Anda di halaman 1dari 24

MATERI TES KARAKTERISTIK PRIBADI

1. PROFESIONALISME

a. Pengertian Profesionalisme
• Profesionalisme (profesionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara
pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau
dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal dari profesi yang bermakna
berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
(KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari
seseorang yang profesional (Longman, 1987).
• Profesionalisme mengedepankan kemampuan dan keinginan besar CPNS untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan tugas dan fungsi pekerjaan dengan
penuh tanggung jawab. Profesionalisme merupakan bekerja tuntas dan akurat atas dasar
kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi”.
• Perilaku utama sebagai cerminan dari penerapan nilai profesionalisme terdiri dari dua
butir. Butir pertama adalah “Mempunyai pengetahuan dan keahlian yang luas”.
Panduan perilaku utama untuk butir pertama ini adalah sebagai berikut:
➢ Senantiasa meningkatkan kompetensi diri
➢ Bekerja sesuai dengan tugas/fungsi dan profesi/jabatannya
➢ Menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efisien
➢ Bekerja berorientasi pada outcome (dampak) bukan hanya output (keluaran)
Butir kedua adalah “Bekerja dengan hati”. Panduan perilaku utama untuk butir kedua
ini adalah sebagai berikut:
➢ Terbuka atas pendapat atau masukan dari pihak lain
➢ Senantiasa menujukkan antusiasme dan semangat bekerja yang tinggi
➢ Berpikir, bertindak positif serta tulus ikhlas dalam menyelesaikan pekerjaan
• Istilah profesional itu berlaku untuk semua aparat mulai dari tingkat atas sampai tingkat
bahwa.Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan keterampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing.
• Profesionalisme menyangkut kecocokan antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi
dengan kebutuhan tugas, terpenuhi kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas
merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan
kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin di capai oleh sebuah
organisasi. Profesionalisme pertama – tama adalah soal sikap, Lalu ada beberapa hal yang
dapat dianggap mewakili sikap profesionalisme yaitu, keterampilan tinggi, pemberian jasa
yang berorientasi pada kepentingan umum, pengawasan yang ketat atas perilaku kerja dan
suatu sistem balas jasa yang merupakan lambing prestasi kerja.
Untuk profesionalisme aparatur, paling tidak ada dua nilai yang harus dikembangkan,
yaitu :
➢ Tugas dan peranan harus senantiasa bertujuan melayani kepentingan umum.
➢ Profesionalisme aparatur harus didasarkan pada pendidikan dan spesialisasi rasional.
• Profesionalisme menunjukkan hasil kerja yang sesuai sesuai dengan standar teknis atau
etika sebuah profesi.Aktivitas kerja itu lazim berhubungan dengan penghasilan dalam
bentuk uang. Untuk menciptakan kadar profesionalitas dalam melaksanakan misi institusi
persyaratan dasarnya adalah tersedianya sumber daya manusia yang andal, pekerjaan yang
terprogram dengan baik, dan waktu yang tersedia untuk melaksanakan program tersebut
serta adanya dukungan dana yang memadai dan fasilitas yang memadai dan fasilitas yang
mendukung
• Profesionalisme adalah pilar yang akan menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif bagi
pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik. Ukuran
profesionalisme adalah kompetensi, efektivitas, dan efisiensi serta bertanggung jawab
• Profesionalisme adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan
mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan
diikuti oleh pelanggan
• Profesionalisme pegawai sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan pegawai yang
tercemin melalui prilakunya sehari-hari dalam organisasi. Tingkat kemampuan pegawai
yang tinggi akan lebih cepat mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah
direncakan sebelumnya, sebaliknya apabila tingkat kemampuan pegawai rendah
kecenderungan tujuan organisasi yang akan dicapai akan lambat bahkan menyimpang dari
rencana semula.

b. Prinsip Profesionalisme
• Jujur dan bisa dipercaya
• Menundukkan diri pada nilai-nilai etis
• Adanya kesetiaan atau loyalitas
• Mau belajar dari kesalahan
• Adanya rasa cinta pada pekerjaan
• Bersikap proaktif
• Bertanggung jawab

c. Karakteristik dan ciri Profesionalisme


Beberapa ciri profesioanlisme diantaranya :
• Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil, sehingga
dituntut untuk selalu mencari peningkatan mutu
• Profesinalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat
diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan
• Profesionakisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas
atau putus asa sampai hasil tercapai
• Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh
“keadaan terpaksa”atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup
• Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga
terjaga efektivitas kerja yang tinggi.

Karakteristik profesioanlisme aparatur sesuai dengan tuntutan good governance ,


diantaranya :
• Equality
Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan atas tipe
perilaku birokrasi rasional yang secara konsisten memberikan layanan yang
berkualitas kepada semua pihaktanpa memandang afilasi politik, status sosial dan
sebagainya.
• Equity
Perlakuan yang sama kepada masyarakat tidak cukup, selain itu juga perlakuan
yang adil. Untuk masyarakat yang pluralistic, kadang kadang diperlukan perlakuan
yang adil dan sama
• Loyality
Kesetiaan diberikan kepada konstitusi hukum, pimpinan, bawahan ,dan rekan kerja.
Berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu sam alain dan tidak ada kesetiaan yang
mutlak diberikan kepada satu jenis kesetiaan tertentu dengan mengabaikan yang
lainnya.
• Acountability
Setiap aparat pemerintah harus siap menerima tanggung jawab atas apapun yang ia
kerjakan

d. Dimensi Profesionalisme
Sikap profesioanlisme adalah sikap seseorang terhadap pekerjaannya, yang dinilai melalui
lima dimensi sebagai berikut :
• Pengabdian Pada Profesi
Profesioanlisme adalah suatu pandangan yang dicerminkan oleh dedikasi seseorang
dalam menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini berkaitan
dengan keteguhan tekad individu untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun
imbalan instrinsik berkurang. Sikap pada dimensi ini merupakan ekspresi diri total
terhadap pekerjaannya
• Kewajiban Sosial
Dimensi ini menjelaskan manfaat yang diperoleh, baik oleh masyarakat dengan
adanya suatu pekerjaan maupun bagi yang profesional
• Kemandirian
Dimensi ini menyatakan bahwa professional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan pihak lain. Rasa kemandirian berasal dari kebebasan
melakukan apa yang terbaik menurut pekerja yang bersangkutan dalam situasi
khusus.
• Keyakinan terhadap profesi
Keyakinan bahwa yang paling berhak menilai kinerja profesioanl adalah bukan
pihak yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka
• Hubungan dengan sesame profesi
Profesionalitas mensyaratkan adanya ikatan profesi baik dalam organisasi formal
maupun kelompok kolega informal sebagai sumber utama ide utama pekerjaa.
Melalui ikatan profesi ini para profesioanl membangun kesadaran terhadap
profesinya.

e. Faktor Faktor Sikap Profesionalisme


Faktor – faktor yang mendukung sikap profesioanlisme adalah :
• Performance
Performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, penampilan
kerja. Performance atau kehandalan prestasi kerja adalah hasil yang diinginkan dari
perilaku, prestasi dihasilkan dalam urutan maupun kurun waktu tertentu. Prestasi
kerja dapat dilihat dari kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan tentang
pekerjaan, pendapat atau pernyataan yang disampaikan.
• Akuntabilitas Pegawai
Akuntabilitas merupakan suatu kebijakan strategis , hal ini harus dapat di
implementasikan untuk menciptakan kepatuhan pelaksanaan tugas dan kinerja
pegawai. Dengan demikian akuntabilitas merupakan pertanggung jawaban kinerja
dari seorang atau sekelompok kepada pihak – pihak yang memiliki wewenang
sesuai dengan aturan yang ada.
• Loyalitas Pegawai
Loyalitas pegawai yang berkaitan dengan karakteristik sosok profesionalisme
adalah kesetiaan kepada konstitusi, hukum, pimpinan, bawahan, dan rekan sekerja
berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu sama lain dan tidak ada kesetiaan yang
mutlak diberikan kepada satu jenis kesetiaan tertentu dengan mengabaikan yang
lainnya. Dengan demikian maka para pegawai diharapkan mampu menunjukkan
loyalitas tinggi dalam seluruh aspek pekerjaannya.
• Kemampuan Pegawai
Profesionalisme pegawai sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan pegawai yang
tercermin dalam perilaku sehari – hari. Istilah tersebut mengacu pada potensi
pegawai dalam mengerjakan tugas dan bagiannya.
f. Usaha Mengembangan Profesionalisme
Dalam mengembangkan profesionalisme dalam birokrasi di Indonesia ada dua aspek yaitu
• Aspek pendidikan bagi profesional yaitu suatu bentuk pendidikan yang dapat
mempersiapkan para mahasiswa menangani apa yang disebut pekerja profesional.
Jadi terdapat hubungan antara pekerjaan yang dipegang oleh seseorang dengan
pendidikan dipilih atau dipersiapkan.
• Adanya proses rekruitmen terencana, dengan didukung oleh sistem karir dan
pengembangannya. Rekruitmen pegawai dalam aparatur birokrasi Indonesia belum
benar-benar berorientasi kepada profesional kerja. Hal itu disebabkan karena dalam
sistem birokrasi belum secara lengkap dan inovatif tersusun atau terinventarisasi
berbagai macam pekerjaan yang jelas ditetapkan membutuhkan atau dijalankan
oleh profesi tertentu.
2. JEJARING KERJA
a. Pengertian Jejaring Kerja
• Jejaring kerja adalah proses aktif membangun dan mengelola hubungan-hubungan
yang produktif baik personal maupun organisasi. Pendapat lainnya menyatakan
bahwa jejaring kerja merupakan suatu sistem informasi yang terdiri dari manusia,
datra, perangkat lunak ( soft ware ), perangkat keras ( hardware ) dan jaringan itu
sendiri.
• Jejaring kerja sebagai wadah baik formal maupun informal yang memfasilitasi
pertemuan kelompok atau komunikasi diantara pihak-pihak yang berkepentingan
untuk menemukan pemecahan masalah dan kebutuhan informasi untuk kepentingan
semua pihak.
• Jejaring kerja (kemitraan) atau sering disebut partnership, secara etimologis berasal
dari akar kata partner. Partner dapat diartikan pasangan, jodoh, sekutu atau
kompanyon. Sedangkan partnership diterjemahkan persekutuan atau perkongsian.
Dengan demikian, kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan
antara dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang
usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih
baik.

b. Konsep Jejaring Kerja


Membangun jejaring kerja (kemitraan) pada hakekatnya adalah sebuah proses
membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas
dasar saling percaya (trust) dan saling menguntungkan diantara pihak-pihak yang
bermitra yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau kesepakatan guna
mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar. Dari definisi di atas dapat dijelaskan
bahwa membangun Jejaring Kerja (kemitraan) dapat dilakukan jika pihak-pihak yang
bermitra memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Ada dua pihak atau lebih organisasi/lembaga
• Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi/lembaga.
• Ada kesepakatan/kesepahaman
• Saling percaya dan membutuhkan
• Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

c. Tujuan Membangun Jejaring Kerja


Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam membangun Jejaring
Kerja (kemitraan ) yaitu sebagai berikut:
• Meningkatkan partisipasi masyarakat; Salah satu tujuan membangun Jejaring
Kerja (kemitraan) adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap eksistensi
organiasi tersebut, menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengembangan oranisasi. Masyarakat disini memiliki arti luas tidak hanya
pelanggan tetapi termasuk juga pengguna, dinas atau departemen terkait,
organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha
dan industry (dudi), tokoh masyarakat dan stake holder lainnya.
• Peningkatan mutu dan relevansi; dinamika perubahan/perkembangan masyarakat
sangat tinggi. Lembaga kursus jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan
kompetitor lain. Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi,
peningkatan mutu dan relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan pasar.
Untuk itu, membangun Jejaring Kerja (kemitraan) diperlukan guna merancang
program yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan relevansi program
dengan kebutuhan pasar.

d. Prinsip dalam Membangun Jejaring Kerja


• Kesamaan visi misi
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi dan tujuan
organisasi. Kesamaan dalam visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola
kemitraan. Dua atau lebih lembaga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang
sama.
• Kepercayaan (trust)
Setelah ada kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang tidak kalah
penting adalahadanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra. Oleh karena
itu kepercayaan adalah modal dasar membangun jejaring dan kemitraan. Untuk
dapat dipercaya maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi itikad (niat)
yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran
• Saling Menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan fondasi yang kuat dalam membangun
kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan,
merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan menggangu keharmonisan
dalam bekerja sama. Antara pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi
sesuai peran masing-masing dan merasa diuntungkan
• Efisiensi dan Efektivitas
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tanaga. Efisiensi
tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil. Justru sebaliknya
dapat meningkatkan kualitas proses dan produk yang dicapai. Tingkat efektifitas
pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan mitra
kerja. Dengan kemitraan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang
bermitra tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan menjadi lebih
efektif.
• Komunikasi timbal balik
Komunikasi timbal balik atas dasar saling menghargai satu sama lain merupakan
fondamen dalam membangun kerjasama. Tanpa komunikasi timbal balik maka
akan terjadi dominasi satu terhadap yang lainnya yang dapat merusak hubungan
yang sudah dibangun.
• Komitmen yang kuat
Jejaring Kerja sama akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen
satu sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat Bersama

e. Membangun Jejaring Kerja Personal


Membangun Jejaring Kerja bukan sekedar bertukar kartu nama dan berkenalan. Jika
sebagian besar orang merasa kurang berhasil membangun Jejaring Kerja (networking)
karena mereka hanya berkenalan atau bertukar kartu nama. Setelah tiba di rumah, kartu
nama itu hanya memenuhi laci meja kerja dan sulit mengingat lagi siapa mereka.
Sedangkan membangun kekuatan networking hanya bisa dikerjakan dengan cara yang
terorganisasi. Strategi membangun jejaring kerja personal :
• Menjadi pendengar yang baik
Pada umumnya, orang-orang lebih senang membicarakan tentang diri mereka
sendiri. Mereka akan selalu berpikir, “Apa yang bisa saya peroleh?” atau “Apa
keuntungan percakapan ini untuk diri saya sendiri?” Bila kita mampu
menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang mereka pikirkan ataupun katakan
secara tulus, tidak dibuat buat maka kita akan amendapatkan banyak keuntungan.
Keuntungan menjadi pendengar yang baik adalah: Pertama: kita akan
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam kesempatan pertemuan
singkat tersebut, misalnya informasi tentang anak-anak, usaha/pekerjaan mereka
dan hobi yang sedang mereka jalankan saat ini. Informasi lebih banyak tentang
diri pribadi mereka sangat penting guna memberikan perlakuan yang paling tepat,
di sisi lain mereka juga pasti terkesan pada diri kita Kedua: ciptakan tujuan.
Dengan menjadi pendengar yang baik kita akan mampu memvisualisasikan siapa
saja yang harus kita dekati. Sehingga tak perlu membuang waktu dengan
mengikuti perkumpulan yang tidak berhubungan dengan target yang ingin kita
capai.. Karena kekuatan networking terletak pada kualitas dibandingkan kuantitas
atau jumlahnya.
• Mengupayakan dalam 72 jam kita harus berusaha menjalin komunikasi dengan
calon partner kita agar mereka tidak melupakan kita begitu saja
• Bersikap sabar tetapi aktif dan proaktif dalam memberi. Memberi bisa dilakukan
dalam berbagai cara entah dalam bentuk pelayanan atau kontribusi kepada
perorangan maupun group. Milikilah nilai tersendiri bagi orang lain, dengan
menciptakan kerjasama yang memberikan kemudahan dan berbagai nilai yang
menguntungkan mereka
• Bersikap lebih cerdas dan selalu menyampaikan informasi yang akurat dan apa
adanya. Caranya adalah dengan terus belajar banyak hal setiap ada kesempatan
(banyak membaca, mengikuti seminar, worksop, kompetisi, expo, dsb) sehingga
kita akan lebih dikenal dibandingkan orang lain karena kelebihan ilmu
pengetahuan yang kita miliki
• Kesinambungan komunikasi
Kita harus selalu meluangkan waktu untuk melakukan komunikasi guna
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang sudah terbangun. Salah
satu alasannya karena tak ada jalan pintas dalam mengembangkan dan
mempertahankan networking kecuali kesinambungan komunikasi.
• Perlu memiliki rasa tanggung jawab (peduli) terhadap kehidupan masyarakat di
lingkungan sekitarnya. Ada banyak cara untuk mewujudkannya seperti donor
darah, menjaga kebersihan dan kesehatan leingkungan melalui kerja bakti dan
penghijauan, pemberi beasiswa bagi masyarakat sekitar yang tidak mampu, ikut
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan dimasayarakat.

