Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“PEMIKIRAN EKONOMI ABAD 8

IMAM SYAFI’I DAN IBNU KHALDUN”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi


Yang Diampuh Oleh Rohmad Saleh,S,H,I,M.E

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : III
Santika :200261040
Sella Ansefen : 200261041

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


(STAI )
TULANG BAWANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW. Penulis bersyukur kepada Allah SWT, karena
dengan hidayah dan taufik-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang pemikiran
ekonomi dimasa Rasulullah.
 Selesainya makalah ini, tentunya tidak lepas dari bimbingan dosen Rohmad saleh.
S,H.I,M,E. serta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan support. Untuk itu penulis
ucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, kepada para pembaca, penulis
ucapkan mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya, dan memberikan banyak manfaat
kepada para pembaca.

Menggala, 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i

BAB I:     PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
.2 Tujuan Pembuatan Makalah.......................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.4 Batasan Masalah.....................................................................................................1
1.5 Metode Penulisan....................................................................................................1
BAB II   :     PEMBAHASAN..................................................................................................2
2.1 Pemikiran ekonomi abad 8 .....................................................................................2
2.2Pemikiran ekonomi menurut imam syafii.................................................................4
      2.3Pemikiran ekonomi menurut ibnu khaldun...............................................................6
BAB III :     PENUTUP.............................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di sepanjang sejarah umat manusia negara menjadi salah satu fenomena kehidupan umat
manusia. Di zaman sekarang konsep negara berkembang begitu pesatnya menjadi bentuk
yang paling sempurna dari sebelumnya yang sangat sederhana bentuknya. Bersamaan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan umat manusia negara terus menerus dijadikan objek perhatian
dan juga menjadi objek penelitian, disebabkan negara merupakan bentuk organisasi
kehidupan bersama dalam masyarakat.
Agama islam hanyalah satu, yaitu agama yang haq dari Allah SWT. Oleh karenanya
tidaklah mengherankan jika terdapat berbagai macam interpreatsi manusia tentang islam,
termasuk tentang masalah ekonomi dalam islam. Tetapi hal ini tidaklah mengurangi arti
eksistensi dan vitalitas islam. Justru merupakan keragaman yang digunakan untuk
memperkokoh islam.
Makalah ini saya tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan generasi muda
yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua mengenal beberapa
pemikir islam yang berperan dalam mengembangkanperekonomian islam dan berpengaruh
dengan perekonomian sekarang.
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah yaitu :
1.      Untuk mengetahui pemikiran ekonomi abad 8
2.      Untuk mengetahui Pemikiran ekonomi menurut Imam Syafii
3.      Untuk mengetahui Pemikiran Ekonomi Menurut Ibnu khaldun
1.3  Rumusan Masalah
1.3.1 Apa itu Pemikiran ekonomi ?
1.3.2 Bagaimana pemikiran ekonomi?
1.3.3 Apa saja pemikiran ekonomi ?
1.3.4 Apa saja aspek penting  dalam pemikiran ekonomi
1.4  Batasan Masalah
Hal yang dibahas dalam makalah ini hanya mencangkup mengenai pemikiran ekonomi abad 8
1.5  Metode Penulisan
Penulis memakai metode study literature dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini.
Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tapi juga dari media lain seperti blog,
web, dan perangkat media massa yang diambil dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pemikiran ekonomi Islam


adalah respon para pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan ekonomi pada masa mereka
yang menjadi fondasi kerangka ilmu ekonomi yang digunakan hingga sekarang. ... Peserta
akan belajar akar historis tradisi dan praktik ekonomi Islam pada masa sebelum Rasulullah
hingga ulama kontemporer.
Dengan mempelajari sejarah pemikiran Ekonomi Islam, diharapkan dapat ditemukan kembali
berbagai khazanah ilmu pengetahuan Islam, khususnya ekonomi Islam di masa kejayaan
dunia Islam. Bukti empiris menunjukkan bahwa banyak pelajaran atau hikmah yang bisa
diambil dari sejarah Islam untuk pengayaan wawasan dan pengembangan Ekonomi Islam saat
ini. Kajian tentang kontribusi cendekiawan Muslim di masa lalu tidak dimaksudkan untuk
kesenangan atau kebanggaan terhadap warisan intelektual Islam semata (apologia). Namun,
ini merupakan langkah alami dalam mendapatkan pengalaman mereka serta untuk
mengetahui bagaimana mereka memecahkan masalah ekonomi yang mereka hadapi pada
zamannya. Sejarah juga memberikan pencerahan bahwa sistem Islam memiliki kemampuan
untuk memberikan norma operasional dan model yang bisa diterapkan (applicable), selama
lingkungan sekitarnya mendukung dan juga dapat menjadi rujukan dalam menghadapi
permasalahan ekonomi saat ini.Sejarah pemikiran ekonomi Islam dapat menjadi jembatan
yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dalam mempersiapkan masa depan yang
mencakup perkembangan pemikiran ekonomi Muslim sejak kemunculan Islam sampai
ekonomi menjadi disiplin ilmu tersendiri. Kepedulian tentang masalah ekonomi mendahului
perkembangan alat analisis yang terkait dengan ekonomi itu sendiri, dan hal ini terbukti
dalam tulisan para ulama fikih masa awal.Mempelajari tentang sejarah pemikiran ekonomi
Islam berarti juga mempelajari kontribusi para cendekiawan muslim dan kiprahnya dalam
perkembangan ekonomi Islam.
B. Pemikiran ekonomi menurut Imam Syafi’i
Mayoritas masyarakat memahami dan menganggap bahwa pemikiran Imam Syafi’i
bertentangan dengan wakaf produktif. Bahkan sebagian besar menganggap bahwa pandangan
Imam Syafi’i hanya bersifat wakaf tradisional. Di antara pendapatnya, ia menjelaskan bahwa
harta benda milik wakif yang telah diserahkan menjadi milik Allah, ia tidak berhak lagi atas
harta yang telah diserahkan dan tidak boleh pula dilakukan perubahan atas harta tersebut
dalam bentuk apapun. Namun disisi lain ketika Imam Syafi’i membolehkan wakaf dirham
dan dinar, hal ini adalah salah bentuk pemikiran agar wakaf dikelola secara ekonomi karena
berkaitan dengan ekonomi fund. Tulisan ini sebagai jawaban atas kontroversial tersebut. Oleh
karena, ternyata, Imam Syafi’i menghidupkan wakaf dirham dan dinar yang dapat disamakan
dengan wakaf ekonomi produktif. Dengan demikian, anggapan bahwa pemikiran Imam
Syafi’i bertentangan dengan wakaf produktif kurang beralasan.
  Imam Syafi’i bertentangan dengan wakaf produk-tif. Bahkan sebagian besar menganggap
bahwa pandangan Imam Syafi’i hanya bersifat wakaf tradisional. Di antara pendapatnya, ia
menjelaskan bahwa harta benda milik wakif (Wakaf Perseorangan, Organisasi atau Badan
Hukum) yang telah diserahkan menjadi milik Allah, ia tidak berhak lagi atas harta yang telah
diserahkan dan tidak boleh pula dilkukan perubahan atas harta tersebut dalam bentuk apapun.
Namun disisi lain ketika Imam Syafi’i membolehkan wakaf dir-ham dan dinar, hal ini adalah
salah bentuk pemikiran agar wakaf dikelola secara ekonomi karena berkaitan dengan
ekonomi fund. Berkenaan dengan hal itu, pe-mahaman pokok dari Syafi’ipada satu sisi tidak
menghendaki perubahan dalam 1 Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran
Prof. Dr. Harun Nasution, (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 244-245.
Bahrul Ma’aniVol. 14, No. 1, Juni 2014 Al-Risalah JISH182 bentuk apapun terhadap harta
benda wakaf, tetapi pada sisi lain Mazhab Hanafidan Maliki mengemukakan tentang
kebolehan wakaf uang oleh Syafi’i,sebagai-mana yang disebut Al-Mawardi:
‫“جوازفعىالشاعنثورابووروىالدراهموالدنانيراىوقفها‬Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam al-Syafi’i tentang
kebolehan wakaf di-nar dan dirham (uang)”.2Bagi Syafi’i perpindahan hak milik atas barang
yang telah diwakafkan pada orang atau sisi tertentu dari pemiliknya Allah, karena Allah
adalah pemilik se-mua barang yang ada di langit dan di bumi secara hakiki. Jadi maknanya
ialah kepemilikan itu terlepas dari seseorang secara individu, dan menjadi milik Allah secara
majaz, bukan milik pewakaf atau penerima wakaf.3Syafi’i yang selama ini dikenal seakan
anti perubahan khususnya terha-dap harta benda wakaf, seperti stigma yang terjadi dalam
masyarakat. Tetapi penyebutan uang dirham dan dinar sebagai bukti bahwa Imam Syafi’i
membo-lehkan wakaf uang. Di Indonesia baru kemudian wakaf uang disahkan pada Tanggal:
28 Shafar 1423 H/ 1 Mei 2002 M melalui fatwa MUI Nomor: Dt.i.III/5/BA.03.2/2772/2002,
tanggal 26 April 2002. Sebenarnya yang diinginkan oleh Syafi’i adalah ‘ain (zatnya) wakaf
tetap, tidak boleh hilang karena sudah menjadi milik Allah, tetapi hasilnya yang di-
manfaatkan selama untuk kepentingan umum dan ibadah atau mendekatkan diri kepada
Allah. Sangat keliru jika wakif dan nazhir memahami, bahwa wakaf bagi Imam Syafi’i hanya
mementingkan pembangunan pisik, seperti masjid, langgar, TPU dan sosial, tetapi juga wakaf
uang. Hanya saja ia dikenal dengan ihtiyat yaitu sifat kehati-hatiannya sehingga ia
mengemukakan bahwa wakaf yang telah diikrarkan telah berpindah menjadi milik Allah.
Baginya ada kekha-watiran terjadi penyalahgunaan dan penyimpangan terhadap harta benda
wakaf jika dilakukan perubahan atau alihfungsi, seperti kasus yang terjadi di Pondok
Pesantren Nurul Iman. Walaupun pada satu sisi di lembaga itu terjadi penyim-pangan akibat
alihfungsi, tetapi pada sisi lain optimalisasi manfaat dari tanah wakaf pondok pesantren Nurul
Iman dapat tercapai, dan ternyata manfaatnya 2 Lihat al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, Terj.
Muhammad Mathraj, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), hlm. 379.3 Wahbah Az-Zuhaily, Fiqih
Imam Syafi’i, Terj. Muhammad Afifi, dkk, Cet. Ke-1, (Jakarta: Al-Mahira, 2008), hlm. 358.
Pemikiran Ekonomi Wakaf Imam Syafi’iAl-Risalah JISH Vol. 14, No. 1, Juni 2014183
lebih besar daripada dilakukan pembiaran dan pemubaziran.

C.Ibnu Khaldun dan Teori Ekonomi


Ibnu Khaldun dalam buku karyanya “Muqaddimah” mengemukakan sebuah teori “Model Dinamika”
yang mempunyai pandangan jelas bagaimana faktor-faktor dinamika sosial, moral, ekonomi, dan
politik saling berbeda namun saling berhubungan satu dengan lainnya bagi kemajuan maupun
kemunduran sebuah lingkungan masyarakat atau pemerintahan sebuah wilayah (negara). Ibnu
Khaldun telah menyumbangkan teori produksi, teori nilai, teori pemasaran, dan teori siklus yang
dipadu menjadi teori ekonomi umum yang koheren dan disusun dalam kerangka sejarah.
Dalam penentuan harga di pasar atas sebuah produksi, faktor yang sangat berpengaruh adalah
permintaan dan penawaran. Ibnu Khaldun menekankan bahwa kenaikan penawaran atau penurunan
permintaan menyebabkan kenaikan harga, demikian pula sebaliknya penurunan penawaran atau
kenaikan permintaan akan menyebabkan penurunan harga. Penurunan harga yang sangat drastis akan
merugikan pengrajin dan pedagang serta mendorong mereka keluar dari pasar, sedangkan kenaikan
harga yang drastis akan menyusahkan konsumen. Harga “damai” dalam kasus seperti ini sangat
diharapkan oleh kedua belah pihak,
saja memungkinkan para pedagang mendapatkan tingkat pengembalian yang ditolerir oleh pasar dan
juga mampu menciptakan kegairahan pasar dengan meningktakan penjualan untuk memperoleh
tingkat keuntungan dan kemakmuran tertentu. Akan tetapi, harga yang rendah dibutuhkan pula,
karena memberikan kelapangan bagi kaum miskin yang menjadi mayoritas dalam sebuah populasi.
Dengan demikian, tingkat harga yang stabil dengan biaya hidup yang relatif rendah menjadi pilihan
bagi masyarakat dengan sudut pandang pertumbuhan dan keadilan dalam perbandingan masa inflasi
dan deflasi. Inflasi akan merusak keadilan, sedangkan deflasi mengurangi insentif dan efisiensi. Harga
rendah untuk kebutuhan pokok seharusnya tidak dicapai melalui penetapan harga baku oleh negara
karena hal itu akan merusak insentif bagi produksi. Faktor yang menetapkan penawaran, menurut
Ibnu Khaldun, adalah permintaan, tingkat keuntungan relatif, tingkat usaha manusia, besarnya tenaga
buruh termasuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, ketenangan dan keamanan, dan
kemampuan teknik serta perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Jika harga turun dan
menyebabkan kebangkrutan modal menjadi hilang, insentif untuk penawaran menurun, dan
mendorong munculnya resesi, sehingga pedagang dan pengrajin menderita. Pada sisi lain, faktor-
faktor yang menentukan permintaan adalah pendapatan, jumlah penduduk, kebiasaan dan adat istiadat
masyarakat, serta pembangunan dan kemakmuran masyarakat secara umum.
Menurut Ibnu Khaldun, seorang individu tidak akan dapat memenuhi seluruh kebutuhan ekonominya
seorang diri, melainkan mereka harus bekerjasama dengan pembagian kerja dan spesialisasi. Apa
yang dapat dipenuhi melalui kerjasama yang saling menguntungkan jauh lebih besar daripada apa
yang dicapai oleh individu-individu secara sendirian. Dalam teori modern, pendapat ini mirip dengan
teori comparative advantage.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Bab ini mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap
masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan dan
interpretasi peneliti tentang inti dari pembahasan penulisan.Selain itu, disertakan pula saran
yang diharapkan dapat memberikan manfaat.
Daftar Pustaka

 Agustianto, “Ibnu Khaldun Bapak Ekonomi” dalam www.hupelita.com didownload


pada 23 November 2007.
 Gamal, Merza Ibnu Khaldun dan Teori Komunikasi dalam www.hupelita.com
didownload pada 23 November 2007.
 Penulis,“Biografi Ibnu Khaldun” dalam http://www.jacksite.wordpress.com
/2007/04/17/biografi-ibnu-khaldun didownload pada 23 November 2007.
 Shiddiqy, Muhammad Nejatyullah, Muslim Economic Thingking, Islamic Fondation.
United Kingdom: t.p., 1976.

Anda mungkin juga menyukai