a. Geografis
Tabel :
Luas Wilayah Provinsi Sulawesi Utara
LUAS WILAYAH
NO KABUPATEN/KOTA 2 PROSENTASE
(Km )
Kabupaten
1 Bolaang Mongondow 2.871,65 20,73
2 Minahasa 1.114,87 8,05
3 Kepulauan Sangihe 461,11 3,33
4 Kepulauan Talaud 1.240,40 8,95
5 Minahasa Selatan 1.409,97 10,18
6 Minahasa Utara 918,49 6,63
7 Bolaang Mongondow Utara 1.680,00 12,13
8 Siau Tagulandang Biaro 275,86 1,99
9 Minahasa Tenggara 710,83 5,13
10 Bolaang Mongondow Selatan 1.615,86 11,67
11 Bolaang Mongondow Timur 910,18 6,57
Kota
1 Manado 157,27 1,14
2 Bitung 302,89 2,19
3 Tomohon 114,20 0,82
4 Kotamobagu 68,06 0,49
Jumlah 13.851,64 100,00
Sumber : SULUT Dalam Angka Tahun 2018
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 1
Gambar :
Peta Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Utara
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 2
membuat posisi Sulawesi Utara yang sangat dekat dengan pasar Asia
Timur dan Pasifik, dan relatif sulit untuk ditandingi oleh provinsi lainnya di
Indonesia.
Gambar :
Peta Posisi Sulawesi Utara Sebagai Gerbang Utara Indonesia
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 3
unik untuk dijadikan dayatarik wisata tetapi juga sebagai pusat studi keilmu-
bumian dibandingkan dengan daerah lainnya.
Iklim daerah Sulawesi Utara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin
muzon. Pada bulan-bulan November sampai dengan April bertiup angin
barat yang membawa hujan di pantai utara, sedangkan dalam bulan Mei
sampai Oktober terjadi perubahan angin selatan yang kering. Curah hujan
tidak merata dengan angka tahunan berkisar antara 2000-3000mm, dan
jumlah hari hujan antara 90-139 hari. Suhu udara berada pada setiap
tingkat ketinggian makin ke atas makin sejuk seperti daerah Kota Tomohon,
Langowan di Kabupaten Minahasa, Modoinding di Kabupaten Minahasa
Selatan, Modayag di Kota Kotamobagu, dan Pasi di Kabupaten Bolaang
Mongondow. Daerah yang paling banyak menerima curah hujan adalah
Kabupaten Minahasa. Suhu udara rata-rata 25°C. Suhu udara maksimum
rata-rata tercatat 30°C dan suhu udara minimum rata-rata 22,1°C dan
kelembaban udara tercatat 73,4%.
b. Kependudukan
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 4
Tabel :
Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2017
PENDUDUK
NO KECAMATAN JUMLAH
Laki-laki Perempuan
Kabupaten
1 Bolaang Mongondow 124.970 115.535 240.505
2 Minahasa 171.418 163.903 335.321
3 Kepulauan Sangihe 66.011 64.482 130.493
4 Kepulauan Talaud 46.311 44.367 90.678
5 Minahasa Selatan 107.328 100.685 208.013
6 Minahasa Utara 102.127 98.858 200.985
7 Bolaang Mongondow Utara 40.097 38.340 78.437
8 Siau Tagulandang Biaro 32.576 33.400 65.976
9 Minahasa Tenggara 54.720 50.994 105.714
10 Bolaang Mongondow Selatan 33.615 30.556 64.171
11 Bolaang Mongondow Timur 36.796 33.814 70.610
Kota
1 Manado 215.832 214.301 430.133
2 Bitung 108.481 103.928 212.409
3 Tomohon 52.314 51.397 103.711
4 Kotamobagu 63.075 60.797 123.872
Jumlah 1.255.671 1.205.357 2.461.028
Sumber : SULUT Dalam Angka, 2018
Tabel :
Kepadatan Penduduk Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2017
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 5
Dari aspek kepadatan penduduk, Provinsi Sulawesi Utara mempunyai
kepadatan penduduk sebesar 178 jiwa per kilometer persegi. Kota Manado,
sebagai Kota dengan luas wilayah 157,27 km2 dengan jumlah penduduk
sebesar 430.133 jiwa, merupakan kota dengan kepadatan penduduk paling
tinggi, yaitu sebesar 2.735 jiwa per kilometer persegi. Adapun kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan, dengan luas wilayah sebesar 1615,86 km2
dengan jumlah penduduk sebesar 64.171 jiwa, merupakan kabupaten
dengan kepadatan penduduk paling rendah, yaitu sebesar 40 jiwa per
kilometer persegi.
c. Komoditas Unggulan
Tabel :
Produksi Komoditas Perkebunan Unggulan
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017
(ton/tahun)
PRODUKSI (ton/tahun)
NO KECAMATAN
Kelapa Cengkeh Pala Kopi Coklat
Kabupaten
1 Bolaang Mongondow 28.733,26 - 25,25 2.673,42 2.516,34
2 Minahasa 21.347,70 3,70 63,87 115,93 30,31
3 Kepulauan Sangihe 22.612,62 1.566,17 3.753,16 - -
4 Kepulauan Talaud 18.577,38 1.017,70 3.956,00 - -
5 Minahasa Selatan 35.016,84 - 24,75 - 334,15
6 Minahasa Utara 40.375,47 - 72,05 - -
7 Bolaang Mongondow Utara 15.435,38 20,92 2,38 6,36 825,15
8 Siau Tagulandang Biaro 3.280,28 218,37 3.195,98 - -
9 Minahasa Tenggara 34.462,61 54,89 36,19 47,43 21,73
10 Bolaang Mongondow Selatan 10.900,57 654,23 7,81 5,10 402,25
11 Bolaang Mongondow Timur 8.921,72 879,56 13,78 581,62 472,42
Kota
1 Manado 2.745,11 0,75 - - -
2 Bitung 11.776,71 23,34 60,98 - -
3 Tomohon 361,78 - - - -
4 Kotamobagu 692,10 1,68 7,23 48,34 145,66
PROVINSI SULUT 255.239,53 4.441,31 11.219,43 3.478,20 4.748,01
Sumber : SULUT Dalam Angka, 2018
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 6
Untuk produksi perikanan tangkap di wilayah Provinsi Sulawesi Utara pada
tahun 2017 adalah sebesar 394.696,97 ton. Jumlah tersebut meningkat
sebesar 29,85% dari jumlah produksi perikanan tangkap pada tahun
sebelumnya, yaitu tahun 2016 sebesar 303.954,70 ton. Gambaran
selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel :
Produksi Perikanan Tangkap di Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2017 (ton/tahun)
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 7
Total ekspor ke-11 negara tersebut sebesar 936.874,09 ton pada tahun
2016 dan turun sebesar 10,52 % pada tahun 2017 yaitu sebesar 841.226,42
ton. Gambaran negara tujuan ekspor komoditas unggulan Provinsi
Sulawesi Utara tersebut, secara lengkap dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel :
Negara Tujuan Ekspor Komoditas Unggulan
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017
(Ton)
d. PDRB
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 8
Tabel :
PDRB Provinsi Sulawesi Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2017
Dalam Milyaran Rupiah
Sedangkan Atas Dasar Harga Tetap 2010 Provinsi Sulawesi Utara pada
tahun 2017, Dalam Milyaran Rupiah, adalah sebesar Rp. 79.495,34 milyar.
5 lapangan usaha dengan kontribusi terbesar pada PDRB Atas Harga
Konstan 2010 di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017, adalah sebagai
berikut :
1) Pertanian, kehutanan dan perikanan 19,89%
2) Konstruksi 13,33%
3) Perdagangan Besar dan Eceran, dll. 12,75%
4) Industri Pengolahan 10,08%
5) Transportasi dan Pergudangan 8,71%
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 9
Tabel :
PDRB Provinsi Sulawesi Utara Atas Dasar Harga Konstan 2010
Tahun 2017 Dalam Milyaran Rupiah
a. Geografis
Kota Bitung adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara. Kota ini
memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang
mendorong percepatan pembangunan. Posisi astronomis Kota Bitung yang
terletak antara 1°23’ 23‘ - 1°35’ 39” Lintang Utara dan 125°1‘ 43” - 125° 18’
13” Bujur Timur. Kota Bitung berbatasan dengan :
- Sebelah utara dengan : Kecamatan Likupang (Kota Bitung
dan Laut Maluku);
- Sebelah Timur dengan : Laut Maluku dan Samudra Pasifik;
- Sebelah Selatan dengan : Laut Maluku;
- Sebelah Barat dengan : Kecamatan Kauditan (Kota Bitung).
Dilihat dari aspek topografis, keadaan tanah sebagian besar daratan Kota
Bitung 45,06 persen berbukit dan 32,73 persen bergunung. Hanya 4,18
persen merupakan dataran landai serta sisanya 18,03 persen berombak.
Mulai dari bagian Timur, dari pesisir pantai Aertembaga,sampai dengan
Tanjung Merah di Bagian Barat merupakan dataran yang relatif cukup datar
dengan kemiringan 0 – 15 derajat sehingga secara fisik dapat
dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 10
serta pemukiman. Pada bagian utara, keadaan topografi semakin
bergelombang dan berbukit-bukit. Bagian utama dari lahan tersebut
merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman
margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat sebuah pulau yakni
Pulau Lembeh. Keadaan tanahnya secara umum kasar dan ditutupi oleh
tanaman kelapa, hortikultura serta palawija.
Pulau Lembeh memiliki pesisir pantai yang indah dan mempunyai potensi
untuk dikembangkan menjadi daerah wisata bahari. Kemiringan lereng di
kota Bitung sebagian besar didominasi oleh kelerengan antara 25 – 40 %.
Hal ini terlihat dari luas wilayah kelerengan 25 – 40 % yang mempunyai
wilayah terluas yaitu sebesar 11.759 Ha atau sekitar 37,52 % dari total luas
kota Bitung saat ini Daerah pesisir pulau Lembeh ini pada titik-titik tertentu
dan daerah yang dianggap rawan di kota Bitung merupakan daerah rawan
gelombang pasang/abrasi. Hampir setiap tahun daerah ini dilanda
gelombang pasang. Gelombang pasang dapat mengakibatkan mundurnya
garis pantai.
Di kota Bitung, umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di
atas normal, sehingga sistem pengaliran air terutama sungai dan anak
sungai alamiah tidak mampu menampung akumulasi air hujan. Tanah
bertekstur pasir yang mendominasi kota Bitung seringkali menambah daya
rusak banjir karena sebagian material pasir ikut terangkut oleh aliran
permukaan. Berkurangnya vegetasi pada daerah resapan air juga
berkontribusi pada meningkatnya debit banjir, karena jika terjadi curah
hujan tinggi, sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang
langsung masuk ke dalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya
terlampaui dan terjadi banjir.
Dilihat dari aspek Geologi secara visual terlihat bahwa kota Bitung hampir
seluruh wilayahnya merupakan daerah perbukitan atau pegunungan. Dan
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 11
hasil perhitungan menunjukkan bahwa daerah yang datar yaitu kemiringan
lereng antara 0 – 8 % hanya memiliki luas paling kecil, yaitu 2.274 % atau
sebesar 7,89 % dari total luas kota Bitung. Secara umum wilayah kota
Bitung dan sekitarnya disusun oleh batuan vulkanik yang berumur Kuarter
(Qv) yang terdiri atas lava, bom, lapili dan abu yang sebagian kecil ditutupi
oleh endapan (Qs) yang terdiri atas pasir lanau, konglomerat dan lempung
napalan (Efendi, 1976). Berdasarkan pemetaan geologi permukaan dan
pendugaan reseistivitas bawah permukaan, wilayah kota Bitung umumnya
disusun oleh batuan vulkanik dan vulkaniklastik yang sebagian ditutupi oleh
endapan permukaan.
Iklim di kota Bitung hanya terdiri dari 2 musim, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang
bertiup di wilayah ini. Pada bulan Oktober sampai dengan bulan April
biasanya terjadi hujan karena angin yang bertiup dari arah Barat/Barat Laut
banyak mengandung air. Sedangkan pada bulan Juni sampai dengan bulan
September biasanya terjadi musim kemarau karena angin yang bertiup dari
arah Timur tidak banyak mengandung air. Jumlah curah hujan di kota
Bitung cukup beragam menurut bulan. Menurut catatan Stasiun Meteorologi
Bitung, curah hujan tertinggi selama tahun 2009 terjadi pada bulan
November yang mencapai 312,4 mm. Sedangkan pada bulan September
curah hujan mengalami titik terendah yakni hanya 5 mm. Namun sepanjang
tahun 2009 curah hujan rata-rata di kota Bitung adalah sebesar 133.3 mm.
Jika melihat perbandingan curah hujan sepuluh tahun terakhir, yaitu dari
tahun 2000 sampai dengan tahun 2009, terlihat bahwa rata-rata curah hujan
yang terjadi adalah sebesar 152.03 mm/tahun. Selama selang 10 tahun
terakhir, dari data yang ada terlihat bahwa bulan September memiliki curah
hujan yang kecil, yaitu rata-rata 35.26 mm/tahun. Sedangkan curah hujan
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 12
Januari dalam selang waktu 10 tahun terakhir ini memiliki curah hujan
tertinggi, yaitu rata-rata sebesar 241.24 mm/tahun.
Gambar :
Wilayah Administratif Kota Bitung
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 13
Tabel :
Luas Wilayah Kota Bitung
LUAS WILAYAH
NO KECAMATAN 2 PROSENTASE
(Km )
1 Madidir 20,83 6,64
2 Matuari 33,96 10,83
3 Girian 5,17 1,65
4 Lembeh Selatan 25,53 8,14
5 Lembeh Utara 27,66 8,82
6 Aertembaga 33,09 10,56
7 Maesa 9,70 3,09
8 Ranowulu 157,57 50,26
Jumlah 313,50 100,00
Sumber : Kota Bitung Dalam Angka, 2018
b. Kependudukan
Tabel :
Kepadatan Penduduk Kota Bitung Tahun 2017
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 14
c. PDRB
Tabel :
PDRB Kota Bitung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2017
Dalam Jutaan Rupiah
Sedangkan Atas Dasar Harga Tetap 2010 Kota Bitung pada tahun 2017,
Dalam Jutaan Rupiah, adalah sebesar Rp. 10.128.304,45 juta. 5 lapangan
usaha dengan kontribusi terbesar pada PDRB Atas Harga Konstan 2010 di
Kota Bitung Tahun 2017, adalah sebagai berikut :
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 15
1) Industri Pengolahan 35,49%
2) Pertanian, kehutanan dan perikanan 15,76%
3) Transportasi dan Pergudangan 13,14%
4) Konstruksi 10,99%
5) Perdagangan Besar dan Eceran, dll. 9,24%
Tabel :
PDRB Kota Bitung Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2017
Dalam Jutaan Rupiah
d. Pelabuhan Bitung
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 16
Tabel :
Lalu Lintas Kapal, Bongkar Muat Barang dan Turun Naik Penumpang
di Pelabuhan Bitung Tahun 2000-2017
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
KAPAL KELUAR-MASUK
Gambar :
Grafik Lalu Lintas Kapal di Pelabuhan Bitung
Tahun 2000-2017
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 17
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
Gambar :
Grafik Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Bitung
Tahun 2000-2017
200.000
180.000
160.000
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
-
Gambar :
Grafik Turun Naik Penumpang di Pelabuhan Bitung
Tahun 2000-2017
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 18
3. Kajian Kelembagaan
Pulau Lembeh sebagai bagian dari wilayah administrasi Kota Bitung dan
mempunyai lokasi yang hanya berjarak 1 km dari Pelabuhan Bitung
(dihubungkan dengan Selat Lembeh), akan dikembangkan sebagai kawasan
hinterland KEK Bitung dan kawasan wisata alam dunia (segitiga wisata
Bunaken – Likupang - Lembeh). Untuk mendukung hal tersebut, di Pulau
Lembeh akan dibangun fasilitas infrastruktur transportasi bertaraf nasional dan
internasional, diantaranya adalah:
1) Jembatan Bitung – Pulau Lembeh;
2) Pelabuhan Ferry dan Kapal Pesiar;
3) Bandar Udara Internasional; dan
4) Kereta Kabel/Cable Car Trikora – Lembeh Peak);
a. Tingkatan Stratejik
Level stratejik berisi tujuan dan sasaran kebijakan transportasi secara luas.
Pertanyaan yang dikembangkan adalah apakah yang menjadi tujuan
jangka menengah dan panjang. Fokusnya adalah mengidentifikasikan
kebijakan untuk memenuhi tujuan pemerintah yang high level seperti
mewujudkan transportasi yang handal, berwawasan lingkungan dan
berskala manusia guna mendukung Pulau Lembeh sebagai tujuan wisata
bertaraf internasional , meningkatkan kunjungan wisata di Pulau Lembeh
dan wilayah sekitarnya (Likupang dan Bunaken), dan mensejahterakan
masyarakat melalui pembangunan infrastruktur dan layanan transportasi
dan pariwisata di Pulau Lembeh.
b. Tingkatan Taktis
Level taktis memuat tujuan untuk mendesain dan merencanakan sistem
transportasi guna mewujudkan tujuan yang bersifat outcome. Fokusnya
adalah infrastruktur dan layanan transportasi yang dapat mendukung tujuan
pada level stratejik (wisata berkelas internasional), layanan transportasi
dengan tarif yang terjangkau dan mempunyai standar pelayanan yang
tinggi.
c. Tingkatan Operasional
Tingkat operasional hanya menekankan pada proses penyediaan
infrastruktur dan layanan transportasi yang dibatasi oleh tujuan pada tingkat
stratejik dan taktis. Misalnya, sistem apa yang dikembangkan agar
infrastruktur dan layanan transportasi di Pulau Lembeh dapat memenuhi
tujuan pada tingkat taktis.
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 20
a. Unit Pelaksana Teknis/ Unit Pelaksana Teknis Daerah
Unit Pelaksana Teknis Daerah atau UPTD merupakan unit teknis dari Dinas
Perhubungan Provinsi (Sulawesi Utara – project strategis provinsi) atau
Pemerintah Kabupaten (Bitung – sesuai wilayah). Sebagai unit teknis,
UPTD diarahkan sebagai badan atau lembaga transisi karena masih
menjalankan sebagian tugas pengaturan layanan transportasi wilayah.
Pilihan lembaga UPTD memiliki kelebihan, yaitu:
1) Pembentukan UPTD mudah dan cepat;
2) Resistensi pembentukan UPT/UPTD relatif kecil;
3) Sebagai unit teknis Dinas Perhubungan, UPTD memudahkan
koordinasi dalam menjalankan fungsi regulator dan operator.
b. UPTD PPK-BLU
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 22
Bentuk kelembagaan UPTD PPK-BLUD memiliki kekurangan yang meliputi:
1) UPTD PPK-BLUD masih menjadi unit teknis dari Dinas Perhubungan;
2) UPTD PPK-BLUD memiliki kewenangan yang masih terbatas;
Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD merupakan badan usaha yang
didirikan khusus untuk menjalankan fungsi dalam penyelenggaraan
transportasi di wialayahnya. Pemerintah Daerah dapat mendirikan
Perusahaan Daerah. Karakteristik utama BUMD adalah kemandirian
lembaga ini dalam menjalankan pengurusan sehari-hari, sehingga Dinas
Perhubungan Provinsi atau Kabupaten/Kota tidak memiliki kendali secara
langsung terhadap pengurusan BUMD. Kelembagaan contracting body
dengan BUMD hanya sesuai jika dan hanya jika Pemerintah dan Operator
sudah memiliki kompetensi unggul dalam penyediaan layanan transportasi.
Bentuk kelembagaan Badan Usaha Milik Daerah/Nasional memiliki
kelebihan yang meliputi:
1) BUMD/N merupakan badan usaha yang dibentuk untuk menjalankan
kegiatan usaha, sehingga memiliki kapasitas dalam peningkatan
kualitas layanan bersama-sama dengan operator.
2) BUMD/N memiliki karakteristik badan usaha, sehingga penyediaan
pelayanan umum dapat dijalankan secara komersial dengan
mempertahankan tarif yang terjangkau.
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 23
menjalankan sebagian kewenangan pengaturan menyangkut perencanaan
dan menjalankan penyelenggaraan transportasi wilayah. Dasar hukum
pembentukan Badan Pengelola adalah Pasal 209 Ayat (2) huruf d UU No.23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang menyatakan bahwa salah
satu Perangkat Daerah adalah badan. Yang dimaksud dengan “badan”
adalah unsur penunjang yang melaksanakan fungsi-fungsi yang bersifat
strategis yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah antara lain perencanaan,
pengawasan, kepegawaian, keuangan, pendidikan dan latihan serta
penelitian dan pengembangan. Dalam kaitan ini, Pasal 358 UU No. 23
Tahun 2014 mengatur bahwa Daerah menyusun rencana, melaksanakan
dan mengendalikan penyelenggaraan pengelolaan perkotaan. Rencana
penyelenggaraan pengelolaan perkotaan merupakan bagian dari rencana
pembangunan Daerah dan terintegrasi dengan rencana tata ruang wilayah.
Perencanaan dan pengendalian penyelenggaraan pengelolaan perkotaan
dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan strategis nasional.
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 24
Tabel :
Analisis Kelembagaan pada Tingkatan Teknis
Badan
UPT/D BLU/D BUMD/N
Pengelola
ORIENTASI Non Profit Not For Profit Profit Oriented Non Profit
OPERASIONAL Melaksanakan Melaksanakan tugas Tidak ada Melaksanakan
tugas teknis teknis instansi Induk keterkaitan perencanaan dan
instansi Induk dengan fleksibilitas dengan pengendalian
keuangan instansi induk terhadap
& Perencanaan kawasan yang
Bisnis secara diampu
mandiri
KEMANDIRIAN Tidak Otonom Tidak Otonom Otonom Otonom
PENGELOLAAN Pengelolaan Kekayaan Daerah Kekayaan Pengelolaan
KEUANGAN sesuai yang Tidak Daerah yang sesuai
mekanisme Dipisahkan Dipisahkan mekanisme
APBD/N APBD/N
SUMBER APBD/N APBD/N PMD/N APBD/N
PEMBIAYAAN
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 25
ini dengan mempertimbangkan lingkup urusan dan ruang terkait
kewenangan lembaga ini disajikan pada gambar berikut ini.
JAMAK
URUSAN
JAMAK
SATU
SATU
RUANG
Gambar :
Skenario Kelembagaan Transportasi Perkotaan
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 26
Tabel :
Formulasi Skenario Kelembagaan Transportasi Wilayah di Pulau Lembeh
BALANCE HARMONY
MODEL STAND ALONE
(KESEIMBANGAN) (KESELARASAN)
Strategi Fokus pada peningkatan Keseimbangan supply Integrasi Perencanaan
kualitas dan kuantitas dan demand (pull & Transportasi dan
penyediaan layanan push strategy) Perencanaan Perkotaan
transportasi (urban planning)
Kebijakan Realokasi risiko penyediaan Keseimbangan antara Mengintegrasikan
layanan transportasi. penyediaan layanan kebijakan transportasi
Pemerintah, transportasi dengan dengan kebijakan tata
PemerintahKabupaten/Provinsi manajemen lalu lintas ruang bagi tercapainya
menanggung risiko terbesar (prioritas) Pulau Lembeh sebagai
dalam penyediaan layanan destinasi wisata berkelas
transportasi di Pulau Lembeh Internasional
missal, seperti penerapan buy
the service dalam penyediaan
angkutan umum massal.
Risiko Kecil Sedang Besar
Stakeholder Single Multistakeholder Kompleks
Ancaman Kebangkrutan Kemacetan Kota Gagal
Kegagalan
Bentuk BLUD/N BLUD/N Badan Otoritas
Lembaga Transportasi Pulau
Lembeh
Sumber : Hasil Analisis, 2019
……………………………………………………..
Mengetahui :
AHLI SOSIAL
---------------------------------------
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI SOSIAL KK - 27