Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH HIPERTIROID

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELOMPOK 2
DI SUSUN OLEH:
MUKHTAR LUTF (J210180055)
ADELIA NURUL AZIZAH (J210180069)
SINTA AYU PURBANINGTYAS (J210180071)
AZZA ULINHUA (J210180085)
GURIPTO AJI (J210180124)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang
senantiasa mencurahkan keridhaan dan rahmatnya kepada kami sehingga penulisan makalah
yang berjudul “Makalah Hipertiroid” dapat terselesaikan dengan baik dan pada
waktunya.Makalah ini mengulas tentang gangguan Hipertiroid beserta asuhan keperawatanya.

Makalah ini merupakan salah satu bentuk tugas mata kuliah yang wajib, yaitu
Keperawatan Medikal Bedah (KMB).Dalam kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Okti Sri Purwanti, S.Kep.,Ns., M. Kep., Sp. M. B., selaku dosen pengampu
mata kuliah Konsep Keperawatan Medikal Bedah yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian makalah ini.Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membimbingan, memberi arahan koreksi, serta saran.

Dalam penulisan makalah ini kami akui masih jauh dalam sempurna.Untuk itu saran dan
kritik yang membangun kearah penyempurnaan makalah ini kami terima dengan sangat
terbuka.Dalam hasil penulisan ini kami harapkan semoga hasil evaluasi beserta reverensi bahan
yang menyusun makalah ini dapat membantu serta menambah wawasan para membaca yang
membutuhan.kami ucapkan terim kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Surakarta, Februari 2019

Penyusun
KASUS

Seorang perempuan berusia 35 tahun mengeluhkan sering gugup, perubahan suasana hati,
kelemahan, dan jantung berdebar selama 6 bulan terakhir. Baru-baru ini, dia memperhatikan
keringat berlebih, terasa panas. Dia menggunakan kontrasepsi oral dan periode menstruasinya
teratur. Pemeriksaan fisik: Denyut nadi 92 / menit dan TD 130/60. Dia tampak cemas, dengan
kulit halus, hangat, dan lembab, tremor halus, dorongan jantung apikal jantung, dan dia tidak
bisa bangkit dari tikungan lutut yang dalam tanpa bantuan. Tiroidnya membesar, lunak, mudah
bergerak, tanpa nodularitas dan tidak ada limfadenopati. Matanya exopthalmus dan dia tidak
memiliki penebalan kulit wajah. Pasien sering bertanya tentang penyakitnya. Studi laboratorium:
Serum T4 = 15,6 ug / dl dan serum T3 = 210 ng / dl

“Seven Jumps”
Tahapan- Tahapan Seven Jump:

1. Clarify Unfamiliar term:


Tujuan : memahami sekenario dan menyamakan presepsi
Hasil : daftar istilah yang tidak dimengerti
a. Demam Thypoid
b. Nyeri perut bagian bawah
c. Menggigil
d. Tes Widal Salmonella Typi O
e. 1/320
f.
g.

2. Define the Problem


Tujuan : menyadarkan mahasisea bahwa ada masalah yang harus didiskusikan
Hasil : tersusunnya topic yang perlu penjelasan dalam bentuk pertanyaan
a. Mengapa pasien mengalami demam thypoid?
b. Apa penyebab nyeri bagian bawah perut?
c. Mengapa pasien dengan thypoid disertai dengan menggigil?
d. Apa yang dimaksud dengan Tes Widal Salmonella Typi O ?
e. Apa maksud dari 1/320 pada Tes Widal Salmonella Typi O?
f. Apakah perbedaan Tes Widal Salmonella Typi O dan Tes Widal Salmonella Typi H?
g. Mengapa pasien dengan thypoid, terjadi penurunan tekanan darah dan nadi?
h. Mengapa pasien dengan thypoid juga mengalami diare dan muntah-muntah?

3. Brainstorm possible hypothesis/ explanation


Tujuan : mengaktifkan prior knowledge dari masing- masing anggota kelompok
Hasil : daftar hipotesis atau penjelasan singkat dari jawaban step 2
a. Nuzulul (J210180164)
Mengapa pasien mengalami demam thypoid?
Aulia (J210180131)
Pasien yang terinfeksi virus akan mengalami penurunan sistem imun dimana
sistem imun sedang melawan virus yang menginfeksi tubuh yang dapat
menyebabkan suhu tubuh menjadi naik.

b. Aufan (J210180131)
Apa penyebab nyeri bagian bawah perut?
Nuzulul (J210180145)
Thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Nyeri bagian bawah
perut termasuk salah satu dari gejala adanya infeksi dalam tubuh. Jadi, nyeri
tersebut sebagai akibat dari respon adanya infeksi.

c. Nove (J210180127)
Mengapa pasien thypoid disertai dengan menggigil ?
Aufan (J210180164)
Karena perbedaan suhu dalam tubuh dan suhu lingkungan, suhu tubuh lebih
tinggi dan suhu lingkungan lebih rendah maka tubuh menganggap kita sedang
berada ditempat yang lebih dingin
d. Aufan (J210180164)
Apa itu tes widal salmonela typi ?
Nove (J210180127)
Tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah thypoid sudah positif, masih
gejala ,atau negatif dengan cara pengambilan sempel darah yang akan diteliti
dilaboratorium.

e. Nuzhulul (J210180145)
Mengapa pada pasien thypoid terjadi penurunan tekanan darah dan denyut nadi ?
Nove (J210180131)
Karena pada pasien dengan thypoid demam dan tidak nafsu makan pasien akan
mengalami penurunan nutrisi dari diare muntah yang akan mempengaruhi
penurunan tekanan darah dan nadi

f. Aulia (J210180131)
Apa yang dimaksud 1/320 pada tes widal sallmonela ?
Nuzhulul (J210180145)
1/320 adalah kadar bakteri Salmonella typhi pada tes widal yang menunjukkan
bahwa pasien tersebut mengalami demam typhoid.

g. Nove (J210180069)
Mengapa pasien dengan thypoid juga mengalami diare dan muntah-muntah?
Aufan (J210180071)
Karena bakteri salmonella thypid menyebar melalui makanan dan air yang
terkontaminasi dan hal tersebut masuk ke dalam pencernaan dan dicerna oleh
lambung. Dalam suasana asam lambung bakteri ini akan menginfeksi lambung
yang akan menyebabkan pasien diare dan muntah-muntah

h. Aulia (J210180071)
Apakah perbedaan Tes Widal Salmonella Typi O dan Tes Widal Salmonella Typi
H?

Aulia (J210180085)
Ul rung dijawab ul
4. Analyzing the problem
Tujuan : membahas masalah secara detail dan membandingkan terhadap hipotesis untuk
melihat kemungkinan dan perlunya penjelasan lebih lanjut
Hasil : penjelasan secara sistematik dalam bentuk skema atau bagan
ETIOLOGI DEFINISI TANDA & GEJALA
Toksisitas pd strauma Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis Susunan saraf : tremor,
multinudular (manifestasi klinis kelebihan hormone labil
Adenoma folikular tiroid yang beredar dalam sirkulasi) Mata : pandangan ganda,
fungsional yang diakibatkan kelenjar tiroid yang mata melotot
Hipertiroid hipofisis hiperaktif. Apapun sebabnya Kelenjar tiroid :
Tumor sel benih (misalnya : manifestasi kliniknya sama, karena pembesaran tiroid
karsinoma) efek ini disebabkan ikatan T3 dengan Jantung dan paru : sesak
Tiroditis (tioe subkutan reseptor T3-inti yang makin penuh nafas
maupun hashimato (Hermayudi dan Ayu, 2017) Saluran cerna : sering BAB
() System reproduksi :
kesuburan menurun
KLASIFIKASI Darah limfatik : anemi
Hipertiroidisme primer Tulang : osteoporosis
Tirotoksikosis tanpa Otot : lemah
hipertiroidisme
Hipertiroidisme sekunder HIPERTIROID Kulit : berkeringat tidak
wajar
(Hermayudi & Ayu,2017) (Kemenkes RI,2015)

KOMPLIKASI PENATALAKSANAAN
Gagal jantung Farmakologi
Hipotiroidisme Tirostatika (OAT atau obat
Osteoporosis PEMERIKSAAN PENUNJANG anti nyeri)
Gangguan kesuburan Uji diagnostic ada 4 Tirodektomi
Goiter (Penyakit pemeriksaan Yodium radioaktif
Gondok) Tiroksin serum yg meningkat (Hermayudi & Ayu,2017)
(FKG T3 serum Non farmakologi
Univ.Airlangga,2015) TSH yg rendah Diet
Ambilan radioaktif iodine Aktivitas
meningkat (Mary & (Mary,dkk,2010)
Yakobus,2010)
5. Define LO (Learning Objective)
Tujuan : menentukan apa yang perlu di pelajari untuk dapat mengerti dan memecahkan
masalah
Hasil : tersusunya LO
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari Hipertiroid
b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari Hipertiroid
c. Mahasiswa mampu membedakan klasifikasi dari Hipertiroid
d. Mahasiswa mampu memahami penjelasan patofisologi dari Hipertiroid
e. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala hipertiroid
f. Mahsiswa dapat menyebutkan komplikasi dari hipertiroid
g. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari hipertiroid
h. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan dari Hipertiroid
i. Mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan Hipertiroid
j. Mahasiswa dapat melakukan pendidikan kesehatan tentang Hipertiroid
k. Mahasiswa dapat menemukan jurnal- jurnal yang terkait dengan hipertiroid

6. Self Study
Hasil : merangkum dan menjawab dengan benar pertanyaan berdasarkan literature yang
tepat
a. Mengapa pasien teraba hangat dan mengalami keringat berlebih ?
Karena hal tersebut merupakan ciri umum dari pasien yang terkena
penyakit tirotoksitosis dimana terjadi peningkatan aliran darah.(Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga,2015)

b. Apa hubungan hipertiroid dengan alat kontrasepsi oral dan periode menstruari
teratur ?
Terganggunya fungsi kelenjar tiroid juga bisa menjadi penyebab tidak
teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok
yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid), yang dapat
mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu sehingga dapat terjadi
ketidakteraturan siklus haid berupa keterlambatan,sering banyak,sedikit ataupun
tidak sama sekali.(Price and Wilson, 2014).

c. Mengapa pasien dapat mengalami perubahan suasana hati ?


Karena pasien yang terkena tirotoksitosis umumnya mengalami beberapa
gejala klinis, salah satunya adalah perubahan suasana hati yaitu gelisah. Hal ini
terjadi karena ketika terjadi kenaikan atau penurunan hormon di dalam tubuh
manusia dapat mempengaruhi mood atau suasana hati dari orang tersebut.
Termasuk dalam hal ini karena terjadi peningkatan hormone tiroid sehingga
menyebabkan perasaan pasien berubah-ubah. (Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga,2015)

d. Mengapa penderita hipertiroid bisa mengalami tremor halus ?


Karena terjadi kepekaan sinaps saraf yang ada di tonus otot sebagai akibat
dari hipertiroidisme sehingga menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus
dengan frekuensi 10-15x/ detik, sehingga penderita mengalami gemetar yang
abnormal.
(Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,2015)

e. Apa hubunganya ciri-ciri kulit halus pasien dengan hipertiroid ?


Kulit penderita menjadi halus, khususnya di daerah siku dikarenakan
berkurangnya lapisan keratin (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,2015)

f. Apa yang menyebabkan terjadinya dorongan jantung apical ?


Karena jumlah Hormon Tiroid (TH) meningkat menstimulasi system
kardiak dan meningkatkan jumlah reseptor beta-adrenergik. Sehingga mengarah
pada takikardia dan curah jantung(Hotma Rumahorbo,2014)

g. Mengapa pasien tidak dapat berdiri tanpa bantuan ketika terjadi tikungan lutut
yang tajam ?
Karena,pasien mengalami kelemahan otot proksimal sehingga
menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas termasuk saat pasien terlalu
lama dan dalam menekuk lutut akibatnya pasien perlu bantuan orang lain untuk
berdiri kembali
(Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,2015)

h. Apa yang dimaksud T3 dan T4 ?


T3 adalah Tri-yodo-tironin,T4 adalah Tetra-yodo-tirosin atau Tiroksin. T4
sebenarnya adalah prohormon, artinya hormon tiroid yang lemah, yang harus
diubah menjadi hormon T3 yang kuat, yang aktif bekerja untuk mengatur
metabolisme tubuh.Namun, bentuk yang paling banyak dikeluarkan kelenjar tiroid
adalah T4. (Hans Tandra,2011)

i. Berapa angka normal T3 dan T4 ?


Nilai normal T4 adalah antara 65-155 nmol/L. sedangkan nilai normal T3
adalah 1-2,6 nmol/L. (Ade dan Sukri, 2016)

j. Mengapa mata pasien menjadi exsopthalmus ?


Exsopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi auto imun yang
mengenai daerah perioritas dan otot” eksaokular sehingga mengakibatkan mata
menjadi exsopthalamus (bola mata terdesak keluar) (fakultas kedokteran
universitas Airlangga,2015)

Istilah- istilah:
a. Kontrasepsi pil (oral) adalah estrogen dan progestin atau progestagen yang
maksudnya adalah bentuk sintetis dari Progesteron. (Progesteron adalah
hormon alamiah). (Hartanto, 2013)

b. Tremor halus merupakan jenis tremor(gerakan osilasi ritmik, selang-seling


ototagonis dan antagonis, sinusoidal, teratur) patologis yang diklasifikasikan
berdasarkan amplitude gelombang. (Muhammad Akbar, 2010)
c. Jantung apical : denyut nadi yang diukur dengan auskultasi. Denyut nadi atau
denyut apical yang abnormal mengiindikasikan adanya gangguan fisiologis
(syok), kondisi lingkungan (dingin), luka local (berhubungan dengan aliran
arteri) atau gangguan jantung (Dewi Kartikawati Ningsih,2015)

d. Nodularitas : penebalan yang meragukan. (Kim A.Eagle, 2010)

e. Limfadenopatimerupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran


lebih besar dari1 cm. (Amaylia Oehadian, 2013)

f. Exsopthalamus: Mata yang menonjol (Fakultas Kedokteran Universitas


Airlangga,2015)

g. T3 adalah Tri-yodo-tironin,T4 adalah Tetra-yodo-tirosin atau Tiroksin. T4


sebenarnya adalah prohormon, artinya hormon tiroid yang lemah, yang harus
diubah menjadi hormon T3 yang kuat, yang aktif bekerja untuk mengatur
metabolisme tubuh. Namun, bentuk yang paling banyak dikeluarkan kelenjar
tiroid adalah T4. (Hans Tandra,2011)

7. Share The Results of Self Study/ Reporting


Hasil : rangkuman informasi
a. Definisi
Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis (manifestasi klinis kelebihan hormone tiroid
yang beredar dalam sirkulasi) yang diakibatkan kelenjar tiroid yang hiperaktif.
Apapun sebabnya manifestasi kliniknya sama, karena efek ini disebabkan ikatan T3
dengan reseptor T3-inti yang makin penuh (Hermayudi dan Ayu, 2017)
Tirotoksikosis adalah sindrom klinis yang diakibatkan oleh peningkatan tiroksin
(T4) atau triiodotironon (T3). Ada bebrapa factor yang bisa menyebabkan
hipertiroidisme, tetapi ada 2 yang paling lazim ditemukan, yaitu penyakit Grave dan
penyakit Goiter Multinoduler toksik. Penyebab hipertiroidisme adalah penyakit grave
goiter multinoduler toksik, tiroiditis, tirotoksikosisT3, dan hipertiroidisme dan akibat
iodin (Produksi hormone tiroid berlebihan) akibat pemberian iodin suplemen pada
orang di daeran endemic goiter.Penyakit Grave adalah gangguan autoimun yang
dicirikan degan goiter luas, hipertiroidisme, oftalmopati infiltrative, dan dermopati
infiltrative. Goiter multinodular toksik atau penyakit lummer adalah gangguan
kelenjar tiroid yang dicirikan dengan nodul yang banyak pada tiroid dan
hipertiroidisme yang ringan dengan penyakit grave. (Mary dan Yakobus, 2010)

b. Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves (penyakit tiroid
autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormone yang
berlebihan. Penyebab hipertiroid lainya yang jarang adalah :
1. Toksisitas pada strauma multinudular
2. Adenoma folikular fungsional (karsinoma)
3. Edema hipofisis penyekresi torotropin (hipertiroid hipofisis)
4. Tumor sel benih, misalnya karsinoma (kadang mengshasilkan bahan mirip TSH)
atau teratoma (mengandung jaringan tiroid fungsional)
5. Tiroditis (tioe subkutan maupun hashimato) yang keduanya dapat berhubungan
dengan hipertiroid sementara pada fase awal

c. Klasifikasi
1. Hipertiroidisme primer
a. Penyakit graves
b. Gondok multinodulartoksik
c. Adenomatoksik
d. Obat: yodium lebij, litium
e. Karsinoma tiroid yang berfungsi
f. Strauma otarii (ektopik)
g. Mutasi TSH-r, Gsα
2. Tirotoksikosis tanpa hipertiroidisme
a. Hormone tiroid berlebih (tirotoksikosis faktisia)
b. Tiroiditis sub-akut (viral atau DeQuervain111)
c. Silent Thyroiditis
d. Destruksi kelenjar
e. I-131, radiasi, adenoma, infark
3. Hipertiroidisme sekunder
a. TSH-Secreteing tumor chGH Secreteing tumo
b. Tirotoksikosis Gestasi (Trismester pertama)
c. Resistensi hormone tiroid

(Hermayudi&Ayu,2017)

d. Patofisiologi
Penyebab hipertiroid biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada keban
yakan penderita hipertiroid, kelenjar tiroid membesar 2-3x dari ukuran normalnya, dis
ertai dengan banyak hyperplasia dan lipatan- lipatan sel- sel folikol, sehingga jumlah
sel- sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.
Juga, setiap sel meningkat kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan
5-15x lebih besar dari pada normal. Pada hipertiroid, konsentrasi TSH (Tiroid Stimul
ating Hormone) plasma menurun, karena ada suatu yang menyerupai TSH. Biasanya
bahan- bahan ini adalah antibody imunoglubolin yang disebut dengan TSI (Tiroid Sti
mulating Imunoglubolin), yang berkaitan dengan reseptor membrane yang sama deng
an reseptor yang mengikat TSH. Bahan- bahan tersebut merangsang aktivasi cAMT d
alam sel, dengan hasil akhirnya adalah Hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipert
iroid konsentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini me
mpunyai perangsangan yang panjang pada kelenjar Tiroid, yakni selama12 jam berbe
da dengan efek TSH yang hanya berlangsung selama 1 jam. Tingginya sekresi hormo
ne Tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya menekan pembentukan TSH oleh kel
enjar Hipofisis Anterior. Pada hipertiroidisme kelenjar tiroid di paksa mensekresi hor
mone hingga di luar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel sel sekreto
ri kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka ha
wa dingin termasuk akibat dari sifat hormone tiroid yang kalorigenik, akibat peningka
tan laju metabolisme tubuh yang di atas normal. Bahkan akibat proses metabolisme y
ang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur e
fek pada kepekaan sinap saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipert
iroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15
x/detik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang taki
kardi atau di atas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid. Eksopthala
mus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi auto imun mengenai daerah jaringan per
iorbital dan otot-otot eksaokular, akibatnya bola mata terdesak keluar.

(Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,2015)

e. Tanda dan Gejala


Organ Tanda dan Gejala
Susunan saraf  Labil/emosional
 Menangis tanpa alasan yang jelas (irritable)
 Psikosis
 Tremor
 Nervositas
 Sulit tidur
 Sulit konsentrasi
Mata  Pandangan ganda
 Melotot
Kelejar Tiroid Pembesaran tiroid
Jantung dan Paru  Sesak nafas
 Hipertensi
 Aritmia
 Berdebar-debar
 Gagal jantung
 Tekanan nadi meningkat
Saluran cerna  Sering BAB
 Cepat apar
 Banyak makan
 Cepat haus
 Muntah
 Berat badan cepat turun
 Toleransi obat
Sistem reproduksi  Tingkat kesuburan menurun
 Menstruasi berkurang
 Tidak haid
 Libido menurun
Darah limfatik  Limfositosis
 Anemi
 Pembesaran limpa
 Pembesaran kelenjar limfe leher
Tulang  Osteoporosis
 Epifisis cepat menutup
 Nyeri tulang
Otot  Lemah badan (thyrotoxic periodic paralysis)
 Reflex meningkat
 Hiperkenesis
 Capai
 Tangan gemetar
Kulit Berkeringat tidak wajar (berlebih)
(Kemenkes RI, 2015)

f. Komplikasi
1. Gangguan jantung
Kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam darah dapat menstimulasi
jantung sehingga berdetak secara tidak teratur dan lebih cepat, sehingga
menyebabkan kerja jantung juga lebih berat; yang dimana jika kondisi ini
didiamkan maka dapat terjadi gagal jantung. Hipertiroid sendiri mempengaruhi
sejumlah sel dan jaringan dalam tubuh yang dapat berpengaruh terhadap kerja
jantung, seperti misalahnya hipertiroid dapat menyebabkan tekanan darah menjadi
tinggi yang dapat memicu kerja jantung menjadi berat.
Selain itu hipertiroid juga mempengaruhi jaringan lain sehingga gejala
fisik yang muncul seperti rasa pusing, mudah berkeringat, sesak napas dan lain
sebagainya, yang memiliki kondisi gejala yang sama seperti penyakit jantung.
Penyakit jantung akibat jantung itu sendiri dan akibat hormon tiroid sebenarnya,
walaupun memiliki gejala yang hampir mirip, namun sebenarnya berbeda, yang
dimana penyakit jantung akibat hipertiroid dapat diatasi dengan memperbaiki
kelenjar tiroid saja.
2. Hipotiroidisme
Kondisi merupakan komplikasi atau efek samping yang disebabkan oleh
pengobatan hipertiroid; dimana beberapa metode penyembuhan hipertiroid dapat
mengubah produktifitas kelenjar tiroid secara berlebihan; yaitu menahan produksi
hormon tiroid sehingga menyebabkan kondisi hipotiroid. Penyembuhan
hipertiroid biasanya dilakukan dengan beberapa metode seperti pembedahan
(tiroidektomi), farmasi (mengkonsumsi obat anti-tiroid), dan terapi radioiodin
yang bertujuan untuk mengurangi produksi hormon tiroid, memiliki salah satu
efek samping yang menyebabkan hipotiroid. Hipotiroid sendiri merupakan
kondisi dimana tubuh akan kekurangan hormon tiroid, dimana kekurangan ini
dapat mengakibatkan komplikasi lain juga terhadap tubuh seperti myxedema yang
merupakan kondisi advanced hipotiroid yang gejalanya berupa pembengkakan
dan pengerasan kulit.
3. Osteoporosis
Regenerasi kepadatan tulang ini dipengaruhi oleh banyak kelenjar dan
hormon, dan salah satunya adalah hormon tiroid. Seiring dengan bertambahnya
usia, sebenarnya manusia memiliki pengurangan kepadatan tulang secara alami,
dimana melemahnya kepadatan tulang ini berdampak pada tulang itu sendiri yang
menjadi lemah dan mudah keropos, sehingga menyebabkan osteoporosis.
Kondisi penyakit hipertiroid yang mengganggu metabolisme dalam tubuh
sehingga zat pengurai protein dan makanan untuk diambil sumber mineral dan
kalsium yang dibutuhkan oleh tulang tidak dapat terserap dengan baik sehingga
memiliki dampak yang negatif bagi tulang; dimana akibatnya dapat
mempersingkat siklus regenerasi tulang sehingga tulang dapat kehilangan
kepadatannya lebih cepat tanpa peduli usia
4. Gangguan kesuburan
Gangguan kesuburan akibat hipertiroid biasanya lebih banyak dialami oleh
wanita dibandingkan pria, dimana hormon tiroid juga memiliki pengaruh pada sel
telur dan sistem siklus menstruasi. Terganggunyaa sistem reproduksi wanita
akibat hipertiroid memiliki dampak yang buruk bagi kesuburan; seperti dapat
terjadi kesulitan hamil dan bahkan kemandulan. Namun jika Anda akhirnya
berhasil hamil namun memiliki penyakit tiroid Anda juga harus tetap waspada
karena hipertiroid selain dapat membahayakan diri, juga dapat membahayakan
perkembangan janin, hingga dapat mengakibatkan keguguran.
5. Goiter ( Penyakit Gondok )
Gejala penyakit gondok dimana bagian bawah jakun dapat timbul benjolan
yang terlihat besar, sebenarnya merupakan awal indikasi dari penyakit hipertiroid,
dimana benjolan pada leher tersebut dapat terlihat terus membesar jika penyakit
hipertiroid tidak segera ditangani. Tidak perlu khawatir karena benjolan tersebut
bukanlah semacam tumor atau pun kanker, dan sebenarnya sangat umum terjadi,
namun memiliki penyakit ini tentunya dapat menganggu kehidupan.
Pembesaran kelenjar tiroid ini dapat membuat lebih susah bernapas,
kesulitan menelan makanan atau minuman, dan sulit menahan rasa panas dari
lingkungan udara sekitar, yang merupakan gejala umum dari penyakit gondok.
Itulah bahaya penyakit hipertiroid didiamkan, selain menimbulkan komplikasi
seperti di atas, juga dapat membahayakan nyawa seseorang, yang dimulai dengan
terganggunya sistem kerja tubuh dimana dapat mengganggu aktivitas dan
kehidupan seseorang.(Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,2015)

g. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji diagnostic
Uji diagnostic meliputi pemeriksaan terhadap:
a. Tiroksin serum (T4) yang meningkat pada hipertiroidisme
b. T3 serum
c. TSH, rendah pada Hipertiroidisme
d. Ambilan radioaktif iodin (absorpsi) meningkat pada semua macam
penyebab hipertiroidisme, kecuali tiroiditis. Pemeriksaan ini tidak
akurat apabila pasien menerima iodin dalam beberapa hari sebelum
pemeriksaan.
(Mary dan Yakobus, 2010)

h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Hipertiroidisme Farmakologi umum di obati dengan tiga golongan o
bat, yaitu :
1. Tirostatika (OAT atau obat anti tiroid)
Ada 2 metode yang dapat digunakan dalam penggunaan OAT ini:
a. Berdasarkan titrasi: mulai dengan dosis besar dan kemudian berdasarkan
klinis atau laboratoris dosis diturunkan sampai mencapai dosis terendah
dimana pasien masih dalan keaadaan eutiroidisme
b. Blok substitusi: dalam metode ini pasien diberi dosis besar terus menerus
dan apabila mencapai keadaan hipotiroidisme, maka ditambah hormone
tiroksin hingga menjadi euitiroidismepulih kembali.
Efek samping yang sering terjadi:
-rash
-urtikaria
-demam dan malaise alergi
-eksamptem
-nyeri otot dan astralgia
-perubahan rasa dan kecap
-artritis
-agranulositosis
2. Tirodektomi
Prinsip umum yaitu operasi baru dikerjakan apabila keadaan pasien euitiroid,
klinis maupun biokimiawi. Operasi dilakukan dengan Tiroidektomi subtotal
dupleks menyisakan jaringan seujung ibu jari, atau lobektomi total termasuk
isthmus dan tiroidetomi subtotal lobas lain. Setiap pasien pasca operasi perlu
dipantau apakah terjadi remisi, hipotiroidisme atau residif. Operasi yang tidak
dipersiapkan dengan baik membawa resiko terjadinya krisis tiroid dengan
mortalitas amat tinggi.
3. Yodium radioaktif (Radioaktive iodium- RAI)
Dosis RAI berbeda: ada yang bertahap untuk membuat eutiroid tanpa
hipotiroidisme, ada yang langsung dengan dosis besar untuk mecapai
hipotiroidisme kemudia ditambah tiroksin sebagai substitusi. Kehawatiran bahwa
radiasi menyebabkan karsinoma, leukemia, tidak terbukti. Dan satu- satunya
kontraindikasi adalah Graviditas. Komplikasi ringan, kadang terjadi tiroiditas
sepintas. (Hermayudi&Ayu,2017)
Selain itu juga dapat menggunakan terapi nonfarmakologi diantaranya:

1. Diet
Ciri khas hipertiroidisme adalah berat badan menurun walupun nafsu makan
meningkat. Karena kebutuhan makanan meningkat asupan nutris dan kalori perlu
ditingkatan. Bertambahnya atau kembalinya berat badan pada ukuran semula dapat
menunjukan keadaan eutiroid
2. Aktivitas
Pasien dengan hipertiroidisme cepat merasa lemah selama tidak ada takikardia,
fibrilasi atrial, atau gangguan kardiovaskular, pasien bisa mengatur kegiatannya.
Misalnya, kegiatan diselingi istirahat. Perlu diingat pasien mengalami insomnia
sehingga istirahat diperluhkan pada siang hari. Thyroid storm memerluhkan tirah
baring komplit dan perawatan di unit intensif. (Mary, dkk,2010)
ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN HIPERTIROID

Seorang perempuan berusia 35 tahun mengeluhkan sering gugup, perubahan suasana hati,
kelemahan, dan jantung berdebar selama 6 bulan terakhir. Baru-baru ini, dia memperhatikan
keringat berlebih, terasa panas. Dia menggunakan kontrasepsi oral dan periode menstruasinya
teratur. Pemeriksaan fisik: Denyut nadi 92 / menit dan TD 130/60. Dia tampak cemas, dengan
kulit halus, hangat, dan lembab, tremor halus, dorongan jantung apikal jantung, dan dia tidak
bisa bangkit dari tikungan lutut yang dalam tanpa bantuan. Tiroidnya membesar, lunak, mudah
bergerak, tanpa nodularitas dan tidak ada limfadenopati. Matanya exopthalmus dan dia tidak
memiliki penebalan kulit wajah. Pasien sering bertanya tentang penyakitnya. Studi laboratorium:
Serum T4 = 15,6 ug / dl dan serum T3 = 210 ng / dl.

A. Pengkajian
Identitas Pasien
 Nama : Nn. Y
 Umur : 19 Thn
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pendidikan :-
 Pekerjaan :-
 Status :-
 Diagnosa Medis : Demam Thypoid
B. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama
Pasien mengeluh demam
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluhkan demam,nyeri bagian bawah perut,muntah dan diare
• Riwayat Kesehatan Dahulu
-
• Riwayat Kesehatan Keluarga
-

C. Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda vital

TD : 100/60 mmHg

Nadi : 75 kali/ menit

Suhu :38 C

 Head to toe
 Mata
Inspeksi : normal
 Leher
Inspeksi : tidak ada luka
Palpasi : normal
 Kulit
Palpasi : terasa hangat dan lembab
 Ekstremitas atas
Inspeksi : terlihat tremor halus

D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Tes Widal Salmonella Thypi O 1/320 : Salmonella Thypi H 1/320

E. Analisis Data
1. DS
 Pasien mengatakan menggigil
 Pasien mengatakan mual
 Pasien mengatakan muntah 4x satu hari
 Pasien mengatakan diare 8x satu hari
 Pasien mengatakan diare tidak berdarah,berair,dan disertai nyeri perut bagian bawah
2. DO
 Pasien tampak lemas
 Kulit pasien tampak halus dan lembab
 Pasien nampak pucat
 Tanda-tanda vital :
TD = 100/60 mmHg
N = 75x/mnt

Prioritas Masalah:
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantug berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol
2. Resiko kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme
perlindungan dari mata (eksoftalamus)
3. Divisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
F. Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi


O Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Kardiacare
terhadap penurunan keperawatan selama 2x24 jam, 1. Evaluasi adanya nyeri dada
curah jantug didapatkan kriteria hasil: 2. Catat adanya distrimia
berhubungan dengan 1. Tanda vital dalam jantung
hipertiroid tidak rentang normal 3. Catat adanya tanda dan
terkontrol 2. Dapat mentoleransi gejala penurunan kardio
aktivitas, tidak ada output
kelelahan 4. Monitor status kardio status
3. Tidak ada edema paru, kardiovaskuler
perifer, tidak ada asites Vital Sign Monitoring
4. Tidak ada penuruan 1. Lakukan pemeriksaan
kesadaran tekana darah, suhu, nadi,
dan frekuensi pernafasan
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor vital sign saat
pasien berbaring duduk dan
berdiri
4. Periksa tekanan darah pada
kedua lengan dan
bandingkan
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi edema periorbital,
kerusakan integritas keperawatan selama 2x24 jam, gangguan penutupan kelopak
jaringan didapatkan kriteria hasil: mata, lapang pandang sempit,
berhubungan dengan 1. Mampu air mata berlebihan. Dan
perubahan mengidentifikasi tindakan catat adanya fotofobia, rasa
mekanisme untuk memberikan adanya benda di luarmata
perlindungan dari perlindungan pada mata dan nyeri pada mata.
mata dan mencegah komplikasi 2. Evaluasi ketajaman
mata, laporkan adanya
pandangan yang kaburatau
pandangan ganda (diplopia)
3. Anjurkan pasien
menggunakan kacamata
gelap ketika terbangun dan
tutup dengan penutup mata
selama tidur sesuai
kebutuhan
4. Bagian kepala tempat
tidur ditinggikan dan batasi
pemakaian garam jika ada
indikasi.
5. Instruksikan agar pasien
melatih otot mata
ekstraokular jika
memungkinkan
6. Berikan kesempatan
pasien untuk mendiskusikan
perasaannya tentang
perubahan gambaran atau
bentuk ukuran tubuh untuk
meningkatkan gambaran diri.
7. Kolaborasi dalam
pemberian obat

3. Divisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan


berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dan keluarga
kurang informasi pasien menunjukan 2. Jelaskan patofisiologi dari
pengetahuan tentang proses penyakit dan bagaimana hal
penyakit dengan kriteria hasil: tersebut berhubungan dengan
1. Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi, dengan
menyatakan telah cara yang tepat
memahami tentang 3. Gambarkan tanda dan gejala
penyakit yang diderita yang biasa muncul pada
pasien, bagaimana kondisi penyakit, dengan cara yang tepat
pasien saat ini, prognosis, 4. gambarkan proses penyakit,
dan program pengobatan dengan cara yang tepat
2. Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan
mampu melaksanakan penyebab, dengan cara yang
prosedur penatalaksanaan tepat
yang telah dijelaskan oleh 6. Sediakan informasi pada
tenaga kesehatan secara pasien tentang kondisi, dengan
benar cara yang tepat
3. Pasien dan keluarga 7. Sediakan informasi bagi
mampu menjelaskan keluarga tentang kemajuan
kembali apa yang kondisi pasien, dengan cara
dijelaskan oleh tenaga yang tepat
kesehatan 8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
JURNAL 1

BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTIROID PADA WANITA USIA SUBUR


DI KABUPATEN MAGELANG

Sumber: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015


(ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ABSTRACT

Hyperthyroidism is the condition that occurs due to excessive production of thyroid


hormone by thyroid gland which increased the levels of fT4, T4, fT3, and decreased TSH. The
results of RISKESDAS showed that the proportion of household iodine suplementation increased
to 5% in 2013. This can eventually leads to hyperthyroidism. Last screening by Magelang
District Health Department showed that there is 16,67 % cases of Hyperthyroidism in 2013. The
purpose of this research is to analyze some risk factors of hyperthyroidism in fertile age women
in Magelang District. This research use analytical observation with cross sectional comparative
design with 100 sample in endemic area and 54 in non endemic area of GAKI (Iodine deficiency
disorders). Logistic Regression was used to analyze data with significance level of 5 %. The
results of multivariate analysis showed in endemic GAKI areas, the consumption of iodine
capsule (pOR=10,6 p=0,001), stress level (pOR = 8,4 p=0,001), high iodine food (pOR=5,8
p=0,007), iodine salt > 30 ppm (pOR=6,9 p=0,002) and smoke exposure (pOR=4,1 p=0,030)
were risk factors of hyperthyroidism. Despite, hormonal contraception (pOR=8,0 p=0,007) was
not a risk factor of hyperthyroidism. The results of multivariate analysis showed in non endemic
GAKI areas, stress level ( pOR = 11.2 p = 0.002 ) and high iodine food (pOR = 8.0 , p = 0.007 )
were risk factors of hyperthyroidism. Despite, iodine salt > 30 ppm , hormonal contraception ,
the consumption of iodine capsule, and smoke exposure have P value ≥ 0.05 so it was not a risk
factors of hyperthyroidism in Magelang District. The results of multivariate analysis showed in
Magelang Distric, stress level ( pOR = 41,1 p ≤ 0,0001 ), high iodine food (pOR = 11,2 p ≤
0.0001), smoke exposure (pOR=3,5 p=0,037) and the consumption of iodine capsule(pOR =4,97
p=0,016) were risk factors of hyperthyroidism. Despite, iodine salt > 30 ppm and hormonal
contraception have P value ≥ 0.05 so it was not a risk factors of hyperthyroidism in Magelang
District.
ABSTRAK

Hipertiroid adalah kondisi yang terjadi akibat produksi tiroid yang berlebihan hormon oleh
kelenjar tiroid yang meningkatkan kadar fT4, T4, fT3, dan penurunan TSH. Hasil RISKESDAS
menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga yodium suplementasi meningkat menjadi 5% pada
tahun 2013. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan hipertiroidisme. Pemeriksaan terakhir
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa ada 16,67% kasus
Hipertiroidisme pada tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis beberapa
risiko faktor hipertiroidisme pada wanita usia subur di Kabupaten Magelang. Penelitian ini
menggunakan Observasi analitik dengan desain komparatif cross sectional dengan 100 sampel
dalam daerah endemik dan 54 di daerah non endemik GAKI (gangguan defisiensi yodium).
Logistik Regresi digunakan untuk menganalisis data dengan taraf signifikansi 5%. Hasil dari
analisis multivariat menunjukkan di daerah GAKI endemik, konsumsi kapsul yodium (pOR =
10,6 p = 0,001), tingkat stres (pOR = 8,4 p = 0,001), makanan yodium tinggi (pOR = 5,8 p =
0,007), garam yodium> 30 ppm (pOR = 6,9 p = 0,002) dan paparan asap (pOR = 4,1 p = 0,030)
adalah faktor risiko hipertiroidisme. Meski begitu, kontrasepsi hormonal (pOR = 8,0 p = 0,007)
bukan merupakan faktor risiko hipertiroidisme. Hasil multivariat analisis menunjukkan di daerah
GAKI non endemik, tingkat stres (pOR = 11,2 p = 0,002) dan makanan yodium tinggi (pOR =
8,0, p = 0,007) adalah faktor risiko hipertiroidisme. Meskipun, garam yodium> 30 ppm,
kontrasepsi hormonal, konsumsi kapsul yodium, dan pajanan asap memiliki nilai P ≥ 0,05
sehingga bukan merupakan faktor risiko hipertiroidisme pada Kabupaten Magelang. Hasil
analisis multivariat menunjukkan di Kabupaten Magelang, tingkat stres (pOR = 41,1 p ≤ 0,0001),
makanan yodium tinggi (pOR = 11,2 p ≤ 0,0001), asap paparan (pOR = 3,5 p = 0,037) dan
konsumsi kapsul yodium (pOR = 4,97 p = 0,016) adalah faktor risiko hipertiroidisme. Meskipun
demikian, garam yodium> 30 ppm dan kontrasepsi hormonal memiliki nilai P ≥ 0,05 sehingga
bukan merupakan faktor risiko hipertiroidisme di Kabupaten Magelang
JURNAL 2

Evaluasi Penggunaan Obat Antitiroid Pada Pasien Hipertiroid di RSUP Dr. M. Djamil Padang,
Indonesia

ABSTRACT: Hyperthyroidism is the second largest hormonal disease in Indonesia after diabetes
mellitus. The most common cause of hyperthyroidism is Graves’ disease. Untreated in
hyperthyroid patients will causes decreased patient quality of life, atrial fibrillation and
osteoporosis. Therefore need a therapy to control thyroid hormone levels in the normal range,
one of them with antithyroid drugs. This study aims to determine the patterns of antithyroid use
and evaluate the appropriateness use of antithyroid drugs in patients hyperthyroidism include
precise indications, precise medications, precise patients and appropriate doses. This study is a
descriptive study that retrospective data collection using patient medical records during the
period JanuaryDecember 2015 in Polyclinic Dr. M. Djamil hospital Padang. The number of
patients who fulfills the inclusion criteria are 175 patients. Antithyroid drugs used in patients
with hyperthyroidism are PTU (82,75%) and thyrozol (17,25%). The results showed that
inappropriate indication and inappropriate drug was not found, while there were 13 patients
(7,43%) with an inappropriate dosage regimen and 1 patients (0,57 %) with inappropriate patient.
Keywords: hyperthyroid; antithyroid drugs; drugs use evaluation; precise indications; precise
medications; precise patients.

ABSTRAK: Hipertiroid merupakan penyakit hormonal kedua terbesar di Indonesia setelah


diabetes melitus. Penyebab terbanyak yang dapat menimbulkan keadaan hipertiroid adalah
penyakit Graves. Pasien hipertiroid yang tidak diobati akan berisiko menurunnya kualitas hidup,
atrial fibrilation dan osteoporosis. Oleh karena itu diperlukan terapi untuk mengontrol kadar
hormon tiroid pada batasan normal, salah satunya dengan obat antitiroid. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pola penggunaan obat antitiroid dan mengevaluasi ketepatan penggunaan obat
antitiroid pada pasien hipertiroid meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif
menggunakan rekam medik pasien selama periode Januari-Desember 2015 di Poliklinik Khusus
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 175
pasien. Obat antitiroid yang digunakan pada pasien hipertiroid adalah PTU (82,75%) dan
thyrozol (17,25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaktepatan indikasi dan
ketidaktepatan obat tidak ditemukan, sedangkan terdapat 13 pasien (7,43%) tidak tepat dosis, dan
1 pasien (0,57%) tidak tepat pasien. Kata kunci: hipertiroid; obat antitiroid; evaluasi penggunaan
obat; obat rasional; tepat obat; tepat indikasi; tepat pasien
JURNAL 3

Hubungan Status Hipertiroid Dengan Siklus Menstruasi Penderita Hipertiroid di Klinik Litbang
Gaki Magelang

Abstrak Latar belakang: Gangguan menstruasi sebagai indikator dari fungsi ovarium. Kelainan
siklus menstruasi disebabkan oleh kelainan hormonal yang berhubungan dengan gangguan tiroid,
termasuk hipertiroid. Tujuan: Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara gangguan siklus
menstruasi dengan hipertiroid, usia, Indeks Masa Tubuh (IMT), kecemasan, kontrasepsi
hormonal. Metode: Penelitian ini adalah observasional dengan rancangan potong lintang. Sampel
wanita usia subur penderita hipertiroid di klinik litbang GAKI, usia 15-50 tahun, jumlah sampel
adalah 43 penderita. Variabel penelitian adalah hipertiroid dan siklus menstruasi. Hipertiroid
dinyatakan dalam Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan Free Thyroxin (fT4) diukur dengan
ELISA. Siklus haid normal adalah 21 sampai 34 hari. Status gizi dinyatakan dengan IMT.
Kecemasan diukur dalam Beck Anxiety Inventory (BAI). Analisis data mengunakan uji chi-
square dan regresi logistik. Hasil: Hasil penelitian 16 (37,2%) penderita hipertiroid mengalami
siklus menstruasi tidak teratur dan 27 (62,8%) siklus menstruasinya teratur. Hubungan
hipertiroid dengan siklus menstruasi tidak bermakna, (p=0,414). Hubungan usia dengan siklus
menstruasi tidak bermakna nilai p=0,331. Hubungan status gizi/Indeks Masa Tubuh (IMT)
dengan siklus menstruasi tidak bermakna, nilai p=0,508. Hubungan kecemasan dengan siklus
menstruasi tidak bermakna, nilai p=0,552. Hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
siklus menstruasi bermakna, nilai p=0,034. Uji secara multivariate tidak berpengaruh hipertiroid,
usia, IMT, kecemasan, dan kontrasepsi hormonal terhadap siklus menstruasi. Kesimpulan:
Ketidakteraturan siklus menstruasi tidak dipengaruhi oleh hipertiroid, usia, status gizi,
kecemasan, dan kontrasepsi hormonal. Kata Kunci: hipertiroid, siklus menstruasi, wanita usia
subur
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. Mary Wilfrid D., dan Yakobus Siswadi.2010.Seri Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Endokrin.Jakarta:EGC.

Bulechek, Gloria, Howard Butcher, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification


(NIC). Singapore: Elsevier Pte Ltd.
Candra, Ade dan Sukri Rahman.Fungsi Tiroid Pasca Radioterapi Tumor Ganas Kepala-
Leher.Jurnal Kesehatan Andalas,5(3), 745.Diakses pada tanggal 28 Februari 2020.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.2015.Buku Ajar Ilmu Penyaki


Dalam.Surabaya:Airlangga University Press(AUP).

Heather, Herdman T. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC.

Hermayudi dan Ayu Putri Ariani.2017.Metabolik Endokrin.Yogyakarta:Nuha Medika.

Moorhead, Sue, Marion Johnson, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC)
Pengukuran Outcomes Kesehatan. Singapore: Elsevier Pte Ltd.
Muhammad Akbar. 2010. General Approach of Tremor.Makalah.Diakses pada tanggal 28
Februari 2020.

Ningsih, Dewi Kartikawati.2015.Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Syok Dengan Pendekatan


Proses Keperawatan.Malang:UB press.

Oehadian, Amaylia. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenomati.Jurnal Kesehatan,


40(10),727.Diakses pada tanggal 28 Februari 2020.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.2015.Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid.

Rumahorbo, Hotma.2014.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Endokrin.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai