Anda di halaman 1dari 49

Assalamu’alaikum

wr.wb
Zink
KELOMPOK 6
Nama Anggota :

1. Cahya Sinta Salsabila ( 201903000 )


2. Isna Iktiarni ( 2019030010 )
3. Novemi Nuril Wurihanitra ( 2019030014 )
Jurnal 1
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN
ZINK TERHADAP STATUS GIZI ANAK
SEKOLAH DASAR
Pendahuluan
Persoalan gizi dalam masyarakat merupakan faktor multidimensi yang menjadi penyebab munculnya kasus gizi
buruk dan gizi kurang. Salah satu bagian yang sangat penting adalah kecukupan pangan. Asupan gizi yang
kurang menyebabkan anak menjadi kurus dan pendek yang merupakan salah indikator dari status gizi pada anak.
Zink merupakan mikronutrisi yang penting untuk sintesa protein, diferensiasi sel dan pertumbuhan. Zink juga
merupakan agen anti inflamasi dan antioksidan pada tubuh manusia. Zink merupakan zat mikronutrisi yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit akan tetapi mutlak harus ada di dalam tubuh, karena zink tidak bisa digantikan
oleh zat gizi lain. Kecukupan zink ini sangat berguna untuk individu terutama pada anak yang mana pada anak
tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan.
Prevalensi defisiensi zink pada penduduk dunia tahun 2016 sebesar 17%.19 Defesiensi zink di Indonesia
merupakan masalah gizi mikro yang belum sepenuhnya teratasi, hal ini ditunjukkan dengan angka kejadian
defisiensi zink yang masih tinggi . Balita di Indonesia mengalami defisiensi zink sebesar 32% pada tahun 2006.
Metode penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi true experimental dengan


rancangan penelitian pre testpost test control grup design. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling
dimana setiap populasi yang hadir dijadikan sebagai sampel
penelitian. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SDN 13
Batang Anai kelas 2 – 3 yang hadir saat acara pengabdian
masyarakat. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan. Subjek
penelitian ini sebanyak 33 orang dengan usia 7 sampai 9 tahun
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Hasil
Pengu Tidak
kuran Teratur teratur Tabel 1.
berat Pre Post Pre Post
badan test test test test Distribusi pengukuran rerata
(kg) (kg) (kg) (kg)
berat badan subjek penelitian
Rerata 22,89 24,47 20,74 21,48 pre test dan post test pada
SD 3,10 3,65 3,23 3,46
Minim 19,90 20,10 16,10 16,80 masing-masing kelompok
um 30,00 33,70 28,60 29,80
anak
Maxim 0,000 0,000 0,000 0,000
um
Nilai p
Hasil
Pengu Teratur Tidak teratur
kuran
Pre test Post Pre Post
Tabel 2.
berat
(kg) test test test
badan
(kg) (kg) (kg) Distribusi pengukuran rerata
tinggi badan subjek
Rerata 123,20 125,70 119,88 121,86
SD 6,90 7,08 6,62 6,52 penelitian pre test dan post
Minimu 115,10 118,30 110,10 113,20
m 141,50 145,30 138,00 139,00
test pada masing-masing
Maxim 0,000 0,000 0,000 0,000 kelompok anak
um
Nilai p
Hasil
Pengu Teratur Tidak teratur
kuran Tabel 3.
Pre Post Pre Post
berat
test test test test
badan
(kg) (kg) (kg) (kg)
Distribusi penghitungan
rerata indeks massa tubuh
Rerata 14,80 15,16 14,56 14,52
SD 1,63 1,74 1,26 1,14 subjek penelitian pre test
Minim 12,43 13,08 12,72 12,90
dan post test pada masing-
um 18,38 19,32 17,93 16,67
Maxim 0,000 0,000 0,000 0,000 masing kelompok anak
um
Nilai p
Pembahasan
● Penilaian status BB, TB menunjukan adanya perbedaan yang bermakna BB
sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok. Hasil uji t berpasangan
terhadap pengukuran rerata BB, TB pre test dan post test untuk kelompok teratur
mengkonsumsi suplemen zink dengan kelompok yang tidak teratur mengkonsumsi
suplemen zink masingmasing p=0,000 ,p=0,000 ,p=0,000 , p=0,000. Hal ini sesuai
dengan penelitian metaanalisis yang menggunakan beberapa data tentang
pengaruh zink terhadap berat badan, tinggi badan dan dilakukan perbandingan
antar penelitian tersebut. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pemberian
suplemen zink berdampak signifikan terhadap peningkatan berat badan dan tinggi
badan.
Pembahasan

