Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada beberapa dekade terakhir demam tifoid sudah jarang terjadi di
negara-negara industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius
di sebagian wilayah dunia, seperti bekas negara Uni Soviet, anak benua India,
Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Afrika !enurut "#$, diperkirakan
terjadi %& juta kasus per tahun dan &'' ribu diantaranya berakhir dengan
kematian Sekitar (' ) dari seluruh kasus kematian itu menimpa penderita
demam tifoid di Asia
*emam tifoid merupakan masalah global terutama di negara dengan
higiene buruk +tiologi utama di Indonesia adalah Salmonella enterika
subspesies enterika serovar Typhi ,STyphi- dan Salmonella enterika
subspesies enterika serovar Paratyphi A ,S Paratyphi A- .*. Indonesia
melaporkan prevalensi demam tifoid men/apai 012-2%'3%''''' populasi
pada tahun 4''( dengan &5) penyakit ditemukan pada usia 0-%6 tahun, dan
angka mortalitas bervariasiantara 0,% 7 %',5 ) pada pasien rawat inap
*emam tifoid merupakan penyakit yang masih endemik di Indonesia, karena
demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang mudah menular sehingga
dapat menimbulkan wabah Insiden demam tifoid disetiap daerah berbeda dan
biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan misalnya penyediaan air bersih
yang belum memadai, pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat
kesehatan lingkungan !eskipun insiden demam tifoid /ukup tinggi di
Indonesia, namun berdasarkan hasil Survey 8esehatan 9umah Tangga
*epartemen 8esehatan 9I , S89T *epkes 9I -, demam tifoid tidak
termaksud dalam %' penyakit yang mortalitasnya tinggi
*ua dekade belakangan ini, dunia digemparkan dengan adanya laporan
Multi Drug Resistant ,!*9- strains STyphi strain ini resisten dengan
1
2
kloramfenikol, trimetropim-sulfametoksa:ol, dan ampi/illin Selain itu strain
ressisten asam nalidi;at juga menunjakan penurunan pengaruh /iprofloksasin
yang menjadi endemik di India United State, United 8ingdom dan juga
beberapa negara berkembang pada tahun %66( menunjukan kedaruratan
masalah globat akibat !*9
!orbiditas di seluruh dunia, setidaknya %( juta kasus baru dan hingga
&''''' kematian dilaporkan tiap tahunnya *i negara berkembang,
diperkirakan sekitar %1' kasus3 juta populasi3 tahun di Amerika <atin #ingga
%''' kasus3 juta populasi3 tahun di beberapa negara Asia
Penyakit ini jarang dijumpai di Amerika Utara, yaitu sekitar 5'' kasus
dilaporkan tiap tahun di United State, (') terjadi pada turis yang berkunjung
ke negara endemis *i United 8ingdom, insiden dilaporkan hanya % dalam
%''''' populasi
Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan
pelayanan yang tepat terhadap pasien Tidak hanya dengan pemberian
antibiotika, namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta
pengaturan diet yang tepat agar dapat memper/epat proses penyembuhan
pasien dengan demam tifoid
I.2 Identifikasi Penyakit
Sejarah awal demam tifoid menjadi terkenal adalah karena Typhoid
Mary. #al ini karena !ary !allon, petugas bagian pelayaan makanan,
diidentifikasi sebagai sumber epidemi tifoid karena hasil pemeriksaan
bakteriologis pada tinjanya menunjukkan bahwa ia merupakan /arrier tifoid
kronis sehingga menyebabkan terjadinya banyak kematian dan sejumlah 8<=
tifoid di >ew ?ork di awal tahun %6''-an Tifoid merupakan penyakit
demam akut dan mengan/am jiwa yang disebabkan oleh infeksi sistemik dari
bakteri Salmonella enteric dengan serotype masing-masing typhi dan
paratyphi, @ejala klasik penyakit ini adalah onset bertahap demam
berkelanjutan setinggi %'0AB-%'5AB ,0'A.-5'A.-, menggigil, dan sakit perut
Selain itu, gejala lainnya adalah sakit kepala yang berat, badan lemah,
3
anoreksia, bradikardi relatif, splenomegali, pada penderita kulit putih 41)
diantaranya menunjukkan adanya Crose spotD pada tubuhnya, batuk tidak
produktif pada awal penyakit, pada penderita dewsa lebih banyak terjadi
konstipasi dibandingkan dengan diare !asa inkubasi demam tifoid
tergantung dari jumlah bakteri yang menginfeksi, masa inkubasi dapat
berlangsung dari tiga hari sampai dengan satu bulan dengan rata-rata antara 2-
%5 hari Penyakit demam tifoid ini awalnya akan menyerang selaput lendir
usus Eika penyakit ini tidak diiboati maka se/ara progresif menyerbu jaringan
di seluruh tubuh 8eterlambatan pengobatan demam tifoid ,terutama 4-0
minggu tanpa pengobatan- dapat menyebabkan komplikasi, sepertiF
perdarahan usus, kebo/oran usus, kelumpuhan usus, atau radang pankreas
*i beberapa negara penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan,
termasuk di Indonesia Indonesia dan sebagian besar Asia Selatan merupakan
daerah endemik *emam Tifoid Anak-anak prasekolah dan yang berusia 1-%6
tahun seringkali menjadi penderita penyakit ini akibat perilaku jajan
sembarangan yang makanan maupun minuman yang dikonsumsi tidak
tejamin kebersihannya *emam tifoid terjadi pada %&-00 juta manusia setiap
tahunnya, dengan meninggal sebanyak 1'''''
Sedangkan, dalam referensi lain mengatakan bahwa diperkirakan angka
kejadian penyakit ini men/apai %0-%( juta kasus di seluruh dunia dengan
angka kematian men/apai &''''' jiwa per tahun *aerah endemiknya
tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, 8aribia,
hingga $/eania 2') kasus ditemukan di negara-negara berkembang, seperti
=angladesh, <A$S, >epal, Pakistan, India, Gietnam, dan Indonesia *i
Indonesia, mayoritas penderitanya adalah kelompok umur 0-%6 tahun ,6%)-
,"#$, 4''0-
*i Indonesia, 8abupaten Sumba =arat *aya adalah salah satu daerah
endemi/ tifoid dengan angka kesakitan diperkirakan men/apai (413%'''''
penduduk per tahun Angka tersebut melebihi angka kesakitan rata-rata
kejadian demam tifoid di daerah pedesaan Indonesia ,0213%''''' penduduk-
4
bahkan mendekati angka kesakitan untuk penduduk perkotaan ,2%'3%'''''
penduduk-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
*emam tifoid ,tifus abdominalis, enteri/ fever- adalah penyakit infeksi
akut yang biasanya terdapat pada saluran pen/ernaan dengan gejala demam
yang lebih dari ( hari, gangguan pada saluran pen/ernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran
*emam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang di sebabkan oleh Salmonella Typhi Penyakit ini di tandai oleh panas
berkepanjangan, di topang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam
sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyerHs
pat/h , Sumarmo Sdkk 4''2 -
Penyebab utama dari penyakit ini adalah mikroorganisme Salmonella
Typhosa dan Salmonella Typhi, A, =, dan . !ikroorganisme ini banyak
terdapat di kotoran, tinja manusia dan makanan atau minuman yang terkena
mikroorganisme yang di bawa oleh lalat Sebenarnya sumber utama dari
penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat Tidak seperti virus
yang dapat beterbangan di udara, mikroorganisme ini hidup di sanitasi yang
buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan minuman yang tidak higenis
!anifestas 8linik , Sumarmo Sdkk 4''2 -
@ejala demam typhoid sering kali mun/ul setelah % sampai 0 minggu
terpapar mulai dari tingkat sedang hingga parah @ejala klasik yang mun/ul
mulai dari demam tinggi, malas, sakit kepala, konstipasi atau diare, Rose-
Spot pada dada dan Hepatosplenomegali , "#$, 4'%' - 9ose spot adalah
5
suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran % sampai 1
mm, sering kali di jumpai pada daerah abdomen, thoraks, ekstremitas dan
punggung pada orang kulit putih, tetapi tidak pernah di laporkan di temukan
pada anak Indonesia 9uam ini mun/ul pada hari ke ( sampai %' dan bertahan
selama 4 sampai 0 hari , Soedarmo et al 4'%' -
Periode inkubasi demam typhoid pada anak antara 1 sampai 5' hari
dengan rata-rata %' sampai %5 hari @ejala klinis ringan tidak memerlukan
perawatan, sedangkan gejala klinis berat harus di rawat Anak mengalami
demam tinggi pada sore hingga malam hari dan turun pada pagi hari =anyak
penderita demam typhoid yang di akibatkan kurang masukan /airan dan
makanan , Soedarmo et al 4'%' -
Penderita typhoid perlu di rawat di rumah sakit untuk isolasi agar
penyakit ini tidak menular ke orang lain Penderita harus istirahat total
minimal ( hari bebas panas Istirahat total ini untuk men/egah terjadinya
komplikasi di usus !akanan yang di konsumsi adalah makanan lunak dan
tidak banyak berserat Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong
harus di hindari, jadi harus benar-benar di jaga makanannya untuk memberi
kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan ,Soedarto, 4''(-
II.2 Eide!i"l"gi
*emam typhoid masih merupakan masalah kesehatan yang sedang
bergembang =esarnya angka kasus demam typhoid di dunia ini sangat sukar
di tentukan sebabab penyakit ini di kenal mempunyai gejala dengan spektrum
klinisnya sangat luas *i perkirakan angka kejadian dari %1'3%'''''3tahuan
di Amerika Selatan dan 6''3%'''''3tahun di Asia Umur di Indonesia
,daerah endemis- di laporkan antara 0 smpai %6 tahun men/apai 6%) kasus
Angka yang kurang lebih sama juga di laporkan dari Amerika Selatan
Salmonella Typhi dapat hidup dalam tubuh manusia , manusia sebagai natural
reservoir-
6
#a!$ar 1. Peta Penyebaran *emam Typhoid di dunia
!anusia yang terinfeksi Salmonella Typhi dapat mengeksresikanya
melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja dalamjangka waktu yang sangat
bervariasi Salmonella Typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup
untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu atau kotoran
yang kering maupun pada pakian Akan tetapi Salmonella Typhi hanya dapat
hidup kurang dari % minggu pada raw sewage, dan mudah di matikan dengan
klorinasi dan pasteurisasi ,temperatur &0
'
. - Terjadinya penularan
Salmonella Typhi sebagian besar melalui minuman atau makanan yang
ter/emar oleh mikroorganisme yang berasal dari penderita atau pembawa
mikroorganisme biasanya keluar bersamasama dengan tinja ,melalui rute oral
fekal, jalur oro, fenal- *apat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang
ibu hamil yang berada dalam bakteremia ke pada bayinya, pernah di laporkan
pula transmisi oro fekal dari seorang ibu pembawa mikrooranisme pada saat
proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber mikroorganisme berasal dari
labolatorium peneliti , Sumarmo Sdkk 4''2 -
II.% Eti"l"gi
7
*emam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi ,S Typhi-, basil gram
negatif, berflagel, dan tidak berspora S Typhi memiliki 0 ma/am antigen
yaitu antigen $ ,somatik berupa kompleks polisakarida-, antigen # ,flagel-,
dan antigen Gi *alam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi
terhadap ketiga ma/am antigen tersebut
#a!$ar 2. =akteri Salmonella typhi ,S Typhi-
Salmonella typhi sama dengan Salmonella lain adalah bakteri Gram
negatif mempunyai flagela tidak berkapsul dan tidak membentuk spora
fakultatif anaerob !empunyai anti gensomatik , $ - yang terdiri dari
oligosakarida, flagelar antigen , # - yang terdiri dari protein dan envelope
antigen , 8 - yang tediri dari polisakarida !empunyai makromolekuler
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan luar dari diding sel yang
di namakan endotoksin Salmonella Typhi juga dapat memperoleh plasmid
faktor 9 yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik
,Sumarmo Sdkk 4''2 -
II.& Pat"genesis
8
Infeksi Styphi terjadi pada saluran pen/ernaan =asil diserap di usus
halus kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai di
organ-organ terutama hati dan limpa =asil yang tidak dihan/urkan
berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan
membesar disertai nyeri pada perabaan 8emudian basil masuk kembali ke
dalam darah ,bakteremia- dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam
kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa diatas plaIue
peyeri Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus
@ejala demam disebabkan oleh endotoksin yang dieksresikan oleh basil
Styphi, sedangkan gejala pada saluran pen/ernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus , Sumarmo Sdkk 4''2 -
II.' Pat"fisi"l"gi
Patofisiologi demam typhoid melibatkan 5 proses kompleks mengikuti
ingesti organisme ?aituF
% Penempelan dan invasi sel-sel M Peyers patch,
4 !ikroorganisme bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag Peyers
patch, nodus limfatikus mesenterikus dan organ-organ ekstra intestinal
sistem retikuloendotelial,
0 !ikroorganisme bertahan hidup di dalam aliran darah,
5 Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar !MP di dalam kripta
usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen
intestinal , Soedarmo et al 4'%' -
!ikroorganisme Salmonella Typhi dan Salmonella parathyphi masuk
ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman terkontaminasi
Sebagian mikroorganisme di musnahkan dalam lambung dengan p# J 4,
sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak =ila
9
respon imunitas humoral mukosa ,IgA- usus kurang baik maka
mikroorganisme akan menembus sel-sel epitel ,terutama sel !- dan
selanjutnya ke lamina propia Propia mikroorganisme berkembang biak dan
difagosit oleh makrorag !ikroorganisme dapat hidup dan berkembang biak
di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke Plak Peyeriileum Distal
kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika ,Sudoyo et al 4''6-
II.( #e)ala Klinis
!asa inkubasi *emam tifoid %'-%5 hari, rata-rata 4 minggu @ejala
timbul tiba-tiba atau berangsur angsur Penderita *emam tifoid merasa /epat
lelah, malaise, anoreksia, sakit kepala, rasa tak enak di perut dan nyeri
seluruh tubuh !inggu % F demam ,suhu berkisar 06-5' derajat .el/ius-, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual muntah, konstipasi, diare, perasaan
tidak enak di perut, batuk dan epiktasis !inggu 4 F demam, bradikardi, lidah
khas berwarna putih, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran
*emam pada *emam tifoid umumnya berangsur angsur naik selama
minggu pertama, demam terutama pada sore hari dan malam hari ,bersifat
febris reminent- Pada minggu kedua dan ketiga demam terus menerus tinggi
,febris kontinua- 8emudian turun se/ara lisis *emam ini tidak hilang
dengan pemberian antipiretik, tidak ada mengigil dan tidak berkeringat
8adang kadang disertai epiktasis @angguan gastrointestinalF bibir kering dan
pe/ah-pe/ah, lidah kotor, berselaput putih dan pinggirnya hiperemis Perut
agak kembung dan mungkin nyeri tekan <impa membesar dan lunak dan
nyeri pada penekanan Pada permulaan penyakit umumnya terjadi diare,
kemudian menjadi obstipasi
10
II.* Diagn"sis
*iagnosis di tegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam,
gangguan gastrointestinal dan mungkin di sertai perubahan dan gangguan
kesadaran dengan kriteria ini maka seorang klinis dapat membuat diagnosis
tersangka demam typhoid *iagnosis pasti di tegakkan melalui isolasi
,Salmonella Typhi - dari darah Pada dua minggu pertama sakit, kemungkinan
mengisolasi , Salmonella Typhi " dari dalam darah pasien lebih besar dari
pada minggu berikutnya =iakan spesimen yang beasal dari aspirasi sumsum
tulang mempunyai sensitivitas tertinggi, hasil positif di dapat pada 6')
kasus Akan tetapi prosedur ini sangat invasif sehingga tidak di gunakan
dalam praktek sehari-hari Pada keadaan tertentu dapat dilakukan biakan
spesimen empedu yang di ambil dari duodenum dan memberikan hasil yang
/ukup baik Pemeriksaan demam typhoid ada beberapa jenis yaitu untuk
mendeteksi atibodi , Salmonella Typhi " dalam serum antigen tehadap
Salmonella Typhi dalam darah, serum, urin dan *>A , Salmonella Typhi "
dalam darah dan faeses polymerase /hain rea/tion telah di gunakan untuk
memperbanyak gen salmonella sel Typhoid se/ara spesifik pada darah pasien
dan hasil dapat di peroleh hanya dalam beberapa jam !etode ini spesifik dan
lebih sensitif di banding dengan biakan darah , Sumarmo Sdkk 4''2 -
*iagnosis pasti dapat di dukung dengan /ara menguji sampel feses atau
darah untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella sp dalam darah penderita,
dengan membiakkan darah pada %5 hari pertama setelah terinfeksi
Selain itu tes widal ,$ dah # agglutinin- mulai positif pada hari
kesepuluh dan titer akan semakin meningkat sampai berakhirnya penyakit
Pengulangan tes "idal selang 4 hari menunjukkan peningkatan progresif dari
titer agglutinin ,diatas %F4''- menunjukkan diagnosis positif dari infeksi aktif
demam tifoid =iakan tinja dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta
biakan urin pada minggu ketiga dan keempat dapat mendukung diagnosis
dengan ditemukannya Salmonella
11
@ambaran darah dapat juga membantu menentukan diagnosis Eika
terdapat leukopeni polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif pada
hari kesepuluh dari demam, maka arah demam tifoid menjadi jelas
Sebaliknya jika terjadi lekositosis polimorfonuklear, maka berarti terdapat
infeksi sekunder bakteri sekunder di dalam lesi usus Peningkatan yang /epat
dari lekositosis polimorfonuklear ini mengharuskan kita waspada akan
terjadinya perforasi dari usus penderita Tidak selalu mudah mendiagnosis
karena gejala yang timbulkan oleh penyakit ini tidak selalu khas seperti di
atas =isa ditemukan gejala-gejala yang tidak khas Ada orang yang setelah
terpapar dengan kuman S.typhi, hanya mengalami demam sedikit kemudian
sembuh tanpa di beri obat #al itu bisa terjadi karena tidak semua penderita
yang se/ara tidak sengaja menelan kuman ini langsung menjadi sakit
Tergantung banyaknya jumlah kuman dan tingkat kekebalan seseorang dan
daya tahannya, termasuk apakah sudah imun atau kebal =ila jumlah kuman
hanya sedikit yang masuk ke saluran /erna, bisa saja langsung dimatikan oleh
sistem pelindung tubuh manusia >amun demikian, penyakit ini tidak bisa
dianggap enteng, misalnya nanti juga bisa sembuh sendiri
II.+ Pe!eriksaan Pen,n)ang
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis
demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu F
1. Pe!eriksaan Dara- Tei
Penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit
normal, bisa menurun atau meningkat, mungkin didapatkan
trombositopenia dan hitung jenis biasanya normal atau sedikit bergeser ke
kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan limfositosis relatif, terutama
pada fase lanjut Penelitian oleh beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa
hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai
nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang /ukup tinggi untuk
12
dipakai dalam membedakan antara penderita demam tifoid atau bukan,
akan tetapi adanya leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat
diagnosis demam tifoid Pada orang dengan demam tifoid, dapat
ditemukan S@$T dan S@PT yang meningkat, tetapi akan kembali menjadi
normal setelah sembuh 8enaikan S@$T dan S@PT tidak memerlukan
penanganan khusus pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji
"idal dan kultur organisme sampai sekarang kultur masih sebagai standar
baku dalam penegakkan dignostik selain uji widal, terdapat beberapa
metode pemeriksaan serologi lain yang dapat dilakukan dengan /epat dan
mudah serta memiliki sensitivitas dan spesifitas lebih baik dari antara lain
uji TU=+K, Typhidot dan dipstik ,#offman, 4''4-
Penelitian oleh *armowandowo ,%662- di 9SU *rSoetomo
Surabaya mendapatkan hasil pemeriksaan darah penderita demam tifoid
berupa anemia ,0%)-, leukositosis ,%41)- dan leukosit normal ,&16)-
,*armowandowo, %662-
2. Pe!eriksaan $akteri"l"gis dengan is"lasi dan k,lt,r k,!an
8ultur darah adalah prosedur untuk mendeteksi infeksi sistemik
yang disebabkan oleh bakteri atau jamur Tujuannya adalah men/ari
etiologi bakteremi dan fungemi dengan /ara kultur se/ara aerob dan
anerob, identifikasi bakteri dan tes sensitivitas antibiotik yang diisolasi
#al ini dimaksudkan untuk membantu klinisi dalam pemberian terapi
antibiotik yang terarah dan rasiona% ,Provan, 4''1-
#asil yang menunjukkan ditemukannya bakteri dalam darah dengan
/ara kultur disebut bakteremi, dan merupakan penyakit yang mengan/am
jiwa, maka pendeteksiannya dengan segera sangat penting Indikasi kultur
darah adalah jika di/urigai terjadi bakteremi atau septikemi dilihat dari
gejala klinik, mungkin akan timbul gejala seperti F demam, mual, muntah,
menggigil, denyut jantung /epat ,ta/hy/ardia-, pusing, hipotensi, syok,
13
lekositosis, serta perubahan lain dalam sistim organ dan atau laboratories
,Provan, 4''1-
#a!$ar %. =iakan Salmonella typhosa
8ultur organisme penyebab merupakan prosedur yang paling efektif
dalam menduga demam enterik, dimana kultur untuk demam tifoid dapat
menjelaskan dua pertiga dari kasus septikimia yang diperoleh dari
komunitas yang dirawat di rumah sakit ,"ain and #osoglu, 4''2-
8ultur yang digunakan pada pemeriksaan Salmonella typhi yaitu F
%- 8ultur aspirasi sumsum tulang
8ultur aspirasi sumsum tulang merupakan gold standar untuk
diagnosis pasti demam tifoid 8ultur aspirasi sumsum tulang tepat
untuk pasien yang sebelumnya telah diobati, long history of illnes dan
hasil kultur darah negatif 8ultur sumsum tulang positif pada 2')-
61) pasien demam tifoid bahkan pada pasien pasien yang telah
menerima antibiotik selama beberapa hari
4- 8ultur fe/es
14
8ultur fe/es dapat dilakukan untuk isolasi Salmonella typhi dan
bermanfaat untuk diagnosis /arrier tifoid
0- 8ultur darah
8ultur darah positif pada &'-2') pasien Tyfoid Sensitivitas kultur
darah lebih tinggi pada minggu pertama dan sensitivitasnya meningkat
sesuai dengan volume darah yang dikultur Sensitivitas kultur darah
dapat menurun karena penggunaan antibiotik sebelum isolasi, namun
hal ini dapt diminimalisasi dengan menggunakan sistem kultur darah
otomatis seperti =a/T Alert, =a/te/ 6'1' dengan menggunakan media
kultur ,botol kultur- yang dilengkapi dengan resin untuk mengikat
antibiotik
=eberapa penyebab kegagalan dalam mengisolasi kuman Salmonella typhi
adalahF
%- 8eterbatasan media di laboratorium
4- 8onsumsi antibiotik
0- Golume spesimen yang dikultur
5- "aktu pengambilan sampel ,positifitas tertinggi adalah demam (-%'
hari-
*iagnosis demam tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan bakteri
S typhi dalam biakan dari darah, urin, feses, sumsum tulang, /airan
deodenum atau dari roseola =erkaitan dengan patogenesis penyakit, maka
bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada
awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urin dan
feses #asil biakan yang positif memastikan demam tifoid, namun hasil
negatif tidak menyingkirkan demam tifoid karena hasilnya tergantung pada
beberapa faktor Baktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi terapi
15
antibiotik, volume darah yang diambil, riwayat vaksinasi dan waktu
pengambilan darah ,Sudoyo et al, 4''(-
=iakan darah terhadap Salmonela juga tergantung dari saat
pengambilan pada perjalanan penyakit =eberapa peneliti melaporkan
biakan darah positif 5'-2') atau ('-6') dari penderita pada minggu
pertama sakit dan positif %'-1') pada akhir minggu ketiga
Sensitivitasnya akan menurun pada sampel penderita yang telah
mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan volume darah dan
rasio darah dengan media kultur yang dipakai Pada keadaan tertentu dapat
dilakukan kultur pada spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan
memberikan hasil yang /ukup baik, akan tetapi tidak digunakan se/ara
luas karena adanya resiko aspirasi terutama pada anak Salah satu
penelitian pada anak menunjukkan bahwa sensitivitas kombinasi kultur
darah dan duodenum hampir sama dengan kultur sumsum tulang ,"ain et
al, 4''2-
8eterbatasan dalam isolasi3biakan dapat disebabkan oleh
keterbatasan media yang digunakan, adanya penggunaan antibiotika,
jumlah bakteri yang sangat minimal dalam darah, volume spesimen yang
tidak men/ukupi dan waktu pengambilan spesimen yang tidak tepat ,"ain
et al, 4''2-
*iagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan
bakteri Salmonella typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum
tulang, /airan duodenum =erkaitan dengan patogenesis penyakit, maka
bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada
awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urin dan feses
,#ardi, etal, 4''4-
#asil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil
negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung
pada beberapa faktor Baktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan
16
meliputi jumlah darah yang diambil, perbandingan volume darah dari
media empedu dan waktu pengambilan darah ,Sudoyo, etal, 4''(-
Golume 1-%' ml dianjurkan untuk orang dewasa, sedangkan pada
anak-anak dibutuhkan 4-5 ml, sedangkan volume sumsum tulang yang
dibutuhkan untuk kultur hanya sekitar '1-% ml =akteri dalam sumsum
tulang juga lebih sedikit dipengaruhi oleh antibiotika daripada bakteri
dalam darah #al ini dapat menjelaskan teori bahwa kultur sumsum tulang
lebih tinggi hasil positifnya bila dibandingkan dengan darah walaupun
dengan volume sampel yang lebih sedikit dan sudah mendapatkan terapi
antibiotika sebelumnya !edia pembiakan yang direkomendasikan untuk
Styphi adalah media empedu ,gall- dari sapi dimana dikatakan media @all
ini dapat meningkatkan positivitas hasil karena hanya S typhi dan S
paratyphi yang dapat tumbuh pada media tersebut ,Sudoyo, etal, 4''(-
=iakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat
pengambilan pada perjalanan penyakit =eberapa peneliti melaporkan
biakan darah positif 5'-2') atau ('-6') dari penderita pada minggu
pertama sakit dan positif %'-1') pada akhir minggu ketiga
Sensitivitasnya akan menurun pada sampel penderita yang telah
mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan volume darah dan
rasio darah dengan media kultur yang dipakai =akteri dalam feses
ditemukan meningkat dari minggu pertama ,%'-%1 )- hingga minggu
ketiga ,(1)- dan turun se/ara perlahan =iakan urine positif setelah
minggu pertama =iakan sumsum tulang merupakan metode baku emas
karena mempunyai sensitivitas paling tinggi dengan hasil positif didapat
pada 2'-61 ) kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit
dan menghilang pada fase penyembuhan !etode ini terutama bermanfaat
untuk penderita yang sudah pernah mendapatkan terapi atau dengan kultur
darah negatif sebelumnya Prosedur terakhir ini sangat invasif sehingga
tidak dipakai dalam praktek sehari-hari Pemeriksaan pada keadaan
tertentu dapat dilakukan kultur pada spesimen empedu yang diambil dari
17
duodenum dan memberikan hasil yang /ukup baik akan tetapi tidak
digunakan se/ara luas karena adanya risiko aspirasi pada anak Salah satu
penelitian pada anak menunjukkan bahwa sensitivitas kombinasi kultur
darah dan duodenum hampir sama dengan kultur sumsum tulang
,#andoyo, 4''5-
8egagalan dalam isolasi3biakan dapat disebabkan oleh keterbatasan
media yang digunakan, adanya penggunaan antibiotika, jumlah bakteri
yang sangat minimal dalam darah, volume spesimen yang tidak
men/ukupi, dan waktu pengambilan spesimen yang tidak tepat ,#ardi,
etal, 4''4-
Spesifisitasnya walaupun tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai
sensitivitas yang rendah dan adanya kendala berupa lamanya waktu yang
dibutuhkan ,1-( hari- serta peralatan yang lebih /anggih untuk identifikasi
bakteri sehingga tidak praktis dan tidak tepat untuk dipakai sebagai metode
diagnosis baku dalam pelayanan penderita
#asil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan
tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin
disebabkan beberapa hal seperti telah mendapat terapi antibiotik, volume
darah yang kurang, riwayat vaksinasi dan saat pengambilan darah setelah
minggu pertama, pada saat agglutinin semakin meningkat ,Sudoyo et al,
4''(-
A. Penga!atan ."rf"l"gi K"l"ni
!asing-masing koloni terpilih diamati morfologinya, meliputiF
warna koloni, bentuk, diameter %-4 mm, tepi, elevasi, sifat yaitu
berdasarkan kemampuannya untuk memfermentasikan laktosa, atau
kemampuannya untuk menghemolisa sel darah merah ,=ourbeau dan
Pohlman, 4''%-
B. U)i K"nfir!asi
18
8oloni terpilih untuk bakteri batang, gram negatif enterik
dikultur pada media uji biokimia ,Indol, !9, .itrat, !otilitas, Urea,
TSIA, $>P@-, diinkubasi 0(L. selama %2-45 jam 8oloni terpilih
bakteri kokus gram positif dilakukan uji katalase 8atalase positif
termasuk familia !i/ro/o//a/eae, katalase negatif termasuk familia
Strepto/o//a/eae ,=ourbeau dan Pohlman, 4''%-
%. U)i Ser"l"gis
Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
demam tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen
antigen S typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri Golume darah
yang diperlukan untuk uji serologis ini adalah %-0 ml yang diinokulasikan
ke dalam tabung tanpa antikoagulan =eberapa uji serologis yang dapat
digunakan pada demam tifoid ini meliputi uji "idal, tes TU=+K, metode
en:yme immunoassay ,+IA-, metode en:yme-linked immunosorbent assay
,+<ISA-, dan pemeriksaan dipstik ,Sudarno et al, 4''2-
!etode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai
nilai penting dalam proses diagnostik demam tifoid, akan tetapi masih
didapatkan adanya variasi yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas
pada deteksi antigen spesifik S typhi oleh karena tergantung pada jenis
antigen, jenis spesimen yang diperiksa, teknik yang dipakai untuk mela/ak
antigen tersebut, jenis antibodi yang digunakan dalam uji ,poliklonal atau
monoklonal- dan waktu pengambilan spesimen ,stadium dini atau lanjut
dalam perjalanan penyakit- ,Sudoyo et al, 4''(-
A. U)i /idal
Uji "idal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin
digunakan sejak tahun %26& Prinsip uji "idal adalah memeriksa reaksi
antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telahmengalami
pengen/eran berbeda-beda terhadap antigen somatik ,$- dan flagela ,#-
yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi
19
Pengen/eran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi
menunjukkan titer antibodi dalam serum Semakin tinggi titernya,
semakin besar kemungkinan infeksi ini Uji "idal ini dilakukan untuk
deteksi antibodi terhadap kuman Salmonela typhy Uji "idal terjadi
suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman Salmonela typhy dengan
antibodi yang disebut agglutinin Antigen yang digunakan pada uji
"idal adalah suspensi Salmonela yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium !aksud uji "idal adalah menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderita tersangka demam tifoid ,Sudoyo et al, 4''(-
Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji
hapusan ,slide test- atau uji tabung ,tube test- Uji hapusan dapat
dilakukan se/ara /epat dan digunakan dalam prosedur penapisan
sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi
dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan ,Sudoyo et al,
4''(-
Tes aglutinasi "idal dapat dilakukan dengan menggunakan uji
hapusan ,slide test- dan uji tabung ,tube test- Uji hapusan dapat
dilakukan dengan /epat dan digunakan dalam prosedur penapisan Uji
hapusan dilakukan dengan menggunakan antigen S typhikomersial
yang tersedia, setetes suspensi antigen ditambahkan pada sejumlah
serum pasien yang diduga terinfeksi Salmonella typhi #asil penapisan
positif membutuhkan determinasi kekuatan dari antibodi ,$lopienia,
4'''-
*i Indonesia pengambilan titer $ aglunitin M %35' dengan memakai
slide test ,prosedur pemeriksaan membutuhkan waktu %1 menit-
menunjukkan nilai ramal positif 6&) ,Sudarno, etal, 4''2-
.ampuran suspensi antigen dan antibody diinkubasi selama 4' jam
pada suhu 0(
'
. di dalam air Tes ini dapat digunakan untuk konfirmasi
hasil dari uji hapusan ,$lopienia, 4'''-
20
Penelitian pada anak oleh .hoo etal ,%66'- mendapatkan
sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar 26) pada titer $
atau # N%35' dengan nilai prediksi positif sebesar 054) dan nilai
prediksi negatif sebesar 664) =eberapa penelitian pada kasus demam
tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata hanya didapatkan
sensitivitas uji "idal sebesar &5-(5) dan spesifisitas sebesar (&-20)
,.hoo etal, %66'-
.ekanis!e 0
=iasanya dipergunakan suspensi # dan $ kuman salmonella typhi
Pada pemeriksaan ini serum penderita dien/erkan ,mulai dari %F%',
%F4', %F5', %F2', %F%&', %F04' dan seterusnya-, tiap-tiap pengen/eran
diambill sedikit ,',0 ml- dan dipindahkan kedalam tabung-tabung ke/il
khusus 8emudian pada masing-masing tabung ditambahkan suspensi
kuman yang telah disiapkan sebanyak ',0 ml pula Tabung kontrol diisi
dengan air garam faal dan suspensi kuman tanpa serum penderita
Tabung kontrol dipakai untuk mengetahui apakah kuman tidak
menggumpal dengan sendirinya <alu tabung-tabung ini dieramkan
selama %4-45 jam akan terjadi gumpalan aglutinasi suspensi # dan
aglutinasi seperti pasir ,berbutir- pada aglutinasi $ Pada aglutinasi #
hasilnya dapat dilihat dalam waktu 4 jam Eika dieramkan pada suhu
11H. #asil pemeriksaan ini dinyatakan sebagai titer antibodi
21
#a!$ar &. 9eaksi Aglutinin
Titer antibodi yang rendah terhadap salmonella dapat tampak pada
darah penderita yang belum pernah menderita sakit atau mendapat
vaksinasi, titer ini disebut titer normal 9eaksi anamnestik lebih sering
terjadi pada agglutinin # dari pada aglutinin $ =ukti serelogis yang
paling dapat diper/aya pada infeksi Salmonella ialah kenaikan titer
agglutinin $ antara titer pada minggu pertama dibandingkan titer pada
minggu kedua atau minggu-minggu selanjutnya pada masa sakit
!eskipun demikian tidak adanya respon antibodi tidak menghilangkan
kemungkinan adanya penyakit demam tifoid sebab kemungkinan
penderita tidak dapat membuat antibodi /ukup banyak sampai
kadarnya dapat diukur
Interpretasi dari uji "idal ini harus memperhatikan beberapa faktor
antara lain sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakitO faktor penderita
seperti status imunitas dan status gi:i yang dapat mempengaruhi
pembentukan antibodiO gambaran imunologis dari masyarakat setempat
22
,daerah endemis atau non-endemis-O faktor antigenO teknik serta reagen
yang digunakan ,$lopienia, 4'''-
8elemahan uji "idal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas
serta sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya
dalam penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji
"idal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita
demam tifoid ,penanda infeksi- Uji "idal saat ini walaupun telah
digunakan se/ara luas di seluruh dunia, namun manfaatnya masih
diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada
kesepakatan akan nilai standar aglutinasi ,/ut-off point- Upaya untuk
men/ari standar titer uji "idal seharusnya ditentukan titer dasar
,baseline titer- pada orang sehat di populasi dimana pada daerah
endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer antibodi $
dan # pada orang-orang sehat ,#osoglu et al, 4''2-
8elemahan lain adalah banyak terjadi hasil negatif palsu dan
positif palsu pada tes ini #asil negatif palsu tes "idal terjadi jika darah
diambil terlalu dini dari fase tifoid Pemberian antibiotik merupakan
salah satu peyebab penting terjadinya negatif palsu Penyebab hasil
negatif lainnya adalah tidak adanya infeksi S Typhi, status karier,
inokulum antigen bakteri pejamu yang tidak /ukup untuk melawan
antibodi, kesalahan atau kesulitan dalam melakukan tes dan variabilitas
antigen ,#osoglu et al, 4''2-
#asil positif palsu dapat terjadi apabila sudah pernah melakukan
tes demam tifoid sebelumnya, sudah pernah imunisasi antigen
Salmonella sp Ada reaksi silang sebelumnya dengan antigen selain
Salmonella sp, variabilitas dan kurangnya standar pemeriksaan antigen,
infeksi malaria atau bakteri enteroba/teria/eaelainnya, peayakit lain,
seperti dengue ,#osoglu et al, 4''2-

23
B. U)i TUBE1
Tes TU=+K merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif
yang sederhana dan /epat ,kurang lebih 4 menit- dengan menggunakan
partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas Spesifisitas
ditingkatkan dengan menggunakan antigen $6 yang benar-benar
spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup * Tes ini
sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi
adanya antibodi Ig! dan tidak mendeteksi antibodi Ig@ dalam waktu
beberapa menit ,.hrishantoro, 4''&-
Tube;, mendeteksi kemampuan antibodi anti-Salmonella $6 dari
serum pasien dengan /ara menghambat ikatan antara indikator antibodi-
partikel dan magnetik antigen-partikel Tes ini juga spesifik untuk
mendeteksi antigen Salmonella $6 ,lipopolisakarida grup *- dalam
larutan dan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi organisme
Salmonella grup * se/ara langsung dari koloni agar atau kultur darah
#al tersebut membuat Tube; menjadi tes yang unik 8emampuannya
mendeteksi antibodi dan antigen se/ara teoritis penting untuk diagnosis
serologis penyakit infeksi akut, karena antigen yang diharapkan mun/ul
pada infeksi pertama ,Tam et al 4''(-
Tes Tube; menggunakan reaksi kolorimetri yang dimasker dalam
sampel hemolisis #asil beberapa per/obaan yang telah dilakukan di
beberapa negara berkembang, Tube; menunjukkan hasil terbaik dan
dapat lebih baik daripada tes "idal yang sudah dipakai sejak seratus
tahun lalu Tes ini juga memiliki kelemahan, yaitu sulitnya
menginterpretasikan hasil dari sampel hemolisis yang memakai reaksi
kolometri Tes ini juga dapat bernilai positif palsu jika seseorang sudah
pernah terinfeksi Salmonella enteritidis dan mendapatkan terapi
antibiotik yang tidak tepat ,$lsen, et al 4''5-
24
"alaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes
TU=+K ini, beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes
ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji
"idal
Penelitian oleh <im et al ,4''4- mendapatkan hasil sensitivitas %''
) dan spesifisitas %'' ) Penelitian lain mendapatkan sensitivitas
sebesar (2 ) dan spesifisitas sebesar 26 ) Tes ini dapat menjadi
pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan se/ara
rutin karena /epat, mudah dan sederhana, terutama di negara
berkembang ,8ristina et al, 4''(-

Penetesan
=rown
9eagent
51 Pl
Penetesan
Spe/imen-
/ontrol 51 Pl
Inkubasi
4 menit
Penetasn
=lue
9eagent 6'
Pl
#omogenisa
si
4 menit
Separasi
!agneti/
1 menit dan
pemba/aan
hasil
#a!$ar '. Prosedur Pengujian
Prinsi Pe!eriksaan 0
!etode pemeriksaan yang digunakan adalah Inhibition !agneti/
=inding Immunoassay ,I!=I- Antibodi Ig! terhadap antigen $6 <PS
dideteksi melalui kemampuannya untuk menghambat interaksi antara
25
kedua tipe partikel reagen yaitu indikator mikrosfer lateks yang
disensitisasi dengan antibodi monoklonal anti $ ,reagen berwarna biru-
dan mikrosfer magnetik yang disensitisasi dengan <PS Salmonella
typhi ,reagen berwarna /oklat- Setelah sedimentasi partikel dengan
kekuatan magnetik, konsentrasi partikel indikator yang tersisa dalam
/airan menunjukkan daya inhibisi Tingkat inhibisi yang dihasilkan
adalah setara dengan konsentrasi antibodi Ig! Salmonella typhi dalam
sampel #asil diba/a se/ara visual dengan membandingkan warna akhir
reaksi terhadap skala warna
Pr"sed,r Pe!eriksaan dengan TUBE1
2
T3
Ta$el 1. Intreetasi Hasil
Skala Interretasi Keterangan
J4 >egatif Tidak menunjukkan infeksi demam tifoid
0 =ouderline
Pengukuran tidak dapat disimpulkan
<akukan pengambilan darah ulang 0-1 hari
kemudian
5-1 Positif Indikasi demam tifoid
N& Positif Indikasi kuat infeksi demam tifoid
Pemeriksaan TU=+K sangat sensitif dan spesifik untuk deteksi
demam tifoid #al ini disebabkan karena penggunaan antigen $ <PS
yang memiliki sifat sifat sebagai berikut F
%- Immunodominan dan kuat
4- Antigen $ ,<PS se/ara umum- bersifat thymus independent type %,
imunogenik pada bayi ,antigen Gi dan # kurang imunogenik-, dan
merupakan mitogen yang sangat kuat terhadap sel =
26
0- Antigen $ dapat menstimulasi sel sel = tanpa bantuan sel T ,tidak
seperti antigen antigen protein- sehingga respon anti $ dapat
terdeteksi lebih /epat
5- <PS dapat menimbulkan respon antibodi yang kuat dan /epat
melalui aktivasi sel = via reseptor sel = dan reseptor lain ,Toll like
re/eptor 5-
1- Spesifisitas yang tinggi ,N6')- karena antigen $ yang sangat jarang
ditemukan baik dialam maupun diantara mikroorganisme
a- Typidot , !endeteksi Antibody Ig@ dan Ig! terhadap antigen
1' k* Salmonella typhi-
b- Typidot ! ,mendeteksi antibodi Ig! terhadap antigen 1' k*
Salmonella typhi-
/- *ipsti/k test ,mendeteksi antibody Ig! terhadap antigen <PS
Salmonella typhi-
Tube;
Q
TB, Typidot, Typidot !, dan *ipsti/k test merupakan /ara
pemeriksaan serologi yang baru dikembangkan
4. U)i Ty-id"t ata, U)i D"t EIA 5D"t En6y!e I!!,n"assay7
Uji Thypidot merupakan suatu uji serologi yang didasarkan pada
deteksi antibodi spesifik Ig! dan Ig@ terhadap Salmonella Thypi
*alam tes ini antibodi Ig! dan Ig@ tidak aktif sebelum tes dimulai Tes
menggunakan suatu membran nitroselulosa yang diisi 1' 8*a spesifik
protein dan antigen kontrol *eteksi antibodi Ig! menunjukkan tahap
awal infeksi pada demam tipoid akut sedangkang adanya peningkatan
Ig@ menandakan infeksi yang lebih lanjut Pada metode Typhidot-!
yang merupakan modifikasi dari metode Typhidot telah dilakukan
27
inaktivasi dari Ig@ total sehingga menghilangkan pengikatan
kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen terhadap Ig !
spesifik
*ari penelitian yang dilakukan tim peneliti india
mengkomparasikan antara tes widal, kultur darah, dan thypidot
terhadap 2' kasus dengan gejala demam enterik menunjukkan tes
widal memiliki sesitifitas sebesar 1() dengan spesifisitas 20),
sedangkan kultur darah didapat sensitifitas dikisaran &2) dan
spesifisitas %'') Tes Thpydot memiliki sensitifitas 64) dan
spesifisitas 2(1)
Uji dot +IA tidak mengadakan reaksi silang dengan
salmonellosis non-tipoid bila dibandingkan dengan "idal *engan
demikian bila dibandingkan dengan uji "idal, sensitivitas uji dot
+IA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna tidak
selalu diikuti dengan uji "idal positif *ikatakan bahwa Typhidot-
! ini dapat menggantikan uji "idal bila digunakan bersama dengan
kultur untuk mendapatkan diagnosis demam tipoid akut yang /epat dan
akurat
#a!$ar (. Alat Uji Typhidot
28
D. U)i Ig. Disti8k
Uji Ig! *ipsti/k se/ara khusus mendeteksi antibodi Ig! spesifik
terhadap S.Typhi pada spesimen serum atau #hole $lood Uji ini
menggunakan strip yang mengandung antigen lipopolisakarida ,<PS-
S.typhi dan anti Ig! ,sebagai kontrol-, reagen deteksi yang
mengandung antibodi anti Ig! yang dilekati dengan lateks pewarna,
/airan membesahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum
pasien, tabung uji 8omponen perlengkapan ini stabil untuk disimpan
selama 4 tahun pada suhu 5-41
'
. ditempat keing tanpa sinar matahari
langsung Pemeriksaan dimulai dengan inkubasi strip pada larutan
/ampuran reagen deteksi dan serum selama 0 jam pada suhu kamar
Setelah inkubasi, strip dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan
Se/ara semi kuantitatif, diberikan penilaian terhadap garis uji dengan
membandingkannya dengan referen/e strip @aris kontrol harus
terwarna dengan baik
#a!$ar *. Uji Ig! *ipsti/
#ouse dkk, 4''% dan @asem !# dkk, 4''4 meneliti mengenai
penggunaan uji ini dibandingkan dengan pemeriksaan kultur darah di
29
Indonesia dan melaporkan sensitivitas sebesar &1-(( ) dan spesivitas
sebesar 61-%'' ) pemeriksaan ini mudah dan /epat ,dalam % hari-
dilakukan tanpa peralatan khusus apapun, namun akurasi hasil
didapatkan bila pemeriksaan dilakukan % minggu setelah timbulnya
gejala
&. Pe!eriksaan k,!an se8ara !"lek,ler
!etode lain untuk identifikasi bakteri S typhi yang akurat adalah
mendeteksi *>A ,asam nukleat- gen flagellin bakteri S typhi dalam darah
dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi *>A dengan /ara
polymerase /hain rea/tion ,P.9- melalui identifikasi antigen Gi yang
spesifik untuk S typhi ,"ain dan #osoglu, 4''2- Penelitian oleh #aIue
et al ,%666- mendapatkan spesifisitas P.9 sebesar %'') dengan
sensitivitas yang %' kali lebih baik daripada penelitian sebelumnya dimana
mampu mendeteksi %-1 bakteri3ml darah Penelitian lain oleh !assi et al
,4''0- mendapatkan sensitivitas sebesar &0) pada tes Tube; bila
dibandingkan dengan uji "idal ,01&)-
P.9 %Polymorase hain Reaction- !etode ini mulai banyak
dipergunakan Pada /ara ini di lakukan perbanyakan *>A kuman yang
kemudian diindentifikasikan dengan *>A probe yang spesifik 8elebihan
uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit
,sensitifitas tinggi- serta kekhasan ,spesifitas- yang tinggi pula Spesimen
yang digunakan dapat berupa darah, urin, /airan tubuh lainnya serta
jaringan biopsi
8endala yang sering dihadapi pada penggunaan metode P.9 ini
meliputi risiko kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang
terjadi bila prosedur teknis tidak dilakukan se/ara /ermat, adanya bahan-
bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses P.9 ,hemoglobin
dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan garam empedu
30
dalam spesimen feses-, biaya yang /ukup tinggi dan teknis yang relatif
rumit Usaha untuk mela/ak *>A dari spesimen klinis masih belum
memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya
masih terbatas dalam laboratorium penelitian ,"ain dan #osoglu, 4''2-
II.9 K"!likasi
8omplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu F
1. K"!likasi Intestinal
a. Perdara-an Us,s
Sekitar 41) penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan
minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah Perdarahan hebat dapat
terjadi hingga penderita mengalami syok Se/ara klinis perdarahan
akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 1
ml3kg==3jam
$. Perf"rasi Us,s
Terjadi pada sekitar 0) dari penderita yang dirawat =iasanya timbul
pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama
Penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang
hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian
meyebar ke seluruh perut Tanda perforasi lainnya adalah nadi /epat,
tekanan darah turun dan bahkan sampai syok
2. K"!likasi Ekstraintestinal
a 8omplikasi kardiovaskuler F kegagalan sirkulasi perifer ,syok, sepsis-,
miokarditis, trombosis dan tromboflebitis
b 8omplikasi darah F anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi
intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik
31
/ 8omplikasi paru F pneumoni, empiema, dan pleuritis
d 8omplikasi hepar dan kandung kemih F hepatitis dan kolelitiasis
e 8omplikasi ginjal F glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
f 8omplikasi tulang F osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis
g 8omplikasi neuropsikiatrik F delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia
II.1: Penatalaksanaan
1. N"n .edika!ent"sa
A. Pen8ega-an De!a! Tif"id
Pen/egahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan
perjalanan penyakit, yaitu pen/egahan primer, pen/egahan
sekunder, dan pen/egahan tersier
a. Pen8ega-an Pri!er
Pen/egahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau men/egah orang yang
sehat menjadi sakitPen/egahan primer dapat dilakukan dengan
/ara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella
typhi yang dilemahkan *i Indonesia telah ada 0 jenis vaksin
tifoid, yaitu F
%- Gaksin oral Ty 4% a Givotif =erna Gaksin ini tersedia
dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam % minggu
satu jam sebelum makan Gaksin ini kontraindikasi pada
wanita hamil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi
antibiotik <ama proteksi 1 tahun
32
4- Gaksin parenteral sel utuh F Typa =io Barma *ikenal 4
jenis vaksin yakni, & 'accine %!cetone in acti'ated" dan (
'accine %Heat in acti'ated-Phenol preser'ed- *osis untuk
dewasa ',1 ml, anak & 7 %4 tahun ',41 ml dan anak % 7 1
tahun ',% ml yang diberikan 4 dosis dengan interval 5
minggu +fek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu,
bengkak dan nyeri pada tempat suntikan 8ontraindikasi
demam,hamil dan riwayat demam pada pemberian pertama
0- Gaksin polisakarida Typhim )i !'entis Pasteur Merrieu*
Gaksin diberikan se/ara intramus/ular dan booster setiap 0
tahun 8ontraindikasi pada hipersensitif, hamil, menyusui,
sedang demam dan anak umur 4 tahun
Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah
endemik, orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid dan
petugas laboratorium3mikrobiologi kesehatan !engkonsumsi
makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh,
memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan prilaku
hidup bersih dan sehat dengan /ara budaya /u/i tangan yang
benar dengan memakai sabun, peningkatan higiene makanan
dan minuman berupa menggunakan /ara-/ara yang /ermat dan
bersih dalam pengolahan dan penyajian makanan, sejak awal
pengolahan, pendinginan sampai penyajian untuk dimakan, dan
perbaikan sanitasi lingkungan
Se/ara umum untuk memperke/il kemungkinan ter/emar
%Salmonella Typh " maka setiap individu harus memperhatikan
kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi
Salmonella Typhi di dalam air akan mati apabila di panaskan
setinggi 1('. untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi
atau klorinasi Untuk makanan pemanasan sampai suhu 1(
'
.
33
beberapa menit dan se/ara merata juga dapat mematikan kuman
Salmonella typhi Penurunan endemisitas suatu negara atau
daerah tergantung baik pada baik buruknya pengadaan sarana air
dan pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran
individu terhadap higiene pribadi Imunisasi aktif dapat
membantu menekan angka kejadian demam typhoid , Sumarmo
Sdkk 4''2-
DIET
*iet merupakan hal yang penting dalam proses
penyembuhan penyakit karena makanan yang kurang akan
menurunkan keadaan umum dan gi:i penderita akan semakin
turun sehingga proses penyembuhan akan semakin lama
Penderita demam typhoid di beri makan bubur untuk
menghindari perforasi usus Pemberian makanan padat seperti
nasi beserta lauk pauk rendah selulosa , menghidari sementara
sayuran yang tinggi serat- dapat di berikan dengan aman pada
pasien demam typhoid ,Sudoyo et al, 4''6-
!anagement atau penatalaksanaan se/ara umum, asuhan
keperawatan yang baik serta asupan gi:i yang baik merupakan
aspek penting dalam pengobatan demam tifoid selain pemberian
antibiotik Sampai saat ini masih dianut triologi penatalaksanaan
demam tifoid, yaituF
ISTI;AHAT DAN PE;A/ATAN
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk
men/egah komplikasi Tirah baring dengan perawatan
sepenuhnya di tempat tidur, seperti makan, minum, mandi,
buang air ke/il dan buang air besar akan membantu dan
memper/epat masa penyembuhan *alam perawatan perlu sekali
34
di jaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang
dipakai
Pasien demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk
isolasi observasi dan pengobatan Pasien harus tirah baring
absolut sampai minimal ( hari bebas demam atau kurang lebih
selama %5 hari !aksud tirah baring adalah untuk men/egah
terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus
!obilisasi pasien harus dilakukan se/ara bertahap sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien
Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus
diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus *efekasi dan
buang air ke/il harus diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih
$. Pen8ega-an Sek,nder
Pen/egahan sekunder dapat dilakukan dengan /ara
mendiagnosa penyakit se/ara dini dan mengadakan pengobatan
yang /epat dan tepat Untuk mendiagnosis demam tifoid perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium Ada 0 metode untuk
mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu F
17 Diagn"sis klinik
*iagnosis klinis penyakit ini sering tidak tepat, karena
gejala kilinis yang khas pada demam tifoid tidak ditemukan
atau gejala yang sama dapat juga ditemukan pada penyakit
lain *iagnosis klinis demam tifoid sering kali terlewatkan
karena pada penyakit dengan demam beberapa hari tidak
diperkirakan kemungkinan diagnosis demam tifoid
35
27 Diagn"sis !ikr"$i"l"gik<e!$iakan k,!an
!etode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling
spesifik dan lebih dari 6') penderita yang tidak diobati,
kultur darahnya positip dalam minggu pertama #asil ini
menurun drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana
hasil positip menjadi 5') !eskipun demikian kultur sum-
sum tulang tetap memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu
6') positip Pada minggu-minggu selanjutnya hasil kultur
darah menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu 21) dan
41) berturut-turut positip pada minggu ke-0 dan ke-5
$rganisme dalam tinja masih dapat ditemukan selama 0
bulan dari 6') penderita dan kira-kira 0) penderita tetap
mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinjanya
untuk jangka waktu yang lama
8. Pen8ega-an Tersier
Pen/egahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi keparahan akibat komplikasi Apabila telah
dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya tetap
menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap
terjaga dan dapat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid
Pada penderita demam tifoid yang /arier perlu dilakukan
pemerikasaan laboratorium pas/a penyembuhan untuk
mengetahui kuman masih ada atau tidak
2. .edika!ent"sa
A. Peng"$atan
Pengobatan simtomatik diberikan untukmenekan gejala-gejala
simtomatik yang dijumpai seperti demam, diare, mual, muntah, dan
meteorismus sembelit bila lebih dari 0hari perlu dibantu dengan
36
paraffin atau lavase dengan glistering obat bentuk laksan ataupun
enema tidak dianjurkan karena dapat memberikan akibat pendarahan
maupun perforasi intestinal
Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan
penderita, misalnya pemberian /airan , elektrolit, bila terjadi gangguan
keseimbangan /airan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh dan kostikosteroid untuk memper/epat penurunan demam
17 Pe!$erian anti!ikr"$a
pemberian antimikroba dengan tujuan menghentikan dan men/egah
penyebaran kuman
a7 Kl"ra!fenik"l
*i era pre-antibiotik, angka mortalitas dari demam tifoid
masih tinggi sekitar %1) Terapi dengan kloramfenikol
dipekenalkan pada %652, mengubah perjalanan penyakit,
menurunkan angka mortalitas hinggaJ%) dan durasi demam
dari %5-42 hari menjadi 0-1 hari dosis untuk orang dewasa
adalah 5 kali 1'' mg perhari oral atau intravena, sampai ( hari
bebas demam penyuntikan intramuskular tidak dianjurkan
karena hidrolisis ester tidak dapat diramalkan dan ditempatkan
suntikan terasa nyeri 8loramfenikol menjadi obatpilihan
untuk demam enterik hingga mun/ulnya resistensi pada tahun
%6(' tingginya angka kekambuhan dapat diobati dengan obat
yang sama penurunan demam terjadi rata-rata pada hari ke-1
$7 Tia!fenik"l
*osis dan efektifitas tiamfenikol pada demam tifoid hampir
sama dengan kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematolosi
seperti kemungkinan terjadinya anemia plastik lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol *osis Tiamfenikol adalah
37
5 ; 1'' mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-4 sampai
ke-&
87 A!isilin dan K"tri!"ksa6"l
*iberikan karena meningkatnya angka mortalitas resistensi
kloramfenikol ampi/ilin dan Trimetroprim-Sulfametoksa:ole
,TP!-S!R-, menjadi pengobatan yang utama mun/ulnya
strain !*9 STyphi, dengan resisten terhadap ampi/ilin dan
kotrimoksa:ol telah mengurangi keuntungan obat ini pada
tahun %626, mun/ul !*9 S Typhi, bakteri ini resisten
terhadap kloramfenikol, ampi/ilin, Trimetroprim-
Sulfametoksa:ole ,TP!-S!R-, Streptomi/in, sulfonamid dan
tetrasiklin di daerah dengan prevalensi tinggi infeksi S typhi
!*9 ,India, Asia tenggara dan Afrika-, seluruh pasien diduga
demam tifoid dan diterapi dengan Iuinolon atau sefalosforin
generasi III hingga hasil kultur dan sensivitas tersedia
d7 =,in"l"n
Suinolon memiliki aktivitas tinggi terhadap Salmonella
in'itro, dengan efektif penetrasi terhadap makrofag, men/apai
konsentrasi tinggi di usus dan lumen empedu, dan memiliki
potensi yang tinggi diantara antibiotik lain dalam terapi demam
tifoid .iproflokasasin terbukti memiliki efektifitas yang
tinggi, tidak ada karier Styphi yang mun/ul, faktanya pada
studi yang lainnya, indikasi utama untuk menggunakan
antibiotik Iuinolon .iproflokasasin juga telah ditemukan
memiliki efek terapi terhadap strain Styphi dan Sparatyphi
!*9 resistensi terhadap .iproflokasasin mulai mun/ul
terutama didaerah india Iuinolon lainnya seperti oflo;a/in,
norflo;a/in dan peflo;a/in, terbukti efektif dalam per/obaan
klinis skala ke/il Terapi singkat dengan oflo;a/in ,%'-%1
38
mg3kg dibagi dua selama 4-0 hari- dapat lebih efektif dalam
terapi inkomplit !*9 demam tifoid demam pada umumnya
turun pada hari ke-0 atau menjelang hari ke-5
Ta$el 2. >$at dan d"sis Anti$i"tik ,nt,k de!a! tif"id
>$at D"sis ;,te
+rist line
anti$iotics
8loramfenikol
Trimetroprim-
Sulfametoksa:ole
,TP!-S!R-
Ampi/ilin 3
Amo;y/ilin
1'' mg 5;
sehari
%&'-2'' mg
4; sehari, 5-
4' mg3kg,
kali 4 dosis
%'''-4'''
mg 5; sehariO
1'-%'' mg3kg
bagi 5 dosis
$ral, IG
$ral, IG
$ral, IG, I!
Se/ond- line
Antibioti/s
,BlourIuinolon-
.iproflo;a/in 1'' mg 4;
sehari3 4''
mg 4; sehari
selama %'-%5
$ral, IG
39
hari
BAB III
SI.PULAN DAN SA;AN
III.1 SI.PULAN
*emam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran pen/ernaan dengan gejala demam yang lebih dari (
hari, gangguan pada saluran pen/ernaaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran di era Multi Drug Resisten seperti saat sekarang ini, pilihan
pengobatan haruslah lebih /ermat penggunaan antibiotik golongan
Suinolon merupakan pilihan utama pengobatan demam tifoid untuk saat
ini, tak hanya dengan obat-obatan tetapi dengan pen/egahan dan
pemberian nutrisi yang tepat juga memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan demam tifoid
III.2 SA;AN
40
*iperlukan ketepatan dalam mendiagnosa demam tifoid agar tidak
terjadi pemakaian antibiotik yang tidak seharusnya pemilihan antibiotik
yang adekuat dapat mengurangi angka terjadinya resistensi perlunya
kerjasama antara dokter dengan paramedis lain untuk bersama-sama
membantu mengobati pasien serta memberikan edukasi yang tepat kepada
pasien dan keluarganya agar dapat membantu proses penyembuhan
Pen/egahan sangat penting yaitu dengan menjaga higiene
lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya, higiene makanan serta tidak
buang air besar sembarangan Tutup rapat makanan agar tidak dihinggapi
lalat
DA3TA; PUSTAKA
Algerina, A ,4''2- Demam Tifoid dan lnfeksi (ain dari ,akteri Salmonella
httpF33medi/astore/om3penyakit3%'3*emamTTifoidhtml
Ashkena:i A, =elli *, Gandenplas ? ,4''4- ! proposition for the diagnosis and
treatment of gastro-esophageal reflu* disease in children- a report from a
#orking group on gastro-esophageal reflu* disease +ur EPediatr%660O
%14 F('5 7(%%
41
*armowandowo "4''& Demam Tifoid - ,uku !.ar /lmu &esehatan !nak -
/nfeksi 0 Penyakit Tropis +disi % Eakarta F =P B8UI, 4''4F0&(-(1
#andoyo, I 4''5 Diagnosis la$oratorium demam tifoid Eurnal 8imia 8linik
Indonesia
Israr 4''2 !rtikel Demam Tifoid %Thypoid +e'er" 9iau F B8U9
Soedarmo, S P 4''4 ,uku !.ar /nfeksi 0 Penyakit Tropis +disi I Eakarta F
B8UI
Soedarto 4''( Sinopsis &edokteran Tropis Surabaya F Airlangga University
Press
Sudoyo, Setyohati, Alwi4''& ,uku !.ar /lmu Penyakit Dalam. EakartaF Bakultas
8edokteran Universitas Indonesia
"idodo, djoko4''6 /lmu Penyakit Dalam B8UIEakarta #alaman F 4(6( - 42'&

Anda mungkin juga menyukai