A. PENDAHULUAN
A.1. Definisi Alat Tangkap
Jermal adalah perangkap pasang surut (tidal trap) yang
merupakan ciri khas alat penangkapan yang terdapat di perairan
Sumatera bagian Utara. Pada prinsipnya, jermal ini terdiri dari jajaran
tiang-tiang pancang yang merupakan sayap, jaring jermal dan rumah
jermal. Jajaran tiang pancang terbuat dari pohon nibung (Oncosperma
spp), kayu pohon bakau (Rizhopora spp), kayu tengar (Ceriop spp)
berukuran panjang antara 12–15cm, garis tengah 10-20cm. Jaring
jermal terdiri dari tiga bagian : mulut, badan, dan kantong. Jaring
jermal ini bentuknya bisa menyerupai tikar (jermal biasa), berbentuk
kantong (bubu jermal atau jaring kantong jermal), berbentuk
gabungan antara tikar dan kantong (kilung bagan, ambai jermal),
rumah jermal, merupakan plataran (platform) tempat kegiatan
perikanan jermal dilakukan. Jarak pemasangan jermal biasanya sekitar
antara 3-6mil dari pantai. Untuk pengoperasional jermal tidak
diperlukan perahu atau kapal. Perahu atau kapal hanya digunakan
sebagai alat transportasi, untuk mengambil hasil tangkapan.
1
Munculnya jaring yang terbuat dari serat merupakan langkah
penting dari perkembangan alat tangkap tradisional. Alat tangkap
perangkap khususnya jermal ini merupakan perkembangan dari alat
tangkap yang digunakan masyarakat primitif tersebut. Jermal ini
memiliki jaring yang bahannya terbuat dari anyaman rotan sebelum
ditemukannya pembuatan bahan dasar jaring sintetis serat alami. Alat
tangkap jermal ini banyak digunakan pada jaman sebelum perang
dunia kedua, yang sampai sekarang masih digunakan oleh nelayan
tradisional.
B. KONSTRUKSI ALAT
B.1. Kontruksi Umum
Kontruksi dari jermal ini secara umum terdiri dan dilengkapi
dengan jajaran tiang pancang yang biasanya disebut sayap atau kaki
tanpa sayap yang pada daerah tertentu disebut toga, sici, pengerih,
gombong dan sebagainya. Bagian lainnya adalah jaring jermal yang
2
ditempat di bawah rumah jermal atau plataran atau platform yang
merupakan tempat kegiatan perikanan jermal dilakukan dan tempat
tinggal pekerja-pekerja jermal yang umumnya terdiri dari 6-8 orang.
B.2. Detail Kontruksi
B.3. Karakteristik
Alat tangkap perangkap jermal adalah alat tangkap yang
dioperasikan di tempat-tempat tertentu dengan pantai dengan
topografi perairan umumnya terdiri dari lumpur, lumpur pasir tidak
keras, sehingga memberi kemudahan dalam penanaman tiang pancang
yang merupakan unsur utama dalam sistem perikanan perangkap. Alat
perangkap ini bersifat pasif yang terdiri dari 3 macam yaitu permanen,
semi permanen, dan selain itu bersifat temporer.
C. HASIL TANGKAPAN
Hasil tangkapan dari pengoperasian alat tangkap jermal tersebut,
terutama jenis-jenis sumberdaya perikanan pantai. Di antaranya yaitu biang-
3
biang (Setipinna spp), bulu ayam (Engraulis spp), kasihmadu (Kurtus
indicus), nomei (Harpodon spp), gulamah (Scinea spp), puput, matabello
(Pellona spp), bawal putih (Pampus argentus), tenggiri (Sconberomorus
spp), mayung (Arius spp), jenis-jenis udang, golok-golok (Chirosenrus spp),
kakap (Lates calcarifer), senangin (Polynemus spp) selanget (Dorosoma
spp), beloso (Sourida spp), pari (Rays), dan lain-lain.
D. DAERAH PENANGKAPAN
Yang menjadi fishing ground ialah daerah-daerah pantai dan daerah
teluk, daerah di mana ikan-ikan bermigrasi ke daerah tersebut. Sungguhpun
sangat dikehendaki bahwa arah renang ruaya ikan yang menjadi tujuan
penangkapan sejajar dengan garis pantai, tetapi bila tempat yang dilalui ini
berada jauh dari pantai, maka dalam usaha pemasangan dan operasi harian
rutin akan mengalami banyak kesukaran dalam pelaksanaannya.
Depth dari fishsing ground harus diperhitungkan dengan
menggunakan bambu atau kayu. Sebagai pancang jaring akan lebih stabil
berada di tempat juga bentuk jaring dalam air akan lebih dapat dikontrol
karena jika kedalaman terlalu dalam maka penggunaan bambu atau kayu
sebagai pancang akan mengalami kesukaran dan kita haruslah menggunakan
jangkar.
Arus pada daerah fishing ground haruslah sekecil mungkin ataupun
tidak ada sama sekali. Akibat dari arus, jaring akan mengalami perubahan
bentuk, menghalang-halangi ikan yang akan memasuki jaring, juga kita
akan mengalami kesukaran pada waktu pengangkatan jaring (operasi). Pada
tempat yang berarus kuat, jaring akan lekas rusak.
Fishing ground haruslah terlindungi dari angin yang kuat, karena
akibat hembusan angin akan menimbulkan gelombang. Hal ini akan
mempersukar kerja operasi.
Daerah distribusi jermal terutama terdapat di Panipahan, Bagan Siapi-
api, Pulau Merbau, Imigrasi Hilir di Riau, Tanjung Tiram, Sumatera Utara,
Tanjung Ledong, Sei Brombang, Labuhan Bilib, Bagan Asahan, Pangkalan
4
Dedek, Pangkalan Brandan, Bandar Kalifah, Tanjung Biringin, Sialang
Buah dan Belawan.
F. TEKNIK OPERASI
Prinsip dasar dari jermal seperti yang telah diuaraikan di depan adalah
mengusahakan ikan untuk memasuki jaring tersebut, setelah dihadang
seraya diajak memasuki bubu jermal, lalu setiap hari pada waktu-waktu
tertentu jaring itu diangkat ataupun setelah dilihat dan diperhitungkan
bahwa ikan-ikan telah memasuki jaring, lalu jaring diangkat. Tata cara
penangkapan ikan seperti tersebut di atas adalah merupakan prinsip dari set
net yaitu semua alat tangkap berupa perangkap (sero, jermal, ambai jermal).
Alat tangkap perangkap jermal terhadap ikan yang menjadi tujuan
penangkapan sifatnya pasif. Struktur dari jaring besar jika dipasang untuk
sesuatu musim, maka sukar untuk memindah-mindahkannya, maka faktor
penentu tempat sangatlah penting.
Cara pengoperasian penangkapan ikan yang dilakukan dengan jermal
adalah dengan menekan galah yang terdapat pada kanan atau kiri mulut
jaring ke bawah sampai di dasar sehingga mulut kantong jaring terbuka
secara sempurna. Kemudian tunggu antara 20-30 menit sementara
menunggu diangkat. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan
menutup mulut jaring dengan cara mengangkat bibir bawah ke atas sehingga
menyatu dengan bibir atas, kemudian diikuti mengangkat bagian-bagian
5
tengah kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan
membuka ikatan tali pada ujung belakang kantong.
6
DAFTAR PUSTAKA