengevaluasi hasil konseling, menutup hubungan
konseling.

G. FAKTOR DALAM PELAKSANAAN KONSELING

14
Ada 2 faktor yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan konseling.

1. Faktor utama pada pelaksanaan teknik konseling

Menurut Murad ada 2 aspek utama yang harus diperhatikan yaitu :


menyampaikan informasi yang jelas, tepat, dan benar serta menunjukkan
pada klien bahwa konselor memperhatikan dan memberi respek.

2. Faktor penunjang konseling

Menurut Murad beberapa faktor penunjang yang dapat


mendukungkeberhasilan suatu pelayanan konseling adalah ruang
konseling, alat KIE yang digunakan, suasana konseling, sikap konselor
dan penampilan konselor (Trisna, 2008)

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konseling keluarga bertujuan membantu anggota keluarga belajar dan
memahami bahwa dinamika keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan
anggota keluarga. Membantu anggota keluarga agar dapat menerima
kenyataan bahwa apabila salah seorang anggota keluarga memiliki
permasalahan, hal itu akan berpengaruh terhadap persepsi, harapan, dan
interaksi anggota keluarga lainnya. Memperjuangkan (dalam konseling),
sehingga anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang guna mencapai
keseimbangan dan keselarasan. Mengembangkan rasa penghargaan dari
seluruh anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang lain.
Konseling keluarga sangat dibutuhkan bagi individu yang tidak dapat
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya, maka perlu bantuan orang
lain atau bimbingan konseling keluarga yang berperan membantu
mengarahkan ataupun memberikan pandangan kepada individu yang
bersangkutan.Adapun tujuannya terbagi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.

B. SARAN
Penulis berharap semoga dengandiberikannya edukasi tentang
konseling keluarga, mahasiswa mampu melaksanakan konseling terhdap
pasangan yang sudah berkeluarga.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abu bakar M.luddin, 2011. Dasar-Dasar Konseling, Bandung, Citapustaka media

Perintis.

Namora lumongga Lubis, 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling, Jakarta, Prenada


Media Group.

Novi Hendri, 2012, Psikologi dan konseling keluarga, Medan, Citapustaka media


perintis.

Mahmud, Alimuddin dan Sunarty, Kustiah. (2006). Dasar-dasar Bimbingan dan


Konseling Keluarga. Makassar: Samudra Alif-MIM.

Sayekti Pujosuwarno. 1994. Bimbingan Dan Konseling Keluarga. Menara Mas

Offset. Yogyakarta.

Sofyan S. Willis, 2009, Konseling Keluarga, Bandung: Alfabeta.

Y.singgih D.gunarsa, 1995. Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta, gunung mulia

17

Anda mungkin juga menyukai