Anda di halaman 1dari 50

Assalamualaikum

Wr Wb..
Kelompok 2

-01- -02- -03-


Anditha Dwi Apriani Faiza Naresti Wulandari
2019030001 2019030008 2019030025
ANEMIA
Institut Teknologi Sains Dan
Kesehatan PKU Muhammadiyah
Surakarta
-JUDUL JURNAL I
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN
POLA MENSTRUASI DENGAN
KEJADIAN ANEMIA
-01-
DEFINISI
&
DESKRIPSI
DEFINISI & DESKRIPSI
• Anemia adalah jumlah hemoglobin dalam darah kurang dari 12 gr/100 ml penurunan jumlah sel
sel darah merah dalam sirkulasi,abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah atau
keduanya. Secara fungsional Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer.Secara praktis anemia ditandai dengan penurunan kadar
hemoglobin,hematokrit atau hitung eritrosit dan yang sering dipakai adalah hemoglobin lalu
hematokrit.

• Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya,
sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara normal
(hipoksemia). Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:Produksi sel
darah merah yang kurang.Kehilangan darah secara berlebihan.Hancurnya sel darah merah
yang terlalu cepat.
DEFINISI & DESKRIPSI
 Anemia bisa disebabkan oleh kehilangan darah, diare dan malabsorbsi, frekuensi donor darah
yang sering dan konsumsi makanan yang tidak adekuat. Di samping itu keadaan tertentu
seperti kebutuhan yang meningkat pada masa pertumbuhan, menderita penyakit kronis
(seperti tuberkulosis) serta kehilangan darah karena infeksi parasit (malaria dan cacingan)
akan memperberat kejadian anemia (Arisman, 2004).

 Kriteria anemia menurut WHO Deskripsi Anemia merupakan kondisi di mana seseorang
tidak memiliki sel darah merah dalam jumlah yang cukup untuk mengantarkan oksigen ke
berbagai jaringan yang terdapat di dalam tubuh. Mengalami anemia dapat membuat
seseorang merasa lelah dan lemas. Terdapat berbagai jenis dari anemia, dan masing-masing
memiliki penyebab yang berbeda. Anemia dapat terjadi sementara atau dapat menetap
selama jangka panjang, dan memiliki derajat keparahan yang bervariasi dari ringan hingga
berat. Terdapatnya anemia dapat disebabkan oleh adanya kondisi kesehatan lain yang
mendasarinya. Penanganan dari anemia dapat bervariasi, mulai dari konsumsi suplemen
hingga menjalani prosedur medis tertentu. Sebagian jenis anemia dapat dicegah dengan
mengonsumsi diet sehat yang bervariasi dan bernutrisi.
-02-
PREVALENSI
PREVALENSI

• World Health Organization (WHO) menyebutkan prevalensi anemia di Indonesia pada tahun
2006 pada wanita tidak hamil/produktif sejumlah 33,1%. Sedangkan menurut Herman (2006)
dalam Dyah (2011) sebesar 57,1 % prevalensi anemia di Indonesia diderita oleh remaja putri.
Menurut WHO (1997) batas kadar Hb remaja putri untuk diagnosis anemia apabila kurang dari
12 gr/dl. Menurut Sutaryo (2005) dalam Djariyanto (2008) anemia akan mengakibatkan
pertumbuhan anak terhambat, pembentukan sel otot kurang, menurunnya daya tahan tubuh,
prestasi berkurang, dan terjadi perubahan perilaku.

• Sedangkan kejadian anemia di Jawa Tengah pada remaja cukup tinggi mencapai angka 43,2%
(Profil Kesehatan Prov. Jateng, 2010).
-03-
FAKTOR
RESIKO
FAKTOR RESIKO
Anemia bisa disebabkan oleh kehilangan darah, diare dan malabsorbsi, frekuensi donor darah
yang sering dan konsumsi makanan yang tidak adekuat. Anemia pada remaja putri dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya pola makan dan pola menstruasi
 Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Remaja putri biasanya
sangat memperhatikan bentuk badannya, sehingga banyak remaja putri yang membatasi
konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan. Masa remaja sering kali
merupakan masa pertama kalinya orang-orang mempertimbangkan untuk mengikuti diet
dalam rangka mengubah bentuk tubuh mereka. Diet ketat biasanya menghilangkan makanan-
makanan tertentu misalnya karbohidrat. Hal ini tidak sehat bagi remaja yang sedang tumbuh
dan memerlukan berbagai jenis makanan (Weekes, 2008).
LANJUTAN…

 Faktor lain yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja putri adalah pola menstruasi.
Pola menstruasi adalah serangkaian proses menstruasi yang terdiri dari siklus menstruasi,
lama perdarahan menstruasi dan dismenorea. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari
pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Sedangkan siklus
menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang
memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari. Setiap
hari ganti pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat
badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro, 2002).
KELOMPOK RESIKO
● Berdasarkan riset kesehatan dasar 2013, wanita hamil merupakan kelompok yang paling
sering terkena anemia, yaitu sekitar 37,1 persen. Wanita yang memasuki masa kehamilan
dalam keadaan anemia bisa mengalami pendarahan waktu melahirkan dan risiko bayi
lahir dengan berat badan yang rendah.
● Selain ibu hamil, ibu bekerja merupakan kelompok yang rentan mengalami anemia karena
kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi (padahal mereka
membutuhkan zat besi yang lebih banyak), siklus menstruasi, periode kehamilan, masa
menyusui, serta pola hidup yang tidak sehat, seperti tidur tidak teratur dan kurang
istirahat.
● Sedangkan menurut Herman (2006) dalam Dyah (2011) anemia di Indonesia diderita oleh
remaja putri, yaitu sebesar 57,1%. Menurut WHO (1997) batas kadar Hb remaja putri
untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12 gr/dl.
-04-
DAMPAK
DAMPAK ANEMIA

01 02
Gejala lebih lanjut adalah
Lesu, lemah, letih, lelah dan kelopak mata, bibir, lidah,
lalai (5L) kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.

03 04
Sedangkan dampak lain anemia
Sering mengeluh pusing dan defisiensi zat besi adalah produktivitas
mata berkunang – kunang rendah, perkembangan mental dan
kecerdasan terhambat, menurunnya
sistem imunitas tubuh, morbiditas
-05-
PROBLEM
SOLVING
PENCEGAHAN PENGOBATAN
Saran yang dapat disampaikan Transfusi darahPemberian
berdasarkan hasil penelitian kortikosteroid atau obat-
diharapkan MTs Ma’Arif obatan lain yang dapat
Nyatnyono Kabupaten Semarang menekan system imun.
lebih memperhatikan siswinya
Pemberian eritropoietin,
yang mengalami anemia agar
hormon yang berperan pada
tidak mengganggu prestasi
belajar siswi serta menghambat proses hematopoiesis,
tujuan pendidikan. Upaya yang berfungsi untuk membantuk
dapat dilakukan salah satunya sumsum tulang pada proses
dengan pemantauan kesehatan hematopoiesis.Pemberian
siswinya secara berkala dengan suplemen besi, vitamin B12,
bekerja sama dengan puskesmas vitamin-vitamin, dan mineral
atau memberikan informasi lain yang dibutuhkan.
kepada wali murid jika putrinya
mengalami penurunan prestasi
belajar.
-06-
METODE
PENELITIAN
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif korelasi yaitu menggambarkan


hubungan pola makan dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di MTS
Ma’Arif Nyatnyono Kabupaten Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di
MTS Ma’Arif Nyatnyono Kabupaten Semarang sejumlah 225. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah proportional stratified random sampling dengan jumlah sampel 70 responden.
Alat pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari 18 pertanyaan yang telah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Analisa data univariat menggunakan distribusi frekuensi sedangkan
bivariat menggunakan uji Chi Square
-07-
HASIL
PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
JURNAL
• Berdasarkan hasil penelitian, kejadian anemia pada remaja putri menunjukkan bahwa sebagian besar
pola makan pada remaja putri, dalam kategori tidak baik yaitu 37 dari 70 responden. Pola makan
remaja putri yang tidak baik dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pengetahuan tentang gizi.
Pengetahuan tentang gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga
dapat menuju status gizi yang baik pula.Untuk menjaga tubuhnya tetap langsing remaja menerapkan
pembatasan makanan secara keliru.Hasil penelitian tentang kejadian anemia pada remaja putri
menunjukkan bahwa sebagian besar pola menstruasi pada remaja putri, dalam kategori tidak baik yaitu
33 dari 70 responden .
• Hasil penelitian tentang kejadian anemia pada remaja putri menunjukkan bahwa sebagian besar
remaja puteri mengalami anemia sejumlah 38 dari 70 responden . Remaja putri yang mengalami
anemia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kebiasaan makan. Harper dkk menambahkan
kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan
yang dimakan, pantangan makanan, distribusi makanan dalam keluarga, preferensi terhadap makanan
serta cara memilih makanan.Pada umumnya remaja lebih menyukai makan makanan jajanan seperti
goring-gorengan, coklat, permen dan es. Hal ini menyebabkan makanan yang beraneka ragam tidak
dikonsumi.
LANJUTAN…

