Anda di halaman 1dari 9

1

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NOMOR.3/Pdt.G/2015/PN


LHOKSEUMAWE MENGENAI SENGKETA TANAH
(Studi kasus pada Pengadilan Negeri Lhokseumawe)

A. Latar Belakang Permasalahan

Tanah memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Diatas tanah pula manusia membangun rumah

sebagai tempat bernaung dan membangun berbagai bangunan lainnya untuk

perdagangandan sebagainya.1

Tanah juga merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat yang mencari

nafkah melalui sumber pertanian, perkebunan dan pertambangan.Menurut

Koentjaraningrat, Konflik atau sengketa terjadi juga karena adanya perbedaan

persepsi yang merupakan gambaran lingkungan yang dilakukan secara sadar yang

didasari pengetahuan yang dimiliki seseorang, lingkungan yang dimaksud adalah

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.2 Dengan semakin meningkatnya

kebutuhan akan tanah, maka tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan

konflik di bidang pertanahan. Oleh karenanya diperlukan peraturan yang dapat

menjadi acuan sehingga terciptalah suatu kepastian hukum di bidang pertanahan.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia telah mengundangkan

dan memberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang

Pokok Agraria (untuk selanjutnya disingkat UUPA). Dengan berlakunya UUPA,

1
Adrian Sutedi, 2007, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan
Tanah Untuk Pembangunan, Jakarta: Sinar Grafika, Hal 45
2
Koentjaraningrat, 1982, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, Hal103
2

terjadi perubahan fundamental pada hukum agraria di Indonesia, terutama di

bidang hukum pertanahan. Perubahan yang mendasar dan fundamental dimaksud

karena telah terjadi perubahan baik mengenai stuktur perangkat hukum, mengenai

konsepsi yang mendasarinya maupun isinya yang dinyatakan dalam bagian yang

berpendapat UUPA harus sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia serta

memenuhi pula keperluannya menurut permintaan zaman.3

Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat, karena meningkatnya

kebutuhan manusia akan tanah membawa akibat terhadap meningkatnya masalah

pertanahan. Sengketa tanah disebabkan karena adanya perbedaan nilai,

kepentingan, pendapat dan persepsi antara orang perorangan atau badan hukum

mengenai status penguasaan, status kepemilikan dan status penggunaan atau

pemanfaatan atas bidang tanah tertentu oleh pihak tertentu. Sengketa adalah

perselisihan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang merasa atau dirugikan

pihak-pihak tersebut untuk penggunaan dan penguasaan hak atas tanahnya, yang

diselesaikan melalui musyawarah atau melalui pengadilan.4

Pasal 19 Ayat (1) UUPA menyatakan bahwa untuk menjamin kepastian

hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik

Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Lebih lanjut Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah menyatakan bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi

3
Boedi Harsono, 2011, Hukum Agraria Indonesia, cet. 9, Jakarta : Djambatan, Analisis
kepemilikan. Theresia Febriani Hakim, FH UI, Hal. 1.

4
Sarjita, 2005, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, Yogyakarta: Tugu
Jogja Pustaka, Hal 8.
3

kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran

Tanah.5

Salah satu tujuan dari pendaftaran tanah adalah memberikan kepastian

hukum hak atas tanah yang dimiliki. Kepastian hukum hak atas tanah dapat

diperoleh pemegang hak atas tanah dengan cara melakukan pendaftaran tanah.

Sasaran dari kepastian hukum hak atas tanah adalah memberikan perlindungan

hukum kepada pemegang hak atas tanah,(siapa pemiliknya, ada / tidak beban

diatasnya) dan kepastian mengenai obyeknya, yaitu letaknya, batas-batasnya dan

luasnya serta ada atau tidaknya bangunan, tanaman diatasnya.6

Dalam hal pembuktian hak atas tanah, sertipikat tanah berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat. Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku

sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang

termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan

data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Hal ini berarti

selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya, maka data fisik dan data yuridis yang

tercantum di dalam sertipikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam

melakukan perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam berperkara di pengadilan.

Penyelesaian perkara dipengadilan menjadi kunci penting untuk menutup

terjadinya kegoncangan dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum sebagai alat

pembaharuan dalam masyarakat, agar dalam pelaksanaan perundang-undangan

yang bertujuan untuk pembaharuan itu dapat berjalan sebagaimana mestinya,


5
A.P. Parlindungan, 2009, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung : CV Mandar Maju,
Hal. 88

6
Bachtiar Effendie, 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-Perturan
Pelaksaanya, Bandung: Alumni, Hal 5
4

hendaknya perundang-undangan yang dibentuk itu sesuai dengan apa yang

menjadi inti pemikirian aliran sociological jurisprudensi,yaitu hukum yang baik

hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Jadi,

mencerminkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Sebab jika tidak, ketentuan

tersebut akan tidak dapatdilaksanakan (bekerja) dan akan mendapat tantangan-

tantangan.7

Sebagaimana kasus yang di angkat dalam tulisan ini dapat diketahui bahwa

kasus ini berawal dengan adanya penerbitan sertifikat hak milik No. 1589 pada

sebagian tanah kebun pada tanggal 5 Juli 2007 seluas 1.584 m2 di desa tumpok

teungoh kecamatan banda sakti kota Lhokseumawe atas nama tergugat I (Dharma

Bakti). Padahal tanah tersebut telah dimiliki oleh Said Husin Al-Habsy

berdasarkan akta jual beli tertanggal 18 Februari 1964 dengan luas 16.886 m 2.

Sehingga dengan dikeluarkannya sertifikat hak milik No. 1589 tersebut luas tanah

Said Husin Al-Habsy berkurang menjadi 15.302 m2.

Pada tahun 2008 tergugat I menjual sebagian tanah tersebut seluas 462 m 2

kepada tergugat II (Jasmah), yang selanjutnya juga diterbitkan sertifikat hak milik

No. 1624 Tahun 2008. Bahwa pada tahun 2008 oleh tergugat II, tanah sengketa

yang termuat dalam sertifikat hak milik tersebut dijual kembali kepada tergugat III

(Ivfan) dan sampai saat ini tanah sengketa tersebut dikuasai oleh tergugat III.

Selain objek sengketa yang dikuasai oleh tergugat I, tergugat II, dan tergugat III,

tanah penggugat juga dikuasai oleh tergugat IX, tergugat X, dan tergugat XI, dan

7
Lili Rasjidi & Ira Thania Rasjidi,Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung:
PT.Citra Aditya Bakti, 2004.Hal. 79-80.
5

ditanah sengketa itu juga telah dibangun sejumlah bangunan rumah milik para

tergugat-tergugat.

Merasa dirugikan atas penguasaan tanah yang dikuasai oleh para tergugat,

maka pihak yang merasakan dirugikan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri

Lhokseumawe untuk mendapatkan penyelesaian menurut ketentuan hukum yang

berlaku dengan Nomor perkara 3/Pdt.G/2015/PN Lsm. Penggugat dalam hal ini

adalah Muhammad Husein, anak dari Sid Husin Al-Habsy. Asal muasal dan dasar

penggugat memperoleh hak atas objek sengketa ini adalah berdasarkan warisan

dan serta harta peninggalan almarhum ayah penggugat yaitu Said Husin Al-

Habsy.

Dalam amar putusannya majlis hakim Pengadilan Negeri Lhokseumawe

mengadili ; menyatakan objek sengketa yaitu sebidang tanah kebun berdasarkan

Surat Pengakuan Dijual atas nama Said Husin Al-Habsy pada tanggal 18 Februari

1964 adalah sah milik penggugat. Dan menyatakan sah serta berkekuatan hukum

surat pengakuan dijual tersebut. Menyatakan perbuatan tergugat-tergugat adalah

perbuatan melawan hukum (unrecht matigdaad). Dan menyatakan segala

perbuatan hukum yang dilakukan tergugat-tergugat di atas tanah objek sengketa

adalah batal demi hukum sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum. Serta

menghukum para tergugat-tergugat serta orang-orang yang mendapatkan hak

daripadanya untuk mengosongkan objek sengketa tersebut dan menyerahkannya

kepada penggugat.

Berdasarkan keputusan tersebut, para tergugat mengajukan banding ke

Pengadilan Tinggi Banda Aceh dengan Nomor perkara 1/Pdt/2016/PT.Bna.


6

Dalam putusan di tingkat banding, majlis hakim berbeda pendapat dengan majlis

hakim Pengadilan Negeri Lhokseumawe, yang mana dalam amar putusannya

Pengadilan Tinggi Banda Aceh membatalkan putusan Pengadilan Negeri

Lhokseumaer Nomor. 3/Pdt.G/2015/PN-Lsm. Merasa tidak puas dengan putusan

Pengadilan Tinggi Banda Aceh tersebut, pihak penggugat kembali mengajukan

upaya kasasi ke Mahkamah Agung dengan nomor perkara 2562 K/Pdt/2016.

Dalam amar putusan tingkat kasasi, pihak penggugat kembali memenagkan

sengketa tersebut, yang mana amar putusan pada tingkat kasasi mempertegas dan

memperjelas putusan Pengadilan Negeri Lhokseumawe Nomor. 3/Pdt.G/2015 PN-

Lsm.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

putusan tersebut dengan judul “ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN

NOMOR.3/Pdt.G/2015/PN LHOKSEUMAWE MENGENAI SENGKETA

TANAH”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengambil

beberapa permasalahan yang nantinya akan di teliti yaitu:

1. Bagaimana analisis putusan pengadilan Nomor.3/Pdt.G/2015/PN LSM

tentang sengketa tanah?

2. Bagaimana kepastian dan perlindungan hukum bagi para pihak yang

memegang tanda bukti kepemilikan hak atas tanah (sertipikat) didalam

putusan pengadilan Nomor.3/Pdt.G/2015/PN LSM tersebut?


7

3. Bagaimana pertanggungjawaban institusi pemerintahan yang menerbitkan

sertipikat tanah yang ternyata bermasalah tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, tujuan daripada penelitian ini

adalah untuk :

1. menganalisis putusan pengadilan Nomor.3/Pdt.G/2015/PN LSM tentang

sengketa tanah

2. mengetahui kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi para pihak

yang memegang tanda bukti kepemilikan hak atas tanah (sertifikat)

didalam putusan pengadilan Nomor.3/Pdt.G/2015/PN LSM tersebut.

3. mengetahui tanggungjawab institusi pemerintahan yang menerbitkan

sertipikat tanah yang ternyata bermasalah tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan dan melengkapi bahan bacaan dalam ilmu

hukum perdata khususnya Hukum Agraria.

2. Untuk memberikan masukan kepada para pihak terkait putusan pengadilan

tersebut.
8

DAFTAR PUSTAKA

Buku

A.P. Parlindungan, 2009, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung : CV Mandar


Maju.

Effendie, Bachtiar. 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-


Perturan Pelaksaanya, Bandung: Alumni.

Harsono, Boedi. 2011, Hukum Agraria Indonesia, cet. 9, Jakarta: Djambatan,


Analisis kepemilikan. Theresia Febriani Hakim, FH UI.

Koentjaraningrat, 1982, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Rasjidi, Lili & Ira Thania Rasjidi, 2004. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum,
Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Sarjita, 2005, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan,


Yogyakarta: Tugu Jogja Pustaka.

Sutedi, Adrian. 2007, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam


Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Jakarta: Sinar Grafika.

Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Dasar Agraria

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Putusan

Putusan Pengadilan Negeri Lhokseumawe Nomor. 3/Pdt.G/2015/PN-Lsm

Putusan Pengadilan Tinggi Banda Aceh Nomor. 1/Pdt/2016/PT.Bna.

Putusan Kasasi Nomor 2562 K/Pdt/2016.


9

Anda mungkin juga menyukai