Disusun Oleh :
2. Mardotila (2130502126)
4. Misbahatul (2130502146)
5. Destiana Azzahra(2130502129)
Dosen Pengampuh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul Teori
Kognitif dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata
Kuliah "PSIKOLOGI UMUM". Materi ini merupakan materi yang telah ditetapkan
dalam kurikulum perkuliahan bagi mahasiswa semester I Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang. Penyusunan
Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini sangat jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu kami membuka saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikian semoga bermanfaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
A. Kesimpulan..................................................................................14
B. Saran.................................. ...........................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Titik fokus yang menjadi pusat perhatian suatu teori selalu ada. Ada yang lebih
mementingkan proses belajar, ada yang lebih mementingkan sistem informasi yangdiolah daam
proses belajar, dan lain-lain. Namun faktor-faktor lain diluar titik fokus ituseperti lingkungan
juga selalu diperlukan untuk menjelaskan proses belajar. Pembelajaran menurut aliran kognitif,
yang mana dalam pembelajaran kognitifmenitik beratkan belajar aktif, belajar lewat interaksi
social, belajar lewat pengalaman pribadi ini di kemukakan oleh Jean Piaget. Aliran kognitif
berjalan dengan baik dan sekerang ini diterapkan seperti pada kurikulum berbasis tujuan
pendidikan yang manadidalamnya mempunyai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Jadi siswa di tuntutuntuk aktif di dalam kelas ini merujuk pada pembelajaran menurut
aliran kognitif yangmenjadikan siswa dapat aktif di dalam proses pembelajaran karena di dalam
pembelajarannya guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa di sini tidak menjadi objek
pembelajaran akan tetapi siswa sebagai subjek dari pembelajaran Pembahasan ini sangat
penting karena mengingat proses belajar yang terjadidi dalam kelas berlangsung dalam proses
komunikasi yang berisi pesan-pesan yang berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip dan
keterampilan yang sering digunakan dalam sehari-hari. Proses pembelajaran dituntut untuk
secara aktif berpartisipasi. Keaktifan berpartisipasi ini memberikan kesempatan yang luas
mengembangkan potensi, bakatyang dimiliki oleh masing-masing siswa.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
4. Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan
potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan(knowledge), pemahaman
(comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis),sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation)
Model belajar kognitif merupakansuatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seorang ditentukan oleh
presepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan perubahan presepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang nampak.Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari
suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan
atau membagi-membagi situasi / materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-
kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah ,akan kehilangan makna. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolaan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas
yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang diterima danmenyesuaikannya dengan struktur kognitif
yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan
pengalaman-pengalamansebelumnya(Budiningsih,2005 : 34). Secara umum, teori kognitif
memandang bahwa belajar merupakan proses internalyang tidak dapat diamati secara
langsung. Adapun perubahan tingkah laku yang tampaksesungguhnya adalah refleksi dari
perubahan interaksi persepsi dirinya terhadap sesuatuyang diamati dan dipikirkan. Menurut
teori kognitif, belajar diartikan sebagai prosesinteraksional seseorang memperoleh pemahaman
baru atau struktur kognitif danmengubah hal–hal yang lama.
2.1 Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru,tetapi
kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuankecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2.2 Kematangan
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu
atau menghambat perkembangan struktur kognitif
2.4 Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dariindividu dengan
lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang
menyebabkan perkembangan kognitif berjalan.
(sejak lahir sampai dengan 2 tahun)Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman
diperoleh melalui perbuatan fisik(gerakan anggota tubuh) dan sensori(koordinasi alat indra).
(7 tahun sampai dengan 11 tahun)Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami
konsep kekekalan, kemampuanmengklasifikasi, mampu memandang suatu objek dari sudut
pandang yang berbedasecara objektif, dan mampu berfikir reversible.
(11 tahun dan seterusnya) Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif
secara kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yangabstrak. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau
peristiwanyalangsung, dengan hanya menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi
dangeneralisasi.Kaitan antara teori belajar Piaget dengan penggunaan media
pembelajaranmatematika adalah pada tahap operasi konkrit dimana siswa tidak akan bisa
memahamikonsep tanpa benda-benda konkrit.
Jerome Brunner menyatakan bahwa belajar akan lebih berhasil jika proses pengajaran
anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuatdalam pokok bahasan
yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur
tersebut.
Bruner menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh agar anak dapat
mengenal konsep dan struktur yang tercakupdalam bahan yang sedang dibicarakan, sehingga
anak akan memahami materi yang harusdikuasainya itu Dalam proses pembelajaran hendaknya
siswa diberi kesempatan untukmemanipulasi benda-benda dengan menggunakan media
pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran yang ada, siswa akan melihat langsung
keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam penggunaan media pembelajaran
yangdiperhatikannya. Tiga tahap pembelajaran yang akan dilewati oleh siswa adalah sebagai
berikut :
Tahap enaktif
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda
Tahap simbolik
Pada tahap ini siswa belajar melalui manipulasi lambang atau simbol.
Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunyai kemampuan menguasaikonsep,
teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan
representasinya. Ini berarti, jika anak aktif dan terlibat dalam kegiatanmempelajari konsep yang
dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi tersebut,maka anak akan lebih
memahaminya.
Dalam matematika itu satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan erat, bukan
saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materiyang satu
merupakan prasyarat bagi yang lainnya atau konsep yang satu di perlukanuntuk menjelaskan
konsep lainnya.
3.3 Teori Gestalt
Ahli-ahli gestalt juga beranggapan bahwa benda-benda hidup berbeda dengan mesin,
selalu hidup dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Interaksi antara individu dan
lingkungan disebut sebagai perceptual field (medan persepsi). Setiap medan persepsi memiliki
organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground.
Oleh karena itu, Psikologi gestalt menekankan adanya pengorganisasian proses-proses dalam
persepsi, belajar dan problem solving dan juga mempercayai bahwa setiap individu diarahkan
untuk mengorganisasikan serpihan informasi yang bersumber dari beragam cara atau proses.
Pengorganisasian inilah yang kemudian mempengaruhi makna yang dibentuk.
Teori Gestalt juga menganut pandangan yang berbeda dalam memandang problem
tubuh-pikiran. Teori ini mengasumsikan adanya Isomorphism yakni adanyahubungan antara
aktivitas otak dengan kesadaran, antara pengalaman psikologis dengan proses yang ada di
dalam otak. Psikolog Gestalt berkali-kali menyatakan pendapatnya bahwa dunia fenomenal
(kesadaran) adalah ekspresi yang akurat dari situasi. Kesadaran pula yang menjadikan semua
informasi sensoris menjadi bermakna.Dalam kaitannya dengan pokok-pokok teori belajar
menurut aliran Gestalt,disamping hukum-hukum pengamatan yang menentukan proses belajar,
menurut aliranini insight adalah inti dari belajar. Insight dapat diartikan pemahaman atau
pencerahansehingga seorang pelajar dapat menyelesaikan problem maupun tugas belajar.
Makamenurut aliran ini, remedial atau pengulang-ulangan materi bukan hal penting walaupun
belajar dengan insight dapat juga diulangi. Contoh: pengulang-ulangan dalammelakukan latihan
soal-soal UN membuat siswa mungkin dapat menjawab soal saatujian berlangsung namun
belum tentu dia memahami substansi soal sehinga bila soal berbeda dengan rumus yang sama
belum tentu dia dapat menyelesaikannya. Belajar dengan insight membuat siswa memahami
subtansi masalah hingga bila soal diulangdalam format berbeda ia masih dapat
menyelesaikannya.
Tokoh ini mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan
oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
Teori Medan (Field Theory) Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar
berada dalam satu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswamenghadapi
suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitumempelajari bahan
belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan
belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya Tujuan belajar telah tercapai, maka
ia akan masuk ke dalam medan baru dan tujuan baru,demikian seterusnya.Menurut teori ini
belajar berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Kurikulum sekolah
dengan segala macam tuntutannya, berupakegiatan belajar di dalam kelas, laboratorium, di
workshop, di luar sekolah, penyelesaian tugas-tugas, ujian-ulangan dan lain-lain, pada dasarnya
merupakanhambatan yang harus diatasi.Menurut Lewin belajar terjadi akibat adanya
perubahan struktur kognitif.Perubahan kognitif adalah hasil dari dua macam kekuatan yaitu
struktur medan kognitif dan motivasi internal individu. Apabila seseorang belajar, maka dia
akan tambah pengetahuannya. Artinya tahu lebih banyak dari pada sebelum ia belajar. Ini
berarti ruang hidupnya lebih terdiferensiasi, lebih banyak subregion yang dimilikinya, yang
dihubungkan dengan jalur-jalur tertentu. Dengan kata lain orang tahu lebih banyak tentang
fakta-fakta dan saling berhubungan antara fakta-fakta itu.
10
Tetapi struktur kognitif itu juga berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan yang ada pada
individu.
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yangsudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar
menghafal adalahsiswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru
atau yang dibaca tanpa makna.Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh perhatian
besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur
kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning). Kebermaknaan
diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau
bersama-sama, Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan sajatidak dianggap sebagai
belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar siswa menghasilkan sesuatu
yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri semuanya. Malah, ada bahaya bahwa
siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak menebak dan mencoba-coba saja, tanpa
menemukan sesuatu yang sungguh berarti baginya. Seandainya siswa sudah seorang ahli dalam
mengadakan penelitiandemi untuk menemukan kebenaran baru, bahaya itu tidak ada; tetapi
jika siswa tersebut belum ahli, maka bahaya itu ada.Ia juga berpendapat bahwa pemerolehan
informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal tertentu dapat
mengarahkan guru untukmenyampaikan informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru
bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari
oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya.Belajar
dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh Ausubel adalah bila
informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang
dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya
dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
11
Belajar seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna, materi yang
dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah di punyai
sebelumnya. Untuk itu diperlukan dua persyaratan :
Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai dengan
tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang peranan
penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi baru
tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana
melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari
secara hafalan.
Berdasarkan uraian di atas maka belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses
belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang
sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan duahal yakni pilihan materi
yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuanyang dimiliki siswa dan situasi
belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang
berada dari luar dirinya , melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor
internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untukmengenal dunia luar, dan
dengan pengalaman itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.
Berdasarkan pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsure pikiran, untuk dapat mengenal dan
memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia
ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengelolaan informasi.Kegiatan
pengelolaan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan perubahan
perilaku seseorang. Bukan sebaliknya jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku.
Demikian pula kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis
dan cara perberian stimulus, melainkan lebihditentukan oleh sejauh mana sesaeorang mampu
mengelola informasi sehingga dapatdisimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang
berada di sekelilingnya.
12
Oleh karena itu teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan
pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telahdiperoleh dan
disimpan didalam pikirannya secara efektif.
Teori belajar kognitif menekankan pada kemampuan siswa dan menganggap bahwa siswa
sebagai subjek didik. Jadi siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar, Fungsi guru adalah
menyediakan tangga pemahaman yang puncaknya adalah tangga pemahaman paling tinggi, dan
siswa harus mencari cara sendiri agar dapat menaiki tangga tersebut.
belajar sendiri.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa(analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation)
Teori Belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Teori
kognitif memandang bahwa belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara
langsung.Adapun perubahan tingkah laku yang tampak sesungguhnya adalah refleksi dari
perubahan interaksi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang diamati dan dipikirkan.
Fisik
Kematangan
Pengaruh sosial
Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
14
menyatakan proses belajar terjadi lebih ditentukanoleh cara kita mengatur materi pelajaran,
dan bukan ditentukan oleh umur siswa.
menyatakan pengalaman itu berstuktur yang terbentukdalam suatu keseluruhan dan insight
merupakan inti dari belajar.4. Teori kognitif Field Lewin, menyatakan siswa dalam situasi belajar
beradadalam satu medan atau lapangan psikologis.5. Teori kognitif Ausubel, menyatakan
proses belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dia miliki dengan
pengetahuan yang baru.
b) Teori belajar kognitif menekankan pada kemampuan siswa dan menganggap bahwa siswa
sebagai subjek didik.
B. Saran
Demikian yang bisa kami bagikan menimpa modul pertumbuhan ilmu hayati, fisika, serta kimia
bagi ilmu pengetahuan barat serta Al-qur`an serta teori evolusi serta rekayasa reproduksi bagi
ilmu pengetahuan barat serta islam. Penafsiran yang jadi pokok ulasan dalam makalah ini,
pastinya masih banyak kekurangan serta kelemahan sebab keterbatasan pengetahuan serta
minimnya referensi ataupun rujukan yang terdapat hubungannya dengan modul ini. Kami
sebagai penyusun sangat berharap kepada para pembaca buat membagikan kritik serta anjuran
yang membangun demi kesempurnaannya makalah ini pada peluang selanjutnya. Mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat untuk penyusun serta pula untuk para pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA