Anda di halaman 1dari 17

PTERIGIUM

Oleh :
Anna Maria Felicitas Burah, S.KED
194120017

Pembimbing :
dr. Fadjar Halomoan, Sp. M
ANGKA PTERIGIUM DI DUNIA ?

 Hasil studi meta-analisis tahun 2013  10,2% di dunia


 prevalensi tertinggi di daerah dataran rendah.

 Peningkatan insiden pterigium di daerah tropis dan di zona


khatulistiwa antara 30° lintang utara dan selatan

 Riskesdas 2013 prevalensi pterigium di Indonesia sebesar 8,3%


prevalensi tertinggi di Bali (25,2%), diikuti oleh Maluku
(18,0%), dan Nusa Tenggara Barat (17,0%).
Apa itu
pterigium ?
PTERIGIUM

• Pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva


yang bersifat degeneratif dan invasif.

• Dapat disertai dengan keratitis pungtata, dellen


(penipisan kornea akibat kering) dan garis besi
(iron line dari Stocker) yang terletak di ujung
pterigium.

Gambar 1. Pterigium
KLASIFIKASI PTERIGIUM DERAJAT PTERIGIUM

Gambar 2. Klasifikasi Pterigium


Gambar 3. Derajat Pterigium
ANATOMI
KONJUNGTIVA

Keterangan :
----- Konjungtiva Bulbar
----- Konjungtiva Fornix
----- Konjungtiva Palpebra
----- Permukaan Kornea

Gambar 4. Anatomi Konjungtiva


HISTOLOGI KONJUNGTIVA

KETERANGAN :
 Lapisan Epitel
 Lapisan Adenoid
 Lapisan Fibrous

Gambar 5. Histologi Konjungtiva


01 Paparan Sinar UV

02 Iritasi kronik dari lingkungan

03 Usia

Etiologi Pterigium 04 Pekerjaan

05 Tempat Tinggal

06 Herediter

07 Infeksi HPV

08 Faktor Resiko lainnya


PATOGENESIS PTERIGIUM

Proliferasi abnormal epitel limbal,


Mutasi gen supresor
degenerasi kolagen dan
tumor p53
degenerasi elastoid/basofilik

Terbentuk supepitelial
fibrovaskuler dan terjadi
Efek radiasi sinar UV 
proliferasi substansia propia
UV-B
 merusak lapisan membran
Bowman
MANIFESTASI KLINIS

Rasa mengganjal seperti Astigmatisme akibat


ada benda asing tertariknya kornea

Tajam penglihatan
Hiperemi dan berair
menurun
Bagaimana bentuk Pterigium ?

Keterangan :

A : Cap
B : Head
C : Body

Gambar 6. Bentuk Pterigium


PEMERIKSAAN FISIK

 Inpeksi  jaringan fibrovaskuler yang


dapat mengenai kornea.
 Dapat menggunakan slit lamp untuk
mengevaluasi jaringan fibrovaskuler.
 Topografi kornea
 OCT untuk membantu klinisi
membedakan pterigium dari Ocular
Surface Squamosa Neoplasia.
Tatalaksana
KONSERVATIF OPERASI

• Artificial tears • Simple closure

• Kortikosteroid Topikal • Bare Sclera

• Penggunaan kacamata • Conjungtival Graft


pelindung dan topi yang
lebar • Amniotic Membrane
Grafting
KOMPLIKASI
- Gangguan penglihatan Post Operasi :
- Hiperemi - Infeksi
- Iritasi - Ulkus Kornea
- Gangguan pergerakan bola mata - Graft Konjungtiva yang terbuka
- Timbul jaringan parut kronis dari - Adanya jaringan parut di kornea
konjungtiva dan kornea - Perforasi, perdarahan vitreus (jarang)
- Astigmatisme - Kekambuhan
DIAGNOSIS BANDING
- Pseudopterigium
- Pinguecula
PROGNOSIS
- Setelah tindakan operasi  dubia ad bonam
- Pasien merasakan ketidaknyamanan dalam 24
jam setelah operasi
- Pterigium rekuren  eksisi bedah berulang dan
pencangkokan dengan autograft
konjungtiva/limbal
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai