Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR PENYEBAB KEPRIBADIAN AMBANG

Christin Wibhowo

Mahasiswa Program S3 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRAK

Orang dengan kepribadian ambang (KA) menurut DSM-IV, biasanya dimulai


sejak dewasa awal dan ditunjukkan dengan kriteria antara lain gangguan identitas,
impulsif, perasaan kosong dan ada keinginan untuk bunuh diri. Menurut beberapa
penelitian, KA tidak hanya dimiliki oleh orang Barat namun juga dialami oleh orang di
negara Timur. Hanya saja, di tiap budaya ciri-ciri yang menyolok dari KA bisa berbeda.
Penelitian ini ingin memahami faktor penyebab KA di Indonesia, sehingga dapat
dilakukan pencegahan karena jika dibiarkan maka orang dengan KA memiliki
kecenderungan melukai sendiri dan orang lain. Penelitian menggunakan skala KA, skala
coping,teknik Wartegg dan wawancara. Subjek adalah 11 wanita dengan usia antara 20-
30 tahun. Kesimpulannya adalah penyebab dari munculnya kepribadian ambang adalah
kemampuan interpersonal yang kurang, masa kanak-kanak yang pahit, banyak
menggunakan coping yang berpusat pada emosi, dan gagal membangun hubungan lekat
(romantis) di masa dewasa serta keturunan.
Kata Kunci : Kepribadian Ambang, masa kanak-kanak, coping, hubungan romantis
PENDAHULUAN ditinggal oleh pasangan/temannya.

Akhir-akhir ini banyak ditemui Lebih dari itu, mereka sering merasa

di pemberitaan di media massa, di bahwa bunih diri adalah jalan keluar

lapangan maupun di ruang konseling dari persoalannya.

psikologi, tentang adanya wanita yang Jika dilihat dalam DSM-IV The

mengalami kebingungan (menurut Diagnostic and Statistical Manual of

istilah mereka). Mereka mengeluh Mental Disorders) maka memang ada

menjadi sering marah, mudah cemas dan gangguan kepribadian yang ditandai

mudah curiga. Mereka juga selalu takut dengan ciri-ciri tersebut. Dalam DSM

107
gangguan ini disebut dengan Boderline kepribadian ambang menjadi penyakit

Personality atau kepribadian ambang yang sangat menyedihkan karena

(KA). diderita oleh 2% dari populasi umum,

KA menjadi penting untuk dan sampai 20% dari pasien rawat inap

diteliti, karena semakin banyak orang psikiatri. Hal ini juga dikaitkan dengan

yang menderita KA namun penelitian peningkatan 50 kali lipat risiko bunuh

KA di Indonesia belum sebanyak diri dibandingkan dengan populasi

penelitian tentang gangguan kepribadian umum ( Bender et al. dalam

yang lain. Hal ini dapat dipahami, Wong,2012). Hal lain yang cukup

karena penderita KA memang tidak mengejutkan adalah penderita

nampak mengancam seperti penderita kepribadian ambang meningkat 2-4 kali

psikotik, namun jika dibiarkan akan lipat dalam perawatan psikiatris

sangat mengganggu dalam hubungan dibandingkan pasien dengan gangguan

sosial bahkan sampai bunuh diri. depresi mayor .

Memang secara umum, penelitian Pinto (dalam Wong, 2012) telah

tentang kepribadian ambang telah mengadakan survey di negara Barat

banyak dilakukan di negara-negara maupun di beberapa negara Timur dan

Barat namun masih sedikit dilakukan di menghasilkan data bahwa penderita

negara Timur. Walaupun belum kepribadian ambang meningkat dengan

mendapat perhatian yang cukup, akan tajam walaupun dengan gejala dan ciri

tetapi kepribadian ambang ini adalah yang berbeda. Hal ini lebih didukung

suatu gangguan yang definisinya oleh studi empiris sebelumnya yang

diterima oleh para profesional kesehatan telah mengukur validitas konstruk KA

di dunia. (Wong, 2012). Data dari pada orang dewasa di Cina (Leung et

penelitian di Barat menunjukkan bahwa al.,dalam Wong, 2012). Di Cina,

108
kepribadian ambang ini diganti kanak dan peristiwa-peristiwa di masa

istilahnya menjadi kepribadian impulsif dewasa. Diduga bahwa trauma pada

karena ada beberapa aspek KA yang masa kanak-kanak (perceive childhood

dianggap tidak bisa diterapkan pada emotional invalidation) menjadi faktor

budaya lokal. Wong (2012) juga kuat dari KA.

menyarankan adanya penelitian yang Selain itu dari hasil meta

lintas budaya tentang KA, terutama pada analisis yang telah penulis lakukan,

budaya kolektif vs. individualis, tingkat diketahui hampir semua penelitian

sosial ekonomi yang berbeda dan juga tentang KA menyebutkan bahwa trauma

pada negara yang memiliki kebijakan masa anak memang sangat berperan

politik berbeda.Maka dari itu, peneliti terhadap terjadinya KA. Hanya saja ada

ingin melihat dinamika kepribadian 88% kesalahan, yang berarti walaupun

ambang di Indonesia (Semarang). Untuk trauma sangat berperan dalam terjadinya

keperluan ini, akan digunakan teknik KA namun ada 88% faktor lain.

Wartegg, suatu teknik proyektif yang Hal ini juga sesuai dengan

tidak mengancam namun cukup pendapat Browne yang mengatakan

terpercaya untuk memahami bahwa faktor psikososial merupakan

kemampuan intrapersonal dan salah satu penyebab gangguan jiwa.

interpersonal seseorang (Wibhowo, Misalnya kehilangan orang yang

2011). dicintai, gagal dalam bekerja, ketakutan

Menurut Zanarini & terhadap penyakit, dan berbagai masalah

Frankenburg ( dalam Halgin & dalam perkawinan. Masalah dalam

Whitbourne, 2010) KA ini berkembang perkawinan atau masalah dengan

karena dipengaruhi oleh kepribadian pasangan merupakan stressor paling

yang rentan, pengalaman masa kanak- banyak yang memicu gangguan jiwa.

109
Walaupun seseorang mengalami trauma seseorang tidak merasa kesepian,

akan tetapi jika di masa dewasanya memiliki motivasi untuk bersosialisasi,

mereka bisa menikmati hubungan nyaman dan damai. Perasaan ini akan

romantis dengan pasangan hidupnya mengurangi perasaan kosong, kesepian,

(current romantic relationship) atau kecemasan dan impulsif yang menjadi

adult attachment maka kecenderungan ciri dari kepribadian ambang.

munculnya KA bisa diperkecil atau Selain pengalaman masa kecil

hilang. dan hubungan romantis di masa dewasa,

Menurut Compton (2013), cinta diduga ada hal lain yang memengaruhi

romantis sangat penting dalam menjaga kepribadian ambang, yaitu strategi

kesehatan psikologis dan fisiologis memecahkan persoalan

seseorang. Hal ini bisa dijelaskan ataumenggunakan coping.Folkman

dengan teorinya yang disebut (1988) menyimpulkan bahwa strategi

biokemistri dari cintaSedangkan koping adalah usaha individu untuk

Sternberg (dalam Compton,2013) mengurangi stress melalui usaha

dengan sangat menarik mengemukakan kognitif dan perilaku langsung.Beberapa

teori segita cinta yang mengungkap tiga ahli membahas dan mengelompokkan

komponen cinta, yaitu komitmen, strategi koping menjadi dua, yaitu

passion/romantic, dan keintiman.Dari strategi koping yang berpusat pada

beberapa pengertian tentang cinta yang masalah (coping problem) dan strategi

dirangkum oleh Snyder & Lopez (2007) koping yang berpusat pada pengaturan

disimpulkan bahwa cinta romantis hati atau emosi (coping emosi). Kedua

adalah emosi kompleks yang terdiri dari jenis coping ini sama efektifnya

passionate love (PL) dan companionate sepanjang digunakan pada kondisi yang

love (CL).PL dan CL akan membuat tepat. Hanya saja Aldwin & Revenson

110
(1987) menemukan bahwa salah satu pertama kali ditemukan di akhir usia

bentuk dari coping emosi, yaitu remaja dan beberapa terjadi pada anak

melarikan diri, sangat berkaitan dengan namun jarang terjadi pada dewasa di

gangguan kesehatan mental. atas 40 tahun. Oleh karena itu dalam

Cooper (1997) menemukan hal penelitian ini, akan dipilih subjek yang

yang serupa, yaitu bahwa wanita yang berada dalam masa dewasa awal, yaitu

bersedia melakukan negosiasi dan 20-40 tahun. Hal ini juga terkait dengan

mengubah pandangannya yang salah tugas perkembangan dewasa awal. Pada

(menggunakan coping problem) akan masa ini diharapkan seseorang yang

lebih sehat jiwanya. telah menyelesaikan pertumbuhannya

Senada dengan itu , dan siap menerima kedudukannya di

Endler&Parker (1990) menemukan dalam masyarakat bersama dengan

bahwa orang yang menggunakan coping orang dewasa lainnya (Hurlock, 1991)

emosi akan cenderung mengalami METODE PENELITIAN

depresi dan kecemasan, dibading orang 1. Subjek Penelitian

yang sering menggunakan coping Subjek dalam penelitian ini

problem. berjumlah 11 orang, dengan

Adanya beberapa faktor yang kriteria :

diduga sebagai penyebab KA tersebut a. Wanita yang tinggal di kota

adalah merupakan hasil penelitian di Semarang

Barat, maka peneliti ingin melakukan b. Berusia 20-30 tahun

penelitian awal tentang faktor KA di 2. Metode Pengumpulan Data

Indonesia, khusunya Semarang. Metode yang digunakan dalam

Pada banyak kasus, orang penelitian ini adalah

dengan kepribadian ambang (ODKA) menggunakan :

111
a. skala kepribadian ambang, untuk teknik wartegg dan

yang disusun berdasar ciri- wawancara.

ciri KA,dan diadaptasi dari Teknik Wartegg dianalisis

Borderline Personality Test menggunakan analisa hubungan

Online (psycentral.com). antara stimulus dan gambar (stimulus

b. Skala coping, dari Folkman drawing relation). Teknik ini

& Lazarus, dan yang telah memiliki validitas klinis untuk orang

didaptasi oleh Christin ( di atas 17 tahun (Kinget, 1991)

2001), Sedangkan pedoman wawancara

c. Teknik Wartegg, dibuat oleh peneliti berdasar faktor-

d. Wawancara faktor penyebab KA.

3. Teknik Analisa Data HASIL PENELITIAN

Analisis data yang digunakan dalam Berikut ini akan disajikan mengenai

penelitian ini adalah analisis data subjek berdasar beberapa metode.

kuantitatif untuk skala dan kualitatif Tabel 1 akan menyajikan data subjek

dan hasil tes kepribadian ambang.

Tabel 1. Hasil tes kepribadian ambang

SUBJEK USIA STATUS HASIL KA

A 40 Menikah Tinggi

B 39 Single Tinggi

C 21 Single -

D 26 Single Sedang

E 21 Single Sedang

112
F 25 Single Sedang

G 26 Single -

H 20 Single -

I 24 Single -

J 25 Single -

K 40 Menikah -

Keterangan : KA=kepribadian ambang

Pada tabel 2 berikut akan Seperti telah disinggung

disampaikan mengenai hasil interpretasi sebelumnya, skala coping dalam

teknik Wartegg. penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu

Aspek yang akan diungkap dalam teknik coping yang berpusat pada emosi

Wartegg meliputi penyesuaian (emosi) dan coping yang berpusat pada

intrapersonal, kecemasan, penyelesaikan problem (problem). Hasil coping

masalah dan kontak interpersonal. dan kata kunci hasil wawancara

Sedangkan tabel 3 akan menyajikan data disajikan dalam tabel 3.

tentang hasil dari skala coping dan hasil

wawancara.

113
Tabel 2. Hasil teknik Wartegg

SUBJEK Intrapersonal Motivasi Mengatasi Penyelesaian Interpersonal

Berprestasi Kecemasan masalah

A - - - - -

B - + - - -

C - + - + -

D - - + - +

E - - + - -

F - - + + -

G - + + + -

H - - - - +

I - - - - -

J + + + + +

K - + - + -

Keterangan; (-) kurang baik. (+)= baik

Tabel 3. Skala Coping dan Wawancara

SUBJEK Coping Pengalaman Masa Lalu Pengalaman Masa Silsilah

Sekarang keluarga

114
A Emosi Ibu kejam, ayah Pasangan tidak mendukung, Ibu memiliki

mengabaikan hubungan dingin emosi yang

tidak stabil

B Emosi Dipisahkan dari orangtua, Semua orang menjauhi, Ibu sangat

dianggap penyebab kematian sangat emosional, prestasi emosional

ayah. kerja menurun, sulit sehingga

mengendalikan perilaku mengabaikan


Dilecehkan secara seksual
seksual anak
oleh kerabat dekat

C Emosi Takut dengan kakak tapi Tidak ada konflik dengan Dari sejak

hanya kakaklah teman teman, namun juga tidak kakek-

bermain, karena orangtua terlalu akrab. C menemukan nenek,

bekerja. Ayah egois dan lingkungan sosial yang baik hubungan

tidak hangat (mengajaknya aktif di keluarga

kegiatan rohani) sudah tidak

harmonis.

