Disusun oleh:
Kelompok 4
Ambron (2130202310)
Mutyara az-zahra (2130202315)
Reka Puspita Sari (2130202305)
DOSEN PENGAMPU:
YUNI NOVITASARI M.Pd
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Istinja’ Dan Mandi
Besar ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Yuni
Novitasari M.Pd pada mata kuliah Praktikum Ibadah.Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Istinja’ Dan Mandi Besar bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Yuni Novitasari M.Pd , selaku dosen
bidang studiPraktikum Ibadah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
-RUMUSAN MASALAH
BAB 2 PEMBAHASAN
1.ISTINJA’
-PENGERTIAN ISTINJA’
-HUKUM ISTINJA’
-PENGERTIAN MANDI
BAB 3 PENUTUP
A.KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
- RUMUSAN MASALAH
1.ISTINJA’
-PENGERTIAN ISTINJA’
-HUKUM ISTINJA’
1.ISTINJA’
A. PENGERTIAN ISTINJA’
Istijmar ( )استجمار: Istijmar adalah menghilangkan sisa buang air dengan menggunakan
batu atau benda-benda yang semisalnya.
Istibra` ( )استبراء: maknanya menghabiskan, yakni menghabiskan sisa kotoran atau air seni
hingga yakin sudah benar-benar keluar semua.
B.HUKUM ISTINJA’
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum istinja’ menjadi dua hukum.
- Wajib
Mereka berpendapat bahwa istinja’ itu hukumnya wajib ketika ada sebabnya. Dan
sebabnya adalah adanya sesuatu yang keluar dari tubuh lewat dua lubang (anus atau
kemaluan).
Pendapat ini didukung oleh Al-Malikiyah, Asy-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah. Sedangkan
dalil yang mereka gunakan adalah hadits Rasulullah SAW berikut ini yang artinya :
Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bila kamu pergi ke tempat
buang air, maka bawalah tiga batu untuk membersihkan. Dan cukuplah batu itu untuk
membersihkan.(HR. Ahmad, Nasai, Abu Daud, Ad-Daaruquthuni)[1].
Hadits ini bentuknya amr atau perintah dan konsekuensinya adalah kewajiban.
أ َ َج ْل نَ َهانَا أ َ ْن نَست َ ْقبِ َل: س ْل َمان َ فَقَا َل, ش ْيءٍ َحتَّى الخِ َرا َءة َ : س ْل َمان
َ علَّ َم ُكم نَ ِبيُّ ُكم ُك َّل َ قِ ْي َل ِل: الرحْ َمن ب ِْن يَ ِزيد قَا َل َ ع ْن
َّ ع ْب ِد َ
َ َي بِ َر ِجي ٍْع أ َ ْو بِع
ظ ٍم َ أ َ ْو أ َ ْن يَ ْست َ ْن ِج, ار
ٍ مِن ثَالَثَةَ أ َ ْح َج
ْ أ َ ْو أ َ ْن نَ ْست َ ْن ِجي بِاليَمِ ين أ َ ْو أ َ ْن يَ ْست َ ْن ِجي أ َ َحدُنَا بِأَقَ ِل, ال ِق ْبلَةَ بِغَائِطٍ أ َ ْو بَ ْو ٍل
رواه مسلم وأبو داود والترمذي.
Dari Abdirrahman bin Yazid ra berkata bahwa telah dikatakan kepada Salman,"Nabimu
telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu". Salman berkata,"Benar, beliau telah
melarang kita untuk menghadap kiblat ketika berak atau kencing. Juga melarang istinja'
dengan tangan kanan dan istinja dengan batu yang jumlahnya kurang dari tiba buah. Dan
beristinja' dengan tahi atau tulang. (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmizy)
- Sunnah
Pendapat ini didukung oleh Al-Hanafiyah dan sebagian riwayat dari Al-Malikiyah.
Maksudnya adalah beristinja’ dengan menggunakan air itu hukumnya bukan wajib tetapi
sunnah. Yang penting najis bekas buang air itu sudah bisa dihilangkan meskipun dengan
batu atau dengan ber-istijmar.
Dasar yang digunakan Al-Imam Abu Hanifah dalam masalah kesunnahan istinja’ ini
adalah hadits berikut :
Siapa yang beristijmar maka ganjilkanlah bilangannya. Siapa yang melakukannya maka
telah berbuat ihsan. Namun bila tidak maka tidak ada keberatan. (HR. Abu Daud).
Selain itu beliau berpendapat bahwa najis yang ada karena sisa buang air itu termasuk
najis yang sedikit. Dan menurut mazhab beliau, najis yang sedikit itu dimaafkan.
Di dalam kitab Sirajul Wahhab milik kalangan mazhab Al-Hanafiyah, istinja’ itu ada 5
macam, 4 diantaranya wajib dan 1 diantaranya sunnah. Yang 4 itu adalah istinja’ dari
haidh, nifas, janabah dan bila najis keluar dari lubangnya dan melebihi besarnya lubang
keluarnya. Sedangkan yang hukumnya sunnah adalah bila najis keluar dari lubangnya
namun besarnya tidak melebihi besar lubang itu.
Mengomentari hal ini, Ibnu Najim mengatakan bahwa yang empat itu bukan istinja’
melainkan menghilangkan hadats, sedangkan yang isitinja` itu hanyalah yang terakhir
saja, yaitu najis yang besarnya sebesar lubang keluarnya najis. Dan itu hukumnya sunnah.
Sehingga istinja’ dalam mazhab Al-Hanafiyah hukumnya sunnah.
B. Istitar
Maksudnya adalah memakai tabir atau penghalang, agar tidak terlihat orang lain. Di
zaman kita sekarang ini tentu bertabir atau berpenghalang ini sudah terpenuhi dengan
masuk ke dalam kamar mandi yang tertutup pintunya.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
"Bila kamu buang air hendaklah beristitar (menutup tabir). Bila tidak ada tabir maka
menghadaplah ke belakang.(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
2.Benda itu tidak kasar seperti batu bata dan juga tidak licin seperti batu akik, karena
tujuannya agar bisa menghilangkan najis.
3.Benda itu bukan sesuatu yang bernilai atau terhormat seperti emas, perak atau permata.
Juga termasuk tidak boleh menggunakan sutera atau bahan pakaian tertentu, karena
tindakan itu merupakan pemborosan.
4.Bendai itu bukan sesuatu yang bisa mengotori seperti arang, abu, debu atau pasir.
5.Benda itu tidak melukai manusia seperti potongan kaca beling, kawat, logam yang
tajam, paku.
6.Jumhur ulama mensyaratkan harus benda yang padat bukan benda cair. Namun ulama
Al-Hanafiyah membolehkan dengan benda cair lainnya selain air seperti air mawar atau
cuka.
7.Benda itu harus suci, sehingga beristijmar dengan menggunakan tahi / kotoran binatang
tidak diperkenankan. Tidak boleh juga menggunakan tulang, makanan atau roti, kerena
merupakan penghinaan.
Bila mengacu kepada ketentuan para ulama, maka kertas tissue termasuk yang bisa
digunakan untuk istijmar.
Namun para ulama mengatakan bahwa sebaiknya selain batu atau benda yang memenuhi
kriteria, gunakan juga air. Agar istinja’ itu menjadi sempurna.
2.MANDI BESAR
A.PENGERTIAN MANDI BESAR
Pengertian Mandi Besar Mandi janābah atau mandi besar adalah menyiramkan air ke
seluruh badan dengan tata cara yang khusus untuk menghilangkan hadats besar.
B.PERKARA YANG MEWAJIBKANNYA
a. Janabah
Seseorang dalam keadaan jinabat adakalanya:
Keluarmani, adapun mani seseorang bisa diketahui lewat cara keluarnya disertai dengan
rasa yang enak, baunya yang seperti adonan roti ketika basah dan seperti putih telur
ketika kering. Jadi apabila tidak ditemukan sifat-sifatyang seperti diatas maka tidakwajib
untuk mandi.
Memasukkan penis (baik keseluruh ataw sebagian) kedalam farji, meskipun farjinya
orang yang sudah mati atauhewan, baik disertai paksaan atau dalam keadaan tidur, baik
keluarnya terasa enak atau tidakdan meski tanpa keluarmani.Tapi imam Abu Hanifah dan
Imam Maliki berpendapat bahwa apabila mani tersebut keluarnya tanpa ada rasa enak
maka tidak wajib mandi.
b.Haid
Masa sedikitnya haidh yaitu sehari semalam, umumnya 6-7 hari , sedangkan masa
maksimalnya 15 hari terkadangada juga yang 29 tapi jarang terdapat pada istilah
perempuan suci antara dua haid cuma 1-2 suci
c. Nifas
Masa paling banyaknya yaitu 60 hari masa sedikitnya nifas seketika, umumnya 40 hari
dan
Syarat – Syarat Mandi
1.Islam.
2.Tamyiz (berakal sehat).
3.Mengetahui pekerjaan yang fardlu dalam mandi.
4.Air yang digunakan harus dengan air yang suci dan mensucikan (air mutlak).
5.Tidak ada sesuatu pada lahirnya yang menghalangi sampainya air ke seluruh kulit
tubuh.
6.Tetap niatnya hingga akhir sempurnanya mandi.
7.Tidak ada sesuatu akibat yang dapat merubah sifat air sampai ke kulit tubuh.
8.Mengalir airnya sampai ke seluruh tubuh.
D.Fardlu Mandi
Fardlunya mandi ada dua yaitu:
a. Niat melaksanakan mandi wajib atau menghilangkan hadats besar di sertai dengan
mengalirkan air kesekujur badan .
jika seorang melaksanakan niat setelah melaksanakan basuhan mandi maka ia wajib
untuk mengulangi basuhannya.
b.Meratakan air keseluruh badan sampai pada sela-sela badan serta bagian bawah rambut
yang tebal.
Supaya air dapat benar-benar merata, maka orang yang mandi harus melepaskan pilinan
rambut supaya air bias
masuk pada kulit rambut. Adapun mandi bias di lakukan dengan berbagai cara. Bisa
dengan menyilam di air,
mengucurkan air kesekujur badan, atau dengan cara apapun sekiranya air bisa masuk ke
seluruh tubuh.
E.Sunnah Mandi
Sunnah mandi ada banyak sekali, diantaranya adalah:
1.Membaca basmala pada permulaan mandi.
2.berkumur.
3.Menghirup air kedalam hidung.
4.Menghilangkan kotoran yang berada pada badan.
5.Berwudlu sebelum mandi.
6.Meneliti lekukan seperti dua telinga atau meneliti bawah kuku, supaya tidak ada
sesuatupun yang menghalangi airmasuk pada kulit.
7.Menggosokkan tangan keseluruh badan, imam malik berpendapat bahwa
menggosokkan tangan keseluruh badan hukumnya wajib.
8.Mengulang tiga kali.
9.Menghadap kiblat.
A.KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa keterangan yang telah kami uraikan diatas, dapat kita tarik
kesimpulan, Kita menyarankan sebagai umat islam dan khususnya sebagai calon
pendidik, haruslah mulai banyak belajar dalam mengkaji tentang masalah fiqih ibadah
terutama masalah Thaharah ( bersuci ). Hal ini sebagai upaya perbaikan pendidikan pada
anak didik kita, agar supaya mereka mampu melakukan tata cara bersuci yang baik
menurut ajaran Baginda Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA
2.Zainuddin bin Al-Malibari Aziz Abdul, Fat-hul Mu’in, Al-Hidayah, Surabaya, 1993
3.Muhdlor Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab, Multi Karya Grafika, Yogyakarta, 2008