Anda di halaman 1dari 8

SIFAT KELISTRIKAN, SIFAT THERMAL,

KONDUKTIVITAS, SIFAT FISIS, KIMIA DAN SIFAT


MEKANIS DARI BAHAN SEMIKONDUKTOR

Bahan yang telah dibentuk akan memiliki seperangkat sifat-sifat


seperti, kekuatan, kekerasan, daya hantar listrik, warnah dan sebagainya
yang memang diperlukan untuk persyaratan disain. Produk ini akan tetap
memiliki sifat-sifat tersebut, asalkan tidak ada perubahan struktur akibat
pemggunaanya, sebagai contoh mengapa karet akan bertambah keras bila
digunakan dalam waktu yang cukup lama, karena dipengaruhi
penyinaran cahaya dan pengaruh cuaca, mengapa aluminium tidak dapat
digunakan dalam pesawat ruang angkasa, mengapa suatu ligam akan
mengalami kelelahan selama pembebanan siklus, mengapa maknit akan
kehilangan polaritasnya dalam medan frekuensi radio dan mengapa suatu
semikonduktor dapat rusak karena karena pengaruh radiasi nuklir.
Ringkasnya seorang ahli tehnik harus pula mengetahui pengaruh
pemakaian produk atas struktur intern disamping persyaratan lainnya dan
mengkaitkan sifat-sifat bahan.
3.1 Sifat-Sifat Mekanik
Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Regangan (starain), e
adalah besar deformasi persatuan panjang, dan tegangan (stress), s,
adalah gaya persatuan luas.
Selama deformasi, bahan menyerap energi sebagai akibat adanya gaya
yang bekerja sepanjang jarak deformasi. Kekuatan (strength) adalah
ukuran besar gaya yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak
suatu bahan. Keuletan (ductility) dikaitkan dengan besarnya regangan
permanen sebelum terjadi perpatahan. Ketangguhan (toughness)
dikaitkan dengan jumlah energi yang diserap oleh bahan sampai terjadi
perpatahan.

1
Tabel 5. Sifat Mekanik Bahan
Sifat atau Lambang Definisi Satuan
Karakteristik ( SI)
Tegangan S Gaya/Satuan luas Pascal
(F/A) (N/m2)
Regangan e Fraksi Deformasi
(L/L)
Modulus E Tegangan/regangan Pascal
Elastisitas elastik
Tegangan pada
waktu gagal
Kekuatan Sy Ketahanan terhadap Pascal
Luluh deformasi plasyik
mula
Kekuatan St Kekuatan Pascal
Tarik maksimum
(berdasarkan ukuran
mula)
Keuletan Besarnya deformasi
plastik sampai
bahan patah
Perpanjang ef (Lf – Lo)/o
Ketangguhan Energi yang
diperlukan sehingga
terjadi patah
Kekerasan Ketahanan terhadap
deformasi plastik

Deformasi. Regangan awal berbanding lurus dengan besar


tegangan, disamping itu mampu balik (reversible). Setelah tegangan
ditiadakan, regangan lenyap. Regangan linier yang mampu balik ini
disebut regangan elastik. Modulus Elastis (Modulus Young) adalah
perbandingan antara tegangan s dan regangan mampu balik e :

2
E ................................................
(12) e

Satua metrik modulus Young E adalah pascal (biasanya megapascal,


Mpa), sedangkan satuan Britanianya adalah psi, pond/inci persegi.

Gambar 8. Diagram tegangan-regangan (a) bahan tidak ulet, (b) Bahan


ulet dengan titik luluh, (c) Bahan ulet tanpa titik luluh, (d) Kurva
tegangan sesungguhnya, regangan ulet tanpa titik luluh.

Pada tegangan yang lebih tinggi terjadi pergeseran tetap dari atom-atom
dalam suatu bahan disamping regangan elastik. Regangan tetap ini tidak
mampu balik pada saat regangan ditiadakan, regangan ini disebut dengan
regangan plastik (regangan ini diperlukan pada proses pengerjaan bahan
antara lain pengerolan plat aluminium menjadi plat tipis atau lembaran).
Regangan elastik, yang merupakan satu-satunya gejala deformasi
dibawah kekuatan luluh, akan terus naik dengan naiknya tegangan
sampai terjadi deformasi plastik.

Keuletan. Atau besarnya regangan plastik sampai terjadi perpatahan ef,


dapat dinyatakan dalam prosentasi perpanjangan (percent elongation).
Regangan ini tidak berdimensi, (Lf – Lo)/Lo atau L/Lo. Berdasarkan
pengalaman ternyata deformasi plastik pada umumnya terjadi didaerah
yang susut.
Ukuran keuletan lainnya adalah susut penampang, (Ao – Af)/Ao pada titik
patah.

Kekuatan (dan kekerasan). Ketahanan suatu bahan terhadap deformasi


plastik disebut kekuatan luluh (yield strength, Sy), nilai besaran ini adalah

3
besar gaya pada saat luluh dibagi luas penampang. Kekuatan luluh
didefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan
regangan plastik sebesar 0,2%.

Kekuatan tarik. Kekuatan tarik suatu bahan ditetapkan dengan membagi


gaya maksimum dengan luas penampang mula.

Kekerasan (hardness). Didefinisikan sebagai ketahanan bahan terhadap


penetrasi pada permukaan. Terdapat hubungan antara kekerasan bahan,
hali ini dapat dilihat pada gambar 2. Ada 2 cara yang paling populer
digunakan untuk menentukan tingkat kekerasan suatu bahan antara lain
dengan menggunakan Bilangan Kekerasan Brinnel (BKB) dan
Kekerasan Rock Well (R).
Ketangguhan. Ini adalah suatu ukuran energi yang diperlukan untuk
mematahkan suatu bahan. Energi yang merupakan hasil kali gaya dan
jarak, dinyatakan dalam Joule. Suatu bahan ulet dengan kekuatan yang
sama dengan bahan rapuh (getas) akan memerlukan energi perpatahan
yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih baik. Ada dua
cara yang biasa digunakan untuk melakukan pengujian ketangguhan
yaitu dengan standar Charpy dan Izod.

3.2 Karakteristik Termal


Kapasitas kalor (heat capacity). Perlu dibedakan antara suhu dengan
kandungan kalor suatu bahan. Suhu atau temperatur adalah level aktivitas
thermal sedang kandungan kalor adalah energi thermal. Kedua hal
tersebut berkaitan erat dengan kapasitas kalor.
Bila tidak adak perubahan isi maka kapasitas kalor sama dengan
perubahan kandungan kalorr perderajat C. Dalam tabel teknik sering kali
dijumpai panas jenis sebagai pengganti kapasitas kalor. Panas jenis
(specific heat) suatu bahan adalah perbandingan antara kapasitas kalor
dari bahan tersebut dengan kapasitas kalor air. Diketahui kapasitas air
sama dengan 1 kal/g.oC (=4,184 Joule/g.oC=1 Btu/lb.oF).
Nilai panas transformasi untuk berbagai bahan perlu diketahui. Yang
banyak digunakan adalah panas peleburan (heat of fusion) dan panas
penguapan (heat of vaporisation) yaitu kalor yang diperlukan untuk
mencairkan atau menguapkan suatu bahan. Keduanya melibatkan
perubahan struktur atom atau molekul yang mengakibatkan adanya
perubahan kapasitas panas atau energi thermal bahan.

4
Muai panas (thermal expansion). Pemuaian yang sering dialami
oleh bahan yang dipanaskan yang ditimbukan oleh peningkatan getaran
thermal atom-atom. Pendekatan pertama menghasilkan hubungan antara
pertambahan penjang L/L yang sebanding dengan naiknya suhu T.