Ayah

pendiam dan

tidak jelas

perannya

D Problem Sedih saat ayah meninggal di Ada teman yang sudah Ayah dan

masa kecil. Padahal ayahlah dianggap sahabat ini, terlihat Nenek

yang berduaan dengan pacar. memiliki

memperhatikannya.hubungan Hubungan dengan pacar sifat yang

115
dengan ibu kurang dekat tidak romantis tapi nyaman sama dengan

karena ibu sering marah D, yaitu

perhatian

namun

pendendam

E Problem Akrab dengan orangtua, Hubungan dengan teman Sifat ayah

tidak memiliki masalah tidak ada masalah. Masalah yang

berarti hanya dengan dosen pendiam

pembimbing karena diminta dirasa sama

untuk ganti pembimbing. dengan E

F Problem Sekarang adalah masa yang Teman-teman kurang Sifat yang

menyenangkan daripada menyukai F namun F tak menonjol

masa kanak-kanak karena tahu penyebabnya. Sampai dari F adalah

adik sudah bisa diajak saat ini F belum berpacaran tegas seperti

berbagi cerita. Akan tetapi ayah dan

seringkali jengkel karena ibunya

orangtua sering

membandingkannya dengan

adik

G Problem Kehidupan yang dialami Sampai saat ini hubungan Belum lama

terasa biasa dan tidak ada dengan teman-teman biasa ini ayah

kesan menonjol, Hanya saja saja, tidak ada yang akrab meninggal

saat SMA adalah masa tidak hanya beberapa teman tapi merasa

menyenangkan karena ada mengatakan G adalah orang biasa saja

116
teman yang membuatnya aneh. karena

jengkel. memang

hanya dekat

dengan ibu

H Problem Masa SD adalah masa Hubungan dengan pacar saat H lebih

menyenangkan karena sekarang sangat memiliki

banyak prestasi. Orangtua menyenangkan dan hangat sifat seperti

walau sibuk namun sangat ayah yang

hangat dan akrab. Pernah pemikir

ayah bekerja di luar kota namun

namun tetap perhatian lambat

dalam

mengambil

keputusan

I Problem Masa kecil adalah masa Sahabat dekat mengkhianati. Sifat I

paling menyenangkan namun Dengan teman-teman juga seeprti

adik meninggal sehingga merasa diabaikan karena ibunya yang

masa itu menjadi cukup berat sulit untuk memulai tegas dan

pembicaraan acuh tak

acuh

J Probelm Walau orangtua lebih Hubungan dengan teman- J merasa

memperhatikan adiknya yang teman tidak ada konflik sifatnya

berkebutuhan khusus, namun yang berarti namun belum sekarang

J merasa tetap nyaman mirip degan

117
karena neneknya sangat punya pacar orangtuanya

menyayanginya. yang keras

kepala,

pemalas

namun bisa

menjadi

pendengar

yang setia

K Problem Bukan berasal dari keluarga Memiliki lingkungan sosial Sifat K yang

berada dan harmonis, namun yang sangat mendukung dan teratur dan

orangtua menyayanginya berasal dari keluarga baik- sederhana

dengan cara masing-masing baik. Maka K banyak diakui

belajar dari keluarga teman- seperti ayah,

temannya. K memiliki paman dan

suami yang bisa bibinya.

menciptakan rasa nyaman

pada K sehingga ia

beprestasi di pekerjaannya

PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian menunjukkan hal

Dari data penelitian yang telah yang sama dengan ciri-ciri yang

dianalisa, maka ada beberapa hal yang tercantum dalam DSM-IV, yaitu

menarik untuk dibahas, bahwa orang dengan kepribadian

118
ambang (ODKA) kurang bisa 3. Subjek dengan nilai KA rendah

menjalin hubungan secara rata-rata memiliki

interpersonal.Hal ini bisa dilihat dari kemampuan mengatasi masalah

subjek A dan B yang memiliki nilai yang konstruktif dan menggunakan

KA tinggi dan nilai interpersonal, coping problem. Mereka memiliki

intrapersonal dan cara mengatasi persoalan di masa lalu dengan

kecemasan yang kurang baik. Selain keluarga/teman namun tidak

itu A dan B memiliki masa kecil menonjol. Saat ini, mereka bisa

yang bisa dikatakan pahit. Di usia menjalin hubungan dengan

dewasa, mereka tidak menemukan teman/pasangan dengan nyaman.Hal

hubungan romantis dan coping yang ini sangat Nampak pada subjek C.

mereka gunakan adalah coping Walau ia tertekan karena ia takut

emosi. dengan kakaknya namun justru

2. Subjek dengan nilai KA sedang kakak ini yang selalu ada di

(D,E,F), bisa saja memiliki dekatnya, namun ia tidak memiliki

kemampuan interpersonal yang kecenderungan KA karena sekarang

kurang, namun memiliki ia memiliki kehidupan sosial yang

kemampuan mengatasi kecemasan mendukungnya.

yang baik. Mereka juga memiliki 4. Subjek K mengakui bahwa jika ia

kenangan yang tidak terlalu manis mengisi skala KA di saat usia 20-an,

di masa kecil, namun memiliki kemungkinan jawabannya akan

hubungan sosial yang nyaman di berbeda. Hal ini juga menunjukkan

masa dewasa dan menggunakan bahwa walaupun seseorang

coping yang berpusat pada problem. berpotensi KA namun jika coping

yang ia gunakan tepat dan ia

119
memiliki hubungan romantis dengan hubungan lekat di masa dewasa

pasangan, maka kecenderungan KA (hubungan romantis).

akan berkurang di usia 40 tahun. SARAN

5. Ada satu subjek, yaitu I, yang hasil Hasil penelitian akan lebih

KA nya rendah dan copingnya menggambarkan keadaan sebenarnya

berfokus pada problem, namun jika menggunakan subjek yang lebih

kemampuannya kurang di bagian banyak dan data dihitung dengan lebih

interpersonal, intrapersonal maupun detil.

cara mengelola kecemasan. Hal ini Peran dari masing-masing

bisa saja I tidak termasuk dalam KA faktor penyebab KA juga perlu dianalisa

namun ia mengalami gangguan secara kuantitatif sehingga makin jelas

kepribadian lain, seperti depresi. polanya.

6. Dari hasil wawancara juga dapat DAFTAR PUSTAKA

diketahui bahwa sikap dan sifat Aldwin, Carolyn M; Revenson, Tracey;

subjek memiliki persamaan dengan 1987; Does Coping Help? A


orangtua atau kerabat. Dengan Reexaminition of the Relation
demikian KA juga bisa diturunkan Between Coping and Mental
salah satunya melalui pola asuh. Health; Journal of Pesonality
KESIMPULAN and Social Psychology, 53;
Penyebab dari munculnya 337-348
kepribadian ambang adalah keturunan,
Christin. 2001. Kemampuan Wanita
kemampuan interpersonal yang kurang,
dalam Menikmati Keakraban
masa kanak-kanak yang pahit, banyak
Suami-Istri Ditinjau Dari Skema
menggunakan coping yang berpusat
Kepribadian dan Strategi
pada emosi, dan gagal membangun
Menghadapi Masalah. Thesis.

120
Tidak Diterbitkan. Yogyakarta. Abnormal, Perspektif Klinis

UGM Pada Gangguan Psikologis.

Compton, William C., Hoffman, Diterjemahkan oleh Aliya

Edward., 2013. Positive Tusya’ni dkk. Jakarta: Salemba

Psychology The Science of Humanika

Happiness and Flourishing. Hurlock, E.B. 1991. Psikologi

USA: Wadsworth Cengage Perkembangan : Suatu

Learning Pendekatan Sepanjang

Cooper, Darien B. 1997. Menjadi Istri Rentang Kehidupan. Edisi

Bahagia. Diterjemahkan oleh Kelima. Jakarta : Erlangga

Hariyono &Nelly. Yogyakarta : Kinget, Marian. 1991. The Drawing

Yayasan Andi Completion Test. Diterjemhkan

Endler,Norman S., Parker, James oleh Hanna Widjaja. Tidak

DA.1990.Multidimensional diterbitkan. Buku Pegangan

Assesment of Coping : A Kuliah

Critical Evaluation. Journal of Lopez, Shane., Sbyder, C.R.. 2013.

Personality and Sosial Positive Psychological

Psychology. 58 (844-854) Assesment :a Handbook of

Folkman, Sudan., Lazarus, Richard S. Models and Measures

1988. Coping as a Mediator of Snyder, C.R., Lopez, Shane J., 2007,

Emotion. Journal of Positive Psychology: The

Personality and Social. Vol 54. Scientific and Practical

466-475 Explorations of Human

Halgin, Richard.P; Whitbourne, Susan Strenghths, London :Sage

Kraus. 2011. Psikologi Publication

121
Wibhowo, Christin. 2011, Teknik

Wartegg. Buku Pegangan

kuliah Fakultas Psikologi

UNIKA Soegijapranata

Wong, Eugene Kee Onn, 2012.

Boderline Personality Disorder

in the East. Asian Journal of

Psychiatry. 6 (1) : 80-81

www.psychcentral.com/quizzes/borderli

ne.htm

122

Anda mungkin juga menyukai