Implementasi Nilai Pancasila Dalam Perencanaan Percepatan Penanganan Dan Pemulihan Terdampak Pandemi Covid-19
Implementasi Nilai Pancasila Dalam Perencanaan Percepatan Penanganan Dan Pemulihan Terdampak Pandemi Covid-19
Suprayoga Hadi16
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Abstrak
Pandemi Covid-19 yang dihadapi Indonesia sejak Maret 2020 hingga saat ini memerlukan
penanganan yang terencana dengan baik, termasuk dalam penyiapan pemulihannya.
Selama ini Pemerintah Indonesia telah merespon bencana kesehatan pandemi Covid-19
melalui berbagai kebijakan yang telah ditetapkan, terutama untuk memperkuat ketahanan
masyarakat di dalam menghadapi pandemi Covid-19, dengan mengadopsi protokol
kesehatan yang mengacu pada arahan World Health Organization (WHO) yang berlaku
secara global. Namun demikian, dalam implementasi kebijakan penanganan Covid-19 yang
mengacu pada protokol kesehatan WHO ini masih dihadapkan pada berbagai permasalahan
yang menyebabkan masih belum efekttif dan optimalnya penanganan yang dilakukan,
dimana tingkat penularan dan penyebaran virus Covid-19 masih terus berlanjut dan belum
menunjukkan penurunan yang signifikan. Oleh karenanya, dengan memperhatikan perspetif
kepentingan nasional, maka tulisan ini mencoba untuk mengusulkan perlunya suatu
perubahan pendekatan penanganan pandemi Covid-19 yang berbasis nilai-nilai Pancasila,
sebagai pandangan dan falsafah hidup bangsa dan masyarakat Indonesia, yang diharapkan
dapat meningkatkan hasilguna dari upaya penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan
Pemerintah. Implementasi nilai-nilai Pancasila di dalam perencanaan penanganan pandemi
Covid-19 ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi proses perencanaan yang lebih efektif
dan optimal, tidak hanya dalam penanganan bencana pandemi yang sedang berlangsung,
namun juga sekaligus untuk merencanakan pemulihan kondisi bangsa dan masyarakat yang
terdampak bencana pandemi Covid-19 lebih lanjut.
16
Suprayoga Hadi adalah Perencana Ahli Utama pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas,
Ketua Umum Perkumpulan Perencana Pembangunan Indonesia (PPPI), Wakil Ketua I Ikatan Ahli Kebencanaan
Indonesia (IABI), email: suprayoga@bappenas.go.id
22
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
I. Pendahuluan
Kejadian bencana kesehatan pandemi virus Corona tahun 2019 (Covid-19) yang terjadi
secara global pada awal tahun 2020, yang dimulai di Wuhan, Tiongkok, dan telah meluas ke
lebih dari 216 negara, termasuk Indonesia, telah menyebabkan korban jiwa yang semakin
bertambah dari waktu ke waktu, yang data global menunjukkan angka terkonfirmasi positif
sebanyak 28,392.790 jiwa dan sebanyak 911.877 jiwa meninggal, sementara vaksin untuk
penanggulangan Covid-19 hingga saat ini belum ditemukan untuk menghentikan kasus
penularannya. Di Indonesia sendiri, sejak pertama kali ditemukan korban terjangkit Covid-
19 pada awal Maret 2020, hingga awal September 2020 telah menunjukkan jumlah korban
terkonfirmasi positif sebanyak 218.382 jiwa, dengan 8.723 jiwa meninggal, walaupun yang
sembuh menunjukkan peningkatan menjadi sebanyak 155.010 jiwa (Satuan Tugas Nasional
Covid-19, 13 September 2020).
Pemerintah Indonesia telah merespon kejadian bencana non alam pandemi Covid-19 ini
sejak pertengahan Maret 2020, melalui penerbitan berbagai kerangka regulasi yang
ditujukan untuk percepatan penanganan Covid-19, dimulai dengan membentuk Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 melalui Keppres 9/2020 jo. Keppres 7/2020, penetapan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui Peraturan Pemerintah 21/2020, penetapan
Status Darurat Bencana Kesehatan melalui Keppres 11/2020, dan penerbitan Perppu No. 1
Tahun 2020 yang telah disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dalam Penanganan Covid-19, serta terakhir dengan terbitnya
Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Nasional Penanganan Covid-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
23
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
Pola penanganan pandemi Covid-19 di atas, bila ditinjau dari sudut pandang Pancasila
sebagai dasar hukum, landasan ideologi dan falsafah hidup berbangsa dan bermasyarakat,
sebenarnya berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah telah sejalan dengan
penjabaran dari Pancasila, yang ditunjukkan dengan telah diperhatikannya penjabaran dari
kelima sila ke dalam kerangka kebijakan, kerangka kelembagaan, dan kerangka
implementasi dari penanganan Covid-19 oleh Pemerintah, termasuk dalam mempersiapkan
sistem kehidupan produktif dan aman dari Covid-19 dalam kerangka “new normal”.
