Anda di halaman 1dari 3

Hadirin, sidang jamaah shalat idul fitri hafidhakumullah, 

  Kita baru saja berpisah dengan bulan Ramadhan.


Ramadhan telah pergi, dan kita tak pernah tahu, apakah akan berjumpa lagi dengannya di tahun berikutnya
atau tidak. Dalam menjalani Ramadhan, setidaknya ada dua kelompok jenis manusia yang perlu kami
sampaikan.

Yang pertama adalah orang yang mengerti dan memenuhi hak-hak Ramadhan sebagaimana mestinya.
Mereka puasa di siang harinya, beribadah di malam harinya, dan makan dari harta yang halal, menjauhi
kemaksiatan yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka bersungguh-sungguh beribadah dengan
tujuan meraih ridla Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka adalah orang-orang yang pagi ini mendapatkan upah
atas segala jerih payah yang mereka kerahkan.    Kelompok orang dari jenis yang pertama ini adalah ahlullah.
Mereka akan menjadi orang spesial di hadapan Allah pada waktu bumi ini sudah diganti bukan berbentuk
bumi, langit sudah berganti tidak sebagaimana langit yang kita saksikan, dunia ini sudah rusak luluh lantak, di
mana para manusia telah memasuki era baru akhirat. Hasil tanaman amal-amal hamba mulai ditampakkan,
peluh keringat ibadah mereka selama di dunia akan dibayar gajinya dengan ganjaran yang berlipat ganda.  
‫ار َوأُ ْد ِخ َل ْال َجنَّةَ فَقَ ْد فَا َز‬ ُ
ِ َّ‫ َوإِنَّ َما تُ َوفَّوْ نَ أجُو َر ُك ْ"م يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة فَ َم ْن ُزحْ ِز َح ع َِن الن‬  Artinya: “Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung.” (QS Ali Imran: 185)   Orang-orang yang beriman, menjalani puasa dengan baik,
kelak akan tampak riang gembira, bersuka cita, menikmati anugerah yang begitu agung yaitu bisa
memandang Allah subhanahu wa ta’ala:

ٌ‫َاض َرة‬
ِ ‫ ُوجُوهٌ يَوْ َمئِ ٍذ ن‬    “Wajah-wajah pada hari itu (hari kiamat) ada yang berseri-seri.”   ٌ‫َاظ َرة‬
ِ ‫إِلَى َربِّهَا ن‬    “Kepada
Tuhannyalah mereka melihat.” (QS Al-Qiyamah 22-23)   Pada hari itu pula para malaikat gembira melihat
orang-orang mu’min, mereka masuk ke surga dari semua pintu-pintu yang disediakan atas buah kesabaran
mereka menahan hawa nafsu makan, minum, dan maksiat lain di bulan Ramadhan serta mereka juga sabar
َ ‫َساَل ٌم َعلَ ْي ُك ْم بِ َما‬
menjalankan ibadah malam dan ibadah lain, sehingga atas kesabaran mereka, dikatakan:   ‫صبَرْ تُ ْم‬

ِ ‫ فَنِ ْع َم ُع ْقبَى ال َّد‬  Artinya: “Malaikat-malaikat itu mengucapkan (Kesejahteraan buat kalian) yakni pahala ini
‫ار‬
(berkat kesabaran kalian) sewaktu kalian di dunia (maka alangkah baiknya tempat kesudahan ini) akibat dari
perbuatan kalian itu.” (QS Ar-Ra’d: 24)   

Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu  

Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyatakan, di dalam bulan Ramadhan ada lima hal yang tidak pernah
diberikan kepada satu umat pun sebelum Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yaitu pada malam pertama
Ramadhan, Allah memandang kepada semua umat Muhammad. Barangsiapa pernah dipandang oleh Allah,
tidak pernah disiksa selamanya. Kedua, mulut orang yang berpuasa ketika memasuki sore hari, baunya secara
hakikat, menjadi lebih harum daripada minyak kasturi. Ketiga, setiap sehari semalam, selama Ramadhan,
para malaikat memintakan ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Keempat, Allah bersabda kepada
surga, “Persiapkan tempatmu, hiasilah dirimu dengan perhiasan yang indah untuk hamba-Ku yang
meluangkan diri meninggalkan kerepotan atau hiruk pikuk duniawi, kemudia sibuk menuju kepada
kemurahan-Ku.”    Dan ini yang paling penting, Hadirin. Yang kelima, pada malam terakhir bulan Ramadhan,
Allah mengampuni dosa mereka semua.    Mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬menyatakan tentang
pengampunan dosa ini, salah satu sahabat lalu bertanya kepada Baginda Nabi ‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ أَ ِه َي‬   :‫ﷺ‬

ِ ‫لَ ْيلَةُ ْالقَد‬    “Apakah karena mereka memperoleh malam lailatul qadar, Ya Rasul?”   ، َ‫ال يَ ْع َملُوْ ن‬
‫َر؟‬ ِ ‫ اَل أَلَ ْم تَ َر إِلَى ْال ُع َّم‬: ‫قَا َل‬
‫فَإِ َذا فَ َر ُغوْ ا ِم ْن أَ ْع َمالِ ِه ْم ُوفُّوْ ا أُجُوْ َرهُ ْم‬    Rasul menjawab: “Bukan, apakah kamu tidak melihat para karyawan yang
sedang bekerja? Ketika mereka telah menyelesaikan tugas mereka, tentu mereka akan mendapatkan gajian.
(Syu’abul Iman: 3331)   Pada intinya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:   ‫فَاَل تَ ْعلَ ُم نَ ْفسٌ َما أُ ْخفِ َي لَهُ ْم ِم ْن قُ َّر ِة‬
َ‫أَ ْعي ٍُن َجزَا ًء ِب َما كَانُوا يَ ْع َملُون‬    Artinya: “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah
dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS As-Sajdah: 17)    Allâhu akbar,
Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu       Kelompok atau jenis manusia yang kedua adalah orang-orang
yang tidak menghormati Ramadhan dengan baik. Kelompok ini dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama
adalah orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Allah atas dasar sombong. Merea tidak mau puasa
dan lain sebagainya karena tidak percaya kepada perintah Al-Qur’an dengan faktor keangkuhan di hati
mereka. Orang-orang yang seperti ini, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an:     ‫إِ َّن الَّ ِذينَ َك َّذبُوا‬
َ‫ك نَجْ ِزي ْال ُمجْ ِر ِمين‬ ِ َ‫ بِآيَاتِنَا َوا ْستَ ْكبَرُوا َع ْنهَا اَل تُفَتَّ ُح لَهُ ْم أَ ْب َوابُ ال َّس َما ِء َواَل يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َحتَّى يَلِ َج ْال َج َم ُل فِي َس ِّم ْال ِخي‬  Artinya:
َ ِ‫اط َو َك َذل‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga
unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat
ِ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم د‬    Artinya: “Sesungguhnya orang-
kejahatan. (QS Al-A’raf: 40)     َ‫َاخ ِرين‬
orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina
dina". (QS Al-Mu’min:60)  

Satu kelompok lagi adalah orang-orang yang tidak berpuasa, tidak memenuhi hak-hak Ramadhan dengan baik
namun tidak didasari dengan kesombongan. Mereka orang-orang yang sembrono dalam menjalani hidup
namun dalam hati mereka tertancap keyakinan bahwa yang mereka lakukan adalah kesalahan, maksiyat
kepada Allah, akan tetapi mereka merasa kalah dengan serangan nafsu amarah mereka, mereka adalah
َ ُ‫ق اإْل ِ ْن َسان‬
termasuk orang yang lemah.    ‫ض ِعيفًا‬ َ ِ‫ َو ُخل‬    Artinya: “Manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS
An-Nisa’: 28)    Pada kelompok ini, ketika mereka meninggalkan kewajiban puasa, misalnya, mereka sembari
bermunajat kepada Allah, “Ya Allah, saya sedang sembrono, tidak mengindahkan perintah-Mu, kami kalah
dengan godaan hawa nafsu, godaan saya teramat berat, semoga Engkau mengampuni kami, terimalah tobat
kami.” Maka, tidak diragukan lagi, Allah pasti akan mengampuni mereka sebab Allah maha pengampun,
meskipun kewajiban seperti qadla puasa dan lain sebagainya tetap harus dijalankan.  

Pada satu hadits Qudsi shahih, Allah berfirman:   ‫َب عب ِدي‬ َ ‫ أَ ْذن‬:‫ك َوتَعالى‬َ ‫ فَقَا َل هَّللا ُ تَبَا َر‬،‫ اللَّهُ َّم اغفِرْ لِي َذ ْنبِي‬:‫أَذنَب ع ْب ٌد َذ ْنبًا فقا َل‬
‫ فَ َعلِ َم أَ َّن لَهُ َربًّا‬،‫َب عب ِدي َذ ْنبًا‬
َ ‫ أَ ْذن‬:‫ فَقَا َل تبارك وتعالى‬،‫ أَيْ ربِّ ا ْغفِرْ لِي َذ ْنبِي‬:‫ فَقَا َل‬،‫َب‬
َ ‫ ثُ َّم عَا َد فَأ َ ْذن‬،‫ب‬ َّ ِ‫ َويَأْ ُخ ُذ ب‬،‫ب‬
ِ ‫الذن‬ َّ ‫ فَ َعلِم أَ َّن لَهُ َربًّا يَ ْغفِ ُر‬،‫َذ ْنبًا‬
َ ‫الذ ْن‬
‫ َويَأْ ُخ ُذ‬،‫ب‬ َّ ‫ ف َعلِ َم أَ َّن لَهُ َربًّا يَ ْغفِ ُر‬،‫َب عَب ِدي َذنبًا‬
َ ‫الذ ْن‬ َ ‫ أَ ْذن‬:‫ك َوتَ َعالى‬
َ ‫ فَقَا َل تَبَا َر‬،‫ أَي َربِّ اغفِرْ ِلي َذنبي‬:‫ فَقَا َل‬،‫َب‬
َ ‫ ثُ َّم عَا َد فَأ َ ْذن‬،‫ب‬ َّ ِ‫ َويَأ ُخ ُذ ب‬،‫نب‬
ِ ‫الذ ْن‬ َّ ‫يَغفِ ُر‬
َ ‫الذ‬
‫ت لِ َع ْب ِدي فَ ْليَ ْف َعلْ َما شَا َء‬
ُ ْ‫ قد َغفَر‬،‫ب‬ َّ ‫ ِب‬    Artinya: “Ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, lalu ia berdoa ‘Ya Allah,
ِ ‫الذن‬
ampunilah dosa kami’, lalu Allah bersabda lagi, ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, ia sadar, tahu bahwa
dia punya Tuhan yang maha mengampuni dosa, ia melakukan dosa lagi, ia berdoa lagi, ‘Ya Allah, ampunilah
dosa kami’, lalu ia berdoa ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu Allah bersabda lagi, ada hamba-Ku yang
melaksanakan dosa, ia sadar, tahu bahwa dia punya Tuhan yang maha mengampuni dosa, ia melakukan dosa
lagi, ia berdoa lagi, ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, Aku ampuni hamba-Ku, maka lakukan apa saja yang ia
mau.” (Muttafaq ‘alaih)   Hal penting yang perlu dicatat pada hadits ini adalah jika ada hamba melaksanakan
dosa dengan diikuti perasaan diawasi oleh Allah selalu dan kemudian menyesali, tiba-tiba mengulangi lagi
dan seterusnya, namun ia selalu meminta ampun kepada Allah seraya merasa bersalah dan meyakini bahwa
Allah maha pengampun, Allah akan mengampuni mereka.    Dosa yang sangat besar adalah apabila ada orang
bermaksiat kepada Allah namun motifnya ia sombong kepada Allah, tidak mau merunduk dan mengakui
kesalahannya kepada Allah, padahal nyata-nyata yang ia kerjakan adalah kesalahan, dosa yang seperti ini
sangat berbahaya.    Berbeda apabila dalam hati kecil selalu merasa bersalah, namun terkadang tergelincir
secara berulang-ulang dan meminta ampun, gelisah, menyesal dan bertobat terus, walaupun berulang, akan
diampuni Allah, karena memang manusia tempatnya kelemahan. Ia tidak bisa membentengi pribadinya
masing-masing secara seratus persen. Masing-masing sesuai dengan kekuatan iman yang tidak sama.    Allâhu
akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu   Pada pagi yang sangat indah ini, kami mengajak kepada
saudara-saudara sekalian. Marilah kita mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan berupa kita bisa
menjalankan puasa sebulan penuh beserta ibadah malam-malamnya. Kita patut bergembira atas anugerah
dan rahmat Allah tersebut.    ‫ك فَ ْليَ ْف َرحُوا‬
َ ِ‫قُلْ بِفَضْ ِل هَّللا ِ َوبِ َرحْ َمتِ ِه فَبِ َذل‬    Artinya: “Katakanlah Wahai Muhammad ‘Dengan
kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira” (QS Yunus: 85)    Apabila di antara
kita ada yang tidak memenuhi Ramadhan dengan sebaik-baiknya, marilah kita bermunajat kepada Allah,
memohon ampun kepada Allah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Sebagai konskwensinya, secara
syariat, apabila ada yang meinggalkan puasa, seharusnya puasa yang ditinggalkan untuk diqadla atau diganti
puasa pada hari yang lain.    Mari kita berdoa, semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan, taufiq,
hidayah serta inayah-Nya supaya kita dan keluarga kita selalu menjadi orang yang taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, pada puncaknya, kelak saat kita akan menghadap Allah sang Pencipta, kita akan meninggalkan
dunia ini dengan husnul khatimah, amin. 

Anda mungkin juga menyukai