Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 2 LIKUIDITAS , SOLVABILITAS DAN RENTABILITAS & ANALISIS RATIO

Oleh : Edwin Suwantono, S.M.

Literatur :
PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN oleh IRHAM FAHMI
FUNDAMENTALS OF CORPORATE FINANCE oleh STEPHEN A. ROSS
DASAR DASAR PEMBELANJAAN PERUSAHAAN oleh BAMBANG RIYANTO

 LIKUIDITAS
DEFINISI =

Kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka
pendeknya secara tepat waktu.

PERUSAHAAN YANG LIKUID DAN ILLIKUID

Suatu perusahaan dikatakan LIKUID jika mempunyai kemampuan untuk memenuhi semua
kewajiban keuangan / finansial yang berjangka pendek atau jatuh tempo. Sebaliknya
perusahaan yang tidak mampu membayar utang jangka pendek disebut ILLIKUID.

PERHITUNGAN RATIO LIKUIDITAS =

AKTIVA LANCAR
 Current Ratio / Rasio Lancar = UTANG LANCAR X 100%
Keterangan :
Current Assets = Aset Lancar / Aktiva Lancar
Current Liabilites = Utang Lancar ; Kewajiban pembayaran dalam 1 (satu) tahun atau siklus
operasi yang normal dalam usaha.

 Quick Ratio / Acid Test Ratio ( Rasio Tajam) =

KAS / BANK + EFEK + PIUTANG


Utang Lancar
x 100% atau
AKTIVA LANCAR−PERSEDIAAN
UTANG LANCAR
X 100%
Keterangan :
Kas / Bank = Cash
Efek / Surat Berharga = Security
Piutang = Receivables
Persediaan = Inventory
2

KAS / BANK + EFEK


 Cash Ratio (Rasio Kas) = Utang Lancar x 100%

 NET WORKING CAPITAL RATIO = AKTIVA LANCAR – UTANG LANCAR


Contoh : Suatu perusahaan menetapkan current ratio 3 : 1 atau 300%, yang berarti untuk
setiap utang lancar sebesar Rp 1,- harus dijamin dengan aktiva lancar Rp 3,- atau dijamin
dengan “net working capital” sebesar Rp 2,-. (Ratio Modal Kerja adalah 2:1, karena Net
Working Capital adalah modal kerja bersih (neto) yang tersedia setelah perusahaan
membayar utang lancarnya.)
Apabila net working capital = Rp10.000,-, maka utang lancar maksimal adalah Rp5.000,-
untuk tetap menjaga current ratio di angka 300%. Hal ini disebut dengan istilah “The Line Of
Credit” atau “The Maximum Current Indebtedness”.

Aktiva Lancar ........................ Rp15.000,- Utang Lancar ............................... Rp 5.000,-


Net Working Capital .................... Rp 10.000,-

Current ratio = 3 : 1 atau 300%

Apabila utang lancar naik menjadi Rp6.000,- maka

Aktiva Lancar ........................ Rp16.000,- Utang Lancar ............................... Rp 6.000,-


Net Working Capital .................... Rp 10.000,-
Current ratio akan menjadi 2,67 : 1 atau 267%
Berikut adalah contoh-contoh Perhitungan Current Ratio :

Aktiva Lancar ........................ Rp35.000,- Utang Lancar ............................... Rp 10.000,-


Net Working Capital .................... Rp 25.000,-
Current ratio akan menjadi 3,5 : 1 atau 350%

Current assets ............................ Rp35.000,- Current Liabilities......................... Rp 10.000,-


Non Current assets .................... Rp40.000,- Long Term Debt ..... .................... Rp 16.000,-
Shareholder’s Equity ................... Rp 49.000,-
Total Aktiva ................................ Rp75.000,- Total L and SE .............................. Rp 75.000,-
Current ratio akan menjadi 3,5 : 1 atau 350%

Apabila kita mengukur tingkat likuiditas menggunakan current ratio sebagai alat
pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi
dengan jalan sebagai berikut:
1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar.
2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar.
3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar bersama-sama dengan mengurangi aktiva
lancar.
3

Contoh transaksi :
1. Menjual aktiva tetap secara tunai
2. Mendapatkan tambahan modal sendiri secara tunai
3. Mendapatkan tambahan utang jangka panjang secara tunai

Contoh Soal :

Aktiva Lancar ............................ Rp 12.000,- Utang Lancar .............................. Rp 6.000,-


Aktiva Tetap .............................. Rp28.000,- Utang Jangka Panjang ............... Rp 14.000,-
Modal Sendiri ........................... Rp 20.000,-
Rp 40.000,- Rp 40.000
Neraca Perusahaan “ERVINA”
per 31 Desember 2019
Current Ratio 12 : 6 atau 2 : 1 atau 200%

Transaksi 1. Menjual aktiva tetap untuk menambah aktiva lancar, misalnya dengan disimpan
sebagai kas, disimpan di bank, dibelikan marketable securities, atau dibelikan bahan
mentah. Aktiva tetap dijual Rp 4.000,- dan kemudian disimpan sebagai aktiva lancar.
Aktiva Lancar ............................ Rp 16.000,- Utang Lancar .............................. Rp 6.000,-
Aktiva Tetap .............................. Rp24.000,- Utang Jangka Panjang ............... Rp 14.000,-
Modal Sendiri ........................... Rp 20.000,-
Rp 40.000,- Rp 40.000
Current ratio = 267%

Transaksi 2. Mendapatkan tambahan modal sendiri secara tunai. Tambahan modal sebesar
Rp 5.000,-. Berimbas ke penambahan aktiva lancar.
Aktiva Lancar ............................ Rp 17.000,- Utang Lancar .............................. Rp 6.000,-
Aktiva Tetap .............................. Rp28.000,- Utang Jangka Panjang ............... Rp 14.000,-
Modal Sendiri ........................... Rp 25.000,-
Rp 45.000,- Rp 45.000
Current ratio = 283%

Transaksi 3. Mendapatkan tambahan utang jangka panjang secara tunai yang digunakan
untuk menambah aktiva lancar. Utang Jangka Panjang bertambah Rp 2.000,-.
Aktiva Lancar ............................ Rp 14.000,- Utang Lancar .............................. Rp 6.000,-
Aktiva Tetap .............................. Rp28.000,- Utang Jangka Panjang ............... Rp 16.000,-
Modal Sendiri ........................... Rp 20.000,-
Rp 42.000,- Rp 42.000
Current ratio = 233%
4

Apabila kita dalam mengukur likuiditas dengan menggunakan “quick ratio” atau “acid test
ratio” sebagai alat pengukurnya, tingkat likuiditas atau acid test ratio dapat diperbesar
dengan cara-cara di atas, tetapi tambahan dana yang diperoleh hanya ditambahkan pada
elemen-elemen “quick assets” saja, jadi tidak ditambahkan pada inventory. Apabila suatu
perusahaan ingin mempunyai suatu tigkat current ratio tertentu, maka perusahaan
tersebut dapat mengubah berbagai jumlah aktiva lancar dalam hubungannya dengan utang
lancarnya.

Contoh soal :

Pada akhir tahun 2019, suatu perusahaan mempunyai aktiva lancar sejumlah Rp 800.000,-
dan utang lancar Rp 200.000,-.
a.) Apabila kita ingin membeli inventory dengan kredit, agar supaya current ratio tidak
kurang dari 250%, berapa jumlah inventory yang dapat dibiayai dengan utang lancar?

Jumlah inventory yang dapat dibeli = x

800.000+ x 2,5
=
200.000+ x 1

800.000 + x = 500.000 + 2,5 x


300.000 = 1,5 x
x = Rp 200.000,-

b.) Kalau kita ingin mencapai C.R = 500%, berapa jumlah kas yang dapat digunakan untuk
membayar utang lancar?

Jumlah kas yang dapat digunakan untuk membayar utang lancar = x

800.000−x 5
=
200.000−x 1

800.000 – x = 1.000.000 – 5x
-200.000 = -4x
4x = 200.000
x = Rp 50.000,-
5

c.) Berapa jumlah inventory yang perlu dijual untuk melunasi utang lancar kalau kita ingin
mempunyai C.R = 600%

Jumlah inventory yang harus dijual = x

800.000−x 6
=
200.000−x 1

800.000 – x = 1.200.000 – 6x
-400.000 = -5x
5x = 400.000
X = Rp 80.000,-

 SOLVABILITAS
Solvabilitas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi /
membayar semua kewajiban keuangannya atau total utangnya (baik utang jangka pendek
maupun jangka panjang) sekiranya perusahaan tersebut dilikuidisasi atau dibubarkan.

TOTAL AKTIVA
 SOLVABILITAS = TOTALUTANG X100%

TOTALUTANG
 DEBT RATIO (Total Debt to Total Assets) = TOTAL AKTIVA x 100%

PERUSAHAAN YANG SOLVABEL DAN INSOLVABEL


Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut berkemampuan untuk
membayar semua utangnya dengan assets (harta) yang ada di perusahaan. Sebaliknya
dikatakan insolvabel, jika tidak mampu untuk membayar semua kewajiban keuangan
tersebut.

Dalam Kaitan Likuiditas dan Solvabilitas, ada 4 kemungkinan yang dihadapi


perusahaan:
1. Perusahaan berada dalam kondisi LIKUID, tetapi INSOLVABEL
2. Perusahaan berada dalam kondisi ILLIKUID, tetapi SOLVABEL
3. Perusahaan berada dalam kondisi LIKUID dan SOLVABEL
4. Perusahaan berada daam kondisi ILLIKUID dan INSOLVABEL

Perusahaan yang paling bagus adalah perusahaan yang LIKUID dan SOLVABEL.

Perusahaan yang INSOLVABEL tetapi LIKUID tidak segera dalam keadaan kesukaran finansiil,
tetapi perusahaan yang ILLIKUID akan segera dalam kesukaran karena segera menghadapi
6

tagihan-tagihan dari krediturnya. Perusahaan yang INSOLVABEL tapi LIKUID masih dapat
bekerja dengan baik, dan masih mempunyai waktu untuk memperbaiki SOLVABILITASNYA.

Contoh :

Total aktiva atau kekayaan .................................................................................... Rp


450.000,-
Jumlah Utang ........................................................................................................ Rp 300.000,-
Excess value daripada aktiva di atas utang seluruhnya ........................................ Rp 150.000,-

450.000
Solvabilitas = x 100% = 150%
300.000

Artinya setiap Rp 1 utang dijamin oleh Rp 1,5 aktiva. Perusahaan harus mengusahakan agar
solvabilitasnya melebihi 100%. Semakin tinggi solvabilitas semakin bagus.

150.000
Net worth to debt ratio = x 100% = 50% dari jumlah utangnya. Semakin kecil ratio
300.000
ini berarti makin cepat perusahaan tersebut menjadi insolvabel.

Oleh karena itu, solvabilitas adalah angka perbandingan antara jumlah aktiva dengan jumlah
utang, maka setiap penambahan jumlah utang akan menurunkan tingkat solvabilitasnya.

Apabila jumlah utang bertambah,jumlah dari excess value dalam angka absolut adalah
tetap, karena bertambahnya utang disertai dengan bertambahnya aktiva, tetapi dalam
angka relatif atau dalam persentasenya adalah makin kecil.

Contoh :

Apabila perusahaan menambah utang sebesar Rp 150.000,- maka

Total aktiva atau kekayaan .................................................................................... Rp


600.000,-
Jumlah Utang ........................................................................................................ Rp 450.000,-
Excess value daripada aktiva di atas utang seluruhnya ........................................ Rp 150.000,-

Excess value dalam angka absolut adalah Rp 150.000,- atau sama.

600.000
Solvabilitas menjadi = x 100% = 133%
450.000

150.000
Net worth to debt ratio = x 100% = 33.33% dari jumlah utangnya
450.000

Bagaimana cara meningkatkan solvabilitas? Tingkat solvabilitas dapat dipertinggi dengan


cara sebagai berikut:
1. Menambah aktiva tanpa menambah utang atau menambah aktiva relatif lebih besar
daripada tambahan utang.
7

2. Mengurangi utang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi utang relatif lebih besar
daripada berkurangnya aktiva.

 RENTABILITAS
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.

L
Secara umum dirumuskan sebagai = x 100 %
M

L = jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu


M = modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut

Cara menilai rentabilitas suatu perusahaan juga bermacam-macam tergantung pada laba dan aktiva
atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Masing-masing perusahaan
berbeda-beda cara menghitung rentabilitasnya. Yang penting ialah rentabilitas mana yang akan
digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan.

Ada dua cara penilaian rentabilitas :


1. Rentabilitas Ekonomi (EARNING POWER)
2. Rentabilitas Modal Sendiri (Return On Equity atau Return On Net Worth)

Rentabilitas Ekonomis ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing
yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh
karena itu rentabilitas ekonomi sering dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan
seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba.

Modal yang diperhitungkan dalam rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam
perusahaan (operating capital/assets). Oleh karena itu modal yang ditanamkan dalam perusahaan
lain atau modal yang ditanamkan dalam efek (kecuali perusahaan kredit) tidak diperhitungkan dalam
menghitung rentabilitas ekonomi.

Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabiltas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari
operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha ( net operating income). Dengan demikian maka
yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya dividen, coupon dan
lain-lain) tidak diperhitungkan.

Rentabilitas Ekonomis atau Earning Power adalah menunjukkan kemampuan dari seluruh modal
atau aktiva usaha yang ada di perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan kata lain, Earning Power
adalah perbandingan antara Laba Sebelum Bunga dan Pajak atau Earning Before Interest and Tax
(EBIT) dengan total aktiva (total assets).

Laba Sebelum Bunga dan Pajak ( EBIT )


Rentabilitas Ekonomi (Earning Power) = x 100%
Total Aktiva
8

Contoh =

Suatu perusahaan bekerja dengan jumlah modal sebesar Rp 200.000,- yang terdiri dari utang Rp
100.000,- dengan bunga 10% per tahun, dan modal sendiri sebesar Rp 100.000,- . Keuntungan yang
berasal dari operasi perusahaan selama setahun sebesar Rp 40.000,-

40.000
Rentabilitas Ekonomi = x 100% = 20%
200.000

Untuk menghitung rentabilitas ekonomi, untuk laba diperhitungkan semua laba yang dihasilkan oleh
modal yang dipergunakan.

Masalah mana yang lebih penting bagi perusahaan? Masalah LABA atau masalah RENTABILITAS?

Rentabilitas pada umumnya lebih penting, dikarenakan masalah laba belum tentu menjadi tolak
ukur efisiensi kinerja perusahaan. Efisiensi baru dapat diketahui setelah membandingkan berapa
laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut (menghitung
rentabilitasnya).

Perusahaan HARUS MEMPERHATIKAN bagaimana cara meningkatkan rentabilitas, tidak hanya


bagaimana memperbesar laba. Bagaimana cara meningkatkan tingkat rentabilitas?

Ada 2 faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya Rentabilitas, yaitu :

1. PROFIT MARGIN

Yaitu perbandingan antara Net Operating Income (NOI) atau Earning Before Interest and Tax (EBIT)
dengan Net Sales (Penjualan Bersih).

Net Operating Income atau EBIT


Rumus Profit Margin = x 100%
Net Sales( NS)

Atau

Net Sales ( NS )−Operating Expenses (OE )


Profit Margin = x 100%
Net Sales(NS)

Operating Expenses (OE) = HPP (Harga Pokok Penjualan) + Biaya Administrasi dan Umum + Biaya
Penjualan

Operating Expenses (OE) = Net sales (NS) – NOI atau EBIT

Net Operating Income (NOI) = Net Sales (NS) – Operating Expenses (OE)

Net Operating Income (NOI) = Profit Margin (PM) x Net Sales (NS)

2. TOTAL ASSETS TURNOVER (TATO)

Total Assets Turnover atau tingkat perputaran aktiva usaha, yaitu kecepatan berputarnya operating
assets dalam suatu periode tertentu. Yaitu perbandingan antara Penjualan Bersih (Net sales) dengan
Total Aktiva (Total Assets)
9

Net Sales
Total Assets Turnover (TATO) = = ..... kali
Total Assets

Maka, profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar
kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales, sedangkan TATO dimaksudkan untuk
mengetahu efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets
(Total Aktiva/Total Assets) dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua
efisiensi profit margin dan tato menentukan tinggi rendahnya Earning Power.

Hubungan antara Profit Margin dan TATO dapat digambarkan sebagai berikut =

Profit Margin x Total Assets Turnover = Earning Power

Net Operating Income Net Sales Net Operating Income


x =
Net Sales Total Assets Total Assets(Total Aktiva)

Contoh =

Suatu perusahaan selama setahun mempunyai net sales sebesar Rp 80.000,-. Jumlah modal atau
kekayaan digunakan di dalam perusahaan adalah sebesar Rp 40.000,-. Selama setahun dihasilkan
laba usaha (Net Operating Income) sebesar Rp 4.000,-

1. Dari informasi yang diketahui, dapat langsung kita hitung rentabilitas ekonomi (earning power)

4.000
x 100% = 10%
40.000

Atau cara kedua

4.000
2. Hitung Profit Margin terlebih dahulu = x 100% = 5%
80.000

80.000
Hitung Total Assets Turnover (TATO) = = 2 kali
40.000

Earning Power = Profit Margin x TATO = 5% x 2 = 10%

KESIMPULAN = Besarnya earning power dalam suatu periode tertentu dapat diperbesar dengan
memperbesar profit margin atau TATO secara masing-masing atau kedua-duanya.

