Anda di halaman 1dari 6

2.

Jelaskan Patomekanisme dari :

a) Muntah Kehitaman
b) Anemia

Jawab :

a) Muntah
Muntah adalah pengeluaran isi lambung/perut melalui esophagus dan mulut karena
terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan  penurunan diafragma
dan di kontrol oleh pusat muntah di otak. Muntah merupakan respon refleks simpatis
terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan aktivitas otot perut dan pernafasan. Mual
dan muntah merupakan gejala yang umum dari gangguan fungsional saluran cerna.
(Setyohadi, Bambang (dkk). 2006.)
Proses muntah dibagi dalam 3 fase berbeda yaitu :
1. Nausea
Nausea atau mual merupakan sensasi psikis berupa kebutuhan untuk muntah.
mual tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah. Mual merupakan gejala non-
spesifik yang berarti bahwa ia memiliki banyak kemungkinan penyebab.
Beberapa penyebab umum adalah mual. mabuk , pusing , migrain , pingsan ,
gastroenteritis, infeksi lambung atau keracunan makanan, Efek samping dari
berbagai obat termasuk kemoterapi kanker, atau morning sickness pada awal
kehamilan. Mual juga bisa disebabkan oleh kecemasan , jijik dan depresi. (Kapita
selekta kedokteran. 2018 Netter's ed 2 Gastroenterologi vol. 2 Sherwood.2018.
Fisiologi Manusia edisi 8)
2. Redching
Retching merupakan fase di mana terjadi gerak nafas spasmodik dengan glotis
tertutup, bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma
schingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif. (Kapita selekta
kedokteran. 2018 Netter's ed 2 Gastroenterologi vol. 2 Sherwood.2018. Fisiologi
Manusia edisi 8)
3. Emesis (Ekspusi)
Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya yang ditandai
dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunnya diafragma,
disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pilorus dan
antrum berkontraksi, fundus dan esofagus relaksasi, dan mulut terbuka. (Kapita
selekta kedokteran. 2018 Netter's ed 2 Gastroenterologi vol. 2 Sherwood.2018.
Fisiologi Manusia edisi 8)
Muntah Kehitaman :

Muntah warna hitam juga bisa terjadi meski tidak mengonsumsi makanan yang berwarna
hitam. Misalnya muntah warna hitam bisa disebabkan oleh adanya kandungan darah yang
sudah teroksidasi oleh asam di lambung. Kemungkinan saat muntah pendarahan itu sudah
tehenti. Cairan tersebut kemungkinan berupa cairan lambung yang bercampur dengan
bekuan-bekuan darah. Warna darah pada muntah bergantung berapa lama darah berada pada
saluran cerna. Semakin lama berada di saluran cerna, darah akan berwarna gelap, bahkan
sampai memberikan warna hitam yang sangat gelap. (Setyohadi, Bambang (dkk). 2006.)

b) Anemia
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Anemia adalah
sindroma klinis yang ditandai oleh adanya penurunan hematokrit, hemoglobin dan jumlah
eritrosit dalam darah. Anemia timbul apabila pemecahan/pengeluaran eritrosit lebih besar
daripada pembentukan atau pembentukan nya sendiri yang menurun.(Askandar
Tjokroprawiro, Hendromartono, Ari Sutjahjo, Agung Pranoto, Sri Murtiwi, Soebagijo
Adi S., dkk. 2007)

Perdarahan
Risiko dari muntah darah berulang tentu adalah Perdarahan, adapun Anemia karena
kehilangan darah akibat perdarahan yaitu terlalu banyaknya sel-sel darah merah yang
hilang dari tubuh seseorang dimana terjadi perdarahan yang mendadak, jumlahnya yang
banyak dan terjadi sedikit demi sedikit tetapi terus-menerus. Perdarahan ini dapat
disebabkan oleh penyakit pada saluran pencernaaan yang dapat menyebabkan anemia.
Perdarahan yang menyebabkan kehilangan besi atau kebutuhan besi yang meningkat akan
dikompensasi tubuh sehingga cadangan besi makin menurun. Jika cadangan besi
menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat besi yang negatif, yaitu tahap deplesi
besi (iron depleted state). Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum,
peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang
negatif. Apabila kekurangan besi berlanjut terus menerus maka cadangan besi menjadi
kosong sama sekali, penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan
gangguan pada bentuk eritrosit. Keadaan ini disebut sebagai iron deficient erythropoiesis.
Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah peningkatan kadar free
protophorphyrin atau zinc protophorphyrin dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun
dan kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity = TIBC) meningkat, serta
peningkatan reseptor transferin dalam serum. Apabila penurunan jumlah besi terus terjadi
maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun.
Akibatnya timbul anemia yang disebut sebagai anemia defisiensi besi (iron deficiency
anemia). Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim
yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gelaja
lainnya. (Askandar Tjokroprawiro, Hendromartono, Ari Sutjahjo, Agung Pranoto, Sri
Murtiwi, Soebagijo Adi S., dkk. 2007)
(Askandar Tjokroprawiro, Hendromartono, Ari Sutjahjo, Agung Pranoto, Sri Murtiwi,
Soebagijo Adi S., dkk. 2007)
Sumber Referensi :

Askandar Tjokroprawiro, Hendromartono, Ari Sutjahjo, Agung Pranoto, Sri Murtiwi,

Soebagijo Adi S., dkk. 2007. Anemia. Dalam Askandar Tjokroprawiro, Poernomo

Boedi Setiawan, Djoko Santoso, Gatot Soegiarto: Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 139-142.

Kapita selekta kedokteran. 2018 Netter's ed 2 Gastroenterologi vol. 2 Sherwood.2018.

Fisiologi Manusia edisi 8

Setyohadi, Bambang (dkk). 2006. Ilmu penyakit Dalam (edisi keempat). Jakarta.

Departememen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai