Anda di halaman 1dari 3

RESUME SEMINAR JR RADIOLOGI

Nama : Fadly Rafi Abimanyu

NPM : 160112210096

Judul : REAKSI PERIOSTEAL ATIPIKAL DAN KETERLIBATAN

TULANG TIDAK BIASA PADA AMELOBLASTOMA: SEBUAH LAPORAN KASUS

DENGAN FOLLOW-UP 8 TAHUN

Ameloblastoma merupakan suatu tumor epitelial odontogenik yang berasal dari

jaringan pembentuk gigi yaitu jaringan pembentuk email yang tidak mengalami

diferensiasi ketika proses pembentukan gigi. Beberapa karakter yang tidak jarang

dijumpai adalah bersifat jinak, tumbuh lambat, penyebarannya lokal invasif dan

destruktif serta mengadakan proliferasi ke dalam stroma jaringan ikat. Tumor pada

beberapa literatur menyebutkan tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal

dan proses belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari sisa sel enamel organ, sisa dari

epitel malasses, ephitelium kista odontogenik dan basal sel dari epithelium permukaan

tulang rahang.

Ameloblastoma merupakan neoplasma yang berasal dari jaringan organ enamel yang

tidak menjalani diferensiasi membentuk enamel. Ameloblastoma biasanya unisentrik,

nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermitten, secara anatomis jinak dan secara

klinis bersifat persisten. Frekuensi kejadian ameloblastoma sama dengan frekuensi

kombinasi dari seluruh tumor odontogenic, kecuali odontoma. Ameloblastoma memiliki

sifat yang agresif namun kecepatan pertumbuhannya jinak dan lambat, secara lokal

invasif atau tidak bermetastase.


Amelobastoma dapat terjadi pada semua daerah rahang, tetapi daerah mandibula

merupakan daerah yang paling sering terkena. Pada fase awal, lesi tidak meninmbulkan

gejala apapun dan hanya terdeteksi melalui pemeriksaan radiograf rutin atau karena

ditemukan adanya ekspansi rahang yang asimtomatis. Pasien biasanya secara tiba – tiba

menyadari wajahnya secara terus-menerus membesar dan asimetris. Tumor yang tidak

dirawat dapat tumbuh hingga berukuran sangat besar dan perlu menjadi perhatian

apabila terjadi pada daerah maxilla. Tumor tersebut dapat meluas sampai struktur vital,

seperti sinus paranasal, orbita, nasofaring, dan basis cranium.

Beberapa faktor kausatif yang diangap sebagai penyebab terjadinya histodiferensiasi

pada ameloblastoma meliputi: (1) Faktor iritasi non-spesifik seperti tindakan

ekstraksi, karies gigi, trauma, infeksi, inflamasi, ataupun erupsi gigi, (2) kelainan defisit

nutirisi, (3) pathogenesis virus. Ameloblastoma dapat dibagi menjadi tiga kelompok

secara klinis dan radiologis, yaitu: solid atau multikistik, unikistik, dan perifer

(ekstraosseus). Ameloblastoma perifer atau ekstraoseus dapat terbentuk pada daerah

gingiva dan jarang ditemukan pada mukosa bukal.

Ameloblastoma memiliki diagnosis banding diantaranya CEOT, odontogenic

myxoma, central giant cell granuloma aatau amelobastic fibroma. Ameloblastoma dapat

di obati dengan bedah eksisi, enukleasi, kuretase, cryoterapi, radioterapi, dan

kemoterapi. Tatalaksana pembedahan adalah terapi yang paling baik untuk

ameloblastoma, meskipun pemilihan cara oprasi kadang- kadang masih sering

diperdebatkan.
Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang sering ditemukan bersifat

agresif namun kecepatan pertumbuhannya jinak dan lambat, berinvasi lokal dan tidak

bermetastase. Pada kasus ini ditemukan gambaran radiografi ameloblastoma yang

ambigu yang menunjukkan sebuah gambaran margin difus berbatas tidak jelas disertasi

reaksi periosteal pada radiografi konvensionalnya. Oleh karena itu, pemilihan metode

radiografi secara CBCT sangat disaranan untuk memberikan detail yang lebih akurat

daripada gambaran radigraf konvensional.

Anda mungkin juga menyukai