Anda di halaman 1dari 48

A B C D E F G H I J K

1
2
3
4
5

Penyakit
6
7

Typus
8
9
10
11
12 Kelompok 7
13
Andrarista Putri F
14 (2019030002)
15 Aurora Barolina
(2019030005)
16
Taufik Febrianto M
(2019030023)
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Definisi
4
5 • Demam tifoid atau thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
6 biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
7 gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Dalam masyarakat 2
8
penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus. Penyakit ini disebabkan
9
oleh Salmonella typhi dan hanya didapatkan pada manusia
• Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan higiene pribadi dan sanitasi
10
lingkungan seperti higiene perorangan yang rendah, lingkungan yang kumuh,
11
kebersihan tempat-tempat umum yang kurang serta perilaku masyarakat yang
12
tidak mendukung untuk hidup sehat.
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Prevelensi
4
5 • Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 jumlah kejadian demam tifoid dan
6
paratifoid di Rumah Sakit adalah 13 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada
tahun 2010 penderita demam tifoid dan paratifoid sejumlah 41 jiwa. Tifoid termasuk
7
dalam kejadian luar biasa dengan attack rate sebesar 0,37% yang menyerang 4
8 kecamatan dengan jumlah 4 desa dan jumlah penderita 51 jiwa.
9 • Kota Ternate menunjukkan bahwa kasus Demam Tifoid selalu terjadi setiap bulannya
10 dan merupakan penyakit yang sering terjadi dalam jumlah yang besar. Rekapitulasi
bulanan data 4 kesakitan demam. Tifoid tingkat puskesmas se-Kota Ternate kasus
11
Demam Tifoid mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 2003
12
sebesar 81 kasus, kemudian mengalami peningkatan kasus pada tahun 2004 yaitu
13 sebanyak 87 kasus, dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebanyak 112 kasus
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Lanjutan
4
5 • Demam Tifoid sebesar 150 jiwa yang menyerang 3 kecamatan
dan jumlah 3 desa dengan attack rate sebesar 2,69%.
6
• Dari hasil survei PHBS yang dilakukan Puskesmas Kalumpang
7
tahun 2015, jumlah rumah yang ada sebanyak 511 unit
8 sedangkan kategori rumah yang memenuhi syarat kesehatan
9 sebanyak 243 rumah. PHBS tatanan rumah tangga merupakan
10 tatanan yang mempunyai daya ungkit paling besar terhadap
perilaku kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu
11
faktor pendukung terjadinya penyakit atau penyebab kematian
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Faktor Resiko
4
5
6
7
8
9
10 Higiene Lingkungan yang Kebersihan tempat
perorangan rendah kumuh umum yang kurang
11
serta perilaku
12 masyarakat yang
13 tidak mendukung
14 untuk hidup sehat
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Kelompok Resiko
4
5 • Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhi dan hanya
didapatkan oleh manusia
6
• Penyakit typus dapat menyerang anak – anak usia 12-13 tahun
7 (70%-80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%), dan diatas usia
8 pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%) dan kaum launjut usia
• Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 jumlah
9
kejadian demam tifoid dan paratifoid di Rumah Sakit adalah 13
10 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2010
11 penderita demam tifoid dan paratifoid sejumlah 41 jiwa. Tifoid
12
termasuk dalam kejadian luar biasa dengan attack rate sebesar
0,37% yang menyerang 4 kecamatan dengan jumlah 4 desa dan
13 jumlah penderita 51 jiwa.
14 • Demam Tifoid sebesar 150 jiwa yang menyerang 3 kecamatan dan
15 jumlah 3 desa dengan attack rate sebesar 2,69%.
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Dampak
4
5 • Penyakit typus dapat menyebabkan komplikasi jika tidak
diatasi dengan baik
6
• Pendarahan atau terbentuknya lubang pada usus menjadi
7
komplikasi tifus cukup parah
8 • Kemudian ada radang otot jantung, radang selaput jantung,
9 radang paru – paru, radang pancreas, infeksi ginjal, hingga
10 infeksi kandung kemih
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Upaya pencegahan
4
• Cuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan dan minuman, serta setelah buang air
5 kecil atau besar, maupun usai membersihkan kotoran, misalnya saat mencuci popok bayi.
6 • Jika ingin bepergian ke tempat yang memiliki kasus penyebaran tifus, sebaiknya
pastikan air yang akan diminum sudah direbus sampai matang.
7 • Jika harus membeli minuman, sebaiknya beli air minum dalam kemasan.
• Kurangi membeli jajanan secara sembarangan di pinggir jalan, karena mudah sekali
8 terpapar bakteri.
• Hindari mengonsumsi es batu yang bukan dibuat sendiri.
9 • Hindari mengonsumsi buah dan sayuran mentah, kecuali terlebih dahulu dicuci dengan
air bersih dan kulitnya dikupas.
10
• Batasi konsumsi jenis-jenis makanan boga-bahari (seafood), terutama yang masih
11 mentah, karena tingkat kesegarannya sulit diketahui secara pasti.
• Sebaiknya gunakan air matang untuk menggosok gigi atau berkumur, terutama jika sedang
12 berada di tempat yang belum dijamin kebersihannya.
• Bersihkan kamar mandi secara teratur. Hindari bertukar barang pribadi, seperti
13 handuk, seprai, dan peralatan Cuci benda-benda tersebut secara terpisah di dalam air
hangat.
14 • Hindari konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi (bukan susu kemasan).
15 • Konsumsi antibiotik yang diresepkan oleh dokter dan ikutilah petunjuk pemakaian yang
telah diberikan. Pengobatan antibiotik harus dilakukan hingga periode pengobatan
16 berakhir untuk mencegah resistensi obat
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Pengobatan
4
5 • Selama tiga hari pasien harus berbaring di tempat tidur
hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan
6
berjalan.
7
• Untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa
8 pusing, Anda dapat memberikan obat paracetamol. Sedangkan
9 pada anak yang mengalami demam tifoid maka pilihan
10 antibiotika yang baik adalah kloramfenikol selama 10 hari.
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk menentukan obat
11
yang baik untuk mengatasi demam tifoid.
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2 Penulis : Erpi Nurdin
Volume : 11 No. 1 Tahun
3 2018

4
5
6 Penyuluhan Cemaran Bakteri Salmonella
typhi Pada Feses Anak Terhadap Personal
7
8
9 Higiene Di Kelurahan Kampung Makassar
10
11
Timur Kota Ternate
12 Kelompok 7
13
Andrarista Putri F
14 (2019030002)
15 Aurora Barolina
(2019030005)
16
Taufik Febrianto M
(2019030023)
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Pendahuluan
4
5 • Demam tifoid atau thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih
6 dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.
7 Dalam masyarakat 2 penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau
thypus. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhi dan hanya
8
didapatkan pada manusia.
9 • Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 jumlah kejadian
10 demam tifoid dan paratifoid di Rumah Sakit adalah 13 diantaranya
meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2010 penderita demam tifoid
11 dan paratifoid sejumlah 41 jiwa. Tifoid termasuk dalam kejadian
12 luar biasa dengan attack rate sebesar 0,37% yang menyerang 4
kecamatan dengan jumlah 4 desa dan jumlah penderita 51 jiwa.
13
• Demam Tifoid sebesar 150 jiwa yang menyerang 3 kecamatan dan jumlah
14 3 desa dengan attack rate sebesar 2,69%.
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Lanjutan Pendahuluan
4
5 • Kota Ternate menunjukkan bahwa kasus Demam Tifoid selalu terjadi
setiap bulannya dan merupakan penyakit yang sering terjadi dalam
6 jumlah yang besar. Rekapitulasi bulanan data 4 kesakitan demam.
7 Tifoid tingkat puskesmas se-Kota Ternate kasus Demam Tifoid
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 2003
8
sebesar 81 kasus, kemudian mengalami peningkatan kasus pada tahun
9 2004 yaitu sebanyak 87 kasus, dan pada tahun 2015 mengalami
10 peningkatan sebanyak 112 kasus
• Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan higiene pribadi dan
11 sanitasi lingkungan seperti higiene perorangan yang rendah,
12 lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat umum yang kurang
serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat
13
• Dari hasil survei PHBS yang dilakukan Puskesmas Kalumpang tahun
14 2015, jumlah rumah yang ada sebanyak 511 unit sedangkan kategori
15 rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 243 rumah. PHBS
tatanan rumah tangga merupakan tatanan yang mempunyai daya ungkit
16 paling besar terhadap perilaku kesehatan masyarakat yang merupakan
salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit atau penyebab
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Metode
4
5 Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Pot
penampung feses steril, Medium Salmonella shigella Agar
6
(SSA), Medium Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Lampu spirtus,
7
Spirtus, Mikroskop, Tabung steril, Objek gelas dan kaca
8 penutup, Swab steril, Carry and Blair, Selenite broth,
9 Gentian Violet, Ose bulaT, Ose lurus, Lugol, Etanol 96%,
10 Fuchsin, Minyak emersi.
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3
4
5

Hasil penelitian
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Tabel 1 dan Tabel 2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3
4
5 • Kelurahan Kampung Makassar Timur, merupakan kawasan dengan
sanitasi yang kurang baik. Terlihat tingginya kasus
6
kecacingan, sesuai dengan penelitian Noni Albaar tahun
7
2016. Menurut pengamatan peneliti, kawasan kampong Makassar
8 masih terlihat keadaan yang belum mencerminkan Perilaku
9 Hidup Sehat.
10 • Berdasarkan hasil penelitian dari 40 sampel yang diperiksa
terdapat 2 sampel positif Salmonella typhi dengan sanitasi
11
buruk, 15 sampel positif dengan sanitasi cukup baik, dan
12 tidak terdapat sampel positif dengan sanitasi baik.
13 • Data penelitian di olah dengan menggunakan uji corelasi
14 Contigens dengan variabel nominal untuk pengukuran
15
Salmonella typhi, dan variable ordinal tingkat personal
hygiene. Dari hasil pengolahan data di peroleh tingkat
16
kemaknaan hubungan 0,037
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Kesimpulan
4
5 • Terdapat 17 sampel responden terdeteksi positif Salmonella
typhi, dengan tingkat hygiene 3 buruk, 30 cukup baik , dan
6
7 baik.
7
• Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh p value
8 0,037<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
9 bermakna antara cemaran Salmonella typhi pada feses anak
10 terhadap personal hygiene
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Hasil dan Pembahasan
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Pembahasan
4
5 • Kelurahan Kampung Makassar Timur, merupakan kawasan dengan
sanitasi yang kurang baik. Terlihat tingginya kasus
6
kecacingan, sesuai dengan penelitian Noni Albaar tahun
7
2016. Menurut pengamatan peneliti, kawasan kampong Makassar
8 masih terlihat keadaan yang belum mencerminkan Perilaku
9 Hidup Sehat
10 • Berdasarkan hasil penelitian dari 40 sampel yang diperiksa
terdapat 2 sampel positif Salmonella typhi dengan sanitasi
11
buruk, 15 sampel positif dengan sanitasi cukup baik, dan
12 tidak terdapat sampel positif dengan sanitasi baik.
13 • Data penelitian di olah dengan menggunakan uji corelasi
14 Contigens dengan variabel nominal untuk pengukuran
15
Salmonella typhi, dan variable ordinal tingkat personal
hygiene. Dari hasil pengolahan data di peroleh tingkat
16
kemaknaan hubungan 0,037
A B C D E F G H I J K

1
2 Penulis : Djunizar
Volume : 1 No. 2 Tahun
2018 Djamaludin1
3
, Setiawati2
4
5
6 Penyuluhan Tentang Demam Tifoid Di SMA
NEGERI 01 KOTABUMI
7
8
9 LAMPUNG UTARA
10
11
12 Kelompok 7
13
Andrarista Putri F
14 (2019030002)
15 Aurora Barolina
(2019030005)
16
Taufik Febrianto M
(2019030023)
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Pendahuluan
4
5
• Thypoid atau yang sering disebut tifus adalah penyakit infeksi sistematik
akut yang disebabkan infeksi salmonella tyhpi, dan dapat di tularkan
6 melalui berbagai cara yaitu: Food (makanan), Fingers (jari tangan/ kuku),
Vomitus (muntah), Flies (lalat), dan Feses. Organisme salmonella tyhpi
7
ini masuk melalaui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh feses dan
8 urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Novita, 2015).
9
• Pola makan adalah kebiasaan makan yang dikonsumsi sehari-hari. Pola makan
terdiri dari frekuensi,jenis dan jumlah. Jenis makanan terdiri dari
10 makanan pokok dan makanan selingan/jajan. Secara umum, untuk memperkecil
kemungkinan tercemar salmonella typhi, maka setiap individu harus
11
memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi.
12 Kecendrungan membeli makanan sendiri atau jajanan untuk di konsumsi
sehari-hari merupakan penularan tifus dapat terjadi dimana saja dan kapan
13
saja, biasanya terjadi melalui konsumsi makanan di luar rumah atau di
14 tempat-tempat umum, apabila makanan atau minuman kurang bersih (Addin
2009 dalamNurvina 2013). Dengan pola makan yang sehat, kondisi fisik
15
tubuh akan lebih terjamin sehingga tubbuh akan dapat melakukan aktifitas
16 dengan baik pula (Sulistyoningsih, 2011).
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Lanjutan Pendahuluan
4
5 • Menurut Rachmawati (2006) dalam Putra (2012) menyatakan
bahwa Sumber penularan utama demam typhoid adalah penderita
6
itu sendiri dan carrier, yang mana mereka dapat
7
mengeluarkan berjuta-juta kuman Samonella typhi dalam
8 tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber penularan. Debu
9 yang berasal dari tanah yang mengering, membawa bahan-bahan
10 yang mengandung kuman penyakit yang dapat mecemari makanan
yang dijual di pinggir jalan. Debu tersebut dapat
11
mengandung tinja atau urin dari penderita atau karier demam
12 typhoid. Bila makanan dan minuman tersebut dikonsumsi oleh
13 orang sehat terutama anak-anak sekolah yang sering jajan
14 sembarangan maka rawan tertular
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Metode
4
5 • Subyek dalam kegiatan pengabdian ini adalah para siswa di
SMA Negeri 01 Kotabumi, Lampung Utara. Pada tahap awal
6
dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan yang berkaitan
7
demam tifoid. Pertanyaan yang diberikan seputar definisi,
8 tanda dan gejala, penyebab demam tifoid dan cara
9 penularan. Soal diberikan berupa pertanyaan terbuka.
10 • Setelah dilakukan pre test, kegiatan selanjutnya adalah
penyuluhan tentang demam tifoid. Materi dijelaskan oleh
11
narasumber dengan menggunakan media power point yang
12 menarik , dan juga leaflet tentang demam tifoid. Setelah
13 penyuluhan selesai, subyek kegiatan diberikan pertanyaan
14 lagi (post test) dengan pertanyaan yang sama.
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3
4
5

Hasil penelitian
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 • Penyuluhan tentang demam tifoid di SMA Negeri 01 Kotabumi, Lampung
Utara berjalan dengan lancar. Peserta hadir sebanyak 32 siswa.
4 Berikut gambar pelaksanaan penyuluhan:
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Lanjutan
4
5 • Pengetahuan subyek (para siswa) setelah dilakukan
penyuluhan meningkat, dimana sebelum dilakukan penyuluhan
6
tentang demam tifoid belum banyak mengetahui pada akhir
7
penyuluhan menjadi lebih paham. Terdapat 90% siswa yang
8 mengalami peningkatan pengetahuan tentang demam tifoid.
9 Rerata peningkatan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
10 pada kisaran angka 60%. Hal ini dalam kategori baik. Adanya
variasi dari karakteristik subyek menjadi salah satu faktor
11
yang mempengaruhi pencapaian rerata peningkatan
12 pengetahuan.
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2 Penulis : La Rangki,
Fitriani
3
4
5
6 ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM
TYPHOID
7
8
9
10
11
12 Kelompok 7
13
Andrarista Putri F
14 (2019030002)
15 Aurora Barolina
(2019030005)
16
Taufik Febrianto M
(2019030023)
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Pendahuluan
4
5
• WHO (World Health Organization) memperkirakan terdapat sekitar 17 juta
kematian terjadi tiap tahun akibat penyakit ini. Asia menempati urutan
6 tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus terjadi tiap
tahunnya. Di Indonesia diperkirakan antara 800-100.000 orang yang terkena
7
penyakit demam thypoid sepanjang tahun. Kasus thypoid di derita oleh anak
8 – anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000
pertahunnya (WHO, 2010)
9
• Pada tahun 2008 demam tifoid diperkirakan 216.000-600.000 kematian.
10 Kematian tersebut, sebagian besar terjadi di Negara-negara berkembang dan
80% kematian terjadi di Asia. Kematian di rumah sakit berkisar antara 0-
11
13,9%. Prevalensi pada anak-anak kematian berkisar antara 0-14,8%. (WHO,
12 2013).
13
• Pada tahun 2014 diperkirakan 21 juta kasus demam tifoid
200.000diantaranya meninggal dunia setiap tahun. (WHO, 2014)
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Lanjutan Pendahuluan
4
5 • Di Indonesia penyakit demam typhoid merupakan penyakit
endemis dan menyebabkan kematian sebesar 3,3 % dari seluruh
6
kematian di Indonesia, dan keadaan ini ada hubungannya
7
dengan tingkat kesehatan dan sanitasi yang jelek. Insidensi
8 demam typhoid di Indonesia diperkirakan antara 350 – 810/
9 100.000 ribu penduduk pertahun atau 600.000 sampai 1,5 juta
10 kasus pertahun (Litbangkes, 2008)
• Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan oleh
11
peneliti kepada 15 responden penderita penyakit demam
12 typhoid yang pernah dirawat inap RSUD Kab Muna tahun 2013
13 Menyatakan bahwa, yang erat kaitannya dengan kejadian demam
14 typhoid adalah personal hygiene atau kebersihan perorangan,
15
yang meliputi lingkungan kotor, kebiasaan makan makanan
serta minuman yang telah terkontaminasi oleh kuman
16
Salmonella Thypi
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Metode
4
5 • Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional
dengan desain case control. Rancangan ini mempelajari hubungan
6 antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara
7 membandingkan kelompok kasus dan kelompok control berdasarkan
status paparannya (Arikunto,2007)
8
• Penelitian ini menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu efek
9 (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini,
10 kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada
waktu yang lalu (Notoatmojo, 2010) Populasi dalam penelitian ini
11 adalah pasien yang pernah dirawat inap karena menderita demam di
12 RSUD Kab Muna tahun 2014 periode Januari sampai dengan bulan April
tahun 2014 dengan jumlah populasi sebanyak 78 orang yang menderita
13
demam. Metode Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
14 menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 39 orang yang
15 berada di wilayah kecamatan Katobu Penelitian ini telah
dilaksanakan di RSUD Kab Muna.
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Hasil
4
5 • Karakteristik Responden
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
6
7
8
9
10
11 Berdasarkan hasil dari tabel diatas menunjukan bahwa dari 78
responden yang diteliti diketahui bahwa responden yang paling banyak
12
adalah pada kelompok umur 1-12 tahun yaitu sebesar 38 orang (48,7%)
13 dan yang paling sedikit adalah pada kelompok umur >49 tahun yaitu 5
14 orang (6,4%).

15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Hasil
4
5
• Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
6
7
8
9
Berdasarkan data dari tabel diatas menunjukan bahwa dari 78 responden yang
10 diteliti diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah yang
11 berjenis kelamin laki-laki yaitu 45 orang (58%) dan yang berjenis kelamin
perempuan sebenyak 23 orang (42%).
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Hasil
4
5 1. Analisis univarat
Distribusi sikap Resopnden
6
7
8
9
10
Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukan bahwa dari 78 responden
11 yang mempunyai sikap dengan kategori baik adalah 34 orang (43,6%),
12 sedangkan sikap dengan kategori kurang adalah 44 orang 56,4%).
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Hasil
4
5 • Distribusi kebiasaan makan di luar
6
7
8
9
10 Berdasarkan data pada Tabel diatas menunjukan bahwa dari 78 responden
yang mempunyai kebiasaan makan diluar rumah dengan kategori kurang
11 adalah 46 orang (71,6%), sedangkan tingkat pengetahuan dengan
12 kategori baik adalah 32 orang (28,2%).
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Hasil
4
5 Analisis Bivarat
Pengaruh sikap terhadap kejadian demam typhoid.