f. Membangun Jejaring Partisipasi Masyarakat


Ada 7 komponen dalam membangun jejaring partisipasi masyarakat yaitu:
• Identifikasi kebutuhan stakeholders
Setiap organisasi perlu melakukan pemetaan tentang lembaga/organisasi yang
sekiranya bisa diajak bekerjasama baik di wilayah sekitarnya maupun jangkauan
yang lebih luas. Adapun pemetaan didasarkan karakteristik dan kebutuhan setiap
organisasi.
• Struktur jejaring
Struktur jejaring adalah adalah pemetaan hubungan antar stakeholders
berdasarkan kebutuhan dan peranannya satu sama lain.
• Isi jejaring dan norma
si jejaring dimaksudkan adalah jenis atau macam-macam jejaring kerja contohnya
jejaring pengadaan sarana prasana produksi pertanian, jejaring pemasaran,
jejaring penyaluran kredit tani dsb. Adapun norma diperlukan sebagai aturan yang
mengikat diantara stakeholders dalam jejaring kerja dan dipatuhi sebagai
komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
• Media sosial
Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya kita menganalisis dan
menetapkan mana hubungan yang sudah ada dan perlu dikembangkan. Hubungan
keterkaitan antar stakeholder yang sudah ada itu merupakan modal sosial untuk
kelanjutan jejaring kerja yang dibuat. Karena bila membuat hubungan keterkaitan
yang baru sama sekali, menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat, akan
membuat asing dan kendala bagi kelangsungan jejaring kerja.
• Human Capital
Faktor sumber daya manusia yang kompeten diperlukan dalam membangun
jejaring kerja yang efektif. Kompetensi teknis berkomunikasi, negosiasi,
kolaborasi dan pengendalian emosi.
• Technoware
Jejaring kerja memerlukan dukungan teknologi informasi untuk akurasi data dan
kecepatan arus informasi diantara stakeholders.
• Spiritual commitment
Komitmen diantara stakeholders yang terkait dalam jejaring kerja menjadi hal
yang vital dalam melaksanakan norma kelompok untuk efektivitas pencapaian
tujuan yang sudah disepakati bersama.
3. SOSIAL BUDAYA
a. Konsep dasar sistem sosial budaya
Sistem sosial budaya merupakan konsep untuk menelaah asumsi-asumsi dasar dalam
kehidupan masyarakat. Pemberian makna konsep sistem sosial budaya dianggap penting
karena tidak hanya untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan sistem sosial budaya
itu sendiri tetapi memberikan eksplanasi deskripsinya melalui kenyataan di dalam
kehidupan masyarakat.
• Pengertian konsep
Konsep merupakan ide, gagasan, atau pemikiran-pemikiran yang mentadi dasar (
pembawa arti ). Pada dasarnya konsep masih berwujud abstrak atu hanya angan-angan
saja.
• Sistem sosial budaya
➢ Sistem merupakan pola-pola keteraturan; kesatuan yang terdiri dari komponen
atau elemen yang saling berhubungan
➢ Budaya sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri
• Konsep dalam sistem sosial budaya dapat dideskripsikan sebagai suatu pemikiran dan
ide yang berisikan mengenai komponen-komponen pembentuk kebudayaan suatu
masyarakat.
• Kehidupan masyarakat dipandang sebagai suatu sistem atau sistem sosial, yaitu suatu
keseluruhan bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan.
suatu sistem sosial terdapat Dua orang atau lebih, Terjadi interaksi antara mereka,
Bertujuan, Memiliki struktur, harapan-harapan bersama.
• Proses-proses dalam sistem sosial antara lain Komunikasi, memelihara tapal batas,
penjalinan sistem, sosialisasi, pengawasan sosial, pelembagaan, perubahan sosial.

b. Asas Sistem Sosial Budaya Indonesia


Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum
lahirnya (secara formal) masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda antara lain
merupakan bukti yang jelas. Peristiwa ini merupakan suatu konsensus nasional yang
mampu membuat masyarakat Indonesia terintegrasi di atas gagasan Bineka Tunggal Ika.
Dapat dikatakan bahwa peristiwa Sumpah Pemuda merupakan konsensus nasional yang
mendapat perwujudannya di dalam sistem budaya Indonesia yang didasarkan pada asas
penting, yaitu sebagai berikut ini :
• Asas kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kesempurnaan hanya dapat dicapai oleh manusia dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara melalui semangat dan takwa, sebab pada akhirnya apa yang diperoleh
manusia, masyarakat, bangsa, dan Negara, bahkan kemerdekaan itu adalah rahmat
Tuhan Ynag Maha Esa.
• Asas merdeka
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi/ keluarga,
masyarakat, dan bangsa yang bebas itu mempunyai tanggung jawab dan kewajiban
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang menghargai, menghormati dan
menjunjung tinggi kemerdekaan itu.
• Asas persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia terdiri atas aneka ragam suku, budaya, bahasa, adat istiadat daerah
dan sebagainya telah membentuk Negara Republik Indonesia yang meletakkan
persatuan dan kesatuan sebagai asas social budayanya
• Asas kedaulatan rakyat
Kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam rangka mengutamakan
kepentingan umum di atas kepentingan golongan/pribadi.
• Asas adil dan makmur
Setiap pribadi/ keluarga dalam kehidupan harus mempunyai kehidupan yang layak
dan adil sehingga pekerjaan, pendidikan, profesi, kesehatan, pangan, pakaian,
perumahan, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi hak yang
dipertanggungjawabkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

c. Pola Pikir Sistem Sosial Budaya Indonesia


Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk, yang hidup tersebar diseluruh tanah
air , yang memiliki berbagai macam ragam budaya. Sehingga menimbulkan
keanekaragaman institusi dalam masyarakat. Ini menghasilkan pola pikir sistem sosial
sebagai berikut :
• Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa
Kehidupan Beragama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus dapat
mewujudkan kepribadian bangsa Indonesia yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
• Negara persatuan
Negara Republik Indonesia adalah negara persatuan yang mendfasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan kehidupan
negara harus berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen. Maka, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila dan
hakikatnya pembangunan nasional itu adalah pembangunan seluruh manusia
Indonesia dalam kehidupan manusia yang serba cepat dan canggih
• Demokrasi Pancasila
Dalam negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan, kehidupan pribadi atau keluarga dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus mampu memilih perwakilannya dan
pemimpinnya yang dapat bermusyawarah untuk mufakat dalam mengutamakan
kepentingan umum diatas kepentingan golongan dan perseorangan demi
terselenggaranya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Karena itu, sistem
menejemen sosial perlu ditegakkan, baik melalui peraturan perundang-undangan
maupun moral
• Keadilan sosial bagi semua rakyat
Letak geografis Indonesia, sumberdaya alam, dan penduduk Indonesia dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus mempunyai politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan yang berkeadilan bagi semua rakyat.
• Budi pekerti
Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara harus memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Berarti bahwa kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama
dan kepercyaannya itu harus dijamin, dimana pendidikan dan pengajaran menjadi hak
warga negara yang membutuhkan suatu sistem pendidikan nasional. Kebudayaan
Nasional adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi daya rakyat
Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan didaerah-daerahseluruh Indonesia

d. Pola Tindak Sistem Sosial Budaya Indonesia


• Gotong royong
Persatuan dan kesatuan hanya terwujud melalui gotong royong, suatu sikap
kebersamaan dan tenggang rasa, baik dalam duka maupun suka,kehidupan keluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Prasaja
Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila kehidupan yang
sederhana, hemat, cermat, disiplin, professional, dan tertib tidak dilaksanakan
• Musyawarah untuk mifakat
Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila kehidupan yang
sederhana, hemat, cermat, disiplin, professional, dan tertib tidak dilaksanakan
• Kesatria
ersatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud tanpa keberanian,
kejujuran, kesetiaan, pengabdian, dan perjuangan yang tidak mengenal menyerah
demi kehidupan bersama.
• Dinamis
Kehidupan pribadi/keluarga, bangsa dan negara juga bersifat dinamis sesuai dengan
jaman, sehingga waktu sangat penting dalam rangka persatuan dan kesatuan,
maupun keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

e. Proses Sistem Sosial Budaya Indonesia


Masyarakat mempunyai bentuk – bentuk struktural, yang dinamakan struktur
sosial. Struktur sosial ini bersifat statis dan bentuk dinamika masyarakat disebut proses
sosial dan perubahan – perubahan sosial. Masyarakat yang mempunyai bentuk – bentuk
strukturalnya tentu mengalami pola – pola perilaku yang berbeda – beda juga tergantung
dengan situasi yang dihadapi masyarakat tersebut.
Proses sistem sosial budaya Indonesia mempunyai suatu dinamika tersendiri yang
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila, yang pada hakikatnya pembangunan seluruh rakyat
Indonesia. Maka pada dasarnya proses sistem sosial budaya Indonesia selalu berkaitan
dengan pembangunan nasional di mana ia berlangsung beriringan dengan pebangunan
nasional, bahkan kadang bisa mendahului pembangunan nasional agar masyarakat dapat
menerima pembaharuan sebagai hasil pembangunan nasional.
Setelah menyiapkan masyarakat agar mampu menerima pembangunan, maka
kemudian menyiapakan agar manusia dan masyarakat dapat berperan serta dalam proses
pembangunan nasional tersebut dengan memiliki kualitas antara lain Beriman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras,
berdisiplin, Tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, sehat jasmani dan
rohani, cinta tanah air, memiliki sifat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, percaya
pada diri sendiri dan memiliki harga diri, inovatif dan kreatif, produktif dan berorientasi
ke masa depan.
f. Transformasi Sistem Sosial Budaya Indonesia
Agar perubahan tata laku, tata sosial dan tata nilai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tetap mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu
diciptakan pranata-pranata sosial yang dapat mendukung proses transformasi system
sosial budaya Indonesia.
• Mewajibkan sebagai syarat suatu nilai budaya yang berorientasi ke masa depan.
• Sifat hemat dan hasrat untuk bereksplorasi dan berinovasi.
• Pandangan hidup yang menilai tinggi hasil karya.
• Sikap lebih percaya kepada kemempuan sendiri.
• Berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri.
• Menghilangkan rasa, kepekaan terhadap mutu dan mentalitas mencari jalan pintas.
• Mengatasi penyakit-penyakit sosial budaya yang parah, seperti krisis otoritas, krisis
ekonomi yang berkepanjangan, kemacetan administrasi, dan korupsi secara
menyeluruh yang sekarang masih mengganas dalam masyarakat.

Cara merubah mentalitas yang lemah antara lain :


• Memberi contoh yang baik
Asumsinya ialah karena banyak orang Indonesia mempunyai mentalitas beorientasi
ke arah pembesar-pembesar, maka asal saja orang-orang pembesar itu member contoh
yang benar dari atas, itu dapat dikembangkan, misalnya sifat hemat dll.
• Memberi perangsang yang cocok sebagai motivasi
Motivasi dapat untuk menggerakkan orang untuk bersikap. Contoh, yaitu perangsang
yang bisa mendorong orang menjadi lebih berhasrat untuk menabung uangnya di bank
adalah tentu tidak hanya bunganya yang menarik misalnya, namun perlu ada
perangsang lain, yaitu pelayanan yang baik
• Melaksanakan persuasi dan penerangan merupakan jalan lain yang sebenarnya harus
di intensifkan oleh para ahali penerangan dan ahli media masa, karena meraka
mempunyai imajinasia yang besar
• Menanamkan suatu mentalitas pembangunan yang baru. Hal itu tentunya hanya
mungkin pada generasi yang baru,yaitu anak-anak yang harus diasuh dan dibina
dengan kesadaran yang tinggi agar 15 tahun lagi mereka akan menjadi manusia
Indonesia baru yang bangga akan usaha dan kemampuannya sendiri, mempunyai hasil
karya yang tinggi, mempunyai rasa disiplin, berani bertanggung jawab sendiri dan
mempunyai perasaan yang peka terhadap mutu.
4. PELAYANAN PUBLIK
a. Pengertian dan Konsep Pelayanan Publik
• Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
• Departemen Dalam Negeri menyebutkan bahwa: Pelayanan publik adalah suatu
proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan
kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap
pelayanan menghasilkan produk, baik berupa barang dan jasa
• Definisi yang saat ini menjadi rujukan utama dalam penyelenggaraan pelayanan
publik sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
• Pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian layanan atau melayani
keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.
• Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah
organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah penerima layanan
(pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur
ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).

b. Prinsip Pelayanan Publik


Para pakar administrasi publik menjelaskan bahwa ada banyak prinsip yang perlu
dipenuhi agar pelayanan publik dapat diselenggarakan lebih baik. Berbagai literatur
administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah:
• Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat pemerintah
perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
hasilnya
• Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui
segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut,
seperti: persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi
akses yang sebesarbesarnya untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan
apabila mereka merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah
• Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk
dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan
mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan
aspirasi dan keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen
• Tidak diskriminatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk
dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan
mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan
aspirasi dan keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen.
• Mudah dan murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi berbagai
persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh Penyelenggaraan pelayanan publik
dimana masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh
• Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi berbagai
persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh
• Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh
warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan
kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan, dan lain-lain.) dan dapat
dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut
• Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan
sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka
bayar. Oleh karena itu semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggung-jawabkan secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban di
sini tidak hanya secara formal kepada atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih
tinggi secara vertikal) akan tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan
secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik baik cetak maupun
elektronik. Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai
social accountability.
• Berkeadilan.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah memiliki
berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari
praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi
kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah
ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat

c. Bentuk Patologi Birokrasi


Birokrasi sebagai Penyelenggara Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut
penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara Negara. Aktor lain sebagai
penyelenggara pelayanan publik adalah korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Sayangnya, birokrasi yang
selama ini dianggap lebih efektif dan lebih efisien dalam mengelola urusan publik
dibanding bentuk organisasi yang ada sebelumnya bukannya tanpa kelemahan. Berbagai
ahli menjelaskan problem yang menjerat birokrasi tersebut sebagai patologi birokrasi.
Bentuk-bentuk patologi birokrasi tersebut, antara lain:
• Penggelembungan organisasi
Birokrasi yang dirancang untuk memberikan pelayanan publik secara efektif dan
efisien cenderung untuk memperbesar struktur dan juga merekrut lebih banyak
anggota. Hal ini terjadi karena besarnya ukuran akan berpengaruh terhadap
kewenangan yang dimiliki oleh pimpinan birokrasi dan besaran sumber daya
keuangan yang dikontrol. Penggelembungan birokrasi yang seperti ini dalam literatur
juga disebut sebagai Parkinsonian Birokrasi.
• Duplikasi tugas dan fungsi
Birokrasi yang cenderung membengkak tersebut menimbulkan masalah lain berupa
duplikasi tugas dan fungsi yang dijalankan oleh unit-unit dalam organisasi birokrasi
tersebut. Akibatnya unit dan orang-orang yang ada di dalamnya mengerjakan
pekerjaanpekerjaan yang sama sehingga mengakibatkan terjadinya inefisiensi
• Red-tape
Cara kerja birokrasi yang prosedural, lamban dan berbelit-belit mengakibatkan para
pengguna layanan harus memberikan additional cost (biaya tambahan berupa suap,
sogok, uang pelicin, atau uang rokok) untuk mempercepat proses atau mem-bypass
prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh
• Konflik kewenangan
Birokrasi yang cenderung membengkak dari waktu ke waktu mengakibatkan
demarkasi antara kewenangan unit organisasi yang satu dengan yang lain menjadi
makin kabur dan bahkan tumpang tindih. Hal tersebut sering menimbulkan konflik
kewenangan
• Korupsi, kolusi, dan nepotisme
Birokrasi yang strukturnya tertutup, hierarkhis, kaku, dan penuh dengan aturan
membuat masyarakat awam sulit memahami apalagi mengontrol cara kerja birokrasi.
Hal tersebut membuat para birokrat yang ada di dalamnya dengan mudah melakukan
praktik KKN dibalik tampilan birokrasi.
• Enggan untuk melakukan perubahan
Dengan postur organisasi yang besar dan bekerja atas dasar berbagai peraturan yang
rumit cenderung membuat birokrasi enggan untuk melakukan perubahan atau inovasi.
Penyakit ini sering disebut sebagai bureaucratic inertia. Oleh karena itu tidak heran
jika birokrasi cenderung mempertahankan pola pikir, pola kerja, dan pola tindah yang
sudah diadopsi dan dilakukan terus menerus. Situasi yang sepeti ini membuat mereka
selalu dalam zona nyaman dan menikmati status quo tersebut

d. Mekanisme Budaya Pelayanan yang Baik


Budaya pelayanan akan sangat menentukan kualitas pemberian layanan kepada
masyarakat. Budaya pelayanan yang baik akan berdampak positif terhadap kinerja
organisasi dengan mekanisme sebagai berikut:
• Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila terbangun kerja tim didalam
internal organisasi. Sebagaimana diketahui sukses sebuah organisasi bersumber dari
kerjasama yang baik semua karyawan. Melalui kerjasama yang baik pekerjaan dalam
memberikan pelayanan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan memberikan hasil
terbaik bagi pengguna layanan. Fokus utama untuk memberikan kepuasan kepada
masyarakat harus menjadi prinsip utama ASN dalam bekerja.
• Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam membangun budaya pelayanan, adalah
pemahaman tentang pelayanan prima. Budaya pelayanan prima inilah yang harus
menjadi dasar ASN dalam penyediaan pelayanan. Pelayanan Prima adalah
memberikan pelayanan sesuai atau melebihi harapan pengguna layanan. Berdasarkan
pengertian tersebut, dalam memberikan pelayanan prima terdapat beberapa tingkatan
yaitu: (1). Memenuhi kebutuhan dasar pengguna, (2). Memenuhi harapan pengguna
dan (3). Melebihi harapan pengguna jasa, mengerjakan apa yang lebih dari yang
diharapkan.
• Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada kemajuan organisasi,
apabila pelayanan yang diberikan prima (baik), maka organisasi akan menjadi
semakin maju. Implikasi kemajuan organisasi akan berdampak antara lain: (1). Makin
besar pajak yang dibayarkan pada Negara (2). Makin bagus kesejahteraan bagi
pegawai dan (3). Makin besarnya fasilitas yang diberikan pada pegawai.
• Pemberian budaya pelayanan prima menjadi modal utama dalam memberikan
kepuasan pelanggan. Pemberian kepuasan kepada pelanggan menjadi salah satu
kewajiban dan tanggung jawab organisasi penyedia pelayanan. Fokus kepada
pelayanan merupakan modal utama untuk menunjukkan kinerja organisasi. Melalui
pemberian pelayanan yang baik, pelanggan atau pengguna jasa layanan kita akan
secara sukarela menginformasikan kepada pihak lain akan kualitas pelayanan yang
diterima, hal ini secara langsung akan memperomosikan kinerja oragnisasi penyedia
pelayanan publik. Penilaian positif dari pelanggan menjadi semakin penting
mengingat saat ini kita pelanggan turut menjadi penilai utama organisasi penyedia
pelayanan publik. Contoh: salah satu unsur dalam penilaian pelaksanaan reformasi
birokrasi, sebagaimana diatur dalam PERMENPANRB No. 14 Tahun 2014 tentang
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, survei kepuasan pelanggan
menjadi salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi. Terkait
survei kepuasan ini diperkuat pula dalam PERMENPANRB No. 16 Tahun 2014
tentang Survei Kepuasan Masyarakat (SKM).

e. Prinsip Pelayanan Prima


Prinsip-pinsip pelayanan prima antara lain:
• Responsif terhadap pelanggan
Agar kita bisa memahami pelanggan dan lebih responsif dalam memberikan
pelayanan terlebih dahulu kita harus tahu siapa pelanggan kita, dan apa yang
diperlukan dari pelayanan yang kita sediakan. Pelaksanaan survei pelanggan,
penyediaan kotak saran dan pengaduan untuk menjaring informasi dan keluhan,
merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk memahami kebutuhan
pelanggan
• Membangun visi dan misi pelayanan
Agar kita bisa memahami pelanggan dan lebih responsif dalam memberikan
pelayanan terlebih dahulu kita harus tahu siapa pelanggan kita, dan apa yang
diperlukan dari pelayanan yang kita sediakan. Pelaksanaan survei pelanggan,
penyediaan kotak saran dan pengaduan untuk menjaring informasi dan keluhan,
merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk memahami kebutuhan
pelanggan untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran kinerja. Visi dan misi
pelayanan dapat dibuat tersendiri, dengan mengacu pada visi misi organisasi. Namun
dapat pula menggunakan visi dan misi organisasi yang sudah ada, sepanjang visi dan
misi tersebut memperhatikan pemberian pelayanan yang berkualitas.
• Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan, sebagai dasar
pemberian pelayanan
• Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait bagaimana memberikan
pelayanan yang baik, serta pemahaman tugas dan fungsi organisasi
• Memberikan apresiasi kepada pegawai yang telah melaksanakan tugas pelayanannya
dengan baik.
5. TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
a. Pengertian Teknologi Informasi
• Menurut kamus Oxford, teknologi informasi adalah studi atau
penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan,
menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata,
bilangan dan gambar
• Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data berbagai cara untuk menghasilakan
informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat
waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis dan pemerintahan
yang merupakan aspek strategis untuk pengambilan keputusan
• Teknologi Informasi juga adalah suatu teknologi yang digunakan
untuk mengolah data termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat
waktu yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, pemerintah dan
merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan
• Teknologi Informasi menurut Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo
adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah, memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai
cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu
• Teknologi informasi merupakan serangkaian tahapan penanganan informasi, yang
meliputi penciptaan sumber-sumber informasi, pemeliharaan saluran
informasi, seleksi dan transmisi informasi, penerimaan informasi secara
selektif, penyimpanan dan penelusuran informasi, serta penggunaan
informasi
• Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari
ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua yang
teknologi berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi),
pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi
• Pengertian lain dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
adalah sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara
umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan,
pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian
informasi
b. Tujuan Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
• Secara umum, tujuan adanya teknologi informasi dan komunikasi
adalah untuk menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan
seseorang dengan cara memahami alat teknologi informasi dan
komunikasi, mengenal istilah-istilah yang digunakan pada teknologi
informasi dan komunikasi, menyadari keunggulan dan keterbatasan alat
teknologi informasi dan komunikasi, serta dapat menggunakan alat
teknologi informasi dan komunikasi secara optimal
• Secara khusus, tujuan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
adalah:
➢ Menyadari potensi perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang terus berubah sehingga peserta didik
dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari teknologi
informasi dan komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang
hayat
➢ Memotivasi kemampuan kita untuk bisa beradaptasi dan
mengantisipasi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
sehingga peserta didik bisa melaksanakan dan menjalani aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri
➢ Mengembangkan kompetensi dalam menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung kegiatan
belajar, bekerja, dan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
➢ Mengembangkan kemampuan belajar berbasis teknologi informasi
dan komunikasi, sehingga proses pembelajaran lebih optimal,
menarik, dan mendorong siswa terampil dalam mecari informasi juga
terampil untuk mengorganisasi informasi
➢ Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif,
kreatif dan bertanggung jawab dalam penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah
sehari-hari

c. Manfaat Penggunaan TIK dalam e-Government.


penggunaan TIK oleh pemerintahan memunculkan beberapa keuntungan, yakni:
• Meningkatkan efisiensi, penggunaan TIK dapat meningkatkan efisiensi dalam berbagi
data atau informasi di dalam maupun antarpemerintahan. Penggunaan TIK juga dapat
meningkatkan efisiensi dalam pengumpulan (collecting) dan penyampaian
(transmission) data, penyediaan informasi dan komunikasi. Begitu pula dalam
memroses tugas dan operasi administrasi publik
• Meningkatkan pelayanan, penggunaan TIK dapat meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat. Dalam menggunakan layanan publik, masyarakat tidak perlu mengetahui
struktur dan hubungan kompleks dibalik layanan yang diberikan oleh pemerintah.
• Membantu mencapai suatu kebijakan tertentu, penggunaan TIK dapat membantu
menyosialisasikan kebijakan pemerintah kepada masyarakat sehingga pihak-pihak
terkait dapat berbagi ide dan informasi terkait dengan suatu kebijakan tertentu.
• Membantu kontribusi terhadap kebijakan ekonomi, penggunaan TIK dalam e-
government dapat mengurangi korupsi, meningkatkan keterbukaan dan kepercayaan
terhadap pemerintah. Pemerintah juga dapat melakukan penghematan melalui proses
administrasi dan penyediaan informasi berbasis TIK. Begitu pula dengan kegiatan
ekonomi di desa berbasis TIK (e-commerce maupun ebusiness) dapat di dukung
dengan penggunaan TIK
• Meningkatkan kontribusi terhadap reformasi, penggunaan TIK telah mengubah atau
mereformasi berbagai bidang, seperti: memerbaiki transparansi dan fasilitasi berbagi
informasi
• Meningkatkan kepercayaan antara pemerintah dengan masyarakatnya, penggunaan
TIK dapat meningkatkan good governance melalui peningkatan transparansi,
mengurangi korupsi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggara pemerintah. Begitu pula jika aspirasi dan pendapat masyarakat dapat
difasilitasi ataupun ditampung dalam media berbasis TIK yang digunakan oleh
pemerintah.

d. Strategi TIK dalam Pembangunan Indonesia


• Meningkatkan kesadaran akan manfaat TIK
Jika kesadaran akan potensi itu TIK sebagai alat bantu dalam kehidupan ditingkatkan
ke taraf nasional, maka lembaga-lembaga pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat
luas akan mewaspadai potensi itu dan dapat diharapkan akan menyumbangkan
pemikiran-pemikiran tambahan. Kesadaran itu juga akan memfasilitasi implementasi
keseluruhan strategi dengan menggugah semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) akan peran yang dapat dilakukannya.
• Memobilisasi Informasi
Infomobilisasi merupakan kumpulan kegiatan partisipatif yang memastikan agar TIK
berdampak optimal dalam pembangunan komunitas tertentu. Pendekatan itu dapat
digunakan sebagai metode untuk mencapai kelayakan sosial (social appropriation).
Kelayakan sosial adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan proses yang
menuju ke transformasi-transformasi sosial yang terjadi akibat pemakaian TIK.
Kelayakan sosial terjadi bila TIK membantu mengubah kehidupan sehari-hari dengan
cara memberi bantuan mencari penyelesaian bagi masalah-masalah konkret.
• Menyediakan akses informasi
Ketersediaan komputer, Internet, dan bentuk-bentuk TIK lainnya (seperti TV dan
video) dapat memberikan layanan masyarakat untuk mengetahui jenis-jenis informasi
yang dapat digunakan untuk mengembangkan kegiatan pembangunan. Kemitraan
dengan lembaga-lembaga yang tepat dipelihara agar informasi tersebut dapat disajikan
dalam format yang sesuai.
• Mengembangkan kemampuan
Dalam konteks pembangunan di Indonesia maka mengembangkan kemampuan
merupakan program utama pembangunan. Pengembangan kemampuan bertujuan
meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara perorangan maupun dalam suatu
organisasi atau kelompok. TIK dapat memberikan sumbangan untuk mempercepat
proses pengembangan kemampuan tersebut. Informasi yang dibutuhkan untuk
mengembangkan kemampuan tersedia dalam jumlah yang tidak terbatas dan dapat
diakses secara cepat dan murah. Informasi tersebut umumnya dihimpun dan tersedia
pada situs-situs yang dikembangkan negara lain. Hambatan utama yang dihadapi
adalah hambatan bahasa, karena informasi ini tidak menggunakan bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, merupakan tantangan bagi kita untuk dapat mengembangkan sendiri
kekayaan informasi dalam bahasa Indonesia agar dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan masyarakat
• Membangun / membina pemimpin yang sadar TIK
• Menggalang Kemitraan
• Desentralisasi
Implementasi strategi TIK pada tingkat lokal memerlukan sejumlah tugas yang harus
dikoordinasi pada tingkat nasional

e. Dampak Positif dan Negatif TIK dalam Pemerintahan


Dampak positif dari Teknologi Informasi & Komunikasi dalam bidang pemerintahan,
antara lain:
• Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat
• Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, & masyarakat umum.
• Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh.
• Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat
menentukan pilihannya sendiri.
• Hilangnya birokrasi yang selama ini menjadi penghalang bagi masyarakat.
• Adanya e-government sekarang ini akan berimbas pada sumber daya manusia disetiap
pelayanan publik.
• Dalam penyelenggaraan pemerintahan, teknologi informasi dianggap sebagai alat
“pengotomasi proses” yang dapat mengurangi proses secara manual

Dampak negatif dari Teknologi Informasi & Komunikasi dalam bidang pemerintahan,
antara lain:
• Semakin bebasnya masyarakat mengakses situs pemerintah akan memudahkan
terjadinya cyber crime
• Biaya : Walaupun politik dalam pemerintahan menggunakan IT lebih meminimalisir
biaya tetapi dalam penyusunan infrastrukturnya membutuhkan biaya yang cukup
besar
• Jangkauan akses, harus diakui tidak semua orang bisa mengakses internet dengan
mudah misalnya mereka yang berada di pedalaman akan sulit untuk mengakses
internet.
• Banyak negara yang meragukan berita-berita negara yang diterbitkan oleh negaranya
sendiri
5. ANTI RADIKALISME
a. Pengertian Radikalisme
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2002), radikalisme
diartikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis
• Radikalisme juga memiliki penilaian berbeda terhadap situasi politik yaitu
membenarkan bahkan membutuhkan tindak kekerasan menyangkut politik
(political violence) sebagai satu-satunya jalan untuk mengubah kondisi
politik
• Radikalisme menurut Cross (2013) yaitu sebagai: 1) Istilah dalam
lingkup gerakan sosial maupun politik yang berarti sebuah proses, praktik,
atau serangkaian keyakinan dari keadaan non-radikal menjadi radikal.
Praktik radikalisme sering diasosiasikan dengan sejumlah taktik dan strategi
yang berada di luar lingkup aksi protes politis maupun religius yang dapat
diterima, bahkan menjurus ilegal. 2) Radikalisme merepresentasikan sisi
ekstrim dari (kurva) distribusi aksi politik yang dapat diterima dan
radikalisme dapat melibatkan aksi kekerasan atas dasar keyakinan, bukan
personal. 3) Radikalisme dapat merujuk pada keyakinan tentang cara terbaik
untuk meraih tujuan gerakan. Keyakinan radikal mengembangkan perasaan
bahwa cara yang diterima (oleh masyarakat) untuk mengubah keadaan
tidaklah cukup dan langkah-langkah luar biasa harus ditempuh
• Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat oleh sekelompok aliran yang
menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial atau politik secara drastic dengan
menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai perubahan kondisi
politik.
• Radikalisme merupakan gangguan, ancaman, tantangan dan hambatan nasional,
dengan berbagai motif, diantaranya2 : (i) kesukuan, nasionalisme/separatisme
(etnicity, nationalism /separatism); (ii) kemiskinan, kesenjangan dan globalisasi
(poverty, economic disadvantage, and globalisation); (iii) tidak adanya demokrasi;
(iv) pelanggaran harkat kemanusiaan (dehumanisation); dan eksklusifime agama.
• Hulu dari radikalisme adalah fundamentalisme yaitu radikalisasi paham keagamaan
komunitas yang mengkonstruksi makna salafisme radikal yang eksklusif dan
cenderung ekstrim (merasa paling benar, dan menyesatkan orang lain). Adapun hilir
dari radikalisme adalah aksi terorisme (faham mengenai pilihan penggunaan cara-cara
kekerasan yang menimbulkan ketakutan dan ancaman (intangible threats) sebagai cara
yang sah untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang biasanya mengatasnamakan suatu
agama atau ideologi).

b. Karakterisitik Kelompok Radikal


Munculnya kelompok radikal di berbagai belahan dunia memilikitiga kecenderungan
serupa berikut :
• Pertama, munculnya radikalisasi adalah respon terhadap keadaan yang dihadapi dalam
keseharian. Respon yang muncul sangat beragam, dapat berupa kritik, evaluasi, aksi
penolakan, bahkan dalam bentuk ekstrem dapat berupa perlawanan. Faktor pemicu
munculnya penolakan dapat berupa nilai-nilai, asumsi, ide, bahkan lembaga yang
dianggap memegang peranan dalam permasalahan aktual yang terjadi.
• Kedua, langkah lanjut dari penolakan adalah munculnya upaya untuk mengganti
tatanan yang ada dengan alternalif tatanan yang lain. Tatanan yang telah ada dianggap
tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga perlu untuk diganti
dengan tatanan baru sesuai dengan program dan pandangan pribadi kelompok radikal.
• Ketiga, munculnya keyakinan kuat akan kebenaran pemikiran, visi, misi, atau ideologi
yang mereka usung. Keyakinan ini semakin diperkuat dengan adanya berbagai
penafsiran untuk memperkuat klaim kebenaran sistem baru yang ditawarkan.
Keyakinan ideologi yang diusung seringkali dikombinasikan dengan aksi-aksi yang
mengatasnamakan kemanusiaan, namun disisi lain seringkali mereka terjebak pada
aksi emosional yang mengarah pada penggunaan kekerasan.

c. Pola Penyebaran Radikalisme


Ancaman terbesar terorisme bukan hanya terletak pada aspek serangan fisik yang
mengerikan, tetapi serangan propaganda yang secara massif menyasar pola pikir dan
pandangan masyarakat justru lebih berbahaya. Penggunaan agama sebagai topeng
perjuangan politik telah berhasil memperdaya pikiran masyarakat baik dengan iming-
iming surga, misi suci, gaji besar maupun kegagahan di medan perang . Secara garis besar,
pola penyebaran radikalisme dapat dilakukan melalui berbagai saluran, seperti:
• media massa:meliputi internet, radio, buku, majalah, dan pamflet
• Komunikasi langsung dengan bentuk dakwah, diskusi, dan pertemanan
• Hubungan kekeluargaan dengan bentuk pernikahan, kekerabatan, dan keluarga inti
• Lembaga pendidikan di sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi.
Kelompok radikal-teroris di era globalisasi telah mampu memanfaatkan kekuatan
teknologi dan informasi internet khususnya media sosial sebagai alat propaganda
sekaligus rekuritmen keanggotaan. Secara faktual banyak sekali elemen masyarakat baik
muda maupun dewasa yang bergabung dengan kelompok radikal akibat pengaruh
propaganda dan jejaring pertemanan di media online tersebut.

d. Ragam Radikalisme
Radikalisme memiliki berbagai keragaman, antara lain:
• Radikal Gagasan: Kelompok ini memiliki gagasan radikal, namun tidak ingin
menggunakan kekerasan. Kelompok ini masih mengakui Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
• Radikal Milisi: Kelompok yang terbentuk dalam bentuk milisi yang terlibat dalam
konflik komunal. Mereka masih mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Radikal Separatis: Kelompok yang mengusung misi-misi separatisme/
pemberontakan. Mereka melakukan konfrontasi dengan pemerintah.
• Radikal Premanisme: Kelompok ini berupaya melakukan kekerasan untuk melawan
kemaksiatan yang terjadi di lingkungan mereka. Namun demikian mereka mengakui
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Lainnya: Kelompok yang menyuarakan kepentingan kelompok politik, sosial, budaya,
ekonomi, dan lain sebagainya.
• Radikal Terorisme: Kelompok ini mengusung cara-cara kekerasan dan menimbulkan
rasa takut yang luas. Mereka tidak mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan ingin mengganti ideologi negara yang sah dengan ideologi yang mereka usung.

e. Faktor Pendorong Radikalisme


Radikalisme memiliki latar belakang tertentu yang sekaligus menjadi faktor pendorong
munculnya suatu gerakan radikalisme. Faktor-faktor pendorong tersebut, diantaranya
adalah
• Faktor Sosial Politik
Gejala radikalisasi lebih tepat dilihat sebagai gejala sosial-politik daripada gejala
keagamaan. Secara historis, konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kalangan radikal
dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan membenturkan diri
dengan kelompok lain ternyata lebih berakar pada masalah sosial-politik. Aksi
dillakukan dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama, kaum
radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan
untuk mencapai tujuan politiknya
• Faktor emosi keagamaan
Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisasi adalah faktor sentimen
keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk membantu
yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan sebagai
faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama (wahyu suci yang absolut). Dalam
konteks ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah agama sebagai
pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif, nisbi, dan subjektif
• Faktor kultural
Faktor kultural memiliki andil besar terhadap munculnya radikalisasi. Hal ini memang
wajar, karena secara kultural kehidupan sosial selalu diketemukan upaya melepaskan
diri dari infiltrasi kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai. Faktor kultural
yang dimaksud di sini adalah spesifik terkait dengan anti tesa terhadap budaya
sekularisme yang muncul dari budaya Barat yang dianggap sebagai musuh yang harus
dihilangkan dari muka bumi.
• Faktor ideologis anti westernisme
Westernisme merupakan suatu pemikiran yang memotivasi munculnya gerakan anti
Barat dengan alasan keyakinan keagamaan yang dilakukan dengan jalan kekerasan
oleh kaum radikalisme, hal ini tentunya malah menunjukkan ketidakmampuan mereka
dalam memposisikan diri dalam persaingan budaya dan peradaban manusia
• Faktor kebijakan pemerintah
Ketidakmampuan pemerintahan untuk bertindak memperbaiki situasi atas
berkembangnya frustasi dan kemarahan disebabkan dominasi ideologi, militer
maupun ekonomi dari negera-negara besar. Dalam hal ini ketidakmampuan elit-elit
pemerintah menemukan akar yang menjadi penyebab munculnya tindak radikalisasi,
sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi. Di samping itu,
faktor media massa yang selalu memojokkan juga menjadi faktor munculnya reaksi
dengan kekerasan. Propaganda-propaganda lewat media masa memang memiliki
kekuatan dahsyat dan sangat sulit untuk ditangkis.

f. Dampak Radikal Terorisme


Dampak radikal terorisme dapat terlihat pada semua aspek
kehidupan masyarakat: ekonomi, keagamaan, sosial dan politik .
• Dari segi ekonomi, pelaku ekonomi merasa ketakutan untuk
berinvestasi di Indonesia karena keamanan yang tidak terjamin. Bahkan mereka yang
telah berinvestasi pun akan berpikir untuk menarik modalnya lalu dipindahkan ke luar
negeri. Dampak yang sangat penting tetapi sulit dikuantifikasi adalah terhadap
kepercayaan pelaku-pelaku ekonomi di dalam dan di luar negeri. Perubahan tingkat
kepercayaan akan memengaruhi pengeluaran konsumsi, investasi, ekspor dan impor.
Setelah peristiwa Bom Bali, Country Risk Indonesia sangat meningkat seperti yang
dicerminkan oleh risiko dan biaya transaksi dengan Indonesia (premi asuransi, biaya
bunga pinjaman, dan sebagainya) yang makin mahal, para investor
ragu-ragu dan para pembeli luar negeri bimbang membuka order. Normalisasi
keadaan ini akan memakan waktu. Kepercayaan akan kembali, secara bertahap,
setelah kita dapat menunjukkan langkah-langkah dan hasil-hasil konkret di bidang
keamanan reformasi hukum, fiskal dan moneter, dan langkah lainnya yang
memperbaiki iklim usaha.
• Dari segi keamanan, masyarakat tidak lagi merasa aman di
negerinya sendiri. Segala aktivitas masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya
karena selalu dihantui oleh kekhawatiran dan ketakutan terhadap tindakan-tindakan
radikal. Setiap orang curiga kepada orang lain terkait aksi radikal. Hal ini akan
berimplikasi pada persoalan di dalam masyarakat.
• Dari segi politik, situasi politik dalam negeri tidak akan stabil
karena persoalan radikalisme. Semua kekuatan politik akan terkuras energi dan
pikirannya dengan persoalan ini. Pembangunan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Bahkan, secara politik luar negeri pun sangat merugikan karena pihak luar
negeri menganggap bahwa Indonesia adalah sarang radikalis dan teroris. Hal ini
terbukti dengan banyaknya negara mengeluarkan travel warning kepada warganya
berkunjung ke Indonesia
• Dari segi pariwisata, Indonesia akan kehilangan pemasukan
devisa yang tinggi. Hal ini terbukti saat kejadian Bom Bali I dan II, sektor pariwisata
khususnya di Pulau Bali menjadi lesu. Dari segi ekonomi, pariwisata telah
menyumbang kemakmuran bagi rakyat, karena di bidang ini telah mempekerjakan
sejumlah orang di bidang perhotelan, kuliner, pertokoan, dan sebagainya
• Dari segi agama, agama dipandang sebagai racun. Agama
tidak dilihat dalam kerangka upaya untuk menyelamatkan manusia di dunia dan
akhirat. Radikalisme dan terorisme yang berkembang di Indonesia adalah yang
mengatasnamakan agama dan moral. Sejumlah ulama dan tokoh agama yang selama
ini menjadi panutan berubah menjadi momok bagi masyarakat karena dipandang
sebagai pihak yang bertanggung jawab menyebarnya paham radikalisme. Pesantren
dan lembaga pendidikan lain yang selama puluhan tahun, bahkan sebelum
Indonesia merdeka sebagai pusat peradaban dan pendidikan Islam terkemuka di
Indonesia ternodai karena dianggap sebagai tempat bersemainya radikalisme dan
terorisme.

g. Bahaya Radikalisme
Bahaya yang dapat ditimbulkan dari paham radikalisme adalah:
• Menimbulkan kekacauan dan teror
Syarat mutlak bagi perkembangan perekonomian adalah kondisi pertahanan dan
keamanan yang stabil dan terjamin. Munculnya radikalisme dan terorisme akan
menimbulkan kekacauan, keresahan, kerusuhan, dan teror. Kondisi yang demikian
akan sangat merugikan karena akan berdampak langsung terhadap perekonomian dan
kesejahteraan rakyat
• Mengubah ideologi negara
Radikalisme menyimpan bahaya yang besar karena dapat merusak pikiran dan mental
anak bangsa. Paham radikal seringkali berdiri sebagai paham yang kontra dengan
pemerintah. Pemerintahan yang ada dianggap thogutdan oleh karenanya tidak patut
ditaati dan justru harus dihancurkan. Kaum radikalis menyebarkan paham bahwa
pemerintah adalah instansi yang harus diperangi dan harus digantikan dengan sistem
pemerintahan yang sesuai dengan nilai-nilai agama . Hal paling mendasar yang
menjadi bahaya dari radikalisme adalah adanya keinginan kaum radikalis untuk
mengubah ideologi negara yang telah mapan dan memiliki dasar filosofis dengan
ideologi yang sesuai dengan pemikiran kelompok mereka tanpa memperhatikan
kepentingan yang lebih besar dan luas. Ideologi negara yang dianut dianggap tidak
dapat menyelesaikan persoalan bangsa dan gagal mengantarkan kepada kesejahteraan
sehingga harus diganti. Dalam hal ini ideologi yang dianggap paling sesuai adalah
ideologi berbasis keagamaan.
• Mengakibatkan instabilitas politik/keresahan sosial
Di Indonesia, kelompok Islam garis keras melakukan aksinya secara diam-diam
melalui gerakan bawah tanah. Kelompok yang diindikasikan radikal diduga menganut
paham Salafi Jihadis. Para pendukung gerakan radikalisme merupakan pendukung
gerakan yang militan dan memiliki kecenderungan memiliki watak yang keras dan
tidak segan-segan melakukan tindakan anarkis dan tidak kenal kompromi untuk
mencapai tujuan kelompok. Menjadikan negara memiliki prinsip ideologi sesuai
dengan yang mereka yakini adalah hal yang harus diperjuangkan secara sungguh-
sungguh dan totalitas meskipun dengan tindakan anarkis yang merugikan. Dalam
pergaulan dan interaksi social, mereka yang radikal cenderung memiliki sikap
eksklusivisme(tertutup, hanya dia saja yang benar, monopoli kebenaran), intoleran
(tidak toleran dan cendrung melihat lawan dari sisi negatif saja), fanatisme (fanatik
buta dan tidak membuka ruang untuk berbeda), dan militanisme (orang gigih, tertutup
menerima masukan dan pendapat pihak lain). Tindakan anarkis yang menggunakan
kekerasan menimbulkan rasa takut dan teror dalam masyarakat sehingga
menimbulkan keresahan dan perasaan terancam. Hal yang merugikan tersebut
mengakibatkan keresahan sosial dan memunculkan instabilitas politi serta
mengancam stabilitas pertahanan dan keamanan negara.
• Mengancam nasionalisme dan menyebabkan disintegrasi bangsa
Paham radikalis menyebabkan anak bangsa menjadi terkotak kotak dan terbelah
antara pro dan kontra. Situasi semacam ini sangat melemahkan persatuan dan kesatuan
bangsa karena masing-masing pihak cenderung membela keyakinan kelompoknya
sendiri bukan berdasarkan atas kepentingan bersama. Agama bukan lagi dipandang
sebagai sesuatu yang menyejukkan, namun menjadi pemicu bagi perselisihan yang
tidak berkesudahan sehingga berpotensi mengancam keutuhan NKRI. Paham
radikalisme seringkali menimbulkan konflik dan gesekan dalam masyarakat karena di
Indonesia masyarakatnya sangat menghargai pluralitas. Semboyan Bhineka Tunggal
Ika yang dipegang teguh oleh masyarakat seolah dilawankan dengan ideologi
eksklusif yang tidak dapat menerima perbedaan.

h. Ciri Individu yang Terpapar Paham Radikalisme


Studi tentang radikalisme telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga maupun
individu. Untuk mengetahui apakah individuindividu di sekitar kita telah terpengaruh
paham radikal, berikut adalah ciri-ciri perilaku orang yang telah terpapar dan tercuci
otaknya dengan paham radikal yang tampak dalam aktivitas keseharian :
• Menolak seremonial kenegaraan
Contoh nyata yang dapat ditemui adalah penolakan terhadap upacara dan hormat
bendera. Upacara kenegaraan dan hormat bendera dianggap tidak ada dasar hukumnya
dalam literasi kitab suci dan bukan merupakan perbuatan yang dicontohkan
Rasulullah sehingga dianggap perbuatan sesat dan haram. Ciri ini merupakan ciri awal
yang kasat mata seseorang telah terpapar paham radikal. Mereka mencoba
mengamalkan langkah paling ringan dari doktrin radikal yang diterima.
• Menutup diri dengan keluarga
Ideologi-ideologi garis keras menerapkan disiplin yang sangat kuat terhadap apa yang
mereka yakini bahkan terhadap lingkar terdekat dalam kehidupan mereka sendiri,
yaitu keluarga. Mereka hanya dapat menerima orang-orang yang sepaham dan sealiran
saja sehingga seringkali mereka menutup diri dengan keluarga dan lebih memilih
berada dalam lingkup kelompoknya sendiri.
• Antisosial
Paham radikal mendoktrin anggotanya untuk bergaul hanya dengan yang sealiran. Hal
ini menyebabkan mereka enggan bersosialisasi dengan orang di luar kelompok
mereka. Sifat kelompok radikal yang eksklusif membuat akses mereka sangat terbatas
dengan orang-orang di luar lingkar kelompok mereka. Sikap antisosial ini juga
dilakukan sebagai upaya meminimalisasi kebocoran jaringan kelompok radikal
• Merasa paling benar dan gemar mengkafirkan
Mereka mudah sekali menganggap orang lain kafir. Mereka merasa ajaran merekalah
yang paling benar. Orang lain yang berbeda kelompok dan paham dengan mereka
digolongkan sebagai orang kafir yang boleh untuk diperangi.
• Intoleran kepada yang berbeda keyakinan
Dampak berikutnya dari merasa paling benar dan gemar mengkafirkan adalah adanya
sikap intoleran dengan orang yang berbeda keyakinan. Sikap intoleran ini ditunjukkan
dengan berbagai tindak arogansi dan bahkan kekerasan.
• Mendukung atau berafiliasi dengan organ ekstremis
• Tindakan berikutnya yang dapat diamati adalah adanya dukungan bahkan bergabung
dengan organ-organ ekstrimis. Kemudahan dalam mengakses informasi melalui
kecanggihan teknologi memungkinkan untuk berinteraksi dengan kelompok-
kelompok radikal yang bersifat transnasional. Dalam berbagai kasus terorisme dan
penyerangan yang ditemui, pelaku pada umumnya merupakan pendukung atau bahkan
telah berafilisasi dengan kelompok-kelompok ekstremis. Banyak pula ditemui dari
kasus lone wolf yang terjadi di Indonesia, yaitu mereka melakukan aksinya karena
terinspirasi dari tokoh atau apa yang disampaikan dalam website kelompok radikal
yang diikuti.

i. Peran Serta Masyarakat dalam Membangun Kesadaran Anti Radikalisme


Upaya menimbulkan peranan aktif individu dan/atau kelompok masyarakat dalam
membangun kesadaran anti radikalisme yang dapat dilakukan adalah, sebagai berikut :
• Menanamkan pemahaman bahwa radikalesme sangat merugikan;
• Menciptakan kolaborasi antar organisasi kemasyarakatan dan pemerintah untuk
mencegah tersebarnya pemahaman ideologi ekstrim di lingkungan masyarakat;
• Membangun dukungan masyarakat dalam deteksi dini potensi radikalisasi dan
terorisme;
• Mensosialisasikan teknik deteksi dini terhadap serangan teroris, kepada kelompok-
kelompok masyarakat yang terpilih;
• Penanaman materi terkait bahaya radikalisme pada pendidikan formal dan informal
terkait dengan peran dan posisi Negara. Negara ini dibentuk berdasarkan kesepakatan
dan kesetaraan, di mana di dalamnya tidak boleh ada yang merasa sebagai pemegang
saham utama, atau warga kelas satu.
• Aturan main dalam bernegara telah disepakati, dan Negara memiliki kedaulatan penuh
untuk menertibkan anggota negaranya yang berusaha secara sistematis untuk merubah
tatanan, dengan cara-cara yang melawan hukum.
• Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masa depan dan pengayoman
seimbang untuk meraih tujuan nasional masyarakat adil dan makmur, sejahtera, aman,
berkeadaban dan merdeka
• Melibatkan peran serta media nasional untuk membantu menyebarkan pemahaman
terkait ancaman terorisme dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh
masyarakat;
• Membangun kesadaran keamanan bersama yang terkoordinasi dengan aparat
keamanan/pemerintahan yang berada di sekitar wilayah tempat tinggal.

Anda mungkin juga menyukai