Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI ISK

ISK atau infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang digunakan untuk
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin.1 ISK adalah istilah kolektif yang
menggambarkan setiap infeksi yang melibatkan bagian mana pun dari saluran kemih, yaitu
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Saluran kemih dapat dibagi menjadi saluran atas
(ginjal dan ureter) dan saluran bawah (kandung kemih dan uretra).2

KLASIFIKASI ISK

Secara klinis, ISK dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :2,3,4

1. ISK sederhana/tak berkomplikasi (uncomplicated), yaitu biasanya menyerang


individu yang sehat dan tidak memiliki kelainan struktural atau neurologis saluran
kemih. Banyak kasus ISK tanpa komplikasi akan sembuh secara spontan, tanpa
pengobatan.
2. ISK berkomplikasi (complicated), adalah sebuah infeksi yang diasosiasikan dengan
suatu kondisi, misalnya abnormalitas struktural atau fungsional saluran genitourinari
atau adanya penyakit dasar yang mengganggu dengan mekanisme pertahanan diri
individu, yang meningkatkan risiko untuk mendapatkan infeksi atau kegagalan terapi.
ISK komplikata dikelompokkan menjadi dua yaitu pasien dengan faktor komplikasi
dapat dihilangkan oleh terapi (misalnya ekstraksi batu dan melepas kateter) dan
pasien dimana faktor komplikasi tidak bisa atau tidak dapat dihilangkan dengan terapi
(misalnya penggunaan kateter menetap, sisa batu setelah tindakan atau neurogenic
bladder).

Sedangkan berdasarkan lokasinya, ISK dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :1

1. ISK bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender. Pada perempuan, terbagi
menjadi 2 yaitu sistitis dan sindrom uretra akut (SUA). Sistitis adalah presentasi klinis
infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna, sedangkan SUA adalah
presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme, sering dinamakan sistitis
bakterialis. Pada laki-laki, presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis,
epidimidis, dan urethritis.
2. ISK atas
ISK atas terbagi menjadi dua yaitu pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis
kronis (PNK). PNA adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri. Sedangkan PNK mungkin akibat lebih lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks
vesikoureter dengan atau tanpa bacteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan
ikat parenkim ginjal yang ditandai PNK yang spesifik. Bakteriuria asimptomatik
kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah menyebabkan
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.

MANIFESTASI NEFROLITHIASIS5,6

Penderita nefrolitiasis sering mendapatkan keluhan rasa nyeri pada pinggang ke arah
bawah dan depan. Nyeri dapat bersifat kolik atau non kolik. Nyeri dapat menetap dan terasa
sangat hebat. Episode klasik kolik ginjal terjadi secara tiba-tiba, dengan fluktuasi dan
intensifikasi selama 15 sampai 45 menit. Nyeri kemudian menjadi stabil dan tak tertahankan
dan seringkali disertai mual dan muntah. Saat batu melewati ureter menuju kandung kemih,
nyeri panggul berubah ke arah bawah menuju selangkangan. Saat batu bersarang di
persimpangan ureterovesical, frekuensi kencing dan disuria muncul. Nyeri bisa hilang saat
batu bergerak ke kandung kemih atau dari sistem calyceal ke dalam ureter. Mual dan muntah
sering hadir, namun demam jarang di jumpai pada penderita. Dapat juga muncul adanya
bruto atau mikrohematuria. Kehadiran perdarahan saja tidak memprediksi hasil yang lebih
parah. Episode onset nyeri yang cepat, perdarahan, dan kemudian pembersihan cepat, sering
disebut 'kerikil yang lewat', adalah hasil dari pelepasan sejumlah besar kristal kalsium
oksalat, asam urat, atau sistin. Presentasi "non-klasik" dari batu ginjal termasuk nyeri
punggung bawah yang tumpul, gejala gastrointestinal seperti diare, hematuria mikroskopis
terisolasi, obstruksi urin tanpa gejala dengan insufisiensi ginjal, obstruksi saluran kemih
berulang, atau penemuan insidental pada pencitraan perut.

MANIFESTASI KLINIS PIELONEFRITIS1,7

Presentasi klinis pielonefritis akut (PNA) yaitu demam tinggi (39.5-40°C), disertai
menggigil dan sakit pinggang. Mual dan muntah juga kadang ada. Presentasi klinis PNA ini
sering didahului gejala ISK bawah (sistitis). Gejala biasanya akan berkembang dalam
beberapa jam atau dalam satu hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri sudut
kostovertebral biasanya unilateral di atas ginjal yang terkena, tetapi dalam beberapa kasus,
nyeri sudut kostovertebral bilateral mungkin ada. Nyeri suprapubik selama pemeriksaan
abdomen akan bervariasi dari ringan sampai sedang dengan atau tanpa nyeri tekan tekan.

PATOFISIOLOGI KOLIK RENAL8

Reseptor nyeri pada traktus urinarius bagian atas berperan dalam persepsi nyeri dari
kolik renalis. Reseptor ini terletak pada bagian sub mukosa dari pelvis renalis, calyx, capsula
renalis, dan ureter pars superior. Terjadinya distensi yang akut merupakan faktor penting
dalam perkembangan nyeri kolik renalis daripada spasme, iritasi lokal, atau hiperperistaltik
ureter. Rangsangan pada peripelvis capsula renalis menyebabkan nyeri pada regio flank,
sedangkan rangsangan pada pelvis renalis dan calyx menyebabkan nyeri berupa kolik renalis.
Iritasi pada mukosa juga dapat dirasakan oleh kemoreseptor pada pelvis renalis dengan
derajat yang bervariasi, tetapi iritasi ini berperan sangat kecil dalam terjadinya nyeri kolik
renalis atau kolik ureteral.

INTERPRETASI LEUKOSIT ESTERASE TEST POSITIF9,10

Pemeriksaan lekosit esterase adalah pemeriksaan leukosit dalam urine dengan


menggunakan carik celup. Prinsip pemeriksaan lekosit esterase adalah reaksi esterase yang
merupakan enzim pada granula azurofil di lekosit granulosit. Granula ini terdapat pada
sitoplasma granulosit, monosit dan makrofag, sedangkan limfosit tidak dapat dideteksi.
Banyaknya esterase menggambarkan secara tidak langsung jumlah leukosit di dalam urin.
Jika terdapat glukosa dan protein dalam konsentrasi tinggi atau pada urin dengan berat jenis
tinggi, dapat terjadi hasil negatif palsu, karena leukosit mengkerut dan menghalangi
pelepasan esterase.
Pemeriksaan leukosit esterase pada dipstik celup dapat mendeteksi minimal 25 sel/uL.
Hasil negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan tidak ada peningkatan sel leukosit. Hal
ini disebabkan jumlah sel leukosit tidak cukup memproduksi leukosit esterase yang dapat
terdeteksi, atau sel leukosit adalah seri limfosit yang tidak mempunyai granulosit
Terdeteksinya leukosit esterase merupakan salah satu indikasi tidak langsung adanya
infeksi bakteri. Pyuria yang merupakan suatu keadaan dimana sel darah putih terdapat dalam
jumlah besar di urin menunjukkan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih (ISK).
Leukosit esterase merupakan reaksi imunitas tahap awal dimana leukosit esterase akan
muncul setelah adanya lisis dari membran leukosit yang menyebabkan granul azurofilik di
dalam sitoplasma luekosit akan lisis sehingga pemeriksaan leukosit esterase akan
menunjukkan hasil yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing;
2014.
2. Tan CW, Chlebicki MP. Urinary tract infections in adults. Singapore Med J. 2016
Sep;57(9):485-90. doi: 10.11622/smedj.2016153. PMID: 27662890; PMCID:
PMC5027397.
3. Flores-Mireles AL, Walker JN, Caparon M, Hultgren SJ. Urinary tract infections:
epidemiology, mechanisms of infection and treatment options. Nat Rev Microbiol.
2015 May;13(5):269-84. doi: 10.1038/nrmicro3432. Epub 2015 Apr 8. PMID:
25853778; PMCID: PMC4457377.
4. Seputra, K., dkk. Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia
Pria. Edisi ke 2. Jakarta : Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2015.
5. Fauzi, A., dkk. Nefrolitiasis. Lampung : J Majority; 2016: 5(2): 69-73.
6. Song L, Maalouf NM. Nephrolithiasis. [Updated 2020 Mar 9]. In: Feingold KR,
Anawalt B, Boyce A, et al., editors. Endotext [Internet]. South Dartmouth (MA):
MDText.com, Inc.; 2000-.
7. Belyayeva M, Jeong JM. Acute Pyelonephritis. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-
8. Moore, KeithL., Arthur F Dalley, and A. M. R Agur.Clinically Oriented Anatomy. 6th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010.
9. Israni AK, Kasiske BL. Laboratory Assessment of Kidney Disease Glomerular
Filtration Rate, Urinalysis, and Proteinuria. In: Taal MW, Chertow GM, Marsden PA,
SkoreckiK, Yu AS, Brenner BM (Eds). Brenner & Rector’s The Kidney, 9th edition.
Philadelphia, PA: Saunders Elsevier; 2012.
10. Inayati, dkk. Uji Diagnostik Urinalisis Lekosit Esterase terhadap Kultur Urin pada
pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan Kateterisasi Uretra. Yogyakarta : Syifa
Medika; 2014: 4(2): 100-108.

Anda mungkin juga menyukai