Anda di halaman 1dari 9

Makalah

”Sejarah Perkembangan Hadits Pada Periode Rasulullah”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits
Dosen Pengampu: H. Elman Nafidzi, S.E.I., M.E

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2:

DIVA AULIA FITRI (2010104010060)


HUDARI (210104010034)
LANITA PUTRIANI (210104010035)
RABIATUL ADAWIYAH (210104010029)

KELAS 21B2

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

TP. 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga
akhir zaman. Atas berkat karunia-Nya, kami telah selesai menyusun makalah yang berjudul
“Sejarah Perkembangan Hadits Pada Periode Rasulullah”.
Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Ulumul
Hadits dengan dosen H. Elman Nafidzi, S.E.I., M.E. Adapun ruang lingkup pembahasan
dalam makalah ini meliputi: Perkembangan hadits pada periode Rasulullah, cara Rasulullah
menyampaikan hadits, keadaan para sahabat dalam menerima dan menguasai hadits, dan
larangan menulis hadits dimasa Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyusunannya, kami mengambil sumber dari beberapa makalah dan literatur.
Pembaca mungkin akan menemukan beberapa kekurangan dan kesalahan penulisan dalam
makalah ini, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan di masa yang akan datang.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut membantu
dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Akhir kata,
semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi syiar islam.

Banjarmasin, 16 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
2.1 Sejarah Perkembangan Hadits ..................................................................................... 5
2.2 Cara Penyampaian Hadits Pada Masa Rasulullah ....................................................... 5
2.3 Keadaan Para Sahabat Dalam Menerima Dan Menguasai Hadits ............................. 6
2.4 Larangan Menulis Hadits Dimasa Nabi Muhammad SAW ........................................ 7
BAB III PENUTUPAN.............................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 8
3.2 Saran ............................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah perkembangan hadits merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh
hadits dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan pengamalan
umat dari generasi ke generasi. Dengan memperhatikan masa yang telah dilalui hadits
sejak masa lahirnya di masa Rasulullah SAW meneliti dan membin hadits, serta segala
hal yang mempengaruhi hadits tersebut.
Disamping sebagai utusan Allah SWT, Rasulullah SAW adalah panutan dan tokoh
masyarakat. Beliau sadar sepenuhnya bahwa agama yang dibawahnya harus disampaikan
dan terwujud secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, setiap kali ada
kesempatan Rasulullah SAW memanfaatkannya berdialog dengan para sahabat dengan
berbagai media. Hadits Rasulullah SAW yang sudah diterima oleh para sahabat, ada
yang dihafal dan dicatat. Dengan demikian, ada beberapa periode dalam sejarah
perkembangan hadits, dari periode Rasulullah SAW sampai sekarang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan hadits pada periode Rasulullah?
2. Bagaimana cara Rasulullah menyampaikan hadits?
3. Bagaimana keadaan para sahabat dalam menerima dan menguasai hadits?
4. Mengapa ada larangan dalam menulis hadits dimasa Nabi Muhammad SAW?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan hadits pada periode Rasulullah.
2. Agar lebih memahami tentang hadits.
3. Untuk mengetahui cara Rasulullah menyampaikan hadits pada saat itu.
4. Untuk mengetahui keadaan para sahabat ketika menerima dan menguasai hadits.
5. Menambah wawasan tentang larangan dalam menulis hadits dimasa Rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Hadits


Dalam menyampaikan risalah Allah yang suci. Rasulullah SAW. menghabiskan
waktu selama lebih dari dua puluh tiga tahun. Jangka waktu tersebut bukanlah waktu
yang pendek dalam pengajaran terhadap sendi-sendi dasar bagi pembangunan peradaban
Islam. Dalam mengembang tugas sucinya, Nabi Muhammad SAW. menghadapi banyak
cobaan dan rintangan, serta penuh dengan risiko, yang tentunya hany dapat dilalui oleh
mereka yang memiliki keteguhan iman dan hati. Oleh karena itu, Allah SWT. telah
membekali Nabi Muhammad SAW. dengan berbagai bekal yang sangat agung, baik dari
sisi keilmuan maupun etika.
Dalam Al-Qur‟an disampaikan tentang keluhuran budi pekerti Rasulullah SAW.
dengan firman Allah SWT. berikut.

ٍ ُ‫وَاِنَّكَلع ٰلىَ ُخل‬


‫قَع ِظيْم‬
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q. S. al-
Qalam/68: 4)
Bahkan dalam suatu hadits disebutkan bahwa akhlak Nabi Muhammad SAW.
diidentikkan dengan Al-Qur‟an. Di samping itu, Allah telah mengajarkan kepada beliau
segala sesuatu yang belum diketahuinya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW. telah
mencapai puncak keilmuan yang belum pernah dicapai oleh manusia lain sepanjang
sejarah.
Metode Rasulullah SAW. dalam menyampaikan risalah ketuhanan (Al-Qur‟an)
adakalanya melalui perkataan (aqwal), perbuatan (af’al), maupun ketetapan (taqrir).
Oleh karena itu, apa yang dilihat atau disaksikan oleh sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun taqrir Nabi Muhammad SAW. merupakan landasan bagi amaliyah
sehari-hari yang wajib diikuti dan ditaati. Rasulullah SAW. di mata para sahabatnya
adalah idola yang paling sempurna. Menurut mereka, Rasulullah SAW. merupakan
sentral kehidupan keagamaan dan keduniawian. Berikut ini akan dijelaskan hal-hal
penting yang perlu diketahui yang berkenaan dengan hadits pada masa Rasulullah SAW.
2.2 Cara Penyampaian Hadits Pada Masa Rasulullah
Nabi Muhammad SAW. dalam menyampaikan hadits kepada para sahabatnya
ditempuh dengan berbagai cara atau metode. Hal ini tentunya disesuaikan dengan situasi
pada saat itu serta kondisi para sahabat. Cara-cara yang digunakan Rasulullah tersebut,
antara lain sebagai berikut.
Pertama, melalui majelis ilmu, yakni tempat atau pusat pengajian yang dipakai
oleh Nabi Muhammad SAW. untuk mengadakan pembinaan kepada kaum muslimin.
Melalui cara ini, para sahabat mendapatkan peluang yang besar untuk menyerap
sebanyak mungkin informasi dari Nabi Muhammad SAW. Para sahabat memiliki
semangat yang tinggi dan sangat haus akan fatwa-fatwa dari Nabi Muhammad SAW.
mereka selalu meluangkan waktu untuk hadir ke majelis ilmu Rasulullah SAW. Bahkan
sebagian sahabat ada yang rela melakukan perjalanan yang sangat jauh untuk meminta
solusi atas permasalahan yang mereka hadapi kepada Nabi Muhammad SAW.
Kedua, dalam berbagai kesempatan Rasulullah SAW. menyampaikan haditsnya
melalui sahabat-sahabat tertentu, yang kemudian oleh para sahabat tersebut disampaikan
kepada yang lain. Hal ini terjadi karena terkadang ketika Nabi menyampaikan hadits,
para sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja, baik karena disengaja oleh
Rasulullah SAW. atau karena kebetulan.
Ketiga, dalam hal-hal yang sensitif, seperti yang berkaitan dengan persoalan
keluarga dan kebutuhan biologis, terutama yang menyangkut hubungan suami-istri. Nabi
SAW. menyampaikan melalui istri-istrinya. Cara ini mempermudah transformasi hadits
kepada sahabat lain yang enggan bertanya langsung kepada Rasulullah. Karena
menyangkut persoalan sensitif mereka dapat bertanya kepada istri Nabi.
Keempat, melalui ceramah atau pidato di tempat yang terbuka sebagaimana ketika
Fathu Makkah dan haji Wada‟. Pada saat menunaikan haji pada tahun 10 H (631 M),
Nabi SAW. menyampaikan khotbah yang sangat bersejarah di hadapan ribuan kaum
muslimin yang menunaikan ibadah haji. Isi khotbah beliau banyak terkait dengan biang
mu‟amalah, siyasah, jinayah, dan hak asasi manusia.
Kelima, melalui perbuatan langsung yang disaksikan oleh para sahabatnya, dengan
jalan musyahadah, seperti yang terkait dengan praktik-praktik ibadah dan muamalah.
2.3 Keadaan Para Sahabat Dalam Menerima Dan Menguasai Hadits
Kebiasaan para sahabat dalam menerima hadits bertanya langsung kepada Nabi
SAW. dalam problematika yang dihadapi oleh mereka. Seperti masalah hukum syara‟
dan teologi. Diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitabnya dari „Uqbah bin al-Harits
tentang masalah pernikahan satu saudara karena radla’ (sepersusunan). Tapi perlu
diketahui, tidak selamanya para sahabat bertanya langsung. Apa bila masalah biologis
dan rumah tangga mereka bertanya kepada istri-istri beliau melalui utusan istri mereka,
seperti masalah suami istrinya dalam keadaan puasa.
Telah kita ketahui, bahwa kebanyakan sahabat untuk menguasai hadits Nabi SAW.
melalui hafalan tidak melalui tulisan, karena difokuskan untuk mengumpulkan Al-
Qur‟an dan dikhawatirkan apabila hadits ditulis maka timbul kesamaran dengan Al-
Qur‟an.
2.4 Larangan Menulis Hadits Dimasa Nabi Muhammad SAW
Hadits pada zaman Nabi Muhammad SAW. belum ditulis secara umum
sebagaimana Al-Qur‟an. Hal ini disebabkan oleh dua faktor:
1. Para sahabat mengandalkan kekuatan hafalan dan kecerdasan otaknya, disamping
alat-alat tulis masih kurang.
2. Karena adanya larangan menulis hadits Nabi.
Abu sa‟id al-khudri berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

Janganlah menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an, dan barang siapa yang
menulis dariku hendaklah menghapusnya. (H.R Muslim)
Larangan tersebut disebabkan karena adanya kekhawatiran bercampur aduknya
hadits dengan Al-Qur‟an, atau mereka bisa melalaikan Al-Qur‟an, atau larangan
khusus bagi orang yang dipercaya hafalnya. Tetapi bagi orang yang tidak lagi
dihawatirkan, seperti yang pandai baca tulis, atau mereka khawatir akan lupa, maka
penulisan hadits bagi sahabat tertentu diperbolehkan.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Jadi pada masa Nabi SAW. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh Rasulullah
SAW. Dalam menyampaikan suatu hadits yaitu melalui majelis al-„ilm, yaitu pusat atau
tempat pengajian yang diadakan oleh Nabi untuk membina para jemaah. Dalam suatu
kesempatan Rasulullah juga biasa menyampaikan haditsnya kebeberapa sahabat yang
sempat hadir dan bertemu pada beliau, yang kemudian hadits yang didapat itu kemudian
sahabat menyampaikannya lagi kepada sahabat lain yang belum sempat atau yang pada
saat itu tidak hadir dihadapan Rasulullah. Untuk hal-hal yang sensitif, seperti hal-hal
yang berkaitan dengan soal keluarga dan biologis, dan yang terutama soal yang
menyangkut hubungan suami istri, Rasulullah menyampaikan melalui istri-istrinya, jadi
pada hal-hal yang sensitif Nabi SAW. Dibantu untuk menyelesaikan masalah tersebut
oleh istri-istri beliau.
Melalui hadits yang telah Rasulullah sampaikan kepada para sahabat,kemudian
para sahabat yang di percaya di sebarkan lagi kepada masyarakat sehingga hadits-hadits
tersebut cepat tersebar di kalang masyarakat pada saat itu. Dan pada saat itu, para sahabat
hanya diperbolehkan menghapal namun tidak diperbolehkan menulis kembali hadits
yang telah diterimanya. Karena Rasulullah khawatir akan terjadinya bercampurnya Al-
Qur‟an dengan hadits.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan ialah kita sebagai umat Islam wajib mengetahui
asal usul hadits, dikarenakan zaman yang semakin modern dimana marak pula hadits-
hadits palsu yang disebarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Maka dari itu,
kita sebagai umat Islam wajib megetahui lebih dalam mengenai hadits Rasulullah SAW.
agar kita tidak tersesat ke jalan yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

Rosidin, Mukarom Faisal dan Ngatimin. 2013. Menelaah Ilmu Hadits. (Surakarta: Aqila)

Efendi, Juniska. 2015. Perkembangan hadits pada masa Rasulullah. Makalah.

Matahari, Dhiarrafii Bintang. 2016. Perkembangan Islam di Indonesia. Makalah.

Anda mungkin juga menyukai