MULTIPLE TRAUMA
KELOMPOK 1 :
TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Multi Trauma
2.1.1 Definisi
Multi trauma adalah keadaan yang di sebabkan oleh luka atau
cedera definisi ini memberikaan gambaran superficial dari respon fisik
terhadap cedera, trauma juga mempunyai dampak psikologis dan sosial.
Pada kenyataannya trauma adalah kejadian yang bersifat holistic dan
dapat menyebabkan hilangnya produktif seseorang. Informasi tentang
pola atau mekanisme terjadinya cedera seringkali akan sangat terbantu
dalam mendiagnosa kemungkinan gangguan yang diakibatkan. Trauma
tumpul terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor ( KKB) dan jatuh,
sedangkan trauma tusuk (penetrasi) seringkali diakibatkan oleh luka
tembak atau luka tikam. Umumnya, makin besar kecepatan yang
terlibat dalam suatu kecelakaan, akan makin besar cedera yang terjadi,
misalnya : KKB kecelakaan tinggi, peluru dengan kecepatan tinggi,
jatuh dari tempat yang sangat tinggi (Hudak,carolyn 1996).
2.1.2 Etiologi
Trauma dapat disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul, atau
peluru. Luka tusuk dan luka tembak pada suatu rongga dapat di
kelompokan dalam kategori luka tembus. Untuk mengetahui bagian
tubuh yang terkena,organ apa yang cedera ,dan bagaimana derajat
kerusakannya, perlu diketahui biomekanik terutama cedera pada trauma
dapat terjadi akibat tenaga dari luar berupa benturan, perlambatan
(deselerasi), dan kompresi, baik oleh benda tajam , benda tumpul,
peluru, ledakan, panas, maupun zat kimia . Akibat cedera ini dapat
menyebabkan cedera muskuloskeletal dan kerusakan organ.
2.1.3 Patofisiologi
Respon metabolik pada trauma dapat dibagi dalam tiga fase :
1. Fase pertama berlangsung beberapa jam setelah terjadinya trauma.
Dalam fase ini akan terjadi kembalinya volume sirkulasi, perfusi
jaringan, dan hiperglikemia.
2. Pada fase kedua terjadi katabolisme menyeluruh, dengan imbang
nitrogen yang negative, hiperglikemia, dan produksi panas. Fase ini
yang terjadi setelah tercapainya perfusi jaringan dengan baik dapat
berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung
beratnya trauma, keadaan kesehatan sebelum terjadi trauma, dan
tindakan pertolongan medisnya.
3. Pada fase ketiga terjadi anabolisme yaitu penumpukan kembali
protein dan lemak badan yang terjadi setelah kekurangan cairan dan
infeksi teratasi. Rasa nyeri hilang dan oksigenasi jaringan secar
keseluruhan sudah teratasi. Fase ini merupakan proses yang lama
tetapi progresif dan biasanya lebih lama dari fase katabolisme karena
isintesis protein hanya bisa mencapai 35 gr /hari.
b. Dislokasi
Dislokasi menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat.
Dislokasi mudah dikenali karena adanya perubahan dari anatomi
yang normal. Dislokasi sendi umumnya tidak mengancam jiwa,
tapi memerlukan tindakan darurat karena apabila tidak
dilakukan tindakan secepatnya, akan menyebabka
7. Cedera vaskular
Cedera vaskular seringkali mengakibatkan perdarahan atau
trombosis pembuluh. Cedera vaskular biasanya disebabkan oleh
trauma penetrasi, dan kurang sering karena fraktur. Ultrasonografi
doppler seing digunakan untuk mendiagnosa cedera vaskular
perifer.
d. Dada (Chest)
Periksa dada untuk mengetahui adanya
ketidaksimetrisan, perubahan bentuk, trauma penetrasi atau
luka lain, lakukan auskultasi jantung dan paru-paru. Palpasi
dada untuk mencari perubahan bentuk, udara di bawah kulit
dan area lebam/jejas.
Diagnosis yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :
1) Ambil portable chest radiograph jika pasien tidak dapat
duduk tegak untuk sudut posterior-anterior dan lateral.
2) Lakukan perekaman ECG 12-lead pada pasien yang
diduga atau memiliki trauma tumpul pada dada.
3) Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan BGA jika
pasien menunjukkan distress napas atau telah memakai
ventilator mekanik.
e. Abdomen (Perut)
Periksa perut untuk mengetahui adanya memar,
massa, pulsasi, atau onjek yang menancap. Perhatikan
adanya pengeluaran isi perut, auskultasi suara perut di
semua empat kuadran, dan secara lembut palpasi dinding
perut untuk memeriksa adanya kekakuan, nyeri, rebound
pain atau guarding.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis adalah sebagai berikut :
1) Periksa FAST (focused abdominal sonography for
trauma) yaitu proses pemeriksaan sonografi pada empat
wilayah perut (perikardial, perihepatik, perisplenik, dan
pelvis) digunakan untuk mengidentifikasi cairan
intraperitoneal pada pasien dengan trauma tumpul pada
perut.
2) Diagnosis peritoneal lavage (jarang digunakan karena
sudah tersedia CT-scan).
3) CT scan bagian perut (dilakukan dengan tingakat kontras
medium).
4) Urutan pemeriksaan radiografis perut atau ginjal-uretra-
kandung kemih.
f. Pelvis (Panggul)
Periksa panggul untuk mengetahui adanya
pendarahan, lebam, jejas, perubahan bentuk, atau trauma
penetrasi. Pada laki-laki, periksa adanya priapism,
sedangkan pada wanita periksa adanya pendarahan.
Inspeksi daerah perineum terhadap adanya darah, feses,
atau cedera lain. Pemeriksaan rektum dilakukan untuk
mengukur sphincter tone, adanya darah, dan untuk
mengetahui posisi prostat. Letak prostat pada posisi high-
riding, darah pada urinary meatus, atau adanya scrotal
hematoma adalah kontraindikasi untuk dilakukannya
kateter sampai uretrogram retrograde dapat dilakukan.
Untuk mengetahui stabilitas panggul lakukan penekanan
secara halus ke arah dalam (menuju midline) pada iliac
crests. Lakukan palpasi pada daerah simfisis pubis jika
pasien mengeluh nyeri atau terdengar adanya gerakan,
hentikan pemeriksaan dan lakukan pemeriksaan X-rays.
g. Ekstremitas (Extremity)
Periksa keempat tungkai untuk mengetahui adanya
perubahan bentuk, dislokasi, ekimosis, pembengkakan, atau
adanya luka lain. Periksa sensorik-motorik dan kondisi
neurovaskular pada masing-masing ekstremitas. Lakukan
palpasi untuk mengetahui adanya jejas, lebam, krepitasi,
dan ketidaknormalan suhu. Jika ditemukan adanya cedera,
periksa ulang status neurovaskular distal secara teratur dan
sistematis.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis adalah pemeriksaan X-rays pada ekstremitas yang
mengalami gangguan.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Balut bidai.
2) Perawatan luka.
h. Ekstremitas
Cek adanya pendarahan ,edema , nyeri ,atau
asimetris tulang atau sendi mulai pada segmen proksimal
pada setiap ekstremitas dan palpasi pada bagian distal.
B. Diagnosa
1. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi,
spasium ketiga.
2. Kerusakan pertukaran gas : yang berhubungan dengan trauma
pulmonal, komplikasi pernapasan (mis, ARDS), nyeri.
3. Kerusakan integritas jaringan ; yang berhubungan dengan
trauma, pembedahan, prosedur-prosedur invasif, imobilitas.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan ; yang
berhubungan dengan penurunan curah jantung, penurunan
oksigenasi, penurunan pertukaran gas.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi : yang berhubungan dengan
trauma, prosedur invasif.
6. Resiko tinggi terhadap ansietas : yang berhubungan dengan
penyakit kritis, ketakutan akan kematian atau kecacatan,
perubahan peran dalam lingkungan sosial, ketidakmampuan
yang permanen.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Multi trauma adalah keadaan yang di sebabkan oleh luka atau
cedera definisi ini memberikaan gambaran superficial dari respon fisik
terhadap cedera, trauma juga mempunyai dampak psikologis dan social.
Trauma dapat disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul, atau peluru.
Akibat cedera ini dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal dan
kerusakan organ. Trauma terjadi dalam 3 fase : Fase pertama berlangsung
beberapa jam setelah terjadinya trauma. Dalam fase ini akan terjadi
kembalinya volume sirkulasi, perfusi jaringan, dan hiperglikemia. Pada
fase kedua terjadi katabolisme menyeluruh, dengan imbang nitrogen yang
negative, hiperglikemia, dan produksi panas. Pada fase ketiga terjadi
anabolisme yaitu penumpukan kembali protein dan lemak badan yang
terjadi setelah kekurangan cairan dan infeksi teratasi. Rasa nyeri hilang
dan oksigenasi jaringan secar keseluruhan sudah teratasi.
Penilaian awal pasien trauma terdiri atas survei primer dan survei
sekunder. Pada survei primer terdapat proses penilaian, intervensi, dan
evaluasi yang berkelanjutan. Komponen survei primer adalah sebagai
berikut : Airway (jalan napas), Breathing (pernapasan), Circulation
(sirkulasi), D : Disability (defisit neurologis), E : Exposure and
environmental control (pemaparan dan kontrol lingkungan). Pada survei
sekunder pemeriksaan lengkap mulai dari head to toe. dalam pemeriksaan
survei sekunder ini apabila didapatkan masalah, maka tidak diberikan
tindakan dengan segera. Hal-hal tersebut dicatat dan diprioritaskan untuk
tindakan selanjutnya. Untuk mengingat survei sekunder ialah huruf F ke I.
F : Full Set of Vital Signs, Five Interventions, and Facilitation of Family
Presence (Tanda-tanda vital, 5 intervensi, dan memfasilitasi kehadiran
keluarga).
3.2 SARAN
Yang harus dilakukan perawat terlebih dahulu saat menangani
pasien multi trauma yaitu mempertahankan jalan napas, memastikan
pertukaran udara secara efektif, dan mengontrol pendarahan. Perawat
harus melakukan pendekatan primary dan secondary survey. Pendekatan
ini berfokus pada pencegahan kematian dan cacat pada jam-jam pertama
setelah terjadinya trauma. Dalam pendekatan primary, perawat melakukan
Airway (jalan napas), Breathing (pernapasan), Circulation (sirkulasi),
Disability (defisit neurologis), dan Exposure and environmental control
(pemaparan dan kontrol lingkungan).
DAFTAR PUSTAKA