L
LT
L .....................................(13)

Ternyata; bahwa umumnya L - Koefisien muai linier naik sedikit dengan


naiknya suhu (gambar 1.2). Biasanya data muai panas berlaku pada
temperatur 20oC.

Koefisien muai volume (v) mempunyai hubungan yang serupa seperti


pada persamaan 2 dengan perubahan volume V/V dan kenaikan suhu
T. Nilai (v) adalah tiga kali nila (T).

Gambar 9. Sifat Thermal Dan Suhu

Daya hantar panas (thermal conductivity). Alih panas melalui


bahan padat biasanya terjadi oleh konduksi. Koefisien daya hantar panas
k adalah konstanta yang menghubungkan aliran panas (heat flux) Q,
dengan gradien suhu adalah :

5

Qk T2 T1
x x
2 1 .....................................(14)

Disamping itu koefisien daya hantar panas juga tergantung pada suhu
akan tetapi berlaianan dengan koefidien muai panas. Koefisien ini akan
berkurang nilainya dengan naiknya suhu. Perubahan susunan atom yang
mengiringi pencairan dan pengaturan kembali atom-atom yang terjadi
karena perubahan suhu akan menghasilkan diskontinuitas pada nilai daya
hantar panas.
Satuan daya hantar panas, k adalah J/(mm2.s)/oC/mm), atau W/mm2./
(oC/mm).

3.3 Pengaruh Medan Listrik


Daya hantar dan tahanan listrik logam dan semikonduktor dapat
menghantarkan muatan listrik bila ditempatkan dalam medan listrik.
Daya hantar tergantung dari jumlah pembawa muatan n, besar muatan
q, dan mobilitas  dari pembawa muatan. Konduktivitas adalah
kebalikan daripada tahan jenis  :

1
n.q.

.....................................(15
dan
satuannya adalah :
ohm-1m-1= (Pembawa/m3)(Coul/Pembawa) {m/s / volt/m)

Pada logam dan semi konduktor dimana elektron merupakan


pembawa muatan-muatan perpembawa adalah 0,16x10-18 Coul, atau
0,16x10-18 amp.sec. Mobilitas dapat dianggap sebagai kerapatan
ratarata atau kecepatan gerak v pembawa yang ditimbulkan oleh adanya
medan listrik , masing-masing satuan (m/s) dan (volt/m).

6

 ............................................(16)

Mobilitas lazim dinyatakan dalam m2/volt.det (akan dibahas lebih


terinci pada bab semikonduktor).
Tahanan jenis  adalah sifat bahan, oleh karena itu tidak tergantung
pada bentuk. Untuk bentuk yang uniform, tahanan dapat ditulis dalam
bentuk :

L
R ......................................(17)
A

dimana L adalah panjang dan A adalah luas penampang. Dengan


mengetahui R, ahli tehnik dapat menggunakan persamaan dasar fisika
untuk menghitung arus I dalam ampere dan daya P dalam Watt yaitu : I
= E/R ; P = E x I = I2 x R = E2/R= Joule/sec.

3.4 Sifat-sifat Semikonduktor


a. Resistivitas semikonduktor lebih kecil dari pada isolator tetapi lebih
besar dari pada konduktor.
b. Semi konduktor memiliki resistansi dengan koefisien suhu negatif,
yaitu bahwa resistansi semikonduktor menurun dengan kenaikan suhu
dan sebaliknya. Sebagai contoh, germanium menjadi isolator pada
suhu rendah tetapi merupakan konduktor yang baik pada suhu tinggi.
c. Ketika ketakmurnian metalik yang tepat (seperti arsenik, gallium,
dsb.) ditambahkan ke dalam semikonduktor, maka sifat-sifat konduksi
arusnya berubah cukup besar. Inilah sifat yang paling khas dan
penting,

7
8

Anda mungkin juga menyukai