“BUDAYA ORGANISASI”
Oleh:
Nama : Rifin Sugiarto
NIM : A15.2019.01582
KELOMPOK: A15.9210
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO (UDINUS) SEMARANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kesempatan serta rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dalam mata kuliah Komunikasi
Organisasi.
Makalah yang berisikan dengan judul “Budaya Organisasi” ini telah
penulis susun secara maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis banyak berterimakah kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu atas segala bantuan dan dukungannya selama ini.
Karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari
masih banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu, sangat mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Terima Kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap organsasi mempunyai budayanya masing-masing yang menjadi ciri
khas suatu organisasi. Budaya sebuah organisasi memegang peranan yang cukup
penting dalam organisasi tersebut karena budaya yang baik akan dapat
memberikan kenyamanan yang kemudian menunjang kinerja anggotanya.
Sebaliknya budaya organisasi yang kurang baik atau yang kurang sesuai dengan
pribadi anggotanya akan memicu penurunan kinerja setiap anggota.
Dalam hal ini banyak perusahaan yang mengubah budayanya agar dapat
menunjang kemajuan perusahaan tersebut. Hal ini akan semakin membuktikan
bahwa budaya suatu organisasi dapat sedemikian mempengaruhi sebuah
organisasi.
Namun, dalam hal menciptakan serta menumbuhkan sebuah budaya
organisasi tidak hanya bertitik tumpu pada kenyamanan anggota saja. Ada banyak
faktor-faktor lainnya yang harus diperhatikan. Diperlukan pemikiran yang matang
untuk dapat menciptakan, menumbuhkan dan mengembangkan budaya yang akan
dapat berdampak baik bagi perusahaan.
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah
satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah
organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang
tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai
dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan kalau dia ingin
bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal
dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat
menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai
dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan
lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan
budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
1
Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan kerja.
Memang banyak faktor lain yang menyebabkan anggota tidak memperoleh
kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan faktor yang utama.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, yang ingin dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan dari budaya organisasi?
2. Bagaimana karakteristik budaya organisasi?
3. Apa fungsi dari budaya organisasi?
4. Apa peran dari budaya organisasi?
C. TUJUAN
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mempelajari secara mendasar
mengenai budaya organisasi, sebagai referensi dalam berbudaya di lingkungan
kerja, mengetahui karakteristik budaya dalam dunia kerja, dan menambah
wawasan mengenai budaya yang ada di suatu perusahaan.
D. MANFAAT
Untuk memberikan informasi dan masukan mengenai budaya organisasi
dan membantu para freshgraduate maupun yang sudah senior dapat berbudaya
dengan baik dalam lingkungan pekerjaan.
2
BAB 2 PEMBAHASAN
Dari definisi budaya di atas, dapat diketahui bahwa unsur- unsur yang
terdapat dalam budaya terdiri dari :
1. Ilmu pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Seni
4. Moral
5. Hukum
6. Adat istiadat
7. Perilaku/kebiasaan (norma) masyarakat
8. Asumsi-asumsi dasar
9. Sistem nilai
10. Pembelajaran/pewarisan
3
11. Masalah adaptas eksternal dan integrasi internal serta cara mengatasinya.
4
organisasi sebagai “Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar
dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian
dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi
eksternal dan masalah integrasi internal.
c. Budaya organisasi menurut Susanto adalah nilai-nilai yang menjadi dasar
sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal. Dan
usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan. Sehingga masing-
masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada. Serta
bisa mengetahui sebagaimana mereka harus bertingkah laku atau
berperilaku.
d. Budaya organisasi menurut Robbins adalah suatu sistem makna bersama
yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut
dengan yang lain.
e. Pengertian budaya organisasi menurut Walter R. Freytag adalah anggapan-
anggapan dan nilai-nilai yang disadari atau tidak, dan mampu mengikat
kesatuan suatu organisasi. Anggapan dan nilai tersebut menentukan pola
perilaku para anggota di dalam suatu organisasi.
f. Budaya organisasi menurut Sarpin adalah sistem nilai, serta kepercayaan
dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berhubungan dengan
struktur sistem resminya. Sehingga dapat menghasilkan norma-norma
perilaku organisasi.
5
slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi/perusahaan atau
prinsip-prinsip yang mejelaskan usaha.
c. Pemimpin atau kelompok dan pengembangan budaya organisasi
Suatu organisasi sangat membutuhan pemimpin untuk mengembangkan
perusahaan tersebut.
d. Pedoman mengatasi masalah
e. Berbagi nilai
f. Pewarisan
Anggota organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam
organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam
berorganisasi.
g. Penyesusaian
Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan yang berlaku
dalam kelompok atau organisasi tersebut.
6
tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi. Kondisi ini
dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan.
4. Integrasi
Adalah sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat mendorong unit-
unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
5. Dukungan Manajemen
Adalah sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau
arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.
6. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-
norma yang berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan.
7. Identitas
Adalah sejauh mana para anggota/karyawan suatu organisasi /perusahaan
dapat mengindentifiaksikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam
perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian
professional tertentu.
8. Sistem Imbalan
Adalah sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi dan
sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya
didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya.
9. Toleransi terhadap konflik
Adalah sejauh mana para pegawai/karyawan didorong untuk
mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
10. Pola komunikasi
Adalah sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang
formal.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, terdapat tujuh
karakteristik atau ciri-ciri utama. Beikut ini penjelasan lebih lengkapnya mengenai
karakteristik budaya organisasi :
7
1. Inovasi dan pengambilan risiko (innovation and risk taking). Mencari
peluang baru, mengambil risiko, bereksperimen, dan tidak merasa
terhambat oleh kebijakan dan praktek-praktek formal.
2. Stabilitas dan keamanan (stability and security), mengantisipasi kejadian
yang dapat disangka sebelumnya, dan keamanan. Serta penerapan dari
aturan-aturan yang mengarahkan perilaku.
3. Penghargaan kepada orang (respect for people). Memperlihatkan toleransi,
keadilan dan penghargaan terhadap orang lain.
4. Orientasi hasil (outcome orientation). Memiliki perhatian dan harapan
yang tinggi terhadap hasil, capaian dan tindakan.
5. Orientasi tim dan kolaborasi (team orientation and collaboration), bekerja
bersama secara terkoordinasi dan berkolaborasi.
6. Keagresifan dan perjuangan (aggressiveness and competition), mengambil
tindakan-tindakan tegas di pasar-pasar menghadapi para pesaing.
7. Perhatian pada hal-hal detail (Attention to Detail). Dimana pekerja
dielemenkan menunjukkan ketepatan, melakukan analisis, dan perhatian
pada hal-hal rinci.
8
3. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah contoh budaya organisasi yang melekat dimana saja,
baik dalam perorangan atau kelompok. Dimana disiplin merupakan
karakter dan sifat dari orang-orang atau kelompok yang sukses.
4. Inovasi
Budaya organisasi kebanyakan akan memajukan anggota tim untuk
melahirkan suatu ide-ide kreatif dan inovasi baru. Tujuannya agar dapat
memajukan organisasinya.
9
biayanya tinggi juga, maka dicari jalan bagaimana penghematan di segala bidang
dapat dilakukan. Jika ternyata upayanya berhasil, biaya produksi dapat diturunkan
demikian juga biaya pemasaran, maka nilai untuk bekerja hemat (efisien) menjadi
nilai utama dalam perusahaan. Dalam sumber budaya yang ketiga di atas, unsure-
unsur khas dari organisasi, kita temukan konsep budaya organisasi dari Schein.
10
Dapat sebagai penghambat dalam berinvasi karena berorientasi
pada kebesaran masa lalu dan menjadi sumber nilai untuk berpuas
diri.
4. Menurut Ndaraha
a. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat
b. Sebagai pengikat suatu masyarakat
c. Sebagai sumber
d. Sebagai kekuatan penggerak
e. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah
f. Sebagai pola perilaku
g. Sebagai warisan
h. Sebagai pengganti formalis
5. Menurut Siagian
a. Sebagai penetap batas-batas perilaku, maksudnya adalah
menentukan yang boleh dan tidak boleh dilakukan atau
menentukan yang benar dan salah
b. Membangkitkan landasan prinsip suatu organisasi dan para
anggotanya
c. Membangkitkan kewajiban kepada kepentingan bersama, di atas
kepentingan individua atau kelompok sendiri
d. Sebagai tali pengikat bagi seluruh anggota organisasi
11
e. Sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang
bersangkutan
12
Robbins (2003:729) menyatakan bahwa proses penciptaan budaya
organisasi terjadi dalam tiga cara. Pertama, para pendiri hanya mempekerjakan
dan mempertahankan karyawan yang memiliki pola pikir sama dan sependapat
dengan cara-cara yang mereka tempuh. Kedua, mereka mengindoktrinasikan dan
mensosialisasikan para karyawan ini dengan cara berpikir dan cara berperasaan
mereka. Bila organisasi berhasil, maka visi pendiri menjadi terlihat sebagai
penentu utama keberhasilan. Pada titik ini, keseluruhan kepribadian pendiri
menjadi tertanam ke dalam budaya organisasi.
Robbins (2003:724) membedakan budaya yang kuat dan budaya yang
lemah. Budaya yang kuat mempunyai dampak yang lebih besar pada prilaku
karyawan dan lebih langsung terkait dengan pengutangan turn-over karyawan.
Dalam budaya yang kuat, nilai inti organisasi dipegang secara mendalam dan
dianut bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai
inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, maka makin kuat
budaya tersebut. Budaya yang kuat juga memperlihatkan kesepakatan yang tinggi
di kalangan anggota mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi. Kebulatan
maksud tersebut selanjutnya membina keakraban, kesetiaan, dan komitmen
organisasi.
Brown (1998:743) menyatakan bahwa para pemimpin menyampaikan
budaya melalui apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan. Schein
dalam Yukl (1998:300-301) mengemukakan peranan pemimpin dalam budaya
organisasi, dimana para pemimpin mempunyai potensi yang paling besar dalam
menanamkan budaya dan memperkuat aspek-aspek budaya dengan mekanisme
sebagai berikut :
13
a. Perhatian (attention)
Perhatian para pemimpin berarti para pemimpin di dalam menjalankan
kepemimpinannya akan mengkomunikasikan prioritas-prioritas, nilai-nilai,
perhatian mereka dengan cara menanyakan, memberi pendapat, memuji, dan
menyampaikan kritik. Pemimpin yang memarahi seorang bawahan karena tidak
mengetahui masalah yang terjadi di unit kerjanya, misalnya, akan memiliki efek
yang kuat dalam mengkomunikasikan nilai-nilai dan perhatian. Pemimpin yang
tidak menanggapi sesuatu maka hal ini menyampaikan pesan bahwa hal itu tidak
penting. Sebagai contoh, restoran cepat saji McDonald dikenal kebersihannya
karena secara berulang-ulang pendiri perusahaan menceritakan bagaimana dia
mengejar-ngejar lalat untuk menjaga agar para pelanggan yang sedang menikmati
hidangannya tidak terganggu oleh lalat tersebut. Cerita ini diterjemahkan para
pegawai bahwa perusahaan sangat peduli pada kebersihan dan peduli kepada
pelanggannya.
c. Pemodelan Peran
Para pemimpin mengkomunikasikan nilai-nilai dan harapan-harapan
mereka melalui tindakan mereka sendiri. Hal tersebut khususnya tindakan-
tindakan yang memperlihatkan kesetiaan istimewa, pengorbanan diri, dan
pelayanan yang melebihi apa yang ditugaskan. Seorang pemimpin yang membuat
sebuah kebijakan atau prosedur tetapi tidak memberikan perhatian yang besar
14
terhadap hal tersebut maka dalam hal ini pemimpin mengkomunikasikan pesan
bahwa hal itu tidaklah penting atau tidak diperlukan. Seorang pemimpin yang
bekerja keras dan selalu tepat waktu, misalnya, akan mengkomunikasikan bahwa
bekerja keras dan tepat waktu merupakan hal yang penting dan dihargai dalam
organisasi. Sebaliknya pemimpin yang selalu meminta anak buahnya untuk
disiplin tetapi dia sendiri tidak disiplin maka sekeras apapun dia menyerukan
kedisiplinan, karyawan tetap akan menganggap bahwa kedisiplinan bukanlah hal
yang penting dalam organisasi.
d. Alokasi Imbalan-imbalan
Kriteria-kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan
imbalan-imbalan seperti peningkatan upah, atau promosi mengkomunikasikan apa
yang dinilai oleh pemimpin dan organisasi tersebut. Pengakuan formal dan acara-
acara seremonial dan pujian yang tidak formal mengkomunikasikan perhatian
serta prioritas seorang pemimpin. Ketiadaan pengakuan terhadap kontribusi dan
keberhasilan mengkomunikasikan bahwa hal tersebut bukan merupakan hal yang
penting. Pemberian simbol-simbol terhadap status orang-orang tertentu juga
mengkomunikasikan tentang apa yang penting dalam perusahaan. Pembedaan
status yang terlalu mencolok tentu saja menunjukkan bahwa organisasi tidak
menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Misalnya saja perusahaan-perusahaan di
Amerika Serikat relatif menggunakan simbol-simbol perbedaan status
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Keistimewaan tersebut
misalnya berupa ruang makan dan tempat parkir khusus.
15
untuk mengeluarkan atau memberhentikan para anggota dari sebuah organisasi
mengkomunikasikan juga nilai-nilai serta perhatian dari pemimpinnya.
16
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh
para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi
lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang
dijunjung tinggi oleh organisasi. Orang-orang memegang peranan penting dalam
organisasi dan karena itu, sangat penting untuk mempelajari perilaku dalam
organisasi.
Jadi telah sampailah keakhir dari makalah ini, maka kesimpulannya
adalah:
1. Budaya organisasi adalah sebuah sistem yang mempunyai makna bersama
yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari
organisasi-organisasi lainnya.
2. Sikap keberanian dalam mengambil resiko, perhatian terhadap detail,
berorientasi terhadap hasil dan tim adalah hal yang sangat diperlukan
dalam sebuah budaya organisasi.
3. Budaya organisasi sangat penting di dalam sebuah perusahaan dikarenakan
terdapat manfaat yang sangat penting yaitu mementingkan tujuan bersama.
4. Dalam berkomunikasi sangat diutamakan pola komunikasi karena bersifat
dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
B. SARAN
Setelah mengetahui pentingnya budaya organisasi, penulis mencoba
menyarankan agar setiap organisasi dapat menciptakan budaya yang baik yang
nantinya dapat meningkatkan peningkatan kinerja karyawan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18