Anda di halaman 1dari 3

Teori Politik New Social Movements and Civil Society

Hayati Harahap

NIM. 1810246274. Email: tyhara888@gmail.com

Lecturer: Prof. Indria Samego


Program Magister Studi Hubungan Internasional Universitas Riau

Paradigma adalah sebuah pendekatan yang digunakan oleh para ilmuwan untuk
memahami sebuah pokok persoalan di bidang ilmu pengetahuan yang mereka geluti
(Kuhn,1962). Tahapan-tahapan setiap paradigma studi gerakan sosial (state of the art)
dalam periode perkembangan tertentu hingga pada lahirnya periode paradigma baru studi
gerakan sosial yang kemudian disebut gerakan sosial baru (New Social Movement). Teori
gerakan sosial baru merupakan upaya kolektif untuk mencapai kepentingan bersama
melalui tindakan kolektif (collective action) teori gerakan sosial baru ini muncul sebagai kritik
terhadap teori lama yang selalu ada dalam wacana ideologis kelas. Teori ini mengkaji
berbagai persoalan mutakhir: lingkungan hidup, perdamaian, marjinalitas (Melucci:Boggs),
aktornya jaringan kelompok lokal dan bukan partai politik atau organisasi massa yang
konvensional. Sifat organisasinya keswadayaan (voluntary), non profit service organization,
membuat jarak baik dengan pemerintah maupun perusahaan (Jean Cohen; Andrew Arato).
Aktivitasnya hanya bisa terjadi dalam negara demokratis liberal yang memberi kebebasan
berbicara, berkumpul, dan berorganisasi. Bentuk aktivitasnya hanyalah parsipatoris, tidak
masuk dalam struktur pembuat keputusan. Tujuannya memperdalam dan meradikalkan
demokrasi (Cohen & Arato).

Gerakan sosial ini sebagai inovasi politik mengacu pada sekelompok gerakan sosial
kontemporer yang telah berperan signifikan dan umumnya progresif bagi sebagian besar
masyarakat barat sejak 1960an. Gerakan sosial memanfaatkan ledakan protes yang tampak
spontan untuk menarik perhatian. Gerakan sosial baru pada 1970an menampilkan beberapa
ciri dengan kadar yang baru. Berbeda dengan politik lama yang didominasi isu kelas dan isu
distribusional, gerakan sosial baru menyoroti isu gender, seksualitas, ras, alam, dan
keamanan.

Golongan pembangkit kesadaran dan afinitas yang terorganisasi secara longgar


memeragakan politik jenis baru yang mencakup transformasi identitas dan kesadaran
personal, juga aksi mogok, protes moral dan simbolis. Aktivis gerakan sosial baru juga
berbeda dari pendukung partai kelas pekerja tradisional pada gerakan buruh: mereka
umumnya berusia lebih muda, berpendidikan universitas atau akademi, dari latar belakang
kelas menengah atau kelas "menengah baru" dan tidak terlalu dipengaruhi laki-laki (Dalton
dan Kuechler,1990; Melucci,1989:5-6; Pakulski,1991:39-42).
Tradisi "perilaku kolektif”: Gerakan sosial baru tak hanya menantang stabilitas, tetapi di
tingkat teori politik normatif juga menantang legitimasi masyarakat-masyarakat demokratis
liberal. Perkembangan politik sejak 1960-an memperjelas bahwa demokrasi-demokrasi
liberal tidak berhasil mewakili semua kepentingan politik signifikan seperti diklaim para
apologisnya (bdgk. Bachrach, 1967).

Ilmu sosial dan politik "gerakan sosial": Pergeseran metodologis ke istilah "gerakan
sosial" yang lebih netral dan kini menjangkau disiplin ilmu sosiologi dan ilmu politik
mencerminkan dampak ideologis aktivisme hak-hak sipil, antiperang, dan mahasiswa tahun
1960-an (Brand, Busser, dan Ruch, 1986: 35-7; Hanson, 1975; Oberschall, 1973; Piven dan
Cloward, 1977).

Gerakan sosial telah memecahkan "masalah aksi kolektif"; mereka berhasil mencapai
kebaikan kolektif dari aksi politik bagi konstituensi tertentu (Taylor, 1987).

Perpisahan dengan kelas pekerja: Kelas pekerja yang diintegrasikan ke dalam struktur-
struktur lembaga dan mekanisme ganjaran kapitalisme negara kesejahteraan tampaknya tak
mungkin menjadi agen revolusi. Panggung sudah disiapkan untuk terjadinya pergeseran
paradigma teoretis yang mengelu-elukan gerakan sosial baru sebagai penantang
termutakhir terhadap tatanan yang ada (Brand, Busser, dan Rucht, 1986; Jenner dan
Stewart, 1989).

Dari kapitalisme maju ke modernitas: Paradigma Marxis dan mazhab neoMarxisme yang
mengakui sifat kapitalisme yang berubah-ubah dan kemunduran aktivisme kelas pekerja
yang terjadi sebagai akibatnya ialah teori-teori gerakan sosial baru sebagai tanggapan
terhadap krisis kapitalisme negara kesejahteraan (KNS) (Offer, 1984; 1985). Tatanan hukum
demokratis sosial khas KNS menambah hak sipil dan hak politik (dihargai oleh demokrasi
liberal) dengan hak-hak kesejahteraan sosial yang direalisasikan melalui penyediaan layanan
kesejahteraan (kesehatan, pendidikan, perumahan), jaminan sosial (tunjangan
pengangguran, tunjangan sakit, dan tunjangan pensiun, langkah-langkah redistribusi
ekonomi (pajak progresif) dan kebijakan ekonomi Keynes (full employment, manajemen
permintaan) (Marshall, 1963: 74-126; Offer, 1985: 821-5).

Teoretikus posmodernis sering menyebut gerakan sosial baru sebagai bukti


kemajemukan "posisi subjektif" dan suara khas masyarakat posmodernis Barat yang tak
tereduksi dalam masa sesudah proyek penyatuan (penguniversalan dan pengesensialan)
Marxisme (Laclau dan Mouffe, 1985; Lyotard, 1984). Teoritikus harus dapat memberikan
alat-alat politik untuk gerakan-gerakan sosial.

Suatu saat nanti, bisa saja paradigma struktural pada generasi yang akan datang dilihat
kurang berguna lagi, mengingatkan kita bahwa tujuan dan tindakan yang berarti sebanding
dengan pencapaian tujuan dan para pemain dalam arena. Kita harus berpegang pada
pandangan ini, ketika kita kembali pada pertanyaan mendasar yang oleh kebanyakan
sarjana dan praktisi ajukan seperti: apa yang orang inginkan? Jawaban dari pertanyaan ini
adalah mengarah kepada sebuah tujuan. Dalam hal ini, maka tujuan adalah pusat
pendekatan yang strategis sebagai taktik, meskipun dalam pemahaman umum, telah keliru
memahami bahwa strategi merupakan instrumen tujuan yang bersifat sementara
mencerminkan budaya dan emosi.
Collins (1998), menunjukkan bahwa perjuangan antara beberapa paradigma yang
berbeda adalah situasi bermanfaat bagi disiplin akademik. Artinya, jika kita mengabaikan
teori dalam studi gerakan sosial, maka kita akan membuat lebih banyak kesalahan
konseptual. Akan tetapi cara yang paling produktif untuk melakukan teori hari ini mungkin
untuk menghindari teori-teori besar dan berkonsentrasi pada hal yang kecil. Singkatnya
sebuah teori yang eksplisit tetapi aksi atau tindakan yang realistis agar dapat membantu kita
mendapatkan sedikit hal yang benar.

Contoh gerakan sosial baru dan masyarakat sipil seperti gerakan sosial:

1. Gerakan sosial dalam aksi penyelenggaraan sekolah untuk anak miskin diruang yang tak
terjangkau layanan negara yaitu yayasan remaja masa depan, PKBM harapan mandiri,
sekolah masjid terminal, dan sekolah ekselensia dompet dhuafa.
2. Greenpeace yang memiliki kepedulian terhadap berbagai masalah lingkungan dan
perubahan iklim.

References:

Goodin, Robert and Tilly, Charles. 2006. The Oxford Handbook of Contextual Political
Analysis. New York: Oxford University Press.

Kuhn, Thomas. 1970. The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: University of Chicago
Press.

Kukhatas Chandran, Gaus, F. Gerald. 2012. Handbook Teori Politik. Terjemahan Widowatie,
Derta. Jakarta: Nusa Media.

Rahmat, Abdi. 2014. Gerakan Sosial dalam Aksi Penyelenggaraan Sekolah untuk Anak
Miskin. Jakarta: Pusat Kajian Sosiologi, LabSosio FISIP UI.

Rusmanto, Joni. 2013. Gerakan Sosial; sejarah perkembangan teori antara kekuatan dan
kelemahannya. Sidoardjo: Zifatama Publishing bekerja sama dengan Universitas
Palangkaraya.

Anda mungkin juga menyukai