• Hubungan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia pada Remaja PutriHasil uji chi square
menghasilkan data tabulasi silang variabel pola menstruasi sebagai variabel bebas dan kejadian anemia
sebagai variabel terikat disajikan pada tabel.Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square
didapatkan OR 5,769 dan nilai p value sebesar 0,002 maka dapat disimpulkan ada hubungan pola
menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di MTs Ma’Arif Nyatnyono Kabupaten
Semarang.Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR sebesar 5,769 artinya responden yang
mempunyai pola menstruasi tidak baik cenderung 5,769 kali lebih besar mengalami anemia
dibandingkan responden yang mempunyai pola menstruasi baik.anemia. Kejadian anemia pada remaja
putri yang disebabkan mempunyai pola menstruasi tidak baik karena jumlah darah dan frekuensi
menstruasi yang berlebihan.Pola menstruasi dalam kategori baik dengan jumlah jumlah siswi yang
mengalami anemia sebanyak 13 responden . Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk
menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Keadaan seperti ini dapat mempercepat
terjadinya anemia . Pola mentruasi dalam kategori baik jumlah siswi yang tidak mengalami anemia
sebanyak 24 responden .Jika darah yang keluar selama haid normal maka tidak akan terjadi anemia
defisiensi besi.
KELOMPOK UMUR

Klasifikasi Anemia menurut WHO 2011 bila dibagi menurut


kelompok umur ; Anak 6-59 bulan, Anak 5-11 tahun, Anak 12-14
tahun, Perempuan tidak hamil (> 15 tahun), Ibu hamil, Laki- laki (>
15 tahun).
-KESIMPULAN
 Anemia adalah gejala dari kondisi yang
mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tidak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah.

 Anemia bisa disebabkan oleh kehilangan darah,


diare dan malabsorbsi, frekuensi donor darah
yang sering dan konsumsi makanan yang tidak
adekuat. Anemia pada remaja putri dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya pola makan
dan pola menstruasi.

 Berdasarkan hasil penelitian diatas disimpulkan


bahwa ada hubungan pola makan dengan
kejadian anemia pada remaja putri di MTs
Ma’Arif Nyatnyono Kabupaten Semarang. Ada
hubungan pola menstruasi dengan kejadian
anemia pada remaja putri di MTs Ma’Arif
Nyatnyono Kabupaten Semarang.
-JUDUL JURNAL II
HUBUNGAN KONSUMSI ZAT BESI
DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA
MURID SMP
PENDAHULUAN
• Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit sehingga
jumlah eritrosit dan/atau kadar hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Biasanya anemia ditandai dengan penurunan
kadar hemoglobin kurang dari 13,5 g/dL pada pria dewasa dan kurang dari 11,5 g/dL pada
wanita dewasa. Penyebab terjadinya anemia, yaitu: asupan yang tidak adekuat, hilangnya sel
darah merah yang di sebabkan oleh trauma, infeksi, perdarahan kronis, menstruasi, dan
penurunan atau kelainan pembentukan sel, seperti: hemoglobinopati, talasemia, sferositosis
herediter, dan defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrogenase.
• Umumnya zat besi yang berasal dari sumber pangan nabati , seperti: kacangkacangan dan
sayur-sayuran mempunyai proporsi absorbsi yang rendah dibandingkan dengan zat besi yang
berasal dari sumber pangan hewani , seperti: daging, telur, dan ikan. Menurut WHO. Penelitian
yang dilakukan oleh Manampiring Provinsi Sumatera Barat tahun 2014 terdapat 1.833 murid
SMP dan 1.718 murid SMA yang menderita anemia.
METODE PENELITIAN
 Jenis penelitian ini analitik observasional dengan desain cross sectional yang dilaksanakan pada
Februari – Juli 2015.
 Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 27 Padang. Pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik systematic random sampling dengan jumlah populasi 468 murid, sedangkan jumlah sampel
penelitian adalah 102 murid SMP Negeri 27 Padang yang memenuhi kriteria inklusi.
 Data yang dikumpulkan dalam bentuk data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara
langsung oleh peneliti dari responden yang dikumpulkan mengenai identitas dan karakteristik anak.
Konsumsi zat besi diukur dengan kuisioner food recall 2 x 24 jam dan penetapan kadar hemoglobin
dengan metode hemometer digital.
 Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan analisis univariat untuk memberikan gambaran
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dan analisis bivariat untuk membuktikan ada atau
tidaknya hubungan antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan aplikasi
komputer dengan uji korelasi Pearson.
-07-
HASIL
PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
JURNAL

Secara teori terdapat terdapat 2 faktor yang menyebabkan terjadinya anemia, yaitu: faktor langsung
dan faktor tidak langsung.
 Faktor langsung yang dapat menyebabkan anemia, yaitu: adanya infeksi yang disebakan oleh
cacing tambang, malaria dan tuberculosis. Menurut penelitian Permaesih dan Herman yang
dilakukan pada tahun 2005 hanya 0,8% anemia yang disebabkan karena infeksi tersebut.
 Sedangkan faktor tidak langsung yang memyebabkan terjadinya anemia adalah keadaan sosial
ekonomi yang rendah. Pada penelitian diatas didapatkan bahwa sebanyak 80% muridnya berasal
dari kalangan ekonomi rendah dengan sebagian besar pekerjaan orang tuanya adalah buruh dan
petani.
-KESIMPULAN
Didapatkan Kekuatan hubungan yang
sangat lemah. Berpola positif, artinya
semakin tinggi konsumsi zat besi
semakin tinggi kadar hemoglobinnya.
Tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara konsumsi zat besi
dengan kejadian anemia pada murid
SMP Negeri 27 Padang
-JUDUL JURNAL III
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT ANEMIA PADA IBU HAMIL USIA
KEHAMILAN 1-3 BULAN DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS BONTOMARANNU KABUPATEN GOWA
PENDAHULUAN
• Menurut World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia kehamilan sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 11gr atau kurang dari 33% pada setiap waktu pada kehamilan yang
mempertimbangkan hemodilusi yang normal terjadi dalam kehamilan dimana kadar
hemoglobin kurang dari 11 gr pada trimester pertama (Atikah Proverawati, 2018; 82).
• Tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di
bidang kesehatan. Penyebab kematian langsung dapat bersifat medik maupun non medik.
Faktor non medic diantaranya keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu,
lingkungan hidup dan perilaku. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi status kesehatan
ibu, dimana status kesehatan ibu merupakan faktor penting penyebab kematian ibu.(Sarwono
Prawira harja, 2018; 204).
• Kematian ibu di Indonesia secara umum disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, penyebab
obstetri langsung meliputi perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%,
sedangkan penyebab tidak langsung yaitu adanya permasalahan nutrisi meliputi anemia pada
ibu hamil 40%.
METODE PENELITIAN

 Desain penelitian ini digunakan adalah Penelitian observasional dengan pendekatan Cross
sectional, dimana data tentang variabel dependen dan independen akan dikumpulkan
 Dalam waktu bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei- Juli 2019.
 Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang diteliti.
 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di wilayah Puskesmas
Bontomarannu sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil
yang mencapai umur Kehamilan 1-3 Bulan (0- 12 minggu).
 Metode pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan
purposive Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 28 responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari pengolahan dan penyajian data yang telah dilakukan akan dibahas sesuai dengan
variabel yang diteliti, yaitu sebagai berikut:

• Hubungan antara pengetahuan ibu tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 28 orang yang dijadikan sebagai sampel penelitian, untuk tingkat pengetahuan ibu
tentang anemia terbanyak pada kategori baik dengan jumlah sebanyak 18 orang, terdapat 1 orang yang
mengalami riwayat anemia sedangkan 17 orang yang tidak mengalami riwayat anemia dari jumlah keseluruhan
responden. Jumlah ini merupakan yang terbanyak di bandingkan dengan jumlah kategori kurang dengan
jumlah yang pernah mengalami anemia sebanyak 2 orang dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin
baik Tingkat Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil, maka semakin memperkecil kejadian ibu hamil terkena
anemia. Peningkatan dari nilai tingkat pengetahuan Meningkatkan nilai hemoglobin dengan Hubungan kedua
variabel signifikan hubungan yang positif dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh tingkat
pendidikan.Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat Pendidikan, maka akan
semakin tinggi tingkat pengetahuan.
LANJUTAN..
• Hubungan antara pola makan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Pada masa
kehamilan sering terjadi kekurangan zat besi sehingga terjadi penurunan kadar Hb yang
disebabkan oleh hermodilusi dalam tubuh ibu hamil dan kurang baiknya pola makan serta
konsumsi makanan yang mengandung zat besi. Sedangkan pola makan yang tidak seimbang
akan menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan gizi atau sebaliknya pola konsumsi yang tidak seimbang
juga mengakibatkan zat gizi tertentu berlebih dan menyebabkan terjadinya gizi lebih
(Waryana, 2017).

• Hubungan antara jarak kehamilan dengan Jarak kehamilan terlalu dekat yaitu kurang dari 2
tahun.Menjadi resiko karena sistem reproduksi belum kembali seperti keadaan semula
sebelum hamil.Risiko jarak kehamilan terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya
anemia.Hal tersebut karena tubuh seorang ibu belum cukup untuk mengumpulkan cadangan
nutrisi setelah melalui hamil pertama.
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Bontomarannu


Kabupaten Gowa tahun 2019 maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan Kejadian
anemia pada ibu hamil pada Usia kehamilan 1-3 bulan dan nilai P=0,004.
2. Ada hubungan antara pola makan Dengan kejadian anemia pada ibu hamil pada
usia kehamilan 1-3 bulan dan nilai p=0,049.
3. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia Pada ibu hamil
pada usia kehamilan 1-3 bulan dan nilai p=0,001
-JUDUL JURNAL IV
PENGARUH EDUKASI PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN ANEMIA
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
HAMIL
PENDAHULUAN
Di Indonesia penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan,hipertensi saat hamil dan infeksi.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Angka Kematian Ibu pada tahun 2015 sebanyak 45 kasus, padar
tahun 2016 naik 74 kasus dan pada tahun 2017menurun menjadi 51 kasus, Adapun penyebab kematian ibu di
Kabupaten Garut pada tahun 2017 sebagian besar adalah perdarahan. Menurut Manuaba salah satu penyebab
kematian pada ibu hamil adalah anemia dalam kehamilan. Seorang wanita yang mengalami perdarahan setelah
melahirkan dapat menderita akibat anemia berat dan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.

Anemia merupakan menurunnya kadar hemoglobin,hematokrit dan jumlah sel darah merah
dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah
karena kondisi patologis. Anemia merupakan kondisi kesehatan yang sering ditemukan pada masyarakat dengan
ekonomi rendah. Anemia yang sering ditemukan adalah anemia defisiensi zat besi. Wanita hamil sangat sulit
untuk mendapatkan cukup zat besi walaupun telah mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi setiap hari.
Penyebab hal tersebut karena zat besi adalah salah satu nutrient yang tidak dapat diperoleh dalam jumlah
adekuat dari makanan yang dikonsumsi selama hamil (Bobak, dkk, 2005) dalam Nurhayati, Halimatusakdiah, &
Asniah(2015). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah dan menangani terjadinya anemia pada ibu hamil
akan tetapi belum menunjukan penurunan angka anemia yang signifikan,salah satu faktor yang menyebabkan
anemia masih tinggi adalah masih rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe.
METODE PENELITIAN

 Desain penelitian menggunakan metode Pre Eksperiment Design One Group dengan jenis Pre
Test and Post Test Group yaitu rancangan yang hanya menggunakan satu kelompok subyek,
pengukuran dilakukan sebelum mendapatkan perlakuan dan sesudah mendapatkan
perlakuan.
 Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampaiSeptember 2018.
 Instrumen penelitian menggunakan angket. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang
berjumlah 37 orang.
 Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling sehingga semua responden
mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
 Pengaruh edukasi pencegahan dan penanganan anemia terhadap pengetahuan ibu hamil di Puskesmas
Haurpanggung dapat dilihat dari hasil uji tes yang dilakukan pada 37 responden. Nilai rata-rata sikap
responden tentang pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil sebelum edukasi 50,54 dengan standar
deviasi 29,72 sedangkan sesudah edukasi rata-rata sikap 69,73 dengan standar deviasi 13,64 dan terdapat
perbedaan sikap sebelum dan sesudah edukasi sebesar 19,19 dengan P-Value 0,000. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Solehati dkk, (2018) pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap rata-rata
pengetahuan responden dalam deteksi dini dan pecegahan anemia pada ibu hamil.

 Tujuan dari edukasi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pencegahan dan
penanganan anemia pada ibu hamil, dengan meningkatnya pengetahuan ditunjang dengan sikap yang
mendukung diharapkan ibu hamil akan secara sadar melakukan pencegahan dan penanganan anemia. Untuk
penanganan anemia ringan pada ibu hamil menurut Safrudin (2012) diantaranya mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Sejalan dengan
penelitian Murgiyanta (2006), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang
anemia defisiensi zat besi dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe. Upaya pencegahan
dan penanganan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan secara optimal apabila ibu hamil dan keluarga
berperilaku positif terhadap upaya tersebut.
KESIMPULAN

 Ada pengaruh edukasi tentang pencegahan dan penanganan anemia


pada ibu hamil dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil.
Thank You
wassalamualaikum Wr Wb..

Anda mungkin juga menyukai