Anda di halaman 1dari 21

TENTIR PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI SISTEM INDERA


PATOLOGI ANATOMI
MODUL PENGINDERAAN If you find the disease more interesting than the patient, you should become a
pathologist

-- J.L. Farber, M.D.--

PTERYGIUM

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI


DAN PATOLOGI KLINIK
MEDICAL ARMY ‘13
2016
Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva CHALAZION
yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak
pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas
ke kornea berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah
kornea. Pterygium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, akan berwarna
merah dapat mengenai kedua mata.

Pterygium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya


sinar, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas
dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang dan degenerasi.

Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif atau ilakukan


pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadi astigmatisme
iregular atau pterygium yang telah menutupi media penglihatan.

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom


yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
Kalazion memiliki gejala benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada
nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kadang-kadang mengakibatkan
perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan
refraksi pada mata tersebut. kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang
dengan sendirinya akibat diabsorpsi.
Pengobatan kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat,
antibiotik setempat dan sistemik. Untuk mengurangkan gejala dilakukan
ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dialkukan ekstirpasi kalazion
tersebut. insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum internum. Bila terjadi
kalazion berulang sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik.

KERATITIS AKUT

Pseudomonas sclerokeratitis. The acutely inflamed cornea (at


right) appears blue, reflecting necrosis and heavy infiltration by PMNs.
Proteolytic enzymes released by the Gram-negative rods have dissolved
the limbal sclera.

Acute keratitis. A. Ulceration and hypopyon. B. Hypopyon. C.


PMN and inflammatory debris fill clefts between the stromal lamellae. D.
Descemetocele, acute keratitis. An intact layer of Descemet membrane
persists in the bed of deep corneal ulcer. The anterior layers of the
cornea have been destroyed by inflammation.
diberikan antibiotika, air mata buatan, analgetik, kortikosteroid dan
Fungal Keratitis
sikloplegik.

KATARAK
 Kekeruhan* pada lensa

Keratitis merupakan peradangan kornea. Radang kornea biasanya Nuclear Sclerotic Cataract
diklasifikasi dalam lapis kornea yang terkena, seperti keratitis superfisial dan
interstisial atau profunda. Keratitis disebabkan oleh virus, bakteri
(pneumococci, streptococci, atau staphylococci), jamur, dan protozoa.
Keratitis pada umumnya didahului: defisiensi vitamin A, reaksi
konjungtivitis menahun, trauma dan kerusakan epitel, lensa kontak dapat
mengakibatkan infeksi sekunder dan non infeksi keratitis, daya imunitas yang
berkurang, musim panas dan daerah yang lembab, pemakai kortikosteroid,
dan herpes genital.
Gejala keratitis sakit ringan sampai berat, silau, mata berair dan kotor, Artifactitious cleft memisahkan nukleus sklerotik padat dengan korteks yang
lesi di kornea disertai penglihatan berkurang. Pengobatan keratitis dapat mengalami degenerasi. Nukleus tampak homogen.
Cortical Cataract B. Menggunakan mikroskop elektron terlihat globulus morgagnian di
celah katarak kortikal

Katarak Morgagni

A. Katarak morgagni terjadi ketika korteks lensa mengalami likuifaksi


total. Hal ini menyebabkan nukleus lensajatuh ke bawah lensa.
 Morgagnia globulus dari protein lensa yang terdegenerasi mengisi B. Korteks lesnsa yang terdegenerasi mengelilingi nukleus sklerotik.
celah (cleft) pada korteks Walaupun kebanyakan korteks mengalami likuifaksi, beberapa serat
lensa masih terlihat dibagian posterior.
Cortical cataract, morgagnian globulus
Jenis-Jenis Katarak
1. Stadium insipien  kekeruhan ringan, kekeruhan mulai dari tepi
ekuator (katarak kortikal)
2. Stadium imatur sebagian lensa keruh, belum mengenai seluruh
lapisan lensa
3. Katarak matur  kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa
4. Katarak hipermatur  Katarak yang mengalami proses degenerasi
A. Korteks yang mencair dan globulus morgagnian memenuhi celah pada
lanjut, dapat menjadi keras atau lembek atau berair
katarak kortikal. Globulus morgagnian merupakan degenerasi protein
lensa yang merupakan kebocoran dari fragmen serat lensa
RETINOBLASTOMA

Terdapat gambaran Flexner Wintersteiner rosette

 Retinoblastoma merupakan salah satu “tumor sel biru kecil” yang


GLAUKOMA
menyerang anak-anak
 Gambaransel tumor yang menginvasi sklera Glaukoma ditandai dengan adanya peningkatan tekanan intraokular, atrofi
papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang. Pada galukoma akan
 Terdapat keputihan pada pupil, leukokoria
terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadunya lapang pandang dan
kerusakan anatomi berupa ekskavasi, serta degenerasi papil saraf optik, yang
dapat berakhir dengan kebutaan.
Satu diantara klasifikasi glaukoma adalah glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma sudut tertutup terjadi bila jalan keluar akuous humor tiba-tiba
tertutup. Akuous humor yang dihasilkan oleh prosesus siliaris (belakang iris)
tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong iris ke depan,
mencegah keluarnya akuous humor melalui sudut bilik mata (mekanisme
blokade pupil). Akibat blokade ini akan terjadi pendorongan iris yang akan
menutup trabekulum, sehingga mencegah humour akuous terserap ke cannal
schlemm. Akibatnya humor akuous terakumulasi di COP.
Jenis-jenis Glaukoma
Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, glaukoma
sekunder dan glaukoma kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma yang
tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma primer sudut terbuka biasanya
merupakan glaukoma kronis, sedangkan glaukoma primer sudut tertutup bisa
berupa glaukoma sudut tertutup akut atau kronis. Glaukoma sekunder adalah
glaukoma yang timbul sebagai akibat dari penyakit mata lain, trauma,
pembedahan, penggunaan kortikosteroid yang berlebihan atau penyakit
sistemik lainnya. Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang ditemukan
sejak dilahirkan, dan biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan di
dalam mata tidak berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan pembesaran
mata bayi. Di samping itu glaukoma dengan kebutaan total disebut juga
sebagai glaukoma absolut.
Penyebab Papilledema
1. Tumor intrakranial:
2. Cerebral Abses
3. Hidrosefalus
4. Infeksi intracranial
5. trombosis sinus intracranial
6. Cerebral edema
7. Neurotuberculosis dan neurocysticercosis akut

POLIP NASAL
• Dapat karena rinitis berulang (biasanya pada orang-orang yang memiliki
riwayat rhinitis alergi, sehingga memicu perbesaran mukosa)
• Panjang 3- 4 cm in length.
• Polip : mukosa edema, stroma longgar, sering ada kelenjar mukus
hiperplastik atau kista, infiltrasi sel radang (netrofil, eosinofil, sel plasma
dan terkadang limfosit).
• Mukosanya intak jika tidak ada infeksi bakteri, dapat ulserasi atau
terinfeksi.
• Dapat menyumbat jalan napas dan mengganggu drainase sinus.

Keterangan gambar :
A. Polip multipel diidentifikasi dalam rongga hidung dan di kedua sinus
maksilaris. Ada juga penebalan mukosa yang luas dari sinusitis kronis. , B. A, Polip nasal. Massa edema diselimuti mukosa. B, edema, disertai infiltrat
Endoskopi menunjukkan multiple(beberapa), mengkilap dalam rongga eosinofil
hidung.
Popip Sinonasal. Polip ini memiliki infiltrat sel-sel radang dan stroma
jaringan ikat longgar.

Edema stroma yang terdiri dari kapiler dan infiltrasi sel-sel inflamasi dengan
eosinofil yang menonjol/dominan.

Polip sinonasal. kelenjar Seromucous ditandai dengan dengan peradangan


kronis dan edema stroma.
SQUAMOUS CEL PAPILLOMA
Sinonim/nama lainnya adalah :
• Schnederian papilloma
• Squamous cell papilloma , endophytic growth
• Inverted papilloma

Spesimen bedah dari inverted papilloma Schneiderian dengan penampilan


polypoid. Permukaan menyerupai otak menunjukkan banyak celah karena
adanya proliferasi epitel endofit.
NASAL PAPILLOMA
Disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Nasal papilloma terdiri dari 3 tipe, yaitu :
• Exophytic Type
• Endophytic/inverted Type
• Oncocytic Cell Type
Papillomas Schneiderian adalah papiloma yang timbul di saluran sinonasal,
yang dilapisi dengan epitel Schneiderian, ektoderm berasal mucosa
pernapasan. Epitel khas ini dapat menimbulkan tiga jenis histologis unik
papiloma: exophytic (fungiform, septum, dan skuamosa), inverted
(pembalik/ke dalam), dan oncocytic sel (silinder dan columnar).
SQUAMOUS PAPILLOMA CELL, INVERTED TYPE

Exophytic Schneiderian papilloma dari septum hidung dilapisi oleh epitel


skuamosa yang menebal dan mengalami diferensiasi.

Papilloma Schneiderian exophytic dengan atypia koilocytic, hiperkeratosis, A dan B, Inverted Schneiderian papilloma dengan sarang sel dalam di stroma.
dan parakeratosis.
Transformasi maligna dari inverted papilloma Schneiderian menunjukkan (A)
jumlah sel meningkat dan belum matur/matang, (B) Pleomorfisme nuklear
dan banyak mitosis atipikal.
atas pharynx (tengorokan), di belakang hidung. Pharynx merupakan sebuah
lembah yang berbentuk tabung dengan panjang 5 inchi dimulai dari belakang
hidung dan berakhir di atas trakea dan esofagus. Udara dan makanan
melawati pharynx. Karsinoma nasofaring paling sering bermula pada sel
skuamos yang melapisi nasofaring (National Cancer Institute, 2011).
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas karsinoma berasal dari
epitel nasofaring. Biasanya tumor ganas ini tumbuh dari fossa
rosenmuller dan dapat meluas ke hidung, tenggorok, serta dasar tengkorak
(Munir, 2010). Tumor yang tumbuh di fossa Rosenmuller juga dapat
menyebabkan gangguan pada saraf kranial jika meluas

Manifestasi Klinis
Sekitar 3 dari 4 pasien mengeluh benjolan atau massa di leher ketika
pertama kali datang ke dokter. Hal ini di sebabkan oleh karena kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening di leher, menyebabkan mereka menjadi
A dan B, berlapis-lapis epitel oncocytic berbentuk "trem-track". Silia banyak lebih besar dari normal (kelenjar getah bening yang seukuran kacang
di permukaan pertumbuhan papiler kompleks ini, menunjukkan pertumbuhan mengumpuli sel sistem imun di seluruh tubuh). Gejala karsinoma nasofaring
“endofit”. dapat dibagi atas 4 kelompok (Roezin, 2010, American Cancer Society, 2011,
Mansjoer, 2003, Herawati, 2002, dan Soetjipto, 1989) yaitu :
1. Gejala nasofaring: berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung, dan
KARSINOMA NASOFARING pilek.
2. Gejala telinga: gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat
dengan muara tuba eustachius ( fossa roodden muller). Gangguan dapat
Karsinoma nasofaring merupakan sebuah kanker yang bermula tumbuh pada
berupa tinitus, rasa tidak nyaman di telinga (otalgia) hingga nyeri dan
sel epitelial- batas permukaan badan internal dan external sel di daerah
infeksi telinga yang berulang.
nasofaring. Ada tiga tipe karsinoma nasofaring (American Cancer Society,
3. Gejala mata dan saraf: gangguan saraf otak dapat terjadi sebagai gejala
2011):
lanjut karsinoma ini. Penjalaran melalui foramen laserum akan mengenai
a. Karsinoma sel skuamos keratinisasi. saraf otak ke III, 1V,VI dan dapat pula ke V, sehingga tidak jarang
b. Karsinoma berdiferensiasi non-keratinisasi. diplopialah yang membawa pasien dahulu ke dokter mata. Neuralgia
c. Karsinoma tidak berdiferensiasi. merupakan gejala yang sering ditemukan oleh ahli saraf jika belum
Karsinoma nasofaring merupakan penyakit keganasan (kanker) sel terdapat keluhan lain yang berarti. Proses karsinoma yang lanjut dapat
yang terbentuk di jaringan nasofaring, yang merupakan bagian mengenai saraf ke IX, X, XI, dan XII manifestasi kerusakannya ialah:
N IX: gangguan pengecapan yang terjadi pada sepertiga belakang lidah
dan terjadi kesulitan menelan karena hemiparesis otot konstriktor
superior.
N X: hiper/hipo/anastesi pada mukosa palatum mole, faring dan laring
diikuti gangguan respirasi dan salivasi.
N XI: kelumpuhan dan atrofi pada otot-otot trapezius,
sternokleidomastoideus, serta hemiparesis palatum mole.
N XII: terjadi hemiparalisis dan atrofi pada sebelah lidah.
Jika penjalaran melewati foramen jugulare yang disebut sindrom
jackson, dan jika mengenai seluruh saraf otak disebut sindrom unilateral
serta dapat terjadi destruksi tulang tengkorak dengan prognosis yang
buruk.
4. Gejala atau metastasis di leher: dalam bentuk benjolan di leher yang
mendorong pasien untuk berobat, karena sebelumnya tidak ada keluhan
lain.
5. Gejala metastasis jauh: ke hati, paru, ginjal, limpa, tulang, dsb
RINITIS KRONIK
Karsinoma sel skuamosa lidah (SCC of Tongue)

• Sejumlah besar karsinoma sel skuamosa yang mengenai dasar mulut,


lidah dan atap alveolar (alveolar ridge)
• Penemuan histologis pada karsinoma sel skuamosa, tipe keratinizing,
menunjukkan tumor dengan sel sarang yang ireguler yang memiliki
sitoplasma eosinofilik. Tumor menginvasi tulang yang berdekatan.

• Hampir semua kanker rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa.


• Sekitar separuh menyebabkan kematian dalam 5 tahun dan mungkin telah
bermetastasis saat lesi primer ditemukan.
• Kanker ini cenderung terjadi pada usia lanjut dan jarang sebelum usia 40 kanker di pangkal lidah, faring dan dasar mulut, dibandingkan dengan <
tahun. 20% untuk kanker yang bermetastasis kelenjar getah bening. Apabila
• Tiga tempat asal karsinoma rongga mulut yang dominan : kanker ditemukan pada stadium dini, harapan hidup 5 tahun dapat melebihi
• Batas vermilion tepi lateral bibir bawah 90%.
• Dasar mulut
• Batas lateral lidah yang bergerak
• Lesi awal tampak sebagai penebalan sirkumskripta yang berwarna putih
mirip mutiara hingga abu-abu dan sangat mirip dengan bercak leukoplakia.
• Lesi kemudian tumbuh secara eksofitik dan menghasilkan nodus yang
mudah terlihat dan diraba yang akhirnya tumbuh seperti fungus, atau
mungkin mengambil pola pertumbuhan endofitik invasive dengan
nekrosis sentral sehingga terbentuk ulkus kanker.
• Tumor biasanya adalah karsinoma sel skuamosa penghasil keratin yang
berdiferensiasi sedang sampai baik.
• Sebelum lesi berkembang lebih jauh, dapat ditemukan atipia, dysplasia,
atau karsinoma in situ di tepi lesi, yang mengisyaratkan bahwa lesi berasal
dari leukoplakia atau eritroplasia.
• Penyebaran ke kelenjar getah bening regional jarang ditemukan pada awal
diagnosis kanker di bibir, 50% kasus kanker di lidah, dan pada lebih dari
60% yang kankernya di dasar mulut
• Gambaran klinis:
Lesi dapat menimbulkan nyeri lokal atau kesulitan menelan, tetapi
banyak yang asimtomatik sehingga lesi (yang terbiasa dirasakan oleh lidah)
diabaikan. Akibatnya, banyak yang belum terdiagnosis sampai tahap yang
tidak dapat lagi diobati. Angka harapan hidup 5 tahun keseluruhan setelah
pembedahan serta radiasi dan kemoterapi adjuvant sekitar 40% untuk
Patofisiologi Otitis Media:
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat
menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih
untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah
dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran
Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat
terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung
gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24
desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan
gangguan pendengaran hingga 45db (kisaran pembicaraan normal). Selain itu
telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu
 Lesi dibatasi oleh epitelium skuamos berkeratin
banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
 Jaringan stroma disekitar telinga tengah menunjukkan inflamasi
kronik dan metaplasia glandular.

 Otitis media kronik pada telinga tengah : Jaringan stroma


mengandung kelenjar tubuloalveolar yang baru terbentuk
(metaplasia kelenjar telinga tengah) • Epitelium skuamosa berkembang ke bawah jaringan stroma
• Otitis media kronik merupakan infeksi jangka panjang pada telinga
tengah yang disebabkan oleh cholesteatoma atau perforasi membrane
timpani yang tidak sembuh.
• OMK biasanya disebabkan oleh disfungsi tuba eustachius atau
sebagai hasil dari perforasi membrane timpani yang tidak sembuh
setelah trauma atau infeksi akut telinga.
• Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan jinak material putih seperti
kulit (cholesteatoma).
• Cholesteatoma  sebuah massa berbentuk tanduk (horn shaped)
epitelium sel skuamosa dan kolesterol di telinga tengah.
Cholesteatoma umumnya disebabkan oleh disfungsi eustachius, yang
menyebabkan rongga vakum di telinga. Tekanan rongga vakum ini
Sekian tentir dari Departemen Patologi Anatomi dan Patologi Klinik.
menyebabkan penarikan dari membrane timpani dan menghasilkan
Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan kesalahan.
sebuah kantung (pouch or sac) yang berkembang menjadi
kolesteatoma. Try (Belajar yaa) , Pray (Jangan lupa doa), Do (Semoga waktu
• Apabila tidak ditangani, maka akan terus bertumbuh dan ngerjainnya lancar dan sukses) and Believe (Percaya pada diri sendiri
menyebabkan kerusakan tulang (tulang pendengaran), gangguan gimana hasilnya nanti, kalian pasti udah ngelakuin yang terbaik ) .
pendengaran dan keseimbangan.
SEMANGAT BELAJARNYA YA TEMAN – TEMAN.

Anda mungkin juga menyukai