Anda di halaman 1dari 7

KRITERIA DISAIN KOAGULASI & FLOKULASI

A. Sumber : 1) Reynold, Unit Operations & Processes in Env. Eng’r

KOAGULASI 1) FLOKULASI2)

Td (dt) G (1/dt) Tipe G (1/dt) G.Td

20 1000 Kekeruhan rendah, 20 – 70 60.000 – 200.000


warna

30 900 Kekeruhan tinggi, solid ↑ 50 – 150 90.000 – 180.000

40 790 Pelunakan, 10 % solid 130 – 200 200.000 – 250.000

≥ 50 700 Pelunakan, 39 % solid 150 – 300 390.000 – 400.000

B. Sumber : Juknis Perenc Ranc Teknis SPAM Perkotaan,


DPU Cipta Karya, 1998

Unit Satuan Kriteria

Pengaduk cepat

Waktu pengadukan detik 1–3

Nilai G 1/detik > 750

Kecepatan (khusus pipa) m/dt 2,5 – 4,0


Pengaduk lambat

Nilai G 1/detik 80 – 20

Waktu tinggal menit 20 – 40


C. Sumber : Juknis BPAM, DPU Cipta Karya, 1998

G (1/dt) Td (dt) G.Td

Koagulasi

- Minimum 700 40 30.000

- Maksimum 1000 20 20.000

Flokulasi 20 - 70 600 - 1800 10.000 – 100.000

Flokulasi umumnya dibagi dalam 4 sampai 6 tahap tergantung dari kebutuhan

Kriteria yang dapat diterapkan

Jenis Air
Koagulasi Flokulasi

G (1/dt) Td (dt) G.Td G (1/dt) Td (dt) G.Td

Kekeruhan tinggi 500 60 30.000 20 - 70 600 104 - 105

Kekeruhan rendah 500 – 20 – 60 20.000 20 - 70 600 -900 104 - 105


s/d sedang 1000 s/d
30.000

Air berwarna 1000 60 30.000 20 - 40 900 - 1200 104 - 105


MECHANICAL MIXING
 Using impeller
 Formula :
P : power imparted to the water (N-ms) P  G 2 . .V
G : velocity gradient (mps/m or s-1) P
V : basin volume (m3) or : G 
 .V
μ : absolute viscosity of water (N-s/m2)
td: detention time (s) where : V  Q.td

 For turbulent flow (NRe > 10,000), baffled tank


KT : impeller constant for turbulent flow
n : rotational speed (rps)
P  KT .n3 .Di5 .
Di : impeller diameter (m)
ρ : density of liquid

 For laminar flow (NRe < 10 to 20), baffled or unbaffled tank

KL : impeller constant for laminar flow P  K L .n 2 .Di3 .

 Reynold number for impellers


Di2 n
NRe : Reynold number, dimensionless N Re 

 Pneumatic mixing

C1 : 3904 for SI units & 81.5 for USCS units


Ga : air flow rate at T & P (m3/min)  h  C2 
h : depth to the diffusers (m)
P  C1.Ga . log 
 C2 
C2 : 10.4 for SI units & 34 for USCS units
PENGADUKAN CEPAT HIDROLIS

Paling banyak dilakukan di Indonesia


 Persamaan

P   .g.h.Q dan P  G 2 . .V
 .V .G 2
maka : h 
 .g.Q
V 
td  dan 
Q 
 .td .G 2
maka : h 
g
g .h
atau : G 
.td

A. pengadukan dengan terjunan  umum dipakai kapasitas > 50 lt/dt


 lihat grafik hubungan antara G vs ketinggian terjun
 catt: tinggi terjunan utk suatu pengadukan adalah tipikal utk
semua Q, shg Q tdk perlu dimasukkan dlm perhitungan

B. pengadukan dalam pipa

L
td 
v
g.h.v
L
.G 2

 lihat grafik hubungan antara G vs panjang pipa (pada h = 0,5)


PENGADUKAN LAMBAT HIDROLIS

 Pengadukan melalui penghalang secara horisontal maupun


vertikal :
a. baffle channel horisontal; energi pengadukan dari
- friksi dinding saluran lurus
- turbulensi pada belokan
b. baffle channel vertikal
- titik berat pengadukan pada konstruksi celah antar baffle
- tingkat pengadukan diatur dg pintu yg ada antar baffle
c. baffle channel vertikal sistem hexagonal/ cyclone
- pengembangan jenis aliran vertikal, pengadukan dlm
kompartemen berbentuk bundar/hexagonal (segi enam)
- energi pengadukan dari beda tinggi antar ruang
- air yg berputar dlm kompartemen akan membantu
pembentukan flok
d. pengadukan melalui plat berlubang
- memanfaatkan kontraksi pada waktu air melalui lubang
e. pengadukan dengan pusator
- flok diakumulasi pada dasar suatu bak pengendap, secara
berkala flok disentakkan/dikejut dg cara mengalirkan air
baku secara tiba-tiba di inlet

 Gambar & contoh soal  lihat buku


Persamaan baffle channel horisontal :

2 1
A( R 3 )( S 2 )
Q
n
A  luas penampang saluran (BH)
R  jari - jari hidrolis (BH/(B  2H)
S  slope hidrolis (h/L)
n  koefisien Manning
substitusi :
5 1
( BH ) 3 (h / L) 2
Q
(B  2H ) 3 n
2

kehilangan tekanan hidrolis :


 Q ( B  2 H ) 3 nL 2 
2 1

h 5 
 ( BH ) 
3

kehilangan tekanan saluran membelok


v2
hK
2g
total kehilangan tekanan utk saluran sepanjang satu segmen Ls
dg jumlah belokan N :
2
 Q(B  2 H) 3 nN 2 Ls 2 
2 1 1
NKQ 2
h 5  
 (BH) 3
 2 g(BH)2
atau :

NLsQ 2  (B  2 H)2 3 n  2 K 
h    
(BH)2 
 (BH)
4
 
 2 gLs
3

bila t  (LBH)/Q, maka :


1
 NgQ 3   (B  2 H)2 3 n  2 K 
2

G   
 ( BH ) 3   (BH)4 3  2 gLs 
   
Persamaan baffle channel vertikal :

Qh
G
HA
h : beda tinggi
H : tinggi muka air di hilir pengatur
A : luas dasar

Persamaan pengadukan melalui plat berlubang :

KQ 2
h

2

2 gN  D 2 
4 
1
1  8Q K  3 2

G
D 2  ALN x N y 
A : luas plat
L : jarak antar plat
N x : jumlah lubang arah horisontal
N y : jumlah lubang arah vertikal
D : diameter lubang
K : koefisien kontraksi (2 - 4)

Anda mungkin juga menyukai