● Penilaian status IMT menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna IMT
sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok. Hasil uji t berpasangan
terhadap pengukuran rerata IMT pre test dan post test untuk kelompok teratur
mengkonsumsi suplemen zink dengan kelompok yang tidak teratur mengkonsumsi
suplemen zink masing-masing p=0,051 dan p=0,682. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian yang di lakukan pada pasien anak yang mengalami cystic fibrosis yang
menyimpulkan bahwa pemberian suplemen zink berdampak signifikan terhadap
peningkatan IMT..
Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ada pengaruh


.
pemberian suplemen zink terhadap BB, TB, dan IMT anak
SDN 13 Batang Anai.
Jurnal 2

Konsumsi Vitamin D dan Zink dengan Kejadian


Stunting pada Anak Sekolah SD Negeri 77 Padang
Serai Kota Bengkulu
Pendahuluan
1. Kekurangan gizi mikro merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian kurang gizi kronis
(Taufiqurrahman dkk., 2009). Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan penurunan efisiensi
penyerapan kalsium dan fosfor (Valentina dkk, 2014). Vitamin D merupakan prohormon yang
berperan penting dalam penyerapan kalsium di dalam usus (Pusparini, 2014). Vitamin D membantu
penyerapan terhadap kalsium, karena apabila penyerapan kalsium terganggu maka pertumbuhan juga
terganggu.
2. Kekurangan zink dapat menyebabkan stunting pada anak karena zink mempunyai peranan
utama dalam sintesis protein, replikasi gen dan pembelahan sel yang sangat penting selama periode
percepatan pertumbuhan baik sebelum dan sesudah kelahiran (Kusudaryati, 2014). Salah satu dampak
jika seorang anak kekurangan zat gizi kronis adalah terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan
atau gangguan linear sehingga anak gagal dalam mencapai potensi TB yang mengakibatkan anak
menjadi stunting (pendek) (Siregar dkk., 2011).
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan penelitian
cross sectional yang dilakukan pada bulan januari sampai april di SD Negeri 77 Padang Serai
Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri 77 Padang Serai
Kota Bengkulu. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 80 subjek. Variabel yang
diamati meliputi konsumsi vitamin D dan konsumsi zink serta status gizi TB/U.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan
menggunakan formulir semi FFQ (food frequency questionnaire). Data yang telah terkumpul
dianalisis menggunakan uji chi square 2x2.
Hasil
Hubungan Konsumsi Vitamin D dengan Kejadian
Distribusi Frekuensi Status Gizi, Konsumsi Stunting pada Anak Sekolah SD Negeri 77 Padang
Vitamin D dan Zink Siswa Serai Kota Bengkulu
Variabel n % Konsu Status gizi TB/U Total P
Status gizi     msi vit valu
Normal 61 76,2 D Pendek Normal e
pendek 19 23,8
N % n % n %
Konsumsi vit D    
Kurang 70 87,5
Baik 10 12,5 Kuran 17 24,3 53 75,7 70 100  
g 2 20 8 80 10 100 1000
Konsumsi zink    
Kurang 64 76,2 Baik 19 23,8 61 76,2 80 100
Baik 16 23,8 Jumla
h
Hasil
Hubungan Konsumsi Zink dengan Kejadian Stunting pada Anak SD
Negeri 77 Padang Serai Kota Bengkulu

Konsumsi Status gizi TB/U Total P koefisien


vit D Value phi
Pendek Normal
N % n % n %

Kurang 12 18,8 52 81,2 64 100    


0,235
Baik 7 43,8 9 56,2 16 100 0,050
Jumlah 19 23,8 61 76,2 80 100
Pembahasan
1. Hubungan Konsumsi Vitamin D dengan Stunting
Hubungan konsumsi vitamin D dengan kejadian stunting dianalisis dengan menggunakan uji chi
square hasil yang didapatkan yaitu p-value 1.000 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
konsumsi vitamin D bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian stunting. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa sebagain besar responden konsumsi vitamin D kurang namun memiliki status gizi
normal.
Hasil penelitian menunjukkan konsumsi vitamin D yang kurang namun banyak sampel yang
status gizinya normal, hal ini karena sumber vitamin D tidak hanya berasal dari makanan sumber
vitamin D namun juga dapat dibentuk di kulit dengan bantuan sinar matahari. Kurangnya konsumsi
vitamin D maka proses penyerapan kalsium dan fosfor juga terganggu, yang akan berdampak pada
proses pertumbuhan terganggu, hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya kependekan/stunting.
Pembahasan
2. Hubungan Konsumsi Zink dengan Stunting
Hubungan konsumsi zink dengan kejadian stunting dianalisis dengan menggunakan uji chi square
didapatkan nilai p-value (≥0.05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsumsi zink
merupakan faktor risiko terhadap kejadian stunting. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak
SD Negeri 77 Padang Serai Kota Bengkulu, konsumsi zink mereka kurang dan sebagian 24.3%
memiliki status gizi pendek.
Fungsi utama zink sebagai sintesis protein sehingga anak-anak SD Negeri 77 Padang Serai Kota
Bengkulu yang mengalami kekurangan zink akan menghambat pertumbuhan tinggi badan mereka,
gangguan perkembangan kecerdasan, terhambat pematangan seksual, akan mudah terkena infeksi,
mengalami kehilangan nafsu makan dan menyebabkan pertumbuhan tinggi badan mereka terganggu.
Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara


konsumsi zink dengan kejadian stunting pada anak sekolah
SD Negeri 77 Padang Serai Kota Bengkulu ditunjukkan
dengan nilai pvalue (≥0.05),serta tidak ada hubungan antara
konsumsi vitamin D dengan kejadian stunting pada anak
sekolah SD Negeri 77 Padang Serai Kota Bengkulu (p-
value>0.05).
Saran

Siswa-siswi perlu untuk meningkatkan konsumsi bahan


makanan sumber vitamin D dan zink seperti lauk hewani dan
beberapa jenis ikan laut. Perlu peningkatan aktivitas di luar
kelas sebelum jam sembilan (9) pagi agar siswa-siswi dapat
terpapar dengan sinar matahari pagi untuk memperoleh
provitamin D.
Jurnal 3

SUPLEMEN ZINC TERHADAP


PERTUMBUHAN BAYI UMUR 6-9
BULAN
Pendahuluan
1.Anak dengan defisiensi Zink banyak dijumpai pada masyarakat social ekonomi rendah.
Penelitian tentang seplementasi Zink pada bayi menunjukkan bahwa dampak positif terhadap
pertumbuhan anak, diare, pneumonia, morbiditas dan mortalitas. Selain itu defisiensi Zink
dapat membahayakan perilaku pada fungsi kognitif termasuk aktivitas dan atensi. Zink
merupakan mineral yang memainkan peransentral dalam pertumbuhan seluler, khususnya
produksi enzim diperlukan untuks intesis RNA dan DNA.

2. Zinc lazim terdapat dalam otak, mengikat protein, sehingga memberikan kontribusi untuk
kedua struktur dan fungsi otak. Kekurangan zinc berat hewan telah dikaitkan dengan
malformasi structural otak seperti anencephaly, mikrosefali, dan hidrosefali, masalah
perilaku seperti penurunan aktivitas, deficit dalam memori jangka pendek dan spatiall
learning. Prevalensi gizi buruk pada balita di Indonesia menurut hasil pemantauan status gizi
buruk (PSG) 2015 yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, tahun 2015
sebanyak 4,7 % kemudian pada tahun 2016 angka gizi buruk turun menjadi 3,8 %, dan
kembali turun pada tahun 2017 menjadi besar 3,4 % (Riskesdas, 2018).
Metode

penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen dengan


rancangan penelitian pre dan post dengan melihat setelah 1 bulan intervensi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang ada di puskesmas
Rappokalling sebanyak 122 bayi gizi kurang. Adapun sampel dalam penelitian
ini adalah Bayi yang berumur 6-9 bulan yang berada di wilayah kerja PKM
Rappokalling. Pengambilan sampe dilakukan dengan teknik porpusive
sampling, didapatkan jumlah sampel sebanyak 40 bayi masing-masing 20 bayi
untuk control dan 20 bayi untuk intervensi.
Hasil
RESPONDEN INTERVENSI KONTROL Karakteristik sampel penelitian kelompok
intervensi dan kontrol
Umur bayi N % N %
Hasil penelitian di dapatkan bahwa ada pengaruh
 6 bulan 5 12.5 3 7.5 pemberian ASI, MP ASI dengan
 7 bulan 5 12.5 5 12.5 Zink terhadap pertumbuhan bayi umur 6-9 bulan di

Puskesmas Rappokalling Makassar
8 bulan 5 12.5 7 12.5
dengan nilai p=0,000 begitupun untuk kelompok
 9 bulan 5 12.5 5 12.5 kontrol dengan pemberian ASI, MP ASI
tanpa Zink dengan nilai p=0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna
antara pemberian ASI, MP ASI dengan Zink pada
pertumbuhan khususnya berat badan
dengan nilai p=0,000.
 
Pembahasan
Berat Badan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa pada pemberian MP ASI dengan Zink
berpengaruh terhadap kenaikan berat badan bayi. Rata-rata kenaikan berat badan bayi
pada penelitian ini sekitar 250-280 gram untuk kelompok intervensi sedangkan pada
kelompok kontrol sekitar 180-200 gram. Dalam triwulan ketiga (6-12 bulan), BB
bertambah 250-350 gram per bulan.
Panjang Badan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa pada pemberian MP ASI dengan Zink tidak
berpengaruh meningkatkan panjang badan. Pada penelitian ini rata-rata kenaikan PB
badan selama penelitian yaitu 1 cm perbulan.
Lingkar Kepala
Pada penelitian ini di dapatkan bahwa pada pemberian MP ASI dengan Zink dan
MP ASI tanpa Zink tidak berpengaruh meningkatkan Lingkar Kepala bayi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada pengaruh pemberian ASI, MP ASI dengan Zink pada bayi umur 6-9 bulan
terhadap peningkatan berat badan bayi.
2. Ada pengaruh pemberian ASI, MP ASI dengan Zink pada bayi umur 6-9 bulan
terhadap peningkatan panjang badan bayi.
3. Tidak ada pengaruh pemberian ASI, MP ASI dengan Zink pada bayi umur 6-9
bulan terhadap peningkatan lingkar kepala bayi.
4. Ada pengaruh pemberian ASI, MP ASI tanpa Zink pada bayi umur 6-9 bulan
terhadap peningkatan berat badan bayi.
5. Tidak ada pengaruh pemberian ASI, MP ASI tanpa Zink pada bayi umur 6-9
bulan terhadap peningkatan panjang badan bayi.
6. Tidak ada pengaruh pemberian ASI, MP ASI tanpa Zink pada bayi umur 6-9
bulan terhadap peningkatan lingkar kepala bayi.
7. Antara kelompok intervensi yang diberikan ASI, MP ASI dengan Zink terdapat
perbedaan yang signifikan dbandingkan kelompok kontrol yang diberikan ASI,
MP ASI tanpa Zink.
Jurnal 4
PENGARUH SUPLEMENTASI ZINK
TERHADAP KELUARAN KLINIS PASIEN
STROKE ISKEMIK AKUT
Pendahuluan
1.Zink ikut berperan dalam patofisiologi stroke iskemik akut. Pasien stroke
iskemik akut memiliki kadar zink serum yang signifikan lebih rendah
dibandingkan kontrol orang sehat. Status penurunan zink dihubungkan dengan
keluaran klinis neurologis yang buruk pada pasien stroke iskemik akut.
2.Prevalensi stroke di Jawa Tengah berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7,7 permil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,3
permil.Terdapat dua tipe stroke yaitu Stroke Non Hemoragik (SNH) dan Stroke
Hemoragik (SH), angka kejadian Stroke Non Hemoragik (SNH) lebih banyak
yaitu sekitar 80% dari seluruh kejadian stroke.2,6,7 Stroke Non Hemorgaik (SNH)
atau stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan
otak sebagai akibat berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.
Metode
1.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan double blind
randomize
2.clinical trial dengan rancangan two groups parallel pre and post test control
group design. Subjek penelitian ini adalah pasien stroke iskemik akut yang
dirawat
. di Unit Stroke Rajawali 1A RSUP Dr Kariadi Semarang. Sebanyak 40
pasien stroke iskemik akut yang setuju mengikuti penelitian dan memenuhi
kriteria inklusi terbagi menjadi dua kelompok, perlakuan dan kontrol. Pada hari
pertama penelitian kedua kelompok sama-sama diukur keluaran klinis awal dan
kadar zink serum awal. Kelompok Perlakuan (20orang) diberi suplemen zink 20
mg/8 jam selama 7 hari, sedangkan kelompok kontrol (20 orang) diberi terapi
sesuai prosedur yang ada di rumah sakit. Pada hari ketujuh kedua kelompok
sama-sama diukur kembali keluaran klinisnya dan kadar zink serum setelah
mendapat perawatan. Uji statistik menggunakan uji t-berpasangan, wilxocon,
dan spearman
Hasil
Keluaran Klinis Pasien Stroke Iskemik Akut

  Rerata (±SB) Perubahan Perubahan nilai P


Perlakuan      
NIHSS hari pertama 17 (5) 14 0,000
 
NIHSS hari ketujuh 3 (2)    
Kontrol      
NIHSS hari pertama 19 (10) 4 0,000
 
NIHSS hari ketujuh 15 (10)    
Hasil
Korelasi Suplementasi Zink dengan Skor NIHSS

Terjadi peningkatan kadar zink serum pada kelompok perlakuan. Rata-rata


peningkatan kadar zink serum pada kelompok perlakuan sebesar 36,2 µg/dl. Hasil
tersebut secara statistik merupakan nilai yang bermakna yaitu 0,000. Terjadi
perbaikan keluaran klinis pada kelompok perlakuan. Rata-rata peningkatan keluaran
klinis pada kelompok perlakukan adalah 14. Hasil tersebut secara statistik
merupakan nilai yang bermakna yaitu 0,000. Terdapat nilai yang bermakna antara
pemberian suplementasi zink dengan keluaran klinis pasien stroke iskemik akut
yaitu 0,000 dan terdapat korelasi positif yaitu 0,797.
Pembahasan
Penelitian ini juga menunjukkan terdapat korelasi yang positif dan bermakna
antara pengaruh suplementasi zink terhadap keluaran klinis stroke iskemik
akut yang dinilai dengan skor NIHSS dengan nilai kemaknaan 0,000 serta
nilai korelasi 0,797.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keluaran klinis pasien stroke
iskemik akut
berdasarkan penelitian adalah usia, zink serum, diabetes melitus, hipertensi.
Faktor pertama adalah usia yang berpengaruh kuat terhadap keluaran klinis
pasien stroke iskemik akut pada penelitian ini. Hipertensi terjadi pada
sekitar 75 persen pasien stroke dan berkembang pesat setelah onset stroke.
Hal ini terkait dengan outcome yang buruk karena memicu re-infark awal,
transformasi hemoragik dan edema serebral.
Kesimpulan

Kadar zink serum dan keluaran klinis pada pasien stroke


iskemik akut setelah
pemberian suplementasi zink selama tujuh hari mengalami
peningkatan yang bermakna. Serta terdapat hubungan
bermakna dan berkorelasi positif antara pemberian
suplementasi zink terhadap keluaran klinis pasien stroke
iskemik akut
Jurnal 5
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI
ZINK DENGAN BERAT BADAN
LAHIR RENDAH (BBLR), PADA
KEJADIAN STUNTING PADA ANAK
BATITA
Pendahuluan
1.Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang
jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih
dari minus dua standar deviasi stunting median standar pertumbuhan anak dari WHO.

2.Stunting merupakan kondisi dimana anak balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang
dibandingkan dengan umur. Balita stunting merupakan salah satu masalah gizi yang ada di wilayah
kerja puskesmas kersana

3.Kersana adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Puskesmas Kersana
merupakan puskesmas dengan prevalensi stunting tertinggi di wilayah brebes oleh karena itu,
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan Status Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Tingkat asupan Zink Terhadap Kejadian
Stunting pada Anak Batita”(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Kersana Kabupaten Brebes).
Metode
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan Status BBLR, tingkat
kecukupan zink terhadap kejadian stunting pada anak batita di wilayah kerja
Puskesmas Kersana Kabupaten Brebes. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian observasional Besar sampel 52 anak batita stunting. Metode
desain penelitian dengan survey dan mengunakan pendekatan cross
sectional. Teknik sampling menggunakan total sampling diperoleh sebanyak
52 responden.Waktu pengumpulan data penelitian dilakukan dari bulan
Maret–April 2019 pembutan proposal, bulan April-Mei 2019 pengurusan
perijinan pengambilan data.Populasinya dalam penelitian ini adalah anak
batita stunting yang berada di wilayah kerja puskesmas Kersana Kabupaten
Brebes.
Hasil dan pembahasan
Hasil penelitian status BBLR, ditemukan
90,3% tidak BBLR dan 9,7% mengalami
status BBLR. Berat badan lahir pada
khususnya sangat terkait dengan kematian
janin, neonatal, dan post neonatal,
morbiditas bayi dan anak, pertumbuhan
dan pengembangan jangka panjang. BBLR
dapat disebabkan oleh jarak kehamilan
dan laju pertumbuhan janin. Maka dari itu,
bayi dengan berat lahir <2500 gram biasa
disebabkan karena bayi lahir secara
prematur
Hasil dan pembahasan

●Berdasarkan table 7 hasil penelitian balita


stunting dikategorikan menjadi dua yaitu
pendek dan sangat pendek. Balita stunting
sangat pendek berjumlah 61,5%, sedangkan
yang pendek sebanyak 38,5%. Hasil
penelitian status gizi menggunakan
antropometri z-score pada anak balita
stunting
Hasil dan pembahasan
●Berdasarkan tabel 8. menunjukan uji chi-
square untuk status BBLR dengan kejadian
stunting nilai signifikasi p-value=0.045
menunjukan hubungan antara status BBLR
dengan kejadian stunting pada anak batita
dengan nilai signifikan 0.045 (< 0.05).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Atikah
Rahayu (2014), menyatakan ada hubungan
antara status BBLR dengan kejadian
stunting
Hasil dan pembahasan
●Berdasarkan tabel 9. menunjukan uji chi-square
untuk tingkat kecukupan zink dengan kejadian
stunting nilai signifikasi p-value=0.048
menunjukan hubungan antara tingkat kecukupan
Zink dengan kejadian stunting pada anak batita
dengan nilai signifikan 0.048 ( < 0.05 ). dapat
diketahui bahwa terdapat 20 responden pendek,
dimana 8 responden dengan tingkat kecukupan
zink cukup dan 12 dengan tingkat kecukupan zink
kurang, sedangkan 32 responden sangat pendek
dimana 5 responden dengan tingkat kecukupan
zink cukup dan 27 responden dengan tingkat
kecukupan zink kurang.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan status Berat Badan Lahir


Rendah(BBLR), tingkat kecukupan protein dan zink terhadap kejadian
stunting pada anak batita usia 13-35 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kersana Kabupaten Brebes dapat disimpulkan sebagai
berikut Ada hubungan yang signifikan antara status BBLR dengan
kejadian stunting.Ada hubungan yang signifikan antara tingkat
kecukupan zink dengan kejadian stunting.
Jurnal 6
EFEKTIFITAS PEMBERIAN ZINC
DALAM PENINGKATAN TINGGI BADAN
(TB) ANAK STUNTING DI KABUPATEN
PATI
Pendahuluan

Stunting adalah postur tubuh pendek yang timbul karena malnutrisi kronis.1
Kategori stunting didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U)
atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara -3
SD sampai dengan < -2 SD. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010
diketahui prevalensi stunting pada balita di Indonesia mencapai 35,7%.
Stunting pada balita dapat merugikan perkembangan fisik, dan berpengaruh
terhadap tingkat kecerdasan yang rendah. Anak yang mengalami stunting
memiliki risiko 9 kali lebih besar untuk memiliki nilai IQ di bawah rata- rata
dibandingkan anak yang berstatus gizi normal. Salah satu faktor yang
berpengaruh secara langsung pada balita stunting adalah rendahnya asupan zat
gizi terutama energi, protein, iron, zinc, dan kalsium
Metode

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Gabus II serta Puskesmas


Jaken Kab. Pati pada bulan Juli s.d. September tahun 2020. Penelitian
menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen dengan randomized
pretest posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh 20 anak balitastunting yang berada di wilayah
Puskesmas Jaken dan Gabus II Kabupaten Pati. Subjek penelitian
adalah semua kelompok perlakuan dan kontrol. Pengambilan subjek
dilakukan secara purposive random sampling.
Hasil dan pembahasan
Penelitian dilakukan pada sekelompok balita
stunting yang mendapat zinc 20 mg 2x
sepekan selama 3 bulan dan sekelompok
balita stunting yang tidak mendapatkan zinc,
masing-masing sejumlah 20 balita. Dengan uji
Mann-Whitney, diperoleh angka signifikansi
0,000. Karena nilai p < 0,05, dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna
antara balita stunting yang mendapatkan zinc
dengan yang tidak mendapatkan zinc
terhadap peningkatan tinggi badan.
Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kenaikan tinggi badan akan


kelompok intervensi 3,35 cm sedangkan kenaikan tinggi badan anak
kelompok kontrol adalah 1 cm. Pemberian suplementasi zinc pada

penelitian ini terbukti mampu meningkatkan tinggi badan secara
signifikan dibanding kelompok kontrol hanya naik 1 cm (rerata).
Kesimpulan

Hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna


antara konsumsi suplemen zinc 20 mg 2x seminnggu selama 3 bulan
dengan tidak konsumsi zinc terhadap peningkatan tinggi badan (Dengan
uji Mann-Whitney, diperoleh angka signifikansi 0,000).
Sekian Terimakasih
Wassalamu’alaikum
wr.wb

Anda mungkin juga menyukai