6
7
8
9
10
11 Pada tabel pengaruh sikap terhadap kejadian demam typhoid diketahui
12 bahwa pengaruh sikap terhadap kejadian demam typhoid dengan Odds
Ratio adalah sebesar 10,286 jauh lebih besar dari angka 1. Artinya
13
bahwa, resoponden yang sikapnya kurang, memilki resiko 10,286 kali
14 untuk menderita demam typhoid dibanding dengan responden yang
15 sikapnya baik.
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Hasil
4
5 Pengaruh kebiasaan makan di luar rumah terhadap kejadian demam
typhoid
6
7
8
9
10
Pada tabel pengaruh kebiasaan makan di luar rumah terhadap kejadian
11 demam typhoid dengan Odds Ratio adalah sebesar 2,970 jauh lebih besar
12 dari angka 1. Artinya bahwa, resoponden yang memiliki kebiasaan makan
di luar rumah, memiliki resiko 2,970 kali untuk menderita demam
13
typhoid dibanding dengan responden yang kebiasaan makan di luar rumah
14 jarang.
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Pembahasan
4
• Menurut Addin, (2009), yang menyatakan bahwa penularan tifus dapat
5 terjadi dimana saja dan kapan saja, biasanya terjadi melalui konsumsi
6 makanan di luar rumah atau di tempat-tempat umum, apabila makanan atau
minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Dapat juga disebabkan karena
7 makanan tersebut disajikan oleh seorang penderita tifus yang kurang
8 menjaga kebersihan saat memasak. Dapat juga disebabkan karena makanan
tersebut disajikan oleh seorang penderita tifus laten (tersembunyi) yang
9 kurang menjaga kebersihan saat memasak. Seseorang dapat membawa kuman
10 tifus dalam saluran pencernaannya tanpa sakit, ini yang disebut dengan
penderita laten. Penderita ini dapat menularkan penyakit tifus ini
11 kebanyak orang, apalagi jika dia bekerja dalam menyajikan makanan bagi
12 banyak orang seperti tukang masak di restoran
• Upaya kesehatan yang harus dilakukan adalah memberikan pengetahuan bagi
13 masyarakat dengan cara penyuluhan kepada masyarakat tentang pengendalian
14 kejadian demam tifoid. salah satunya yaitu jangan membiasakan makan di
warung makan yang kurang terjamin kebersihannya dan memberikan
15 penyuluhan kepada pedagang supaya selalu menjaga kebersihan dagangannya.
16 Baik dari pencucian alat, bahan dan sampai dengan penyediaan makanannya.
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Kesimpulan
4
5 Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan faktor risiko kejadian demam typhoid di RSUD
6
Kabupaten Muna dan kebiasaan makan diluar rumah merupakan
7
factor risiko terhadap kejadian demam typhoid di RSUD
8 Kabupaten Muna
9
10
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2 Penulis : Ahmad
Volume : Vol.14 No.1
Tahun 2014 Dahlan1
3
Akhsin Munawar2
4 Supriadi3

5
6 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN FAKTOR
7
BUDAYA DENGAN KEJADIAN
8
9
TIFUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMBUR
10
KABUPATEN TANJUNG JABUNG
11 TIMUR TAHUN 2013
12 Kelompok 7
13
Andrarista Putri F
14 (2019030002)
15 Aurora Barolina
(2019030005)
16
Taufik Febrianto M
(2019030023)
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Pendahuluan
4
5 • Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus
demam tifoid, Diseluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan
6
500-600 ribu kematian setiap tahunnya. Demam tifoid
7
merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada
8 anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan
9 terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami anak
10 lebih ringan dari pada dewasa. Hampir disemua daerah
endemik, insiden demam tifoid banyak terjadi pada anak usia
11
5-19 tahun (Nugroho, 2011)
12 • Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 22 juta penyakit
13 tifus dengan 200.000 kematian setiap tahun.
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Pendahuluan
4
5 Berdasarkan pengamatan pedahuluan, keadaan lingkungan
desa Lambur kurang memenuhi syarat kesehatan dikarenakan
6
masyarakatnya masih kesulitan dalam penyediaan air bersih serta
7 berprilaku dan pengetahuan yang rendah dengan penggunaan air
8 bersih, dimana masyarakat juga masih menggunakan bersumber air
dari sungai serta sungainya sekaligus digunakan untuk jamban
9
/tempat BAB/BAK serta dimanfaatkan cuci mandi kakus. Air limbah
10 dari rumah ke arah sungai sering tidak mengalir serta sangat
11 potensial tempat berkembangbiaknya vektor seperti kecoak, jentik
12
nyamuk dan tikus dan sampah akan berserakan, bahkan masih
ditemukan tinja, oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian
13 apakah kejadian tifus yang setiap bulannya meningkat secara
14 terus menerus di desa tersebut berhubungan dengan kondisi
15 lingkungan yang jelek dan kebiasaan yang tidak sehat serta
faktor budaya dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu
16
dicermati,
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Metode
4
5 Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
menggunakan rancangan cross sectional yaitu rancangan studi
6
epidemiologi yang mempelajari hubungan antara efek (penyakit
7
atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko
8 tertentu.
9
10
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Hasil penelitian
4
5 • Analisis Univariat
Untuk melihat sebagai gambaran dari masing-masing variabel
6
maka digunakan penyajian data sesuai dengan dikategorikan
7
kejadian tifus yakni ada penderita tifus sebanyak 77
8 (17,38%) sedangkan yang tidak penderita tifus sebanyak 366
9 (82,62%) hal ini terlihat pada diagram 4 berikut ini :
10
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Hasil penelitian
4
5 • Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
6
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
7
(Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Analisis pada penelitian
8 ini menggunakan uji chi square pada taraf signifikan p
9
10 • Tabel 3 Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Faktor
Dengan Kejadian Tifus Di Desa Lambur Kecamatan Muara Sabak
11
Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Pembahasan
4
5 • Hasil penelitian ini mengindikasikan kembali bahwa promosi tentang
penggunaan jamban masih kurang atau belum optimal dilaksanakan.
6 Disamping itu pula belum ada metode ataupun cara yang diinginkan
7 oleh responden dalam menggunakan jamban. Maka untuk dapat
mengatasi hal tersebut perlu dilakukan beberapa hal diantaranya :
8
1). Petugas kesehatan atapun tokoh penyuluh lainnya menyediakan
9 metode yang diingini oleh klien dengan maksud petugas membantu
10 klien membuat keputusan ataupun petugas kesehatan memberikan
konseling tentang menggunakan jamban yang baik dan memenuhi syarat
11 kesehatan sekaligus petugas mendorong klien untuk berpikir melihat
12 persamaan yang ada dan membandingkan dengan buang air besar
disembarang tempat sehingga dengan cara demikian maka klien akan
13
menggunakan jamban tersebut dengan baik. 2). Membantu klein untuk
14 mengerti dan mengingat cara menggunakan jamban dengan sehat.
15 Petugas kesehatan memberi contoh dan menjelaskan pada klien
bagaimana cara-cara pemakaiannya
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Kesimpulan
4
5 • Ada hubungan yang bermakna antara Saluaran pembuangan air
limbah dengan kejadian tifus di wilayah kerja puskesmas
6
Lambur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013 dengan p
7
value 0,033 > 0,05.
8 • Ada hubungan yang bermakna antara sumber air yang
9 digunakan dengan kejadian tifus di wilayah kerja puskesmas
10 Lambur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013 dengan p
value 0,000 > 0,05.
11
• Ada hubungan yang bermakna antara kepemilikan jamban
12 dengan kejadian tifus di wilayah kerja puskesmas Lambur
13 Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013 dengan p value
14 0,000 > 0,05.
15
16
A B C D E F G H I J K

1
2
3 Kesimpulan
4
5 • Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan penggunaan
konsumsi air minum dengan kejadian tifus di wilayah kerja
6
puskesmas Lambur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013
7
dengan p value 0,020 > 0,05.
8 • Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan
9 pakai sabun sesudah BAB dengan kejadian tifus di wilayah
10 kerja Puskesmas Lambur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Tahun 2013 dengan p value 0,013 > 0,05.
11
• Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan
12 pakai sabun terhadap kejadian tifus di wilayah kerja
13 puskesmas Lambur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013
14 dengan p value 0,000 > 0,05.
15
16

Anda mungkin juga menyukai