USAHA memperbesar PROFIT MARGIN

1. Menaikkan Sales relatif lebih besar daripada kenaikan operating expenses.

Contoh =

Perusahaan A mempunyai net sales setahun sebesar Rp 80.000,- yang dapat dinaikkan menjadi Rp
100.000,-. Operating Expenses semula Rp 76.000,- dan untuk menambah sales diperlukan tambahan
biaya usaha sebesar Rp 10.000,- sehingga operating expenses menjadi Rp 86.000,-
10

Setelah ada kenaikan sales, net operating income menjadi Rp 14.000,-

Sebelum ada kenaikan sales, net operating income adalah Rp 4.000,-

14.000
Profit Margin setelah kenaikan sales = x 100% = 14%
100.000

4.000
Profit Margin sebelum kenaikan sales = x 100% = 5%
80.000

2. Menurunkan operating expenses relatif lebih besar daripada berkurangnya sales.

Contoh =

Sales perusahaan A berkurang menjadi Rp 70.000,- dan operating expenses ditekan menjadi Rp
56.000. Maka Sales berkurang Rp 10.000 yaitu Rp 80.000 – Rp 70.000,-. Dan operating expenses
berkurang Rp 20.000 yaitu Rp 76.000 – Rp 56.000,-.

Net Operating Income setelah berkurangnya sales adalah Rp 70.000 – Rp 56.000 = Rp 14.000,-

14.000
Profit Margin menjadi = x 100% = 20%
70.000

Profit Margin awal adalah 5%.

USAHA mempertinggi Total Assets Turnover (TATO)

1. Memperbesar sales relatif lebih besar daripada menambah operating assets .

Contoh =

Perusahaan B semula menghasilkan sales sebesar Rp 80.000 dengan operating Assets sebesar Rp
40.000. Kemudian Sales diperbesar menjadi Rp 100.000 dan operating Asset bertambah Rp 5.000
menjadi Rp 45.000

100.000
TATO setelah kenaikan sales = = 2,2 kali
45.000

80.000
TATO sebelum kenaikan sales = = 2 kali.
40.000

Perbandingan tambahannya harus lebih tinggi,sales awal dengan operating assets semula = 80.000 :
40.000 = 2 kali. Dengan tambahan sales naik 20.000 sedangkan tambahan operating asset naik 5.000
, perbandingannya 20.000 : 5.000 = 4 kali.

2. Mempertinggi TATO dengan mengurangi sales.

Contoh =
11

Perusahaan B semula mempunyai operating Assets = Rp 40.000 dan menghasilkan sales Rp 80.000
selama setahun. Kemudian sales berkurang Rp 2.000 menjadi Rp 78.000. Berkurangnya Sales
dibarengi dengan berkurangnya operating assets Rp 6.000 sehingga menjadi Rp 34.000.

78.000
TATO setelah penurunan sales = = 2,29 kali.
34.000

80.000
TATO awal = = 2 kali.
40.000

Perbandingan berkurangnya sales dan operating assets harus lebih kecil daripada perbandingan
semula untuk dapat menghasilkan TATO yang lebih tinggi.

80.000
Perbandingan semula sales dan operating assets = = 2 kali
40.000

2.000
Perbandingan pengurangan sales dengan pengurangan operating assets = = 1/3 kali
6.000

Hubungan antara Earning Power, Profit Margin dan TATO dapat dilihat di gambar 3.1 berdasarkan
data finansiil di bawah ini.
12
13

Gambar 3.1 Du Pont System (Hubungan antar ROI, TATO, dan Profit Margin)
14

Rentabilitas Modal Sendiri (Return On Equity atau Return On Net Worth) adalah menunjukkan
kemampuan dari modal sendiri (equity) yang ada di perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan
kata lain ROE adalah perbandingan antara LABA SESUDAH PAJAK atau EARNING AFTER TAX (EAT)
dengan jumlah modal sendiri (equity).

Laba Sesudah Pajak (EAT )


Rentabiltas Modal Sendiri (ROE) = x 100%
Modal Sendiri

Contoh =

Utang (bunga 10% th) 100.000,-


Modal sendiri 100.000,-
Jumlah 200.000

Keuntungan yang berasal dari operasi perusahaan(EBIT) 40.000


Bunga (10% x Rp 100.000) 10.000
Keuntungan sebelum Pajak (EBT) 30.000
Pajak pendapatan 12.000
Keuntungan Neto sesudah Pajak (EAT) 18.000

18.000
Rentabilitas Modal Sendiri = x 100% = 18%
100.000

Anda mungkin juga menyukai