Anda di halaman 1dari 2

RESUME SEMINAR RADIOLOGI

17 NOVEMBER 2021
Samuel Ferdyan - 160112210094

ANALISIS VOLUME RADIOGRAFI SEBAGAI ALAT BARU UNTUK


MENENTUKAN DIMENSI KISTA DUKTUS NASOPALATINUS DAN
HUBUNGANNYA DENGAN GEJALA YANG MUNCUL DAN KOMPLIKASI
PASCA OPERASI

A. Pendahuluan
Kista duktus nasopalatina, juga dikenal sebagai kista kanalis insisivus,
terletak di dalam kanalis nasopalatina atau di dalam jaringan lunak palatal pada
titik pembukaan kanalis, di mana lesi disebut kista papila palatina. Cone beam
computed tomography (CBCT) telah dikembangkan dalam beberapa tahun
terakhir khusus untuk digunakan di daerah gigi dan maksilofasial dan secara
bertahap memantapkan dirinya sebagai modalitas pencitraan pilihan dalam situasi
klinis tertentu. CBCT dapat digunakan untuk melihat defek tulang lokal maupun
perluasan pada rahang dan diharapkan dapat memperlihatkan dimensi dari kista
yang dapat membantu dengan optimalisasi perawatan dan pengurangan risiko dari
perawatan kista duktus nasopalatina.

B. Tinjauan pustaka
Kista duktus nasopalatina, juga dikenal sebagai kista kanalis insisivus,
terletak di dalam kanalis nasopalatina atau di dalam jaringan lunak palatal pada
titik pembukaan kanalis, di mana lesi disebut kista papila palatina. Kista duktus
nasopalatina terjadi sekitar 10% dari seluruh kista rahang. Distribusi usianya luas,
dengan sebagian besar kasus ditemukan pada dekade keempat hingga keenam.
Insidennya tiga kali lebih tinggi pada laki-laki. Kista duktus nasopalatina
berkembang dari proliferasi sisa epitel ductus nasopalatinus embrionik yang
berpasangan di dalam kanalis insisivus. Kanalis itu sendiri terbentuk sebagai hasil
fusi dari premaxilla dengan prosesus palatal kanan dan kiri. Jalan keluar anatomis
kanal sedikit di belakang papila insisifus.
Kista ini tidak menunjukkan gejala atau menyebabkan gejala kecil
sehingga dapat ditoleransi untuk waktu yang lama. Keluhan yang paling sering
adalah pembengkakan kecil yang jelas di posterior papila palatina. Pembengkakan
ini biasanya berfluktuasi dan berwarna biru jika kista berada di dekat permukaan.
Lesi juga dapat menonjol ke dalam rongga hidung dan mendistorsi septum hidung.
Tekanan dari kista pada saraf nasopalatina yang berdekatan yang menempati
kanal yang sama dapat menyebabkan sensasi terbakar atau mati rasa pada mukosa
palatal.
Kebanyakan dari kista duktus nasopalatinus berada pada midline foramen
atau kanal nasopalatina. Ukuran kista duktus nasopalatinus bervariasi namun
biasanya berdiameter dari 6 mm atau lebih. Berbentuk bulat, oval atau menyerupai
tear-drop. Kista ini memiliki batas yang jelas dan tegas kecuali saat terjadi infeksi.
Kebanyakan struktur internal dari kista ductus nasopalatinus adalah radiolusen
dan jarang berkembang menjadi kalsifikasi distrofi internal yang gambarannya
tidak tegas.
Diagnosa banding kista duktus nasopalatinus yaitu adanya pembesaran
duktus nasopalatinus, granuloma sentral yang besar, kista pada akar gigi insisif
sentral, fistula osteitis pada palatum, atau komunikasi bukonasal dan atau
bukosinus. Penatalaksanaan kista duktus nasopalatinus yaitu bedah enuklease.
Pada kasus kista yang besar, marsupialisasi dapat dipertimbangkan sebelum
enuklease definitif. Rekurensi kista duktus nasopalatinus sangat rendah.

C. Kesimpulan
Nasopalatine Duct Cyst (NPDC) atau dikenal juga dengan incisive canal
cyst adalah kista yang terletak pada kanal nasopalatinus, merupakan kista non-
odontogenik yang paling sering ditemukan dari seluruh kista rahang, biasa terjadi
pada usia 40 – 60 tahun. Gambaran radiografi NPDC yaitu berupa gambaran
radiolusen berbatas jelas dan tegas, bentuk oval, bulat, atau hati berdiameter 6 mm
atau lebih. CBCT memungkinkan analisis dimensi kista pra-operasi dan
keterlibatan struktur anatomi sekitarnya sehingga diagnosis NPDC tahap awal
dapat dilakukan dan berguna untuk menghindari PE dan komplikasi pasca operasi.

Anda mungkin juga menyukai