Materi Tes Karakteristik Pribadi: 1. Profesionalisme
Materi Tes Karakteristik Pribadi: 1. Profesionalisme
1. PROFESIONALISME
a. Pengertian Profesionalisme
• Profesionalisme (profesionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara
pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau
dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal dari profesi yang bermakna
berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
(KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari
seseorang yang profesional (Longman, 1987).
• Profesionalisme mengedepankan kemampuan dan keinginan besar CPNS untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan tugas dan fungsi pekerjaan dengan
penuh tanggung jawab. Profesionalisme merupakan bekerja tuntas dan akurat atas dasar
kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi”.
• Perilaku utama sebagai cerminan dari penerapan nilai profesionalisme terdiri dari dua
butir. Butir pertama adalah “Mempunyai pengetahuan dan keahlian yang luas”.
Panduan perilaku utama untuk butir pertama ini adalah sebagai berikut:
➢ Senantiasa meningkatkan kompetensi diri
➢ Bekerja sesuai dengan tugas/fungsi dan profesi/jabatannya
➢ Menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efisien
➢ Bekerja berorientasi pada outcome (dampak) bukan hanya output (keluaran)
Butir kedua adalah “Bekerja dengan hati”. Panduan perilaku utama untuk butir kedua
ini adalah sebagai berikut:
➢ Terbuka atas pendapat atau masukan dari pihak lain
➢ Senantiasa menujukkan antusiasme dan semangat bekerja yang tinggi
➢ Berpikir, bertindak positif serta tulus ikhlas dalam menyelesaikan pekerjaan
• Istilah profesional itu berlaku untuk semua aparat mulai dari tingkat atas sampai tingkat
bahwa.Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan keterampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing.
• Profesionalisme menyangkut kecocokan antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi
dengan kebutuhan tugas, terpenuhi kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas
merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan
kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin di capai oleh sebuah
organisasi. Profesionalisme pertama – tama adalah soal sikap, Lalu ada beberapa hal yang
dapat dianggap mewakili sikap profesionalisme yaitu, keterampilan tinggi, pemberian jasa
yang berorientasi pada kepentingan umum, pengawasan yang ketat atas perilaku kerja dan
suatu sistem balas jasa yang merupakan lambing prestasi kerja.
Untuk profesionalisme aparatur, paling tidak ada dua nilai yang harus dikembangkan,
yaitu :
➢ Tugas dan peranan harus senantiasa bertujuan melayani kepentingan umum.
➢ Profesionalisme aparatur harus didasarkan pada pendidikan dan spesialisasi rasional.
• Profesionalisme menunjukkan hasil kerja yang sesuai sesuai dengan standar teknis atau
etika sebuah profesi.Aktivitas kerja itu lazim berhubungan dengan penghasilan dalam
bentuk uang. Untuk menciptakan kadar profesionalitas dalam melaksanakan misi institusi
persyaratan dasarnya adalah tersedianya sumber daya manusia yang andal, pekerjaan yang
terprogram dengan baik, dan waktu yang tersedia untuk melaksanakan program tersebut
serta adanya dukungan dana yang memadai dan fasilitas yang memadai dan fasilitas yang
mendukung
• Profesionalisme adalah pilar yang akan menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif bagi
pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik. Ukuran
profesionalisme adalah kompetensi, efektivitas, dan efisiensi serta bertanggung jawab
• Profesionalisme adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan
mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan
diikuti oleh pelanggan
• Profesionalisme pegawai sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan pegawai yang
tercemin melalui prilakunya sehari-hari dalam organisasi. Tingkat kemampuan pegawai
yang tinggi akan lebih cepat mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah
direncakan sebelumnya, sebaliknya apabila tingkat kemampuan pegawai rendah
kecenderungan tujuan organisasi yang akan dicapai akan lambat bahkan menyimpang dari
rencana semula.
b. Prinsip Profesionalisme
• Jujur dan bisa dipercaya
• Menundukkan diri pada nilai-nilai etis
• Adanya kesetiaan atau loyalitas
• Mau belajar dari kesalahan
• Adanya rasa cinta pada pekerjaan
• Bersikap proaktif
• Bertanggung jawab
d. Dimensi Profesionalisme
Sikap profesioanlisme adalah sikap seseorang terhadap pekerjaannya, yang dinilai melalui
lima dimensi sebagai berikut :
• Pengabdian Pada Profesi
Profesioanlisme adalah suatu pandangan yang dicerminkan oleh dedikasi seseorang
dalam menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini berkaitan
dengan keteguhan tekad individu untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun
imbalan instrinsik berkurang. Sikap pada dimensi ini merupakan ekspresi diri total
terhadap pekerjaannya
• Kewajiban Sosial
Dimensi ini menjelaskan manfaat yang diperoleh, baik oleh masyarakat dengan
adanya suatu pekerjaan maupun bagi yang profesional
• Kemandirian
Dimensi ini menyatakan bahwa professional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan pihak lain. Rasa kemandirian berasal dari kebebasan
melakukan apa yang terbaik menurut pekerja yang bersangkutan dalam situasi
khusus.
• Keyakinan terhadap profesi
Keyakinan bahwa yang paling berhak menilai kinerja profesioanl adalah bukan
pihak yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka
• Hubungan dengan sesame profesi
Profesionalitas mensyaratkan adanya ikatan profesi baik dalam organisasi formal
maupun kelompok kolega informal sebagai sumber utama ide utama pekerjaa.
Melalui ikatan profesi ini para profesioanl membangun kesadaran terhadap
profesinya.
Dampak negatif dari Teknologi Informasi & Komunikasi dalam bidang pemerintahan,
antara lain:
• Semakin bebasnya masyarakat mengakses situs pemerintah akan memudahkan
terjadinya cyber crime
• Biaya : Walaupun politik dalam pemerintahan menggunakan IT lebih meminimalisir
biaya tetapi dalam penyusunan infrastrukturnya membutuhkan biaya yang cukup
besar
• Jangkauan akses, harus diakui tidak semua orang bisa mengakses internet dengan
mudah misalnya mereka yang berada di pedalaman akan sulit untuk mengakses
internet.
• Banyak negara yang meragukan berita-berita negara yang diterbitkan oleh negaranya
sendiri
5. ANTI RADIKALISME
a. Pengertian Radikalisme
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2002), radikalisme
diartikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis
• Radikalisme juga memiliki penilaian berbeda terhadap situasi politik yaitu
membenarkan bahkan membutuhkan tindak kekerasan menyangkut politik
(political violence) sebagai satu-satunya jalan untuk mengubah kondisi
politik
• Radikalisme menurut Cross (2013) yaitu sebagai: 1) Istilah dalam
lingkup gerakan sosial maupun politik yang berarti sebuah proses, praktik,
atau serangkaian keyakinan dari keadaan non-radikal menjadi radikal.
Praktik radikalisme sering diasosiasikan dengan sejumlah taktik dan strategi
yang berada di luar lingkup aksi protes politis maupun religius yang dapat
diterima, bahkan menjurus ilegal. 2) Radikalisme merepresentasikan sisi
ekstrim dari (kurva) distribusi aksi politik yang dapat diterima dan
radikalisme dapat melibatkan aksi kekerasan atas dasar keyakinan, bukan
personal. 3) Radikalisme dapat merujuk pada keyakinan tentang cara terbaik
untuk meraih tujuan gerakan. Keyakinan radikal mengembangkan perasaan
bahwa cara yang diterima (oleh masyarakat) untuk mengubah keadaan
tidaklah cukup dan langkah-langkah luar biasa harus ditempuh
• Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat oleh sekelompok aliran yang
menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial atau politik secara drastic dengan
menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai perubahan kondisi
politik.
• Radikalisme merupakan gangguan, ancaman, tantangan dan hambatan nasional,
dengan berbagai motif, diantaranya2 : (i) kesukuan, nasionalisme/separatisme
(etnicity, nationalism /separatism); (ii) kemiskinan, kesenjangan dan globalisasi
(poverty, economic disadvantage, and globalisation); (iii) tidak adanya demokrasi;
(iv) pelanggaran harkat kemanusiaan (dehumanisation); dan eksklusifime agama.
• Hulu dari radikalisme adalah fundamentalisme yaitu radikalisasi paham keagamaan
komunitas yang mengkonstruksi makna salafisme radikal yang eksklusif dan
cenderung ekstrim (merasa paling benar, dan menyesatkan orang lain). Adapun hilir
dari radikalisme adalah aksi terorisme (faham mengenai pilihan penggunaan cara-cara
kekerasan yang menimbulkan ketakutan dan ancaman (intangible threats) sebagai cara
yang sah untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang biasanya mengatasnamakan suatu
agama atau ideologi).
d. Ragam Radikalisme
Radikalisme memiliki berbagai keragaman, antara lain:
• Radikal Gagasan: Kelompok ini memiliki gagasan radikal, namun tidak ingin
menggunakan kekerasan. Kelompok ini masih mengakui Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
• Radikal Milisi: Kelompok yang terbentuk dalam bentuk milisi yang terlibat dalam
konflik komunal. Mereka masih mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Radikal Separatis: Kelompok yang mengusung misi-misi separatisme/
pemberontakan. Mereka melakukan konfrontasi dengan pemerintah.
• Radikal Premanisme: Kelompok ini berupaya melakukan kekerasan untuk melawan
kemaksiatan yang terjadi di lingkungan mereka. Namun demikian mereka mengakui
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Lainnya: Kelompok yang menyuarakan kepentingan kelompok politik, sosial, budaya,
ekonomi, dan lain sebagainya.
• Radikal Terorisme: Kelompok ini mengusung cara-cara kekerasan dan menimbulkan
rasa takut yang luas. Mereka tidak mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan ingin mengganti ideologi negara yang sah dengan ideologi yang mereka usung.
g. Bahaya Radikalisme
Bahaya yang dapat ditimbulkan dari paham radikalisme adalah:
• Menimbulkan kekacauan dan teror
Syarat mutlak bagi perkembangan perekonomian adalah kondisi pertahanan dan
keamanan yang stabil dan terjamin. Munculnya radikalisme dan terorisme akan
menimbulkan kekacauan, keresahan, kerusuhan, dan teror. Kondisi yang demikian
akan sangat merugikan karena akan berdampak langsung terhadap perekonomian dan
kesejahteraan rakyat
• Mengubah ideologi negara
Radikalisme menyimpan bahaya yang besar karena dapat merusak pikiran dan mental
anak bangsa. Paham radikal seringkali berdiri sebagai paham yang kontra dengan
pemerintah. Pemerintahan yang ada dianggap thogutdan oleh karenanya tidak patut
ditaati dan justru harus dihancurkan. Kaum radikalis menyebarkan paham bahwa
pemerintah adalah instansi yang harus diperangi dan harus digantikan dengan sistem
pemerintahan yang sesuai dengan nilai-nilai agama . Hal paling mendasar yang
menjadi bahaya dari radikalisme adalah adanya keinginan kaum radikalis untuk
mengubah ideologi negara yang telah mapan dan memiliki dasar filosofis dengan
ideologi yang sesuai dengan pemikiran kelompok mereka tanpa memperhatikan
kepentingan yang lebih besar dan luas. Ideologi negara yang dianut dianggap tidak
dapat menyelesaikan persoalan bangsa dan gagal mengantarkan kepada kesejahteraan
sehingga harus diganti. Dalam hal ini ideologi yang dianggap paling sesuai adalah
ideologi berbasis keagamaan.
• Mengakibatkan instabilitas politik/keresahan sosial
Di Indonesia, kelompok Islam garis keras melakukan aksinya secara diam-diam
melalui gerakan bawah tanah. Kelompok yang diindikasikan radikal diduga menganut
paham Salafi Jihadis. Para pendukung gerakan radikalisme merupakan pendukung
gerakan yang militan dan memiliki kecenderungan memiliki watak yang keras dan
tidak segan-segan melakukan tindakan anarkis dan tidak kenal kompromi untuk
mencapai tujuan kelompok. Menjadikan negara memiliki prinsip ideologi sesuai
dengan yang mereka yakini adalah hal yang harus diperjuangkan secara sungguh-
sungguh dan totalitas meskipun dengan tindakan anarkis yang merugikan. Dalam
pergaulan dan interaksi social, mereka yang radikal cenderung memiliki sikap
eksklusivisme(tertutup, hanya dia saja yang benar, monopoli kebenaran), intoleran
(tidak toleran dan cendrung melihat lawan dari sisi negatif saja), fanatisme (fanatik
buta dan tidak membuka ruang untuk berbeda), dan militanisme (orang gigih, tertutup
menerima masukan dan pendapat pihak lain). Tindakan anarkis yang menggunakan
kekerasan menimbulkan rasa takut dan teror dalam masyarakat sehingga
menimbulkan keresahan dan perasaan terancam. Hal yang merugikan tersebut
mengakibatkan keresahan sosial dan memunculkan instabilitas politi serta
mengancam stabilitas pertahanan dan keamanan negara.
• Mengancam nasionalisme dan menyebabkan disintegrasi bangsa
Paham radikalis menyebabkan anak bangsa menjadi terkotak kotak dan terbelah
antara pro dan kontra. Situasi semacam ini sangat melemahkan persatuan dan kesatuan
bangsa karena masing-masing pihak cenderung membela keyakinan kelompoknya
sendiri bukan berdasarkan atas kepentingan bersama. Agama bukan lagi dipandang
sebagai sesuatu yang menyejukkan, namun menjadi pemicu bagi perselisihan yang
tidak berkesudahan sehingga berpotensi mengancam keutuhan NKRI. Paham
radikalisme seringkali menimbulkan konflik dan gesekan dalam masyarakat karena di
Indonesia masyarakatnya sangat menghargai pluralitas. Semboyan Bhineka Tunggal
Ika yang dipegang teguh oleh masyarakat seolah dilawankan dengan ideologi
eksklusif yang tidak dapat menerima perbedaan.