Dengan memperhatikan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi dan pandangan hidup
bangsa dan negara, serta sebagai sumber inspirasi dan common platform bagi seluruh
komponen bangsa dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk
dalam penanganan bencana pandemi Covid-19 ini, maka melalui esai ini akan ditelaah
penjabaran dari nilai-nilai luhur dari Pancasila terutama sebagai pandangan hidup bangsa
yang menjadi pertimbangan utama dalam penanganan Covid-19 dan kelanjutannya menuju
“new normal” yang ditujukan untuk memulihkan kesejahteraan masyarakat yang terdampak
akibat bencana pandemi Covid-19.
Sebelum membahas lebih lanjut yang disasarkan pada rumusan permasalahan yang telah
ditetapkan, beberapa kerangka teoretis yang dijadikan rujukan untuk pembahasan,
diataranta terkait dengan: (1) Teori Kebijakan, yang menurut Carl J Federick sebagaimana
dikutip Leo Agustino(2008:7) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian
tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan)7; (2) Teori
Sinergitas, yang menurut A.F Stones James dalam Soekanto adalah bahwa interaksi antara
dua pihak atau lebih bisa mendapatkan tingkat komunikasi dihadapkan pada elemen
kerjasama dan kepercayaan. untuk melakukan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan
7
https://eprints.uny.ac.id/8530/3/BAB%202%20-%2007401241045.pdf diunduh 5 September 2020.
24
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
bersama 8 ; dan (3) Teori Pemberdayaan, yang menurut Kartasasmita (1996), kata
pemberdayaan terkait dengan penggalian dan pengembangan potensi masyarakat, dimana
“setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, sehingga
pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan
motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta untuk
mengembangkannya9“. Dalam pemberdayaan, masyarakat tidak dijadikan sebagai obyek
melainkan subyek dari berbagai upaya pembangunan 10 , dimana pemberdayaan harus
mengikuti pendekatan: (1) harus terarah (targeted), (2) harus langsung mengikutsertakan
atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran, dan (3) menggunakan
pendekatan kelompok.
8
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00254-MN%20Bab2001.pdf. Diunduh 3 September
2020,
9
Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031-
ACE_SURYADI/09PemberdayaanMasyarakat.pdf. diunduh 21 Agustus 2020
10
Kartasasmita Ginanjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. PT. Pustaka
Cidesindo ; Jakarta
25
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
Alur Pikir pada Gambar 1 mengemukakan adanya 3 (tiga) tingkatan peran dan fungsi dari
Pancasila, dimulai dengan Pancasila sebagai dasar hukum, ideologi dan falsafah hidup;
selanjutnya Pancasila yang nilai-nilai luhurnya diadopsi menjadi protokol kesehatan untuk
mendukung penanganan pandemi Covid-19; dan implementasi dari nilai-nilai lukur Pancasila
sebagai dasar dan falsafah hidup bangsa dan masyarakat Indonesia, untuk dapat menjadi
pendekatan pokok dalam perencanaan penanganan Covid-19 dan sekaligus perencanaan
pemulihan kondisi dan masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 lebih lanjut.
III. Analisis
Sebelum membahas lebih jauh tentang peranan Pancasila sebagai prinsip dasar atau
protokol dalam penanganan Covid-19 dan kelanjutannya menuju “new normal” kehidupan
produktif yang aman dari Covid-19, diperlukan pemahaman tentang Pancasila sebagai dasar
negara dan pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Dengan memperhatikan
26
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
materi ceramah dari Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Lemhannas
RI (Hariyono, Mei 2020), dapat disarikan bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan
hidup merupakan energi positif yang menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, yang perlu dilembagakan nilai-nilainya baik secara struktural maupun
kultural, yang berarti perlu melibatkan peran dan tanggung jawab tidak hanya dari
pemerintah namun juga peran serta masyarakat.
Selain itu, dikemukakan juga bahwa peran Pancasila sebagai landasan ideologi juga
dijadikan landasan berpikir, yang disebut Hariyono (2020) sebagai progressive thinking,
termasuk dalam pengambilan keputusan dan penyatuan pandangan, dengan memberikan
kesempatan memperluas kreativitas, inovasi dan local genius, yang berbasis kerjasama
(kolaborasi) diantara pihak yang terlibat. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa Pancasila juga
dapat dijadikan common platform diantara pihak-pihak yang terlibat, di mana peranan
penting Pancasila adalah dalam mempersatukan berbagai keragaman kepentingan yang ada.
Oleh karenanya, dalam implementasi Pancasila sebagai dasar ideologi dan pandangan
hidup, diperlukan pertimbangan terhadap adanya keberagaman atau kemajemukan baik
dalam konteks sosial budaya, yang perlu dijadikan modal sosial dan modal budaya di tingkat
masyarakat madani (civil society) (Hariyono, Mei 2020).
Dengan memperhatikan beberapa materi ceramah dan bahan ajar terkait Pancasila yang
diperoleh dari Lemhannas RI, maka dalam membahas lebih lanjut peran nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara, landasan ideologi, serta pandangan dan falsafah hidup bangsa,
bernegara dan bermasyarakat, khususnya terkait dengan prinsip dasar atau protokol dalam
penanganan pandemi Covid-19 dan kelanjutannya menuju kehidupan produktif yang aman
27
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
Covid-19 atau “new normal”, alur pikir pada lampiran 1 mencoba memvisualisasikan proses
pembahasan selanjutnya, untuk menjadi dasar pemikiran perlunya menjadikan Pancasila
sebagai protokol penanganan Covid-19 dan persiapan menuju “new normal”.
Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa masing-masing sila dalam Pancasila dapat
dijadikan prinsip dasar atau protokol dalam penanganan Covid-19 dan sekaligus penyiapan
menuju “new normal” lebih lanjut, yang dapat diaktualisasikan ke dalam protokol sebagai
berikut: (1) Sila Ketuhanan: selain melalui penerapan moderasi agama, juga diarahkan untuk
terwujudnya peningkatan kedisiplinan, sebagai prasyarat dapat terwujudnya kondisi
masyarakat produktif dan aman dari pandemi Covid-19; (2) Sila Kemanusiaan:
meningkatkan sistem pelayanan kesehatan masyarakat, sebagai prasyarat membangun
manusia secara totalitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; (3) Sila Persatuan:
mewujudkan kebersamaan (integrating force) untuk melawan Covid-19, sebagaimana telah
diimplementasikan melalui gerakan nasional “Bersama Lawan Covid” (BLC); (4) Sila
Kerakyatan: memprioritaskan suara dan aspirasi rakyat, dengan mengedepankan prinsip
demokrasi di dalam penanganan Covid-19 termasuk menuju “new normal” yang
mempertimbangkan aspirasi masyarakat khususnya pada daerah terdampak Covid-19; dan
(5) Sila Keadilan: mengupayakan perluasan perlindungan sosial dan bantuan sosial untuk
dapat menjangkau korban masyarakat terdampak Covid-19 yang proporsional dan
berasaskan keadilan sosial.
28
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
aktualisasinya dalam penanganan Covid-19, sebagai protokol atau prinsip dasar, serta
implikasinya dalam penanganan Covid-19 menuju “new normal”.
29
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
Melalui Tabel 1, dapat dilihat bahwa matriks aktualisasi Pancasila sebagai prinsip dasar
atau protokol penanganan Covid-19 dan kesiapan menuju “new normal” juga telah
didasarkan menurut masing-masing sila dalam Pancasila, yang menjadi dasar pertimbangan
pokok dalam menterjemahkan nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila ke
dalam perwujudannya sebagai landasan ideologi dan falsafah hidup dalam berbangsa dan
bernegara serta bermasyarakat. Selanjutnya setiap sila dijabarkan ke dalam aktualisasinya
dalam konteks kekinian khususnya dalam penanganan Covid-19, sebelum diambil
kesepakatan untuk menjadikan Pancasila sebagai protokol baik dalam penanganan maupun
dalam penyiapan kehidupan “new normal” lebih lanjut.
Secara terinci, matriks aktualisasi telah mencoba menjabarkan masing-masing sila dari
Pancasila mulai dari perwujudan dan aktualisasinya, hingga implikasinya dalam penanganan
Covid-19 dan keberlanjutannya menuju kehidupan normal baru, yang intinya adalah untuk
menjadikan Pancasila sebagai prinsip dasar atau protokol, dengan penjelasan: (1) sila
pertama, mendorong implementasi dari moderasi beragama, khususnya ada pembatasan
kegiatan ibadah, yang memerlukan kedisiplinan dalam penerapan pembatasan sosial
berskala besar, khususnya di daerah terdampak parah (zona merah); (2) sila kedua, melalui
peningkatan sistem kesehatan berbasis masyarakat, yang diimplementasikan melalui 4 sehat
5 sempurna (social distancing, memakai masker, cuci tangan dengan air dan sabun, istirahat
yang mencukupi, serta asupan makanan bergizi); (3) sila ketiga, melakukan desentralisasi
penanganan ke tingkat daerah dan desa, terutama dalam penetapan pembatasan sosial
berskala besar dalam lingkup wilayah atau daerah terdampak, yang memerlukan sinergi dan
integrasi dari seluruh jajaran administrasi pemerintahan dari Pusat hingga tingkat desa
melalui Gugus Tugas yang dibentuk yang dibentuk mulai di tingkat nasional hingga RT/RW;
(4) sila keempat, melibatkan peran serta masyarakat dan pelaku kepentingan lainnya,
dengan memprioritaskan suara dan aspirasi masyarakat, terutama yang berada di wilayah
terdampak atau potensial terdampak, untuk dapat lebih mandiri di dalam memitigasi risiko
penyebaran Covid-19; dan (5) sila kelima, mengupayakan perluasan jangkauan perlindungan
sosial dan bantuan sosial, khususnya kepada masyarakat yang terdampak Covid-19,
termasuk mengupayakan pemulihan krisis ekonomi bagi sektor ekonomi informal dan KUKM
yang terdampak, melalui penerapan jaring pengaman sosial (social safety net).
30
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
Selain itu, melalui pembentukan Komite Nasional Penanganan Covid-19 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional beserta Satuan Tugas untuk penanganan Covid-19 dan Satuan Tugas
untuk pemulihan ekonomi nasional, juga telah menunjukkan komitmen Pemerintah dalam
membentuk kelembagaan yang bersifat koordinatif untuk dapat ditanganinya pandemi
Covid-19 dan pemulihan dampak ekonominya, sekaligus pembiayaannya yang telah
dialokasikan secara afirmatif oleh Pemerintah.
IV. Penutup
4.1. Kesimpulan
Dengan tetap konsisten mengacu pada Pancasila sebagai dasar negara, landasan
ideologi, dan pandangan hidup dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, maka
seharusnya upaya percepatan penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh Pemerintah dan
seluruh komponen bangsa dapat dilakukan secara lebih baik dan terarah, termasuk dalam
mempersiapkan kondisi kehidupan pasca Covid-19 yang tetap produktif dan aman dari
Covid-19 (new normal life). Untuk itu, diperlukan pemahaman yang utuh terhadap nilai-nilai
yang dikandung setiap sila dari Pancasila, untuk dapat diaktualisasikan dalam kondisi
kekinian permasalahan bangsa, terutama dalam merespon dan menghadapi isu dan
permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yaitu dalam melakukan percepatan
penanganan bencana kesehatan pandemi Covid-19 dan sekaligus mempersiapan kehidupan
normal baru yang tetap produktif dan aman. Selama ini Pemerintah telah mencoba
menerapkan prinsip dasar atau protokol yang berlaku global, yang telah ditetapkan World
Health Organization (WHO), yang kinerjanya walaupun sudah cukup baik, namun masih
memerlukan penyempurnaan untuk dapat mempercepat penanganan pandemi Covid-19
secara lebih berhasilguna. Untuk itu, diperlukan upaya yang lebih memperhatikan nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang telah dituangkan ke dalam Pancasila, sebagai dasar negara,
landasan ideologi, dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang dapat dijadikan prinsip dasar
atau protokol dalam percepatan penanganan Covid-19 dan keberlanjutannya menuju
kehidupan normal baru yang produktif dan aman dari Covid-19.
4.2. Rekomendasi.
31
Suprayoga Hadi
Majalah Media Perencana Vol1No1/2020
yang perlu dikoordinasikan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 untuk penyusunan
regulasinya dalam tataran operasional yang dijadikan pedoman bagi stakeholders terkait,
terutama masyarakat dalam menerapkan protokol Pancasila yang konsisten dan sesuai
dengan aspirasi masyarakat di tingkat lokal; dan (2) dalam kerangka kelembagaan,
direkomendasikan untuk dapat melibatkan Lembaga masyarakat di tingkat lokal dan
lembaga pendidikan yang dapat menjadi agent of change di tingkat lokal untuk dapat
menyiapkan kerangka implementasi protokol Pancasila dalam penanganan pandemi Covid-
19 yang lebih dekat dengan masyarakat, baik secara formal melalui struktur RT/RW dan
sekolah, maupun secara informal melalui pendekatan sosial dan persuasif oleh Lembaga
sosial kemasyarakatan seperti melalui dakwah dan majelis yang berbasis agama di masjid
atau gereja, untuk dapat mendekatkan protokol kesehatan berbasis Pancasila dengan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Referensi
Gugus Tugas Nasional Covid-19 (2020), Laporan Situasi Harian Percepatan Penanganan
Covid-19 (30 Mei 2020);
Lemhannas RI (2020), Bahan Ajar Bidang Studi EMPAT KONSENSUS DASAR BANGSA, Sub
Bidang Studi PANCASILA;
https://eprints.uny.ac.id/8530/3/BAB%202%20-%2007401241045.pdf diunduh 5
September 2020
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00254-MN%20Bab2001.pdf.
diunduh 3 September 2020,
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031-
ACE_SURYADI/09PemberdayaanMasyarakat.pdf. diunduh 21 Agustus 2020.
32