Anda di halaman 1dari 15

ISTINJA’ DAN MANDI BESAR

Disusun oleh:
Kelompok 4

Ambron (2130202310)
Mutyara az-zahra (2130202315)
Reka Puspita Sari (2130202305)

DOSEN PENGAMPU:
YUNI NOVITASARI M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Istinja’ Dan Mandi
Besar ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Yuni
Novitasari M.Pd pada mata kuliah Praktikum Ibadah.Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Istinja’ Dan Mandi Besar bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Yuni Novitasari M.Pd , selaku dosen
bidang studiPraktikum Ibadah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

-RUMUSAN MASALAH

BAB 2 PEMBAHASAN

1.ISTINJA’

-PENGERTIAN ISTINJA’

-HUKUM ISTINJA’

-PRAKTEK ISTINJA’ DAN ADABNYA

2.MANDI BESAR ( WAJIB )

-PENGERTIAN MANDI

-PERKARA YANG MEWAJIBKANNYA

- TATA CARA MANDI BESAR

BAB 3 PENUTUP

A.KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

Kebersihan sebagaian dari Iman.Islam merupakan agama yang bersih yang


menghendaki setiap pengikutnya memiliki jasmani dan rohani yang bersih untuk
melaksanakan ibadah kepada allah swt.salah satu ibadah yang wajib kita kerjakan sehari-
hari adalah shalat.shalat merupakan tiang agama dan amal perbuatn yang akan dihisab
pertama kali.jika shalatnya sah,maka amalpun diterima.sedangkan jika shalatnya tidak
sah,maka ditolaknya seluruh amalnya.salah satu syarat agar shalatnya sah adalah suci dari
hadats,baik hadats kecil maupun hadats besar.apa bila orang muslim berhadas besar maka
iya wajib bersuci,yaitu dengan mandi.selain tuntunan dari allah,mandi juga berguna bagi
kesehatan kita.

- RUMUSAN MASALAH

1.ISTINJA’

-PENGERTIAN ISTINJA’

-HUKUM ISTINJA’

-PRAKTEK ISTINJA’ DAN ADABNYA

2.MANDI BESAR ( WAJIB )

-PENGERTIAN MANDJ BESAR

-PERKARA YANG MEWAJIBKAN MANDI BESAR

-TATA CARA MANDI BESAR


BAB 2
PEMBAHASAN

1.ISTINJA’

A. PENGERTIAN ISTINJA’

Istinja’ (‫ )اسنتجاء‬secara bahasa bermakna menghilangkan kotoran. Sedangkan secara


istilah bermakna :
- menghilangkan najis dengan air.
- menguranginya dengan semacam batu.
- penggunaan air atau batu.
- menghilangkan najis yang keluar dari qubul (kemaluan) dan dubur (pantat).

Istijmar (‫ )استجمار‬: Istijmar adalah menghilangkan sisa buang air dengan menggunakan
batu atau benda-benda yang semisalnya.
Istibra` (‫ )استبراء‬: maknanya menghabiskan, yakni menghabiskan sisa kotoran atau air seni
hingga yakin sudah benar-benar keluar semua.

B.HUKUM ISTINJA’
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum istinja’ menjadi dua hukum.
- Wajib
Mereka berpendapat bahwa istinja’ itu hukumnya wajib ketika ada sebabnya. Dan
sebabnya adalah adanya sesuatu yang keluar dari tubuh lewat dua lubang (anus atau
kemaluan).
Pendapat ini didukung oleh Al-Malikiyah, Asy-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah. Sedangkan
dalil yang mereka gunakan adalah hadits Rasulullah SAW berikut ini yang artinya :
Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bila kamu pergi ke tempat
buang air, maka bawalah tiga batu untuk membersihkan. Dan cukuplah batu itu untuk
membersihkan.(HR. Ahmad, Nasai, Abu Daud, Ad-Daaruquthuni)[1].
Hadits ini bentuknya amr atau perintah dan konsekuensinya adalah kewajiban.
‫ أ َ َج ْل نَ َهانَا أ َ ْن نَست َ ْقبِ َل‬: ‫س ْل َمان‬ َ ‫ فَقَا َل‬, ‫ش ْيءٍ َحتَّى الخِ َرا َءة‬ َ : ‫س ْل َمان‬
َ ‫علَّ َم ُكم نَ ِبيُّ ُكم ُك َّل‬ َ ‫ قِ ْي َل ِل‬: ‫الرحْ َمن ب ِْن يَ ِزيد قَا َل‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
َ َ‫ي بِ َر ِجي ٍْع أ َ ْو بِع‬
‫ظ ٍم‬ َ ‫ أ َ ْو أ َ ْن يَ ْست َ ْن ِج‬, ‫ار‬
ٍ ‫مِن ثَالَثَةَ أ َ ْح َج‬
ْ ‫ أ َ ْو أ َ ْن نَ ْست َ ْن ِجي بِاليَمِ ين أ َ ْو أ َ ْن يَ ْست َ ْن ِجي أ َ َحدُنَا بِأَقَ ِل‬, ‫ال ِق ْبلَةَ بِغَائِطٍ أ َ ْو بَ ْو ٍل‬
‫ رواه مسلم وأبو داود والترمذي‬.

Dari Abdirrahman bin Yazid ra berkata bahwa telah dikatakan kepada Salman,"Nabimu
telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu". Salman berkata,"Benar, beliau telah
melarang kita untuk menghadap kiblat ketika berak atau kencing. Juga melarang istinja'
dengan tangan kanan dan istinja dengan batu yang jumlahnya kurang dari tiba buah. Dan
beristinja' dengan tahi atau tulang. (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmizy)

- Sunnah
Pendapat ini didukung oleh Al-Hanafiyah dan sebagian riwayat dari Al-Malikiyah.
Maksudnya adalah beristinja’ dengan menggunakan air itu hukumnya bukan wajib tetapi
sunnah. Yang penting najis bekas buang air itu sudah bisa dihilangkan meskipun dengan
batu atau dengan ber-istijmar.
Dasar yang digunakan Al-Imam Abu Hanifah dalam masalah kesunnahan istinja’ ini
adalah hadits berikut :
Siapa yang beristijmar maka ganjilkanlah bilangannya. Siapa yang melakukannya maka
telah berbuat ihsan. Namun bila tidak maka tidak ada keberatan. (HR. Abu Daud).
Selain itu beliau berpendapat bahwa najis yang ada karena sisa buang air itu termasuk
najis yang sedikit. Dan menurut mazhab beliau, najis yang sedikit itu dimaafkan.
Di dalam kitab Sirajul Wahhab milik kalangan mazhab Al-Hanafiyah, istinja’ itu ada 5
macam, 4 diantaranya wajib dan 1 diantaranya sunnah. Yang 4 itu adalah istinja’ dari
haidh, nifas, janabah dan bila najis keluar dari lubangnya dan melebihi besarnya lubang
keluarnya. Sedangkan yang hukumnya sunnah adalah bila najis keluar dari lubangnya
namun besarnya tidak melebihi besar lubang itu.
Mengomentari hal ini, Ibnu Najim mengatakan bahwa yang empat itu bukan istinja’
melainkan menghilangkan hadats, sedangkan yang isitinja` itu hanyalah yang terakhir
saja, yaitu najis yang besarnya sebesar lubang keluarnya najis. Dan itu hukumnya sunnah.
Sehingga istinja’ dalam mazhab Al-Hanafiyah hukumnya sunnah.

C. PRAKTEK ISTINJA’ DAN ADABNYA


Mulai dengan mengambil air dengan tangan kiri dan mencuci kemaluan, yaitu pada
lubang tempat keluarnya air kencing. Atau seluruh kemaluan bila sehabis keluar mazi.
Kemudian mencuci dubur dan disirami dengan air dengan mengosok-gosoknya dengan
tangan kiri.
Adab-adab istinja’

A. Menggunakan tangan kiri dan dimakruhkan dengan tangan kanan.


Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
َّ َ ‫ قَا َل َرسُو ُل‬:َ‫ع ْن أ َ ِبي قَت َادَة َ قَال‬
ِ‫للَا‬ ْ ‫ال يُ ْم ِسك ََّن أ َ َحدُ ُك ْم ذَك ََرهُ ِب َيمِ ينِ ِه َوه َُو َيبُو ُل َوال َيت َ َمسَّحْ مِ ْن ا َ ْل َخالَءِ ِب َيمِ ينِ ِه َوال َيتَنَ َّف‬
َ s ‫س‬
ُ ‫علَ ْي ِه َوال َّل ْف‬
‫ظ ِل ُم ْسلِم‬ َ ‫فِي ا َ ِإلنَاءِ ُمتَّف ٌَق‬
Dari Abi Qatadah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bila kamu kencing maka
jangan menyentuh kemaluannya dengan tangan kanan. Bila buang air besar jangan cebok
dengan tangan kanan. Dan jangan minum dengan sekali nafas".(HR. Muttafaq 'alaihi).

B. Istitar
Maksudnya adalah memakai tabir atau penghalang, agar tidak terlihat orang lain. Di
zaman kita sekarang ini tentu bertabir atau berpenghalang ini sudah terpenuhi dengan
masuk ke dalam kamar mandi yang tertutup pintunya.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
"Bila kamu buang air hendaklah beristitar (menutup tabir). Bila tidak ada tabir maka
menghadaplah ke belakang.(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

C.Tidak membaca tulisan yang mengandung nama Allah SWT.


Atau nama yang diagungkan seperti nama para malaikat. Atau nama nabi SAW. Dalilnya
adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bila masuk ke tempat buang hajat,
beliau melepas cincinnya. Sebab di cincin itu terukir kata "Muhammad Rasulullah" yang
mengandung lafdzul Jalalah atau nama Allah SWT .
ُ ‫ َكانَ َر‬:َ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكٍ قَال‬
َّ َ ‫سو ُل‬
ِ‫للَا‬ َ ‫ِإذَا دَ َخ َل ا َ ْلخَال َء َو‬
َ s ُ ‫ض َع خَات َ َمهُ أ َ ْخ َر َجهُ اَأل َ ْر َب َعة‬
Dari Anas bin Malik ra berkata bahwa Rasulullah SAW bila masuk ke WC meletakkan
cincinnya. (HR. Arba'ah)

D.Tidak Menghadap Kiblat.


Dalilnya adalah hadits Rasulullah SAW,
‫ عن أبي هريرة رضي هللا عنه عن رسول هللا‬s ‫ إذا جلس أحدكم لحاجته فال يستقبل القبلة وال يستدبره رواه‬: ‫قال‬
‫أحمد ومسلم‬
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bila kamu mendatangi tempat
buang air, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya. "(HR. Bukhari dan
Muslim)
‫ع ْنهُ ال ت َ ْست َ ْقبِلُوا ا َ ْل ِق ْبلَةَ بِغَائِطٍ َوال بَ ْو ٍل َولَك ِْن ش َِرقُوا أ َ ْو غ َِربُوا‬
َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬ َ ‫عنَ أبِي أَي‬
ِ ‫ُّوب َر‬
Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu,"Janganlah menghadap kiblat saat kencing atau
buang hajat, tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat" (HR. Sab’ah)
Posisi kiblat di Madinah adalah menghadap ke Selatan, sedangkan membelakangi kiblat
berarti menghadap ke Utara. Sedangkan menghadap ke barat dan timur artinya tidak
menghadap kiblat dan juga tidak membelakanginya.
Tempat buang air di masa lalu bukan berbentuk kamar mandi yang tertutup melainkan
tempat terbuka yang sepi tidak dilalui orang-orang. Sedangkan bila tempatnya tertutup
seperti kamar mandi di zaman kita sekarang ini, tidak dilarang bila sampai menghadap
kiblat atau membelakanginya. Dasarnya adalah hadits berikut ini.
Dari Jabir ra berkata bahwa Nabi SAW melarang kita menghadap kiblat saat kencing.
Namun aku melihatnya setahun sebelum kematiannya menghadap kiblat. (HR.Tirmizy)".
Kemungkinan saat itu beliau SAW buang air di ruang yang tertutup yang khusus dibuat
untuk buang air.

E. Istibra`(sudah dijelaskan diawal)

F. Masuk kaki kiri keluar kaki kanan.


Dan disunnahkan ketika masuk membaca doa : Bismillahi auzu bika minal khubutsi wal
khabaits.
َّ َ ‫سو ُل‬
ِ‫للَا‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل َكانَ َر‬
َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬ َ s "ِ‫ث َو ْال َخبَائِث‬
ِ ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكٍ َر‬ ِ ُ‫ "اَللَّ ُه َّم إِنِي أَعُوذُ بِكَ مِ ْن ا َ ْل ُخب‬:َ‫إِذَا دَ َخ َل ا َ ْل َخالَ َء قَال‬
َّ ‫أ َ ْخ َر َجهُ اَل‬
‫س ْبعَة‬
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bila masuk ke
tempat buang hajat, beliau mengucap,”Dengan nama Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari syetan laki dan syetan perempuan. (HR. Sab’ah)
Ketika keluar disunnahkan untuk membaca lafaz : Ghufraanaka, alhamdulillahillazi
azhaba `anni al-aza wa `aafaani.
َّ ‫ع ْن َها أ َ َّن اَلنَّ ِب‬
‫ي‬ َّ َ ‫ي‬
َ ُ‫للَا‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ ‫غ ْف َرانَكَ " أ َ ْخ َر َجهُ ا َ ْل َخ ْم‬
َ s ُ ‫سة‬ ُ " :َ‫َكانَ ِإذَا خ ََر َج مِ ْن ا َ ْلغَائِطِ قَال‬
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi SAW bila keluar dari tempat buang hajat
berkata,”ghufranak”. (HR. Khamsah)

G. Tidak Sambil Berbicara


َّ َ ‫سو ُل‬
ِ‫للَا‬ َ ‫ َو‬s ُ‫للَاَ يَ ْمقُت‬
ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ع ْن َجابِ ٍر قَال‬ َّ َ ‫ فَإ ِ َّن‬.‫صاحِ بِ ِه َوال يَت َ َحدَّثَا‬ َ ‫لر ُجالَ ِن فَ ْليَت ََو‬
َ ‫ار ُك ُّل َواحِ ٍد مِ ْن ُه َما َع ْن‬ َ ‫إِذَا تَغ ََّو‬
َّ َ ‫ط ا‬
ُ َ‫علَى ذَلِك‬َ
Dari Jabir bin Abdillah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bila dua orang
diantara kamu buang air, hendaklah saling membelakangi dan jangan berbicara. Karena
sesunguhnya Allah murka akan hal itu.
4. Istijmar
Beristinja’ dengan menggunakan batu atau benda lain selain air sering disebut dengan
istijmar. Yaitu tiga buah batu yang berbeda yang digunakan untuk membersihkan bekas-
bekas yang menempel saat buang air.
Dasarnya adalah hadits Rasulullah SAW :
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, `Siapa yang beristijmar (bersuci
dengan batu) maka hendaklah berwitir (menggunakan batu sebanyak bilangan ganjil).
Siapa yang melaksanakannya maka dia telah berbuat ihsan dan siapa yang tidak
melakukannya tidak ada masalah`. (HR. Abu Daud, Ibju Majah, Ahmad, Baihaqi dan
Ibnu Hibban).
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, `Bila seorang kamu datang ke WC
maka bawalah tiga buah batu, karena itu sudah cukup untuk menggantikannya`. (HR. Abu
Daud, Baihaqi dan Syafi`i)
`Janganlah salah seorang kamu beristinja’ kecuali dengan tiga buah batu`. (HR. Muslim)
Tentang ketentuan apakah memang mutlak harus tiga batu atau tidak, para ulama sedirkit
berbeda pendapat. Pertama, kelompok Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah mengatakan
bahwa jumlah tiga batu itu bukan kewajiban tetapi hanya mustahab (sunnah). Dan bila
tidak sampai tiga kali sudah bersih maka sudah cukup.
Sedangkan kelompok Asy-Syafi`iyyah dan Al-Hanabilah mengatakan wajib tiga kali dan
harus suci dan bersih. Bila tiga kali masih belum bersih, maka harus diteruskan menjadi
empat, lima dan seterusnya.
Sedangkan selain batu, yang bisa digunakan adalah semua benda yang memang
memenuhi ketentuan dan tidak keluar dari batas yang disebutkan :
1.Benda itu bisa untuk membersihkan bekas najis.

2.Benda itu tidak kasar seperti batu bata dan juga tidak licin seperti batu akik, karena
tujuannya agar bisa menghilangkan najis.

3.Benda itu bukan sesuatu yang bernilai atau terhormat seperti emas, perak atau permata.
Juga termasuk tidak boleh menggunakan sutera atau bahan pakaian tertentu, karena
tindakan itu merupakan pemborosan.

4.Bendai itu bukan sesuatu yang bisa mengotori seperti arang, abu, debu atau pasir.

5.Benda itu tidak melukai manusia seperti potongan kaca beling, kawat, logam yang
tajam, paku.
6.Jumhur ulama mensyaratkan harus benda yang padat bukan benda cair. Namun ulama
Al-Hanafiyah membolehkan dengan benda cair lainnya selain air seperti air mawar atau
cuka.

7.Benda itu harus suci, sehingga beristijmar dengan menggunakan tahi / kotoran binatang
tidak diperkenankan. Tidak boleh juga menggunakan tulang, makanan atau roti, kerena
merupakan penghinaan.

Bila mengacu kepada ketentuan para ulama, maka kertas tissue termasuk yang bisa
digunakan untuk istijmar.

Namun para ulama mengatakan bahwa sebaiknya selain batu atau benda yang memenuhi
kriteria, gunakan juga air. Agar istinja’ itu menjadi sempurna.

2.MANDI BESAR
A.PENGERTIAN MANDI BESAR
Pengertian Mandi Besar Mandi janābah atau mandi besar adalah menyiramkan air ke
seluruh badan dengan tata cara yang khusus untuk menghilangkan hadats besar.
B.PERKARA YANG MEWAJIBKANNYA
a. Janabah
Seseorang dalam keadaan jinabat adakalanya:
Keluarmani, adapun mani seseorang bisa diketahui lewat cara keluarnya disertai dengan
rasa yang enak, baunya yang seperti adonan roti ketika basah dan seperti putih telur
ketika kering. Jadi apabila tidak ditemukan sifat-sifatyang seperti diatas maka tidakwajib
untuk mandi.
Memasukkan penis (baik keseluruh ataw sebagian) kedalam farji, meskipun farjinya
orang yang sudah mati atauhewan, baik disertai paksaan atau dalam keadaan tidur, baik
keluarnya terasa enak atau tidakdan meski tanpa keluarmani.Tapi imam Abu Hanifah dan
Imam Maliki berpendapat bahwa apabila mani tersebut keluarnya tanpa ada rasa enak
maka tidak wajib mandi.
b.Haid
Masa sedikitnya haidh yaitu sehari semalam, umumnya 6-7 hari , sedangkan masa
maksimalnya 15 hari terkadangada juga yang 29 tapi jarang terdapat pada istilah
perempuan suci antara dua haid cuma 1-2 suci
c. Nifas
Masa paling banyaknya yaitu 60 hari masa sedikitnya nifas seketika, umumnya 40 hari
dan
Syarat – Syarat Mandi
1.Islam.
2.Tamyiz (berakal sehat).
3.Mengetahui pekerjaan yang fardlu dalam mandi.
4.Air yang digunakan harus dengan air yang suci dan mensucikan (air mutlak).
5.Tidak ada sesuatu pada lahirnya yang menghalangi sampainya air ke seluruh kulit
tubuh.
6.Tetap niatnya hingga akhir sempurnanya mandi.
7.Tidak ada sesuatu akibat yang dapat merubah sifat air sampai ke kulit tubuh.
8.Mengalir airnya sampai ke seluruh tubuh.
D.Fardlu Mandi
Fardlunya mandi ada dua yaitu:
a. Niat melaksanakan mandi wajib atau menghilangkan hadats besar di sertai dengan
mengalirkan air kesekujur badan .
jika seorang melaksanakan niat setelah melaksanakan basuhan mandi maka ia wajib
untuk mengulangi basuhannya.
b.Meratakan air keseluruh badan sampai pada sela-sela badan serta bagian bawah rambut
yang tebal.
Supaya air dapat benar-benar merata, maka orang yang mandi harus melepaskan pilinan
rambut supaya air bias
masuk pada kulit rambut. Adapun mandi bias di lakukan dengan berbagai cara. Bisa
dengan menyilam di air,
mengucurkan air kesekujur badan, atau dengan cara apapun sekiranya air bisa masuk ke
seluruh tubuh.
E.Sunnah Mandi
Sunnah mandi ada banyak sekali, diantaranya adalah:
1.Membaca basmala pada permulaan mandi.
2.berkumur.
3.Menghirup air kedalam hidung.
4.Menghilangkan kotoran yang berada pada badan.
5.Berwudlu sebelum mandi.
6.Meneliti lekukan seperti dua telinga atau meneliti bawah kuku, supaya tidak ada
sesuatupun yang menghalangi airmasuk pada kulit.
7.Menggosokkan tangan keseluruh badan, imam malik berpendapat bahwa
menggosokkan tangan keseluruh badan hukumnya wajib.
8.Mengulang tiga kali.
9.Menghadap kiblat.

C.TATA CARA MANDI BESAR


secara lengkap meliputi yang wajib dan yang sunnah sebagaimana diterangkan hadits
‘Aisyah dan Maimunah adalah sebagai berikut:
1. Niat dalam hati dan membaca ‫ بِس ِْم هللا‬seperti hendak wudhu.
2. Mencuci kedua telapak tangan terlebih dahulu 3 kali. Sebagaimana hadits Maimunah :
( ‫س َل َيدَ ْي ِه َم َّرتَي ِْن أ َ ْو ثَالَثًا‬
َ َ‫“ ) فَغ‬Maka beliau membasuh kedua tangannya dua atau tiga kali.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
َ َ‫علَى ِش َما ِل ِه فَغ‬
3. Mencuci kemaluan dengan tangan kirinya. ( ُ‫س َل َمذَا ِكي َْره‬ َ ‫“ ) ثُم َأ َ ْف َر‬Kemudian
َ ‫غ‬
menuangkan air ke tangan kirinya lalu mencuci kemaluannya.” (HR. al-Bukhari dan Mus-
lim)
ِ ‫س َح يَدَهُ بِاأل َ ْر‬
4. Membersihkan tangan kirinya. ( ‫ض‬ َ ‫“ ) ث ُ َّم َم‬Kemudian mengusap-usap
tangannya ke tanah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
َّ ‫ضأ َ ُوضُو َءهُ لِل‬
5. Berwudhu sebagaimana wudhu hendak shalat. ( ِ‫صالة‬ َّ ‫“ ) ث ُ َّم ت ََو‬Kemudian
berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
6. Menyela-nyela rambut secara merata, lalu menyiram kepalanya 3 kali. ( ‫ث ُ َّم يُخ َِل ُل بِيَدَ ْي ِه‬
‫ت‬ َ َ ‫علَ ْي ِه ْال َما َء ث‬
ٍ ‫الث َم َّرا‬ َ َ‫ أَف‬،ُ‫ظ َّن أَنَّهُ قَ ْد أ َ ْر َوى بَش ََرتَه‬
َ ‫اض‬ َ ‫ َحتَّى إذَا‬،ُ‫ش ْع َره‬
َ ) “Kemudian menyela-nyela
rambut dengan tangan-nya, hingga manakala beliau merasa yakin telah mem-basahi kulit
kepalanya, beliau menyiramkan air tiga kali.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
7. Ketika menyiram kepala, dimulai dari kepala bagian kanan, kemudian kiri, setelah itu
bagian tengah. ( ‫سطِ َرأْسِه‬
َ ‫علَى َو‬ َ ‫ِق َرأْ ِس ِه اْأل َ ْي َم ِن ث ُ َّم اْأل َ ْي‬
َ ‫س ِر فَقَا َل بِ ِه َما‬ ِ ‫“ ) فَبَدَأ َ بِش‬Kemudian memulai
(menyiram air) pada kepala ba-gian kanan lalu bagian kiri dan menyiramkan sisanya ke
bagian tengah.” (HR. Muslim)
8. Lalu meratakan air ke seluruh tubuh. Ketika menyiramkan air ke seluruh tubuh,
hendaknya dimulai dari tubuh bagian kanan, kemudian bagian kiri dengan
memperhatikan lekukan-lekukan tubuh yang tidak mudah terjangkau air seperti ketiak,
selangkangan, belakang lutut dan sela-sela jari.
9. Tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan air. ( ‫صاعِ ِإ َلى‬ َّ ‫ى َيت ََوضَّأ ُ ِب ْال ُم ِد َو َي ْغت َ ِس ُل ِبال‬
ُّ ‫َكانَ النَّ ِب‬
‫س ِة أ َ ْمدَا ٍد‬
َ ‫“ ) َخ ْم‬Nabi berwudhu dengan satu mud dan mandi dengan satu sha’ hingga lima
mud.” (HR. al-Bukhari) Satu mud yaitu dua genggaman tangan orang dewasa, sedangkan
satu sha’ yaitu empat mud.
10. Bergeser dari tempat semula, lalu mencuci kedua kaki. Dalam hadits
Maimunah َ َ‫ فَغ‬،‫“ ) ث ُ َّم تَنَحَّى‬Kemudian bergeser, lalu mencuci
diriwayatkan: ( ‫س َل ِرجْ لَ ْي ِه‬
kakinya.”(HR.al-Bukhari)’’
BAB 3
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa keterangan yang telah kami uraikan diatas, dapat kita tarik
kesimpulan, Kita menyarankan sebagai umat islam dan khususnya sebagai calon
pendidik, haruslah mulai banyak belajar dalam mengkaji tentang masalah fiqih ibadah
terutama masalah Thaharah ( bersuci ). Hal ini sebagai upaya perbaikan pendidikan pada
anak didik kita, agar supaya mereka mampu melakukan tata cara bersuci yang baik
menurut ajaran Baginda Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA

1.Azzuhaily Wahbah,Al Fiqhul Islamy wa Adillatuhu,Dar El Fikr, Beirut, 1984

2.Zainuddin bin Al-Malibari Aziz Abdul, Fat-hul Mu’in, Al-Hidayah, Surabaya, 1993

3.Muhdlor Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab, Multi Karya Grafika, Yogyakarta, 2008

4.Mustahik Team, Fiqh Praktisal Badi’ah, Pustaka Al Muhibbin, Jombang, 2014

Anda mungkin juga menyukai