A. PENDAHULUAN
Pada abad sebelumnya, yaitu pada abad di masa Rasulullah dan setelah masa
Rasulullah perkembangan pendidikan Islam dipenuhi dengan semangat untuk melahirkan
pemikiran-pemikiran yang baik untuk kemajuan pendidikan islam. Hal ini ditandai banyak
lahirnya karya-karya ilmiah ataupun pemikiran-pemikiran yang sangat berguna untuk
kemajuan pendidikan islam.
Peran ulama sangat berarti untuk kemajuan pendidikan Islam dalam era di zaman
sekarang. Ulama diharapkan dapat melahirkan karya-karya baru untuk kemajuan pendidikan
islam. Di zaman sekarang intelektual ulama bukan lagi hanya sebatas berdakwah, tetapi juga
sebagai imam, guru, hakim, dan juga terlibat dalam berbagai aktifitas di birokrasi dalam
sebuah jabatan yang embannya. Sehingga profesionalitas seorang ulama dalam sistem
pendidikan islam dipertaruhkan. Karena seorang ulama yang birokratis cinderung
mementingkan diri sendiri daripada memajukan sistem pendidikan.
B. PEMBAHASAN
Istilah profesionalisme adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, atau
kecakapan yang memenuhi satndart mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
Profesionalisme seorang ulama dalam sistem pendidikan Islam pada dasarnya adalah
kemampuan seorang ulama dalam proses pembentukan watak, sikap dan perilaku Islami yang
meliputi iman (aqidah), Islam (syari'at) dan ihsan (akhlaq, etika dan tasawuf) kepada
masyarakat. Tujuan pokoknya adalah mempersiapkan peserta didik agar mampu menjadi
khalifah Allah yang akram (mulia) yang berarti lebih bertakwa kepada Allah
Peran ulama mengalami pengembangan dari peran keulamaan yang murni dan sebagai
elit keagamaan dengan fungsi yudisial menuju sebuah peran sosial yang luas dan elit politik.
Mereka mengurusi tugas-tugas yang berkenaan dengan pajak lokal, irigasi, urusan yudisial
dan kepolisian, dan bahkan sebagian menjadi juru tulis dan pejabat. Bahkan dalam beberapa
hal, ulama menjadi perwakilan yang efektif, bahkan dipercayai untuk menjalankan fungsi
gubernur di dalam teritorial mereka masing-masing. Disamping itu ulama tidak sekedar
berperan dalam bidang keagamaan, namun dalam pemerintahan dan elit social.
Peran ulama dalam menjalankan profesionalitasnya cenderung dihapkan dengan dua
arah, yaitu vertikal dan horizontal. Secara vertikal seorang ulama yang memiliki jabatan
dalam suatu birokrasi harus bertanggung jawab terhadap jabatan yang diembannya dan juga
terhadap pimpinan atau atasannya. Seperti seorang ulama diberikan tugas untuk mengajar
disekolah-sekolah ataupun di madrasah sekaligus bertanggung jawab terhadap kualitas dan
mutu pendidikan.
Sedangkan secara horizontal seorang ulama berhadapan langsung dengan masayarakat
dalam berbagai bidang dakwah. Hal ini mengikatkan masyarakat untuk tunduk dan patuh
kepada para ulama tersebut, dimana ikatan tersebut bukanlah sebuah struktur jabatan dalam
institusi melainkan network yang berupa ikatan emosional dibawah komitmen umum, untuk
menjunjug tinggi keluarga, komunitas keagamaan, dan umat sebagai ekspresi yang esensial
dari sebuah tata sosial Islam.
C. KESIMPULAN
Untuk terwujudnya pendidikan Islam yang baik yang berlandaskan kepada Al-Qur’an
dan Sunnah, dibutuhkan profesionalisme seorang ulama dalam mendukung keberhasilan
sistem pendidikan islam di Indonesia. Profesionalisme seorang ulama diharapkan mampu
membawa kontribusi yang lebih baik dalam masyarakat. Begitu juga dalam birokrat,
menjadikan ulama menjadi birokrat yang professional dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya.
LEMBAGA WAKAF DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
PENDAHULUAN
A. Lembaga Wakaf dan Perkembangan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dan wakaf pada masa klasik memiliki hubungan yang sangat erat.
Lembaga-lembaga wakaf menjadi sumber keuangan kegiatan pendidikan islam, sehingga
pendidikan Islam pada masa itu berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini dikarenakan rasa
cinta umat islan akan pengetahuan, sehingga menimbulkan semangat para penguasa pada
saat itu seperti Harun ar Rasyid dan al Ma’mun untuk mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan untuk keilmuan.
Untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan itu, lembaga wakaf hadir sebagai
sumber pembiayaan kegiatan pendidikan saat itu. Karena ekonomi dalam pendidikan islam
berhubungan erat dengan akidah dan syariat islam, serta adanya keseimbangan dan
kemaslahatan masyarakat.
Menurut Syalabi, bahwa khalifah al Ma’mun adalah orang yang pertama kali
mengemukakan pendapat tentang pembentukan badan wakaf. Ia berpendapat kelangsungan
kegiatan keilmuan tidak tergantung pada subsidi Negara dan kedermawanan penguasa-
penguasa, tetapi juga membutuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama Negara
menanggung biaya pelaksanaan pendidikan.
Pembangunan pendidikan islam pada masa dahulu tidak selalu bersumber dari
pemerintahan tetapi juga dari peran serta peserta didik dan aktifitas penunjang pendidikan
tersebut. Adanya sistem wakaf pada masa itu membuat perekonomian Islam mencapai
kemajuan yang pesat. Dana yang terkumpul diberikan untuk kemajuan pendidikan Islam.
Dalam konteks Negara Indonesia, lembaga perwakafan telah dikelola oleh badan
swasta maupun dikelola oleh negara dibawah naungan Kementerian Agama. Namun masih
banyak permasalahan yang timbul dalam pengelolaan wakaf yang baik dan benar. Maka
agar pengelolaan wakaf dapat dilakukan secara maksimal dan professional, kementerian
Agama telah melakukan beberapa langkah strategis yaitu diantaranya melahirkan
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, melahirkan Badan Wakaf Indonesia, kemitra usaha dan
Aliansi Strategis, kerjasama kebijakan dalam bidang ekonomi politik, serta pengelolaan
wakaf tunai. Namun masih banyak pertanyaan yang muncul yaitu bagaimana pengelolaan
wakaf di Negara muslim pada era modern sekarang ini.
PEMBAHASAN
A. Wakafdalam HukumIslam
Sistem wakaf sudah ada sejak zaman nabi Ibrahim a.s. Setelah itu pada masa
Rasulullah SAW. Contoh praktik wakaf pertama kali dilakukan Rasulullah SAW
yaitu pembangunan mesjid Qubadi di Madinah yang didirikan oleh Rasulullah.
Setelah itu pembangunan mesjid Dar al-Hijrah yang terletak di Madinah juga
dibangun oleh Rasulullah untuk ibadah umat islam. Tanah ini hasil pengambilalihan
perkebunan milik seorang Yahudi yang terbunuh dalam perang uhud yang berpihak
kepada kaum muslimin.
Setelah itu pada masa pra islam, di irak juga sudah dikenal pengelolaan tanah
yang menyerupai wakaf. Di Mesir kuno, para raja mewakafkan barang atau tanah
untuk para dewa. Selain itu dinasti-dinasti islam pada saat itu juga sudah mengenal
wakaf. Seperti dinasti Saljuk, yang membangun tempat peristirahatan pedagang yang
melewati wilayahnya. Begitu juga halnya pada masa dinasti Utsmani wakaf
digunakan untuk pelayanan publik. Contohnya bangunan-bangunan social seperti
madrasah, benteng-benteng, mesjid, dan juga bangunan komersil seperti pasar,
pertokoan, tempat penginpan dan lainnya. Pada masa Dinasti Mamluk juga terdapat
praktik perwakafan, yaitu hasil dari perkebunan digunakan untuk pemeliharaan
mesjid, dan juga tanah-tanah yang ada diperkotaan digunakan untuk kepentingan
perkotaan serta wakaf dari keluarga.
Secara etimologi, kata “wakaf” berasal dari bahasa Arab waqf (jama‟: awqa>f)
artinya“pembatas”atau“larangan,”sedangkan al-wa>qif adalah pembatas untuk
menjelaskan bahwa sesuatu itu miliknya (manusia) atau milik Allah. Keberadaan
wakaf dalam hukum Islam, para ulama sepakat berpijak kepada
jawabanRasulataspertanyaanUmarkepada Rasuldiatas,yang berbunyi:
Menurut jumhur ulama ada 4 rukun wakaf, yaitu:1)orang yang berwakaf (waqif),
2) orang yang menerima wakaf (mawquf ‘alayh), 3) harta yang diwakafkan
(mawquf‘alayh),dan 4)sighat (ikrarwakaf), kecuali Abu Hanifah yang tidak
mensyaratkan adanya sighat. Adapun syarat waqif adalah baligh (cukup umur);
merdeka (benar-benar pemilik harta yang diwakafkan);berakal sehat; cerdas
(kematangan dalam bertindak).
PENUTUPAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, sistem perwakafan sudah
ada sejak zaman Rasulullah SAW hingga pada masa sekarang ini. Banyak Negara muslim di
Dunia saat ini menjalankan sistem perwakafan. Dengan adanya perwakafan sistem
pendidikan berjalan dengan baik dan lancar. Dengan adanya sistem perwakafan membuat
perekonomian masyarakat menjadi lebih baik. Sistem perwakafan dapat membantu
membiayai pendidikan islam lebih baik
ISLAM DAN PENDIDIKAN GENDER
A. PENDAHULUAN
Perdebatan mengenai Gender dalam Islam masih terjadi hingga saat ini. masih banyak
kalangan yang menolak terhadap Gender tersebut. Dalam Al-Qur’an surat An Nisa: 34 Allah
menyebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan. Hal ini berarti bahwa lelaki
memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap perempuan. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan perselisihan pemahaman terhadap kesetaraan gender diantara lain munculnya
penolakan karena dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, latar belakang pendidikan, budaya
serta kondisi sosial masyarakat.
B. PEMBAHASAN
Gender sendiri secara umum memiliki pengertian yaitu perbedaan yang tampak antara
perempuan dan laki-laki dari nilai tingkah laku, emosional dan karakteristiknya. Didalam Al-
Qur’an Allah memberikan hak kepada kaum perempuan untuk menjadi pemimpin,
sebagaimana hak-hak yang diberikan kepada laki-laki. Faktor yang dijadikan pertimbangan
dalam hal ini hanyalah kemampuannya dan terpenuhinya kriteria untuk menjadi pemimpin.
Masalah ini disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 71:
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong (pemimpin) bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, menecegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS At-Taubah: 71). (Depag RI, 2003: 82).
Islam tidak membeda-bedakan antara hak dan kewajiban antara laki-laki dan
perempuan. Didalam islam lebih mengedepankan konsep keadilan bagi siapapun tanpa
melihat jenis kelamin. Islam tidak mengajarkan untuk saling mendiskriminasikan antara
lelaki dan perempuan.
Banyak para perempuan memiliki kedudukan dibandingkan dengan para lelaki. Seperti
pada masa Rasulullah SAW, seorang wanita yang bernama Asy-Syifa memiliki kedudukan
yang istimewa di sisi Rasulullah SAW karena terkenal dengan kepandaiannya dalam ilmu
kedokteran dan ilmu kejiwaan. Dalam bidang keperawatan, peradaban Islam juga memiliki
sederet nama tokoh perempuan. Satu yang cukup terkenal adalah Rufaida binti Saad al-
Islamiah. Dialah perawat pertama dalam sejarah Islam. Hidup pada masa Nabi Muhammad
SAW, Rufaida kerap merawat korban terluka dan sekarat akibat perang. Selain itu ada istri
dari Raja al-Zahir bin Salah al-Din yang sempat memimpin Aleppo selama enam tahun dalam
pemerintahan. Ada juga Zubaida binti Jafar al-Mansur istri dari Khalifah Abbasiyah Harun
al-Rasyid yang memiliki keahlian dalam bidang infrastruktur. Dalam bidang kepemimpinan,
sejarah peradaban Islam mencatatkan sejumlah nama tokoh perempuan yang sukses
melaksanakan tugas ini. Salah satunya adalah Syajarat al-Durr. Ia merupakan penguasa
Kairo, Mesir, pada 1250 M. Meski seorang perempuan, Syajarat cerdik dalam menyusun
siasat peperangan menghadapi musuh-musuh. Dialah tokoh sentral yang berperan
memenangkan Mesir ketika Perang Salib ketujuh pecah pada 1249-1250 M. Pada zaman
khalifah Umar ibnu Khaththab, kepemimpinan perempuan dipraktikkan, yaitu As Syaffa'
binti Abdillah yang ditunjuk sebagai pengatur perekonomian dan pasar.
Sejarah tersebut di atas menjelaskan bahwa, islam menjunjung tinggi hak dan
kewajiban antara lelaki dan perempuan. Perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan
lelaki dalam berbagai hal. Islam tidak melarang perempuan untuk menduduki suatu jabatan
maupun memimpin suatu organisasi.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Islam mengajarkan untuk saling menghargai terhadap hak-hak perempuan dan lelaki.
Al-Qur’an memberikan hak-hak kepada kaum perempuan sebagaimana hak-hak yang
diberikan kepada kaum laki-laki. Didalam islam kedudukan antara lelaki dan perempuan
adalah sama. Perempuan diberikan kesempatan untuk menduduki jabatan tertentu di
berbagai aktifitas kehidupan.
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini
adalah:
1. Bagaiamana Mesir: Menuju Sistem Pendidikan Modern Dalam Sebuah Masyarakat
Revolusioner?
C. Tujuan Penulisan
Dari Rumusan Masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana Mesir: Menuju Sistem Pendidikan Modern Dalam
Sebuah Masyarakat Revolusioner.
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pendidikan di Mesir tidak terlepas dari semangat pembaharuan yang begitu kuat
tertanam pada generasi-generasi mudahnya, baik pembaharuan dalam pendidikan, peradaban
dan kebudayaan, maka tidak heran jika Mesir salah satu Negara Islam yang menjadi kiblat
peradaban dunia. Memprioritaskan kemampuan para peserta didiknya untuk terus
mengembangkan dirinya sesuai dengan minat dan bakatnya. Dan juga tenaga pengajar
memang ahli dalam bidang yang ia ajarkan kepada para peserta didik.
TURKI MENUJU SISTEM PENDIDKAN MODERN DALAM SEBUAH
MASYARAKAT DEMOKRASI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa pemerintahan Abbasiyah umat islam mengalami puncak keemasan. Hal ini
dikarenakan keemajuan Islam ini tercipta berkat usaha dari berbagai komponen
masyarakat, baik ilmuwan, birokrat, agamawan, militer, dan ekonom maupun
masyarakatumum. Pola pendidikan islam tidak terlepas dari setting budaya dan kondisi pada
waktu itu. Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kerajaan.
Pendidikan islam pada masa kerajaan Usmani sempat mengalami stagnasi dalam
bidang pendidikan, sehingga rakyatnya mengalami kejenuhan dan kefrustasian, dengan
kefrustasiannya banyak diantara rakyat Turki Usmani yang mempelajari terekat yang
berkembang pada waktu itu. Adapun tarekat yang berkembang ialah Al-bektasy dan Al-
Mulawy. Pada awal kepemimpinan Sultan Mahmud II, mulai adanya pembaharuan dalam
berbagai bidang, termasuk di dalamnya pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini
adalah:
1. Bagaimana sistem pendidikan di Turki?
2. Bagaimana Turki menuju sistem pendidikan modern dalam sebuah masyarakat
demokrasi?
C. Tuujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan di Turki
2. Untuk mengetahui bagaimana Turki menuju sistem pendidikan modern dalam sebuah
masyarakat demokrasi.
PEMBAHASAN
Sistem pendidikan di Turki menggabungkan antara sekolah dasar dan SMP. Setamat
dari pendidikan dasar anak bisa melanjutkan ke sekolah umum (SMA) atau kejuruan (SMK)
selama 4 tahun. Pendidikan Dasar ditempuh selama 4 (empat) tahun, pendidikan menengah
juga 4 tahun dan juga SMA selama 4 tahun. Sedangkan untuk pendidikan tinggi ditempuh
selama 4 tahun, kecuali program studi kedokteran. Untuk jenjang pendidikan Master (S2)
ditempuh dalam waktu 2 (dua) tahun. Dan untuk Doktoral (S3) bisanya dapat ditempuh
dalam waktu 4 (empat) tahun.
Sistem pendidikan di turki menerapkan bahasa turki disebagian besar universitas.
Perguruan tingginya yang menggunakan credit system, sedangkan untuk segi sistem
pendidikannya sendiri, Turki menggunakan two-tier system, kecuali untuk beberapa jurusan
seperti Ilmu kedokteran gigi, Ilmu kedokteran hewan, farmasi,danobat-obatan.
Adapun kelebihan dari penerapan Bologna process ini adalah dalam hal pengakuan gelar,
jaminan kualitas, kualifikasi kerangka kerja, dan sistem akreditasi terbaru yang di
universalkan dengan European Union.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pendidikan di Turki di lakukan mulai dari pendidikan dasar hingga doktoral.
Pendidikan mulai dari Pendidikan Dasar hingga SMA dilakukan selama 4 tahun. Untuk
menuju Sistem Pendidikan Modern Dalam Sebuah Masyarakat Demokrasi, Negara Turki
telah melakukan proses rekruiment yang baik dan benar dengan melihat potensi akademik
setiap peserta didik. Peran orang tua dan juga stekholder dalam membangun pendidikan
islam di Turki sangat diperlukan.
PEMBAHARUAN SISTEM PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Untuk mewujudkan nya, maka dalam pendidikan, baik perguruan tinggi negeri
maupun swasta mengembangkan kurikulum berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI). Kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia berbasis kompetensi (mengacu
pada pencapaian kompetensi), yakni akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan
suatu deskripsi kerja secara terukur melalui asesmen yang terstruktur .
PENUTUP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mesir telah mengalami transformasi cepat dalam hal perkembangan potensi
pendidikannya. Mesir memang telah menjadi kiblat keilmuan keislaman dunia, banyak
pelajar dari penjuru dunia yang menimba ilmu disana. Para ulama dan cendekiawan
Mesir tergolong produktif dalam hal karya ilmiah.
Universitas Al-Azhar yang terletak di Kairo, Mesir dikenal sebagai salah satu
lembaga pendidikan tinggi tertua di dunia dan sebagai universitas agama paling penting
di dunia Islam. Kehadiran Al-Azhar berperan sebagai bukti bahwa peradaban Islam
sebenarnya terbilang lebih maju dibandingkan dengan peradaban Barat..
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditentukan beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Latar Belakang sejaran pendidikan di Al Azhar?
2. Bagaimana sistem pendidikan di Al Azhar?
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan Al Azhar
Ketika Jawhar Sisilia, komandan pasukan Fatimiyah yang dikirim oleh Khalifah
Fatimiyah Almuiz untuk menaklukkan Mesir, mendirikan Kairo pada tahun 358 H / 969
SD ia membangun masjid Al-Azhar. Masjid itu selesai dalam hampir dua tahun. Ini
pertama kali dibuka untuk shalat pada tanggal 7 Ramadhan 361 H / 22 Juni 972
AD. Sejak itu telah menjadi masjid paling terkenal di seluruh Dunia Muslim, dan
universitas tertua yang pernah untuk studi agama dan sekuler.
Sebagai hasil dari serangan Mughul di Asia Tengah dan penyusutan pemerintahan
Muslim di Andalusia, Al-Azhar menjadi satu-satunya tempat berlindung bagi para ulama
yang dipaksa keluar dari tanah air mereka. Para cendekiawan itu membantu Al-Azhar
untuk mencapai puncak kejayaannya selama abad ke delapan dan ke sembilan belas
(abad ke 14 dan 15).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun sistem persekolahan di Mesir ada 5, yaitu Al-Azhar dengan sekolah-
sekolah/ madrasah yang bernaung di bawahnya juga disebut “Kuttab”, Sistem sekolah/
pengajaran bahasa asing, Sistem sekolah berbahasa Arab, Sekolah-sekolah pemerintah,
dan Sekolah asing dengan kurikulumnya sendiri.
Al-Azhar masih menggunakan system pendidikan Talaqqi (seperti majlis keilmuan
di Masjid) tanpa menggunakan ruang kelas ataupun tingkatan seperti S1, Magister atau
Doktoral. Uniknya, Pembaharuan Sistem Al-Azhar dilakukanpada awal abad 19 oleh
Muhammad Abduh yang juga dikenal sebagai tokoh pembaharu Mesir.