Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PADA MASA REMAJA

“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah BK Anak dan Remaja”


Dosen Pengampu : Umi Aisyah M.Pd.I
Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

1. ITA RAHMAWATI : (1941040070)

2. DELIS FAHMELAWATI : (1941040031)

3. MULYA PRATAMA P : (1941040095)

KELAS A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1443 H/2021 M

1
KATA PENGANTAR

AlhamdulilahhirabbilAalamiin, Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha


pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga makalah “Bimbingan
Konseling anak dan Remaja” dengan judul “Permasalahan-permasalahan yang
Dihadapi Pada Masa Remaja” ini dapat terselesaikan.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari berbagai
sumber sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak dan teman-teman yang sudah ikut berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan pada makalah ini agar kedepannya bisa
menjadi makalah yang baik dan benar. Akhir kata kami ucapkan semoga makalah ini bisa
memberi manfaat ataupun inspirasi bagi para pembaca khususnya terhadap penulis.

Lampung, Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

A. Hakikat Tahap Remaja......................................................................................................6

B. Karakteristik Masa Remaja................................................................................................7

C. Pengaruh pengalaman Kanak-kanak..................................................................................9

D. Tekanan Lingkungan Bagi Remaja.................................................................................12

E. Memahami Remaja..........................................................................................................16

BAB III PENUTUP................................................................................................................19

A. Kesimpulan......................................................................................................................19

B. Saran................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa . Di masa ini lah terjadi proses pematangan mental, emosional, dan fisik.
Fase kehidupan remaja diawali dengan mulai berfungsinya organ-organ reproduksi yang
dipicu oleh peningkatan aktifitas hormon. Hormon-hormon yang mulai aktif pada usia
remaja tidak hanya memunculkan tanda-tanda kelamin primer seperti menstruasi dan
mimpi basah, melainkan juga tanda-tanda kelamin sekunder sepertiperubahan bentuk
tubuh secara fisik dan juga perubahan secara mental, sosial, budaya, lingkungan dan
spiritual. Seperti tingginya rasa ingin tahu di kalangan remaja, perubahan lingkungan
pergaulan, perubahan kemampuan berpikir dan berperilaku, rasa tertarik kepada lawan
jenis, sampai perubahan gaya hidup.

Perubahan-perubahan inilah yang memungkinkan munculnya permasalahan di


kalangan remaja seperti kenakalan remaja, gaya hidup bebas yang bisa menjerumuskan
remaja kepada kehidupan seks bebas, atau bahkan banyak juga remaja yang terjerumus
dan terjerat oleh narkoba. Tetapi, permasalahan di lingkungan remaja juga bisa menjadi
pemicu permasalahan yang muncul pada diri remaja itu sendiri. Seperti kurangnya kasih
sayang dan perhatian dari orang tua, tidak adanya keteladanan yang bisa dijadikan contoh
yang baik bagi remaja, baik itu di rumah, di sekolah dan juga di masyarakat, kurangnya
ruang bagi remaja untuk mengaktualisasikan dirinya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
makalah ini dibuat untuk membahas mengenai remaja dan masalah-masalahnya.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana hakikat tahap remaja ?

2) Apa saja karakteristik dari masa remaja ?

3) Bagaimana pengaruh pengalaman kanak-kanak dan pengaruh tekanan lingkungan


pada remaja ?

4) Bagaimana remaja dan permasalahannya ?

C. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui hakikat tahap remaja ?


4
2) Untuk mengetahui apa saja karakteristik dari masa remaja ?

3) Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kanak-kanak dan tekanan lingkungan pada


remaja ?

4) Untuk mengetahui remaja dan permasalahannya ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Tahap Remaja

Adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak
menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. 1 Al-
Mighwar berpendapat bahwa adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan
secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada
hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya
secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap 2. Fase remaja
merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting. Yang diawali dengan
matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.3

Menurut WHO masa remaja terjadi dalam rentan usia 10-19 tahun. Sementara
menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 remaja berusia 10-18
tahun. Kemudian Menurut Sarwono (2011) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam
proses penyesuaian diri menuju dewasa, yaitu :

1) Remaja Awal (Early Adolescence).

Seorang remaja pada tahap ini berusia 11-13 tahun. Remaja pada masa ini masih
terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Pada tahap ini,
Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang yang berlebihan. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah
dengan berkurangnya kendali terhadap ego yang menyebabkan para remaja awal
sulit dimengerti oleh orang dewasa.

2) Remaja Madya atau tengah (Middle Adolescence)

1
Hurlock, Elizabeth “Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan” (Jakarta:
Erlangga, 1999) hal 206.
2
Muhammad Al-Mighwar. “Psikologi Remaja” (Bandung: Pustaka Setia, 2011) hal 55-56.
3
Syamsu Yusuf . “ Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) hal
184.
6
Tahap ini berusia 14-17 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman
sebayanya. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan
mencintai diri sendiri atau disebut dengan narcistic, dengan menyukai teman-
teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana seperti
peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau
meterialis, dan sebagainya.

3) Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini (18-21 tahun) adalah masa konsolidasi atau peralihan menuju
periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini, yaitu:

 Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

 Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.

 Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

 Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada dirinya sendiri) diganti


dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

 Tumbuh dinding atau pemisah antara dirinya sendiri (private self) dan
masyarakat umum (the public).4

B. Karakteristik Masa Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan,
masa remaja mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Karakteristik tersebut adalah:

1) Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa periode


lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku.
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental menimbulkan penyesuaian mental dan membentuk sikap,
nilai dan minat baru.

4
Sarwono. “Psikologi Remaja”. Edisi Revisi (Jakarta: PT Raja Grafindo Prsada, 2011). hal 18.
7
2) Masa Remaja sebagai Periode Peralihan

Peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya bukan


berarti terputus dengan periode sebelumnya, tetapi apa yang telah terjadi
sebelumya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan
yang akan datang. Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa, sehingga mereka harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat
kekanak-kanakan kemudian mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk
tumbuh menjadi lebih dewasa.

3) Masa Remaja sebagai Periode Perubahan

Perubahan yang terjadi pada remaja antara lain adalah meningginya emosi,
perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan, berubahnya minat dan pola
perilaku serta adanya sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Adanya
perubahan sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat
pertumbuhan fisik. Ketika perubahan fisik berlangsung cepat, maka perubahan
sikap dan perilakupun berlangsung cepat, demikian juga sebaliknya. Inilah yang
dimaksud dengan masa remaja merupakan periode perubahan.

4) Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah

Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi
kesulitan itu. Pertama, pada masa kanak-kanak sebagian masalah seringkali
diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru sehingga kebanyakan remaja tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, para remaja merasa diri
mandiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. tetapi minimnya
pengalaman menjadikan penyelesaian seringkali tidak sesuai harapan.

5) Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan


kelompok masih penting bagi laki-laki maupun perempuan. Lambat laun
mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi
sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Identitas diri
yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa
peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak ataukah orang dewasa,
8
apakah ia mampu percaya diri dan secara keseluruhan apakah ia akan berhasil
atau gagal.

6) Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak


rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang
dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Timbulnya
pandangan negatif terhadap remaja akan menimbulkan stereotip yang
mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya. Hal tersebut
menjadikan remaja sulit untuk melakukan peralihan menuju masa dewasa.

7) Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia


inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita yang
tidak realistik bagi dirinya sendiri juga bagi keluarga dan teman-temannya. Hal
ini menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa
remaja. Semakin tidak realistis cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja
akan kecewa apabila tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya
sendiri.

8) Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja


menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan
bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup mengukuhkan dirinya
menjadi orang dewasa. Pada masa menginjak masa dewasa, maka mereka mulai
berperilaku sebagai status orang dewasa seperti cara berpakaian, merokok, atau
menggunakan obat-obatan yang dapat memberikan citra seperti yang diinginkan.5

C. Pengaruh pengalaman Kanak-kanak

Remaja yang pada tugas perkembangannya masih dipengaruhi oleh pengalaman


masa kanak-kanak. Banyak sekali di sebutkan mengenai pengalaman tidak baik yang di
alami anak-anak yang cenderung memiliki pengaruh besar terhadap kelangsungan tugas

5
Hurlock, Elizabeth. Op.Cit. hal
9
perkembangan seseorang. Pengalaman masa kanak-kanak yang jika tidak terselesaikan,
bisa mengganggu kemampuan remaja untuk secara adaptif menyelesaikan tugas-tugas
yang di embannya. Yang akan di bahas yaitu efek dari masalah dimasa kanak-kanak yang
tidak terselesaikan yang terhubung dengan beberapa hal di bawah ini, yaitu:

1) Kemelekatan Masa Kecil

Kemelekatan menggambarkan kecenderungan seorang anak untuk terus


menerus mencari kedekatan dengan orang tertentu, biasanya dengan ibunya dalam
rangka mengurangi ketegangan internal. Remaja yang memiliki pengalaman
kemelekatan relatif kuat akan lebih sedikit dan tidak terlalu stres dalam
pengalamannya disekolah, tidak terlalu tertekan dengan berbagai kejadian, dan
menunjukkan prestasi akademik yang lebih tinggi, serta memiliki citra diri yang
tinggi. Sedangkan kemelekatan rapuh atau tidak memuaskan selama masa kanak-
kanak telah dihubungkan dengan berbagai penyalahgunaan obat-obatan di
kemudian hari, gangguan makan, aktivitas seksual dini dan perilaku seksual
beresiko tinggi, serta citra diri yang rendah.6

2) Pengaruh Perilaku Orangtua yang Tidak Membantu

Pada pagi hari, orangtua sibuk mempersiapkan diri untuk berangkat bekerja
dan kelelahan pada sore hari sepulang kerja. Bahkan kini juga ada kecenderungan
suami istri bekerja bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
sehari-hari. Akibat perubahan gaya hidup ini, waktu untuk berkomunikasi dalam
keluarga, termasuk komunikasi antara orangtua dan anak, menjadi kurang
diperhatikan. Anak kebanyakan hanya bertemu orangtua pada pagi hari ketika akan
berangkat sekolah dan malam hari menjelang tidur. Sepanjang hari di rumah, anak
hanya bersama dengan pembantu atau pengasuh yang akan memberikan
pengarahan sesuai dengan kemampuan mereka.

Perilaku agresif dan antisosial sering bermula pada awal masa kanak-
kanak. Beberapa orangtua memiliki prilaku yang tidak bisa diterima di masyarakat,
yang mengakibatkan kerusakan pada anak-anak mereka. Namun, patut
disayangkan bahwa ketika orangtua melakukan tindakan maladaptif dan anti-
sosial, mereka meningkatkan kemungkinan bahwa anak mereka akan melakukan

6
Kathryn Geldard dan David Geldard. Terj. “Konseling Remaja Pendekatan Proaktif untuk Anak Muda”,
(Yogyakarta: Pustaka belajar, 2011). hal. 31-47.
10
tindakan serupa. Sebagaimana sering kali dipertunjukan, prilaku kriminal dan
adiksi terhadap alkohol pada orangtua, tertutama ayah, terkait dengan prilaku anti-
sosial pada remaja. Dengan demikian sikap tidak bertanggung jawab yang
dipraktikkan orangtua akan menghasilkan perilaku agresif dan anti-sosial yang
diturunkan secara turun temurun dalam sebuah keluarga.

3) Efek Kekerasan

Ketika anak-anak mendapat kekerasan akan timbul bermacam konsekuensi


emosional dan psikologis bagi mereka pada saat perlakuan kasar tersebut terjadi
dan juga dikemudian hari ketika mereka menginjak masa remaja. Efek kekerasan
secara emosional dan psikologis hampir dapat dipastikan berakibat pada
berkembangnya berbagai prilaku maladaptif, kecuali remaja yang bersangkutan
mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang menyulitkannya secara
memuaskan.

Sering sekali anak-anak menjadi korban kekerasan oleh orangtuanya


sendiri atau sekedar menyaksikan kekerasan itu, kekersan yang di hadapi oleh anak
akan membentuk pribadi yang keras dan tidak bertanggung jawab. Dapat kita
bedakan pribadi orang pesisir dengan pribadi orang pegunungan, orang pesisir
cenderung memiliki watak yang kasar dan cenderung memiliki nada bicara yang
lantang, lain dengan orang yang berada di daerah pegunungan mereka lebih
cederung memiliki watak yang lebih halus dan pola bicara yang cenderung
melambai. Itu semua memiliki pengaruh yang berati terharadap kelangsungan
tugas perkembangan seorang remaja.

Dari analogi di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa seorang anak yang
berada pada lingkungan keluarga yang kasar, maka cenderung akan membentuk
pribadi yang kasar, lain dengan anak yang berada pada lingkungan keluarga yang
harmonis dia akan menjadi pribadi yang lembut dan cenderung penyayang. Dari
pernyataan tersebut, mengembalikan kita pada teori perkembangan psikologis,
bahwa yang mempengaruhi pribadi seseorang yaitu di pengaruhi oleh lingkungan
dan keturunan.7

4) Efek Trauma

7
Ibid: hal 33-47.
11
Salah satu bentuk trauma umum dialami anak-anak pada masa kini adalah
kekerasan dalam rumah tangga. Biasanya, ketika terjadi akan terdapat cedera dan
kadang kematian pada orang dewasa, anak muda, atau anak-anak dirumah tersebut.
Bahkan, ketika anak-anak tidak secara khusus menjadi korban, mereka akan
mengalami trauma karena menyaksikan terjadinya kekerasan tersebut dan akan
mengalami stres pasca trauma. Trauma merupakan salah satu dari gangguan
psikologis yang didalamnya bisa disebebkan oleh cemas dan fobia.

5) Efek Genetis

Selain efek pengalaman hidup, terdapat juga kecenderungan genetis pada


gangguan psikologis maupun behavioral pada tahap remaja. mengkaji bukti untuk
mendukung konsep bahwa perilaku mengganggu pada kanak-kanak ataupun anak
muda, termasuk ADHD, Tourette’s Syndrome, ketidakmampuan belajar,
penyalahgunaan zat terlarang, gangguan kepentingan berlawanan, dan gangguan
perilaku, merupakan suatu spektrum perilaku yang saling terkait dan memiliki
komponen genetis yang kuat. Genetis juga memiliki pengaruh yang besar terhadap
tumbuh kualitas potensi remaja, banyak orangtua yang mengirimkan anaknya
kepada pesantren atau islamic boarding school yaitu sebagai usaha pencegahan
karakter yang sudah melekat pada orangtua akan menempel pada anak-anaknya,
meski demikian efek genetis tetap berperan dalam perkembangan potensi anak8.

D. Tekanan Lingkungan Bagi Remaja

Remaja adalah bagian dari warga masyarakat yang paling rentan dalam
menghadapi godaan dan tekanan dari lingkungan sosialnya. Lingkungan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak.


Dalam mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten, terbuka, bijaksana,
bersahabat, ramah, dan tegas. Masa remaja merupakan pengembangan identitas diri,
dimana remaja berusaha mengenal diri sendiri, ingin mengetahui bagaimana orang
lain menilainya, dan mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.

 Pola asuh keluarga


8
Alex Sobur. “Psikologi Umum dalam lintas sejarah”. (Bandung: pustaka setia, 2003) hal 344-347.
12
Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga.

 Sikap orangtua yang otoriter, mau menang sendiri, selalu mengatur, semua
perintah harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat dan kemauan anak akan
berpengaruh pada perkembangan kepribadian remaja. Ia akan berkembang
menjadi penakut, tidak memiliki rasa percaya diri, merasa tidak berharga,
sehingga proses sosialisasi menjadi terganggu.

 Sikap orang-tua yang “permisif” (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu
menuruti kehendak anak, selalu memanjakan) akan menumbuhkan sikap
ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial diluar
keluarga.

 Orangtua yang “demokratis”, akan mengakui keberadaan anak sebagai


individu dan makluk sosial serta mau mendengarkan dan menghargai pendapat
anak. Kondisi ini akan menimbulkan keseimbangan antara perkembangan
individu dan sosial, sehingga anak akan memperoleh suatu kondisi mental
yang sehat.

 Kondisi keluarga. Hubungan orangtua yang harmonis akan menumbuhkan


kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak
dan sebaliknya.

 Pendidikan moral dalam keluarga. Pendidikan moral dalam keluarga adalah


upaya menanamkan nilai-nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak di rumah
.

2) Lingkungan Sekolah

Pengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja adalah


lingkungan sekolah. Sekolah yang tertib dan teratur akan membangkitkan sikap dan
perilaku disiplin pada siswa. Sebaliknya suasana sekolah yang kacau dan disiplin
longgar akan berisiko siswa berbuat semaunya, minat dan kebiasaan belajarnya
menurun, terbiasa dengan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling
menghormati, cenderung brutal dan agresif.

Di sekolah remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, orangtua dan saratnya


kurikulum sehingga dapat menimbulkan beban mental. Dalam hal ini peran wali kelas

13
dan guru pembimbing sangat berarti apabila guru pembimbing sebagai konselor
sekolah tidak berperan, maka siswa tidak memperoleh bimbingan yang sewajarnya.
Untuk menyalurkan minat, bakat dan hobi siswa, perlu dikembangkan kegiatan
ekstrakurikuler dengan bimbingan guru. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak
sekedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurilukum tertulis
melainkan juga memberikan nilai yang terkandung didalamnya, misalnya sikap
empati, mau mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap lain yang dapat
membuahkan kecerdasan emosional. Apabila guru tidak peduli terhadap hal tersebut,
sulit diharapkan perkembangan jiwa siswa secara optimal.

3) Lingkungan Teman Sebaya

Remaja lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya, Jadi dapat
dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman sebaya
lebih besar pengaruhnya daripada keluarga misalnya, jika remaja mengenakan model
pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka
kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.
Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol. rokok atau zat adiktif
lainnya, maka remaja cenderung mengikuti tanpa mempedulikan akibatnya.

Didalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan dirinya. Disini ia


dinilai oleh teman sebayanya tanpa mempedulikan sanksi-sanksi dunia dewasa.
Kelompok sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat
melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh
orang dewasa melainkan oleh teman seusianya, disinilah letak berbahayanya bagi
perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya
adalah nilai yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini
cenderung tertutup (closed group), dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari
kelompoknya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan
kelompok, sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya
hidup kelompoknya.

4) Lingkungan Masyarakat

Dalam era globalisasi, dunia menjadi sempit, budaya lokal dan budaya
nasional akan tertembus oleh budaya universal, dengan demikian akan terjadi
pergeseran nilai kehidupan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
14
berpengaruh terhadap pesatnya informasi. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi
dengan sekejap diketahui oleh seluruh penghuni bumi. Di rumah dan di sekolah,
orangtua dan guru, lebih banyak mengharapkan nilai spiritual menjadi pegangan
remaja. Namun, kenyataan membuktikan sebaiknya ini karena yang diajarkan
berbeda dengan yang dilihat di luar rumah dan di luar sekolah. Remaja menjadi
bingung, mana yang harus dilakukan. Situasi ini menimbulkan konflik nilai yang
dapat berakibat terjadinya penyimpangan perilaku, seperti yang terlihat di
masyarakat, misalnya waria, pergaulan bebas, mabuk, dan homoseksualitas.

Dalam era globalisasi pengakuan akan hak asasi manusia mulai


memasyarakat. Bagi Indonesia yang kini sedang dalam era reformasi, pelaksanaan
hak asasi manusia merupakan masalah tersendiri. Nilai sosial yang selama ini
diutamakan bergeser pada nilai individual. Bagi remaja yang sedang dalam masa
mencari identitas diri dan penyesuaian sosial, situasi Ini merupakan titik kritis, bukan
tidak mungkin hal ini akan berakibat terjadinya konflik kejiwaan pada sebagian
remaja, Remaja akan merasakan adanya nilai “kekolotan” pada orang dewasa dan
nilai “inovatif” atau pembaharuan pada generasinya.

Sementara itu ada tuntutan dari pihak orang dewasa agar remaja mengikuti
aturan budaya, kecemasan akan menghadapi hukuman, ancaman dan tidak adanya
kasih sayang merupakan dorongan yang menyebabkan remaja terpaksa mengikuti
tuntutan lingkungan budaya (socialized anxiety). Kalau kecemasan ini terlalu berat,
akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku. Remaja yang bersangkutan
jadi serba ragu, serba takut, dan dapat menjurus kepada keadaan cemas yang
patologis. Tetapi dalam kondisi yang tepat, Kecemasan ini mendorong remaja untuk
lebih bertanggung jawab, hati-hati dan menjaga tingkah lakunya agar selalu sesuai
dengan norma yang berlaku. Remaja dapat bertingkah laku normal sesuai dengan
harapan masyarakat.

E. Memahami Remaja

Banyak orang tampaknya memandang masa remaja merupakan masa yang


membingungkan dalam kehidupan, bahkan bisa menjadi sangat menakutkan untuk
orangtua dan anak-anak. Oleh karena itu, orangtua dan anak-anak perlu memiliki
pemahaman mengenai masa remaja itu sendiri. Dengan demikian, sang anak dapat
memahami diri mereka sendiri serta diharapkan mampu menjalani masa remaja menjadi
15
lebih baik. Remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Rentang waktu usia remaja biasanya dibedakan atas tiga: masa remaja awal (usia
12-15 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15-18 tahun), masa remaja akhir (usia 18-21
tahun). Remaja merupakan individu yang sedang berada dalam masa persiapan menuju
kedewasaan. Oleh karenanya, terjadi perkembangan secara pesat baik di fisik, psikologis,
dan intelektual. Masa remaja juga bisa dibilang masa mereka berada pada rentang waktu
yang paling banyak mengalami pengalaman perubahan, baik secara fisik maupun psikis,
yang mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si remaja. Apabila tidak
disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bukan tidak
mungkin dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.

 Permasalahan remaja

Problema yang mungkin timbul pada masa remaja adalah:

1) Pertumbuhan fisik yang cepat. Ketika perkembangan fisik tidak proporsional atau
keadaan fisik tidak sesuai dengan harapan, maka dapat menimbulkan rasa tidak
puas dan kurang percaya diri. Selain itu, kematangan organ reproduksi pada masa
remaja juga berkembang. Jika tidak terbimbing oleh norma-norma, dapat menjurus
pada penyimpangan perilaku seksual.

2) Perkembangan kognitif dan bahasa. Ketika si remaja tidak mendapatkan


kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan
di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek
emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.

3) Perkembangan perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan. Masa remaja ditandai


dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok
sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi
dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri.

4) Perkembangan kepribadian dan emosional. Ketika remaja gagal menemukan


identitas dirinya, remaja akan mengalami krisis identitas atau identity confusion.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada
masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia
16
menjadi sering merasa tertekan dan bermuram atau justru dia menjadi orang yang
berperilaku agresif.

 Solusi (cara menangani)

1) Orangtua dan guru

Remaja mulai memindahkan ketergantungannya dari orangtua ke orang


lain atau teman sebaya. Namun demikian, remaja tetap memerlukan pengarahan
dan pengawasan dari guru dan orangtua untuk memunculkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik dan keterampilan-keterampilan baru, namun tetap memberi ruang gerak
baginya. Pengawasan yang terlalu ketat bisa berakibat kurangnya inisiatif dan ia
tidak akan bisa mengembangkan dirinya.

Remaja kerap menolak segala hal yang dianggap baik oleh orangtua dan
suka mengkritik orangtua. Hal ini karena meningkatnya cara berpikir kritis, selalu
menanyakan sebab-sebab, akibat-akibat, dengan cara menyanggah pendapat orang
dewasa. Namun demikian, ia tetap memerlukan kehangatan dan keserasian dalam
keluarga dan membutuhkan dukungan emosional dari orangtua untuk
membantunya mengatasi permasalahan yang dihadapinya sehari-hari dalam
pergaulan.

2) Komunikasi efektif

Komunikasi yang baik perlu diperhatikan untuk memudahkan penyaluran


kasih sayang. Dengan demikian, pergaulan yang buruk dapat dihindari. Selain itu,
kompetisi dapat menyebabkan anak menjadi sadar akan kemampuan dan
keterbatasannya. Penting diingat bahwa remaja memerlukan dorongan, semangat,
pengawasan, dan pengarahan.

3) Pendidikan moral dan keagamaan

Pendidikan ini akan mengembangkan dan memupuk hati nuraninya.


Sebaliknya, hati nurani yang terpupuk baik akan memudahkan berperilaku sesuai
dengan prinsip moral dan nilai-nilai manusiawi. Seluruh perkembangan merupakan
suatu rangkaian bertahap dan berkesinambungan. Perlu diberi keterangan tentang
pertimbangan moral dalam hubungan dengan teman sebaya, kegiatan-kegiatan dan
apa yang bisa merugikan orang lain, serta analisa tentang perilaku bermoral dan

17
kaidah-kaidah agama. Orangtua juga harus menjadi model manajemen stres yang
sehat di rumah. Jika remaja menyadari bahwa mereka tidak sendirian, orangtua dan
dirinya juga pernah mengalami stres dan orangtua mampu menanganinya, maka ia
akan dapat belajar cara-cara positif untuk mengatasi stres, bukan beralih ke obat-
obatan.9

9
Meriyati. “Permasalahan Remaja, Bagaimana Memahami serta Menanganinya” diposting tanggal 08 juni
2017. Diakses dari https://www.rspondokindah.co.id/id/news/permasalahan-remaja-bagaimana-memahami-
serta-menangannya. Pada 06 november 2021 pukul 13.15
18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Kemudian Menurut ada 3
tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa, yaitu : Remaja
Awal (Early Adolescence), Remaja Madya atau tengah (Middle Adolescence), dan
Remaja Akhir (Late Adolescence).

Remaja pada tugas perkembangannya masih dipengaruhi oleh pengalaman masa


kanak-kanak. Banyak sekali di sebutkan mengenai pengalaman tidak baik yang di alami
anak-anak yang cenderung memiliki pengaruh besar terhadap kelangsungan tugas
perkembangan seseorang. Pengalaman masa kanak-kanak yang jika tidak terselesaikan,
bisa mengganggu kemampuan remaja untuk secara adaptif menyelesaikan tugas-tugas
yang di embannya. Remaja adalah bagian dari warga masyarakat yang paling rentan dalam
menghadapi godaan dan tekanan dari lingkungan sosialnya. Lingkungan tersebut meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman sebaya dan lingkungan
masyarakat.

Masa remaja juga bisa dibilang masa mereka berada pada rentang waktu yang
paling banyak mengalami pengalaman perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang
mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si remaja. Apabila tidak disertai
dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bukan tidak mungkin
dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.

B. Saran

Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta
sarannya mengenai pembahasan materi dalam makalah di atas, dan semoga bisa
bermanfaat bagi yang membaca nya, sekian dan kami ucapkan terimakasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Muhammad Al-Mighwar. 2011. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia.

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syamsu Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Meriyati. “Permasalahan Remaja, Bagaimana Memahami serta Menanganinya” diposting


tanggal 08 juni 2017. Diakses dari https://www.rspondokindah.co.id/id/news/permasalahan-
remaja-bagaimana-memahami-serta-menangannya. Pada 06 november 2021 pukul 13.15

20

Anda mungkin juga menyukai