Anda di halaman 1dari 37

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT (RKS)

Untuk Pekerjaan:

PUSAT PROMOSI SENTRA IKM


KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

BAB. I
SYARAT-SYARAT U M U M

Pasal 01
PERATURAN TEKNIS UMUM
Untuk melaksanakan pekerjaan ini digunakan peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI/SK SNI) tahun 1991 termasuk segala
perubahan-perubahannya hingga kini.

Pasal 02
PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN
02.01. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mempelajari dengan
seksama gambar kerja dan RKS Pelaksanaan beserta Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan.
02.02. Kontraktor diwajibkan mengukur ulang dan mengechek seluruh besaran yang ada.
kemudian mencocokan hasil pengukuran dengan gambar kerja dan hasilnya
dikoordinasikan dengan Konsultan Pengawas.
02.03. Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
setiap ada perbedaan ukuran di antara gambar-gambar. perbedaan antara gambar
kerja dan RKS untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi
kontraktor memperbaiki sendiri perbedaan tersebut di atas. Akibat-akibat dan
kelalaian kontraktor dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
02.04. Daerah area kerja akan diserahkan kepada Kontraktor (selama pelaksanaan) dalam
keadaan seperti di waktu pemberian kerja dan dianggap bahwa Kontraktor
mengetahui benar-benar mengenai Letak bagian/area bangunan yang akan
dibangun. Batas-batas serta lingkup maupun keadaannya pada waktu itu.
02.05. Kontraktor wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dan Iengkap yaitu
membuat, memasang serta memesan maupun menyediakan bahan-bahan bangunan
alat-alat kerja dan pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang
bersangkutan dengan pelaksanaan.
02.06. Kontraktor wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar-gambar
dan RKS di tempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh Pemilik atau
Konsultan Pengawas.
02.07. Atas perintah Konsultan Pengawas kepada Kontraktor dapat dimintakan membuat
gambar-gambar penjelasan dan perincian bagian-bagian khusus. Semuanya atas
beban Kontraktor. Gambar tersebut setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
secara tertulis akhirnya menjadi gambar pelengkap dan gambar-gambar
pelaksanaan.
02.08. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang
dilaksanakan, Kontraktor diwajibkan berhubungan dengan Konsultan Pengawas
untuk ikut menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain untuk mendapatkan pengesahan
/persetujuannya.
02.09. Setiap usul perubahan dari Kontraktor ataupun persetujuan pengesahan dari
Pemberi Kerja dan Konsultan Pengawas dianggap berlaku sah serta mengikat jika
dilakukan secara tertulis.
02.10. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini
harus benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang
disesuaikan dengan standard/peraturan-peraturan yang dipergunakan didalam RKS
ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas harus mendapatkan

1
pengesahan/persetujuan dari Pemberi Kerja dan Konsultan Pengawas sebelum akan
dimulai pelaksanaannya.
02.11. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan, penyelesaian/perapihan, harus
dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak Kontraktor yang benar-benar ahli.
02.12. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
02.13. Cara-cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi
syarat-syarat teknis, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 03
JADWAL
03.01 Paling Iambat 1 (satu) minggu setelah dinyatakan sebagai Pemenang Pelelangan.
Kontraktor diharuskan mengajukan
a. Jadwal waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara Kurva S dan diagram balok (Bar Chart).
b. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja.
c. Jadwal Pengadaan Bahan.
03.02 Bagian-bagian yang disebutkan di atas a s/d c harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas sebagai dasar/patokan Kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan dan Kontraktor wajib mengikutinya. Kelalaian dalam memasukkan bagian-
bagian dimaksud point a s/d c tersebut di atas dapat menyebabkan pekerjaan
dihentikan sementara. Akibat dari penghentian sementara ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor seluruhnya.

Pasal 04
PEIL DAN PENGUKURAN
04.01 Kontraktor wajib memberitahukan kepada Konsultan Pengawas bagian pekerjaan
yang akan dimulai. Peil-peil bangunan dan ukuran-ukurannya harus dicek/ditentukan
terlebih dahulu sesuai dengan yang di syaratkan dalam dokumen kontrak.
04.02 Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran-ukuran satu sama lain dalam
tiap pekerjaan dan segera melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas.
Bila terdapat selisih/perbedaan-perbedaan pada ukuran dan peil-peil bangunan harus
diberikan pembetulannya yang dituangkan dalam keputusan bersama. Tidak
dibenarkan Kontraktor membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
04.03 Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-
peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.
04.04 Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan
selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan
sungguh-sungguh. Kelalaian Kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir dan
Konsultan Pengawas berhak untuk membongkar pekerjaan dan mengganti dengan
yang baru atas biaya Kontraktor.
04.05 Alat ukur yang dipakai minimal ada!ah waterpas dan theodolit yang sesuai dan sudah
dikalibrasi untuk mendapatkan ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 05
PEMAKAIAN UKURAN
05.01 Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Kerja & Syarat dan gambar-gambar berikut tambahan dan
perubahannya.
05.02 Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dan ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagian-bagiannya dan memberitahukan Konsultan Pengawas tentang setiap
perbedaan yang ditemukannya di dalam RKS dan gambar-gambar maupun dalam
pelaksanaan. Kontraktor baru akan diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan
melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas yang
ditentukan oleh Pemberi Tugas.

2
05.03 Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan dalam hal apapun
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Oleh karena itu sebelumnya kepada Kontraktor
diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar
yang ada.

Pasal 06
LAPANGAN KERJA
06.01 Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, selama proses konstruksi, Kontraktor wajib
membuat kantor direksi pengawas (direksi keet). Kontraktor harus membongkar
kantor direksi pengawas dan gudang setelah proyek selesai.
06.02 Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, Kontraktor wajib menyediakan perlengkapan
kantor direksi pengawas (direksi keet) berikut perlengkapannya yaitu meja, kursi, alat
tulis, white board, sepatu prayek dan helm proyek.
06.03 Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang dianggap perlu, Kontraktor harus
membuat gudang.
06.04 Penggunaan bangunan yang ada di lapangan, hanya dlakukan dengan izin dari
Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas.

Pasal 07
KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN
07.01 Selama berlangsungnya pembangunan pelaksanaan fisik proyek, kebersihan
halaman dan Iingkungan terutama jalan-jalan di sekitar proyek, kantor, gudang, los
kerja dan bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib,
bebas dari bahan bekas, puing, tumpukan tanah dan lain-lain. Khusus kebersihan
Iingkungan terutama jalan-jalan di sekitar proyek, yang harus dibersihkan adalah
adanya kotoran yang diakibatkan oleh keluar masuknya kendaraan proyek. Kelalaian
dalam hal ini dapat menyebabkan Pemberi Tugas memberi perintah penghentian
seluruh pekerjaan. Akibat dari hal ini seluruhnya menjadi tanggungan Kontraktor.
07.02 Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang berada di
halaman bebas harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan
keamanan pekerjaan/umum dan juga agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan
penelitian bahan-bahan oleh Konsultan Pengawas maupun oleh Pemilik Proyek.
07.03 Kontraktor wajib membuat urinoir dan WC untuk Pekerja berikut instalasi air bersih
dan air kotor.
07.04 Tidak diperkenankan:
a. Pekerja menginap di tempat pekerjaan kecuali dengan izin Pemberi Tugas.
b. Memasak di tempat bekerja kecuali izin Pemberi Tugas.
c. Membawa masuk penjual-penjual makanan, buah, minuman, rokok dan
sebagainya ke tempat pekerjaan.
d. Keluar masuk dengan bebas.
07.05 Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh Pemberi Tugas pada
waktu pelaksanaan.

Pasal 08
ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU
08.01 Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan efisien, misalnya beton molen,
katrol, steger, mesin-mesin dan alat-alat lain yang diperlukan.
08.02 Bila pekerjaan telah selesai, Kontraktor diwajibkan segera menyingkirkan alat-alat
tersebut, pada butir 1 Pasal ini, serta memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya
dan membersihkan bekas-bekasnya.
08.03 Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksud pada butir
1 Pasal ini, Kontraktor harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja
pada kondisi apapun, seperti tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hujan dan lain-
lain.

3
Pasal 09
PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR
09.01 Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan
oleh Kontraktor termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, upah dan
tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai adalah beban
Kontraktor.
09.02 Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapatkan
dan sumber air yang sudah ada di lokasi pekerjaan tersebut. Kontraktor harus
memasang sementara pipa-pipa dan lain-lain pekerjaan untuk mengalirkan air dan
mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan selesai. Biaya untuk pekerjaan
pengadaan air sementara adalah beban Kontraktor.
09.03 Kontraktor tidak diperbolehkan menyambung dan menghisap air dari saluran induk,
dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Pemilik Proyek
atau Konsultan Pengawas.

Pasal 10
IKLAN
10.01 Kontraktor tidak diizinkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lapangan kerja
atau di tanah yang berdekatan tanpa izin dari Pemilik Proyek atau Konsultan
Pengawas.

Pasal 11
JALAN MASUK DAN JALAN KELUAR
11.01 Pemakaian jalan masuk ke tempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak
Kontraktor dan disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut.
11.02 Kontraktor diwajibkan membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian,
dan memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi beban
Kontraktor.

Pasal 12
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAIN DISEKITARNYA
12.01 Selama masa pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
segala kerusakan akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang
ada. Seperti utilitas, jalan, saluran dan lain-lain yang ada di lapangan pekerjaan dan
Iingkungan selama hal tersebut di atas tidak termasuk didalam pekerjaan.
12.02 Kontraktor juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
perlengkapan umum seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang
disebabkan oleh operasi Kontraktor. Segala biaya untuk pemasangan kembali
beserta perbaikan perbaikannya adalah menjadi beban Kontraktor.

Pasal 13
KECELAKAAN DAN KESEHATAN
13.01 Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban
Kontraktor.
13.02 Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak PPPK terisi menurut kebutuhan, lengkap
dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam soal-soal mengenai pertolongan
pertama.
13.03 Terhadap kecelakaan-kecelakaan yang timbul akibat bencana alam, segala
pembiayaannya menjadi beban Kontraktor.
13.04 Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran jenis multi purpose
3 kg isi dry powder sebanyak 2 (dua) buah, pasir dalam bak kayu, galah-galah dan
lain sebagainya.
13.05 Kontraktor diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
13.06 Sejauh tidak disebutkan dalam lain dalam RKS ini, maka kontraktor harus mengikuti
semua ketentuan umum Iainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan Instansi Pemerintah
CQ Undang-Undang keselamatan kerja dan lain sebagainya termasuk semua

4
perubahan-perubahannya yang hingga kini tetap berlaku.

Pasal 14
PENGAMANAN
14.01 Kontraktor wajib membuat pagar proyek berupa seng gelombang tinggi 2 (dua) meter
dengan rangka kayu.
14.02 Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di daerahnya
mengenai :
a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/ kecerobohan yang disengaja
ataupun tidak.
b. Penggunaan sesuatu yang keliru/salah.
c. Kehilangan-kehilangan bagian dari alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.
14.03 Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut di atas Kontraktor harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan
diselesaikan persoalannya lebih lanjut.
14.04 Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut di atas Kontraktor harus mengadakan
pengamanan, antara lain penjagaan, penerangan malam, pemagaran sementara dan
sebagainya.
14.05 Setiap pekerja harus memakai alat-alat pengaman seperti helm, penggantung dan
lain-lain yang dianggap perlu.
14.06 Kontraktor harus menyediakan jaring-jaring pengaman dalam pelaksanaannya, agar
supaya keselamatan lingkungan dapat terjamin dengan baik.

Pasal 15
PENGAWASAN
15.01 Setiap saat Konsultan Pengawas harus dapat dengan mudah mengawasi,
memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Pemborong
harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
15.02 Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan dan tetap luput dari pengawasan
Konsultan Pengawas menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut jika
diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya.
15.03 Jika Kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja normal sehingga
diperlukan pengawasan oleh Konsultan Pengawas, maka segala biaya untuk itu
menjadi beban Kontraktor. Permohonan oleh Kontraktor untuk mengadakan
pemeriksaan tersebut harus dengan surat dan disampaikan kepada Pengawas
Proyek yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas.
15.04 Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada di tangan petugas-petugas
Konsultan Pengawas adalah terbatas pada soal-soal yang jelas
tercantum/dimasukan di dalam gambar - gambar dan RKS dan risalah penjelasan.
Penyimpangan daripadanya haruslah seizin Pemilik Proyek.

Pasal 16
PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG
16.01 Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dan suatu bahan dan
barang, maka ini dimaksudkan menunjukan standard minimal mutu/kualitas bahan
dan barang yang digunakan.
16.02 Setiap barang dan bahan yang digunakan harus disampaikan kepada Konsultan
Pengawas oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Pemilik Proyek. Waktu
penyampaiannya dilaksanakan jauh sebelum pekerjaannya dimulai.
16.03 Setiap usulan penggunaan nama dan pabrik serta pembuatan dari suatu bahan dan
barang harus mendapat rekomendasi dari Konsultan Pengawas berdasarkan
petunjuk dalam RKS serta gambar-gambar dan risalah penjelasan selanjutnya usulan
tersebut diteruskan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemilik Proyek.
16.04 Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan
atas biaya Kontraktor setelah disetujui oleh Pemilik Proyek atau Konsultan
Pengawas. Dimana bahan dan barang tersebut seperti di atas yang akan dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.

5
16.05 Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Konsultan Pengawas untuk
dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai
dengan contoh baik kualitas maupun sifatnya.
16.06 Dalam pengajuan harga penawaran, Kontraktor harus sudah memasukan keperluan
biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa memperhatikan jumlah
biaya tersebut, Kontraktor tetap bertangung jawab pula atas biaya pengajuan bahan
dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Pemilik Proyek atau Konsultan
Pengawas.

Pasal 17
RENCANA KERJA & SYARAT SERTA GAMBAR KERJA
17.01 Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada RKS
ini.
17.02 Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar-gambar dengan RKS. Kontraktor
diwajibkan mengajukan pertanyaan tertulis kepada Konsultan Pengawas dan
Kontraktor diwajibkan pula mentaati dan mengikuti keputusan Pengawas Proyek
yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas.
17.03 Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang tersebar dan terakhirlah yang
berlaku, dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran skala
dan gambar, tapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari pekerjaan yang sudah
selesai.
17.04 Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar atau diperlukan
gambar tambahan/gambar detail untuk membesarkan gambar-gambar, atau untuk
memungkinkan Kontraktor melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan ketentuan, maka Kontraktor harus dapat membuat gambar tersebut dan
dibuat 3 (tiga) rangkap gambar atas biaya Kontraktor.
17.05 Apabila ada hal-hal yang disebutkan berulang pada gambar-gambar, RKS atau
Dokumen Kontrak Iainnya, yang berlainan dan atau penjelasan-penjelasannya
bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap
yang lain, tetapi untuk lebih menegaskan masalahnya. Kalau hal yang menyangkut
kelainan harus diinformasikan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
keputusannya.
17.06 RKS, Daftar Volume Pekerjaan (BQ). gambar serta Berita Acara penjelasan
Pekerjaan adalah bagian yang saling melengkapi satu sama lain dan sesuatu yang
termuat di dalamnya bersifat mengikat.

Pasal 18
PENJELASAN PERBEDAAN DOKUMEN
18.01 Bila ada perbedaan ukuran dan atau penjelasan-penjelasan atau tidak sesuai antara
gambar yang berlainan bidang/jenisnya, maka pekerjaan tidak boleh dilaksanakan
dan harus diinformasikan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
kepastian mengenai gambar yang dipergunakan.
18.02 Jika suatu pekerjaan tidak terdapat dalam ketentuan uraian rencana kerja dan syarat-
syarat tetapi terdapat dalam garnbar kerja, dan Rencana Anggaran Biaya, maka yang
terakhir tersebut berlaku penuh. Sedangkan bila terjadi perbedaan ukuran dan
material antara gambar kerja dan gambar kerja yang Iebih detail, maka yang
digunakan sebagai patokan adalah pada gambar detail. Apabila dalam pelaksanaan
ketentuan tersebut di atas masih terdapat keragu-raguan, maka akan ditetapkan
berdasarkan nilai teknis yang lebih tinggi.

Pasal 19
GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)
19.01 Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan guna pelaksanaan di lapangan yang
harus dibuat berdasarkan gambar-gambar kerja dan disampaikan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan.
19.02 Pekerjaan Kontraktor belum dapat dimulai sebelum gambar pelaksanaan disetujui
Konsultan Pengawas

6
19.03 Konsultan Pengawas harus mempunyai waktu yang cukup untuk meneliti gambar
pelaksanaan yang diusulkan oleh Kontraktor.
19.04 Persetujuan terhadap gambar pelaksanaan bukan berarti menghilangkan tanggung
jawab pihak Kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut.
11.01 Kelambatan atas proses ini tidak berarti Kontraktor mendapat perpanjangan waktu
pelaksanaan.
19.05 Gambar tersebut di atas harus dalam rangkap 3 (tiga) dan semua biaya
pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor.

Pasal 20
GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA
20.01 Gambar-gambar yang dapat berubah dengan perintah tertulis Pemilik Proyek
berdasarkan pertimbangan Konsultan Pengawas.
20.02 Perubahan rancangan ini harus digambarkan sesuai dengan apa yang diperintahkan
oleh Pemilik Proyek, dengan memperlihatkan perbedaan antara gambar-gambar
pelaksanaan dan gambar perubahan rancangan.
20.03 Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut gambar asli.
20.04 Gambar perubahan yang disetujui oleh Pemilik Proyek atau Konsultan Pengawas
kemudian dilampirkan dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.

Pasal 21
GAMBAR YANG SESUAI DENGAN KENYATAAN
21.01 Kontraktor pada akhir pekerjaannya harus membuat gambar-gambar terakhir sesuai
dengan yang terpasang atau yang telah dilaksanakan (as built drawing/as installed
drawing).
21.02 Gambar yang sesuai dengan kenyataan tersebut harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
21.03 Gambar tersebut harus diserahkan dalam bentuk kertas ukuran A3 sebanyak 1 (satu)
asli dan 2 (dua) Copy dan Data Autocad dalam bentuk Compact Disc sebanyak 1
(satu) buah.
21.04 Semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor.

Pasal 22
KERUSAKAN BAGIAN PEKERJAAN OLEH PELAKSANA /KONTRAKTOR /SUB.
KONTRAKTOR
22.01 Setiap bagian pekerjaan yang berhubungan dari Kontraktor satu dengan Kontraktor
lain, harus selalu dalam koordinasi yang baik, agar kerusakan dari masing-masing
bidang pekerjaannya dapat dihindari.
22.02 Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari Kontraktor yang bersangkutan
diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai
dan disetujui Pemilik Proyek atau Konsultan Pengawas secara tertulis.

Pasal 23
PENYERAHAN PERTAMA
Pada akhirnya pekerjaan menje!ang penyerahan pertama:
23.01 Semua bangunan sementara dibongkar setelah mendapat ijin dari Pemilik Proyek
atau Konsultan Pengawas.
23.02 Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih utuh tanpa cacat.
23.03 Kontraktor diwajibkan menyerahkan kepada Pemilik Proyek atau Konsultan
Pengawas berupa photo-photo pelaksanaan proyek dalam bentuk 3 (tiga) album
photo berwarna.
23.04 Membersihkan atau membuang sisa-sisa bahan, puing, sampah dan lain-lain yang
tidak berguna pada pelaksanaan pembangun.

Pasal 24

7
GUDANG SEMENTARA & PERLENGKAPAN PERSONIL
24.01 Direksi Keet beserta Kantor Kontraktor ditanggung oleh Kontraktor. Kontraktor
diwajibkan merawat peralatan seperti Pompa dan lain sebagainya milik Pemilik
Proyek (bila ada) serta menanggung biaya perawatan peralatan serta pemakaian
listrik selama berlangsungnya pekerjaan.
24.02 Kontraktar wajib membuat gudang sementara tempat penimbunan material seperti
pasir. Koral, besi beton dan lain-lain. Material harus terlindung dengan baik. Gudang
dilengkapi dengan pintu serta kunci secukupnya. Gudang semen, lantainya dibuat
bebas dan kelembaban udara minimal 30 cm di atas permukaan Iantai plesteran.
24.03 Perlengkapan kantor Direksi keet harus disediakan oleh Kontraktor.

8
BAB. II
SYARAT-SYARAT TEKNIS (SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 01
BANGUNAN YANG AKAN DIDIRIKAN/ DILAKSANAKAN
01.01 Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan Pusat Promosi Sentra IKM,
Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara.
01.02 Lokasi Pekerjaan adalah Gunung Tua, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten
Padang Lawas Utara.
01.03 Untuk Pelaksanaan tersebut kontraktor menyediakan :
a. Tenaga Pelaksana Lapangan sesuai petunjuk dari owner dan pengawas.
b. Tenaga teknis lainnya sesuai petunjuk dari owner dan pengawas.
c. Tenaga kerja dalam jumlah yang cukup dan cukup berpengalaman untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai standard dan jadwal yang telah ditentukan.
d. Peralatan kerja dan segala keperluan yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.

Pasal 02
LINGKUP PEKERJAAN
02.01. Pekerjaan Persiapan
02.02. Pekerjaan Struktural
02.03. Pekerjaan Arsitektural
02.04. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
02.05. Pekerjaan Finishing dan Lain-lain
Pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan dokumen proyek (Gambar, BoQ,
Rencana Kerja dan Syarat-syarat) dan arahan/petunjuk yang disampaikan Direksi/
Pengawas Lapangan kepada Kontraktor.

Pasal 03
PEKERJAAN PERSIAPAN
03.01. Papan Nama Kegiatan
a. Papan nama kegiatan dipasang pada patok kayu yang kuat, ditanam dalam tanah
dengan ketinggian 1,5 meter. Ukuran papan nama kegiatan adalah minimal 90cm
x 120cm (kecuali ditentukan lain oleh pemilik proyek), terbuat dari bahan Plastik
Reklame (Baliho) atau plat seng, dicat dasar warna putih dengan tulisan warna
hitam besar huruf disesuaikan.
b. Letak pemasangan papan nama pada lokasi proyek dan redaksi papan nama akan
ditentukan kemudian dengan direksi teknis.
03.02. Pembersihan dan pembongkaran bangunan lama
a. Sebelum pekerjan dimulai, kontraktor harus membersihkan lapangan
sebagaimana mestinya dengan membuang semua sampah ke penampungan dan
mengatur persiapan area kerja.
b. Semua sampah harus dibuang ke penampungan akhir. Hal-hal yang perlu
dipastikan (khususnya sampah kimia dan kontaminasi biologi) yang dapat
membahayakan pekerja dan orang lain di sekitarnya.
c. Melakukan Pembongkaran sesuai dengan kebutuhan kerja yang dituangkan dalam
gambar bestek.
d. Setiap pekerjaan bongkaran yang dilakukan harus mendapat persetujuan dari
direksi teknis dan konsultan supervisi terlebih dahulu.
03.03. Mobilisasi
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal yang disebutkan dalam Dokumen
Kontrak (RAB) dan hal-hal yang tidak tertulis seperti :
a. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi
yang diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi
dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

9
b. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong dapat
membuat berbagai perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-
alat konstruksi dan instalasinya.
c. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK),
Kontraktor /Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui.
03.04. Pagar pengaman proyek
a. Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi / Pemilik dapat
memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk memagari sekelilingnya
sehingga aman.
b. Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Pemborong,
dengan tinggi pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan
dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat / tiang pagar dari kayu
Dolken / kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan dan atau
sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.
03.05. Direksi keet, los kerja dan gudang bahan:
a. Kontraktor / Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk
keperluan Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi
permanen seluas 24 m2 ( Ruang Konsultan Pengawas dan Ruang Rapat ), lantai
diplester,dinding tripleks / papan / asbes, dilengkapi dengan kursi, meja, serta alat-
alat kantor yang diperlukan. Dalam hal ini Kontraktor / Pemborong dapat
memanfaatkan sementara ruangan/lokasi pada area bangunan yang belum/tidak
dibongkar yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan izin Pemberi
Tugas.
b. Kontraktor / Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor
Pemborong di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang
dapat dikunci untuk menyimpan barang-barang, yang mana tempatnya / lokasinya
akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas / Personalia Proyek.
03.06. Pengukuran
a. Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan
letak/kedudukan bangunan terhadap titik patok/pedoman yang telah ditentukan,
siku bangunan maupun datar (waterpass) dan tegak lurus bangunan harus
ditentukan dengan memakai alat waterpass instrument/theodolith.
b. Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan lantai, langit-langit dan sebagainya
dengan hasil yang baik dan siku.
c. Untuk mendapatkan titik peil diharapkan dapat disesuaikan dengan notasi-notasi
yang tercantum pada gambar rencana (Lay Out). Dan bila terjadi penyimpangan
atau tidak sesuainya antara kondisi lapangan dan gambar Lay out, Pemborong
harus melapor pada Pengawas/Perencana.
03.07. Pemasangan bowplank
a. Tiang bouwplank menggunakan kayu ukuran 5/7 dipasang setiap jarak 2 m’,
sedangkan papan bouwplank ukuran 2/20 diketam halus dan lurus bagian atasnya
dan dipasang datar (waterpass).
b. Pemasangan bouwplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2 m’ dari As tepi
bangunan dengan patok-patok yang kuat, bouwplank tidak boleh
dilepas/dibongkar dan harus tetap berdiri tegak pada tempatnya sehingga dapat
dimanfaatkan hingga pekerjaan mencapai tahapan trasram tembok bawah.
c. Bouwplank harus dipasang pada patok-patok yang tertancap kuat ke dalam tanah
dan tidak dapat digerakkan.
d. Titik-titik as bangunan harus di jaga kebenarannya agar tidak berubah letaknya.
e. Jika tidak terpaksa harus dipindah, pemindahan as-as bangunan dalam bouwplank
tidak dibenarkan. Pemindahan titik-titik as bangunan harus sepengetahuan Direksi
Pekerjaan/Pengawas Kegiatan.

Pasal 04

10
PEKERJAAN STRUKTURAL
04.01 PEKERJAAN TANAH
Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah di sini adalah semua kegiatan yang
berkaitan dengan pematangan tanah, pengolahan tanah yang ada kaitannya dengan
struktur bangunan antara lain pembersihan tanah, galian tanah, urugan
tanah/perataan ataupun pembuangan tanah. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah
mulai dengan mobilisasi alat alat berat, pengadaan tenaga, konstruksi penyangga
hingga pemompaan air tanah penggalian (dewaterring).
Persiapan Pekerjaan Tanah
Bagian ini meliputi pembersihan/peralatan lapangan, pengecekan keadaan kontur,
pengukuran didaerah-daerah dimana pekerjaan pembangunan akan dilaksanakan,
seperti yang ditunjukan pada gambar-gambar dan sesuai dengan yang ditunjukan
oleh pengawas.
Penyedia jasa bertanggung jawab untuk :
a. Penelitian yang menyeluruh atas gambar-gambar dan persyaratan-persyaratan
kontrak ini dan kontrak lain yang sehubungan dengan proyek ini, serta semua
addendumnya.
b. Penelitian atas semua kondisi pekerjaan, memeriksa kondisi lapangan, serta
semua fasilitas yang ada.
c. Melakukan semua pengukuran lapangan sehubungan dengan pekerjaan ini dan
mendapatkan ketentuan atas seluruh lingkup proyek seperti yang diisyaratkan
pada gambar-gambar dan persyaratan-persyaratan sebagaimanan yang disetujui
oleh konsultan pengawas.
d. Melakukan pemotongan dan penimbunan (cut and pile) menggunakan alat berat
sesuai kebutuhan pada lokasi lokasi tertentu sesuai dengan kontur yang di
inginkan (sesuai perencanaan).
e. Pada saat melakukan cut and pile harus menggunakan alat theodolite dengan
memperhatikan titik ikat yang ada.
f. Melakukan koordinasi dengan konsultan pengawas bila terdapat perbedaan pada
gambar perencanaa dengan kondisi tapak.
Penyedia jasa bertanggung jawab penuh untuk kesimpulan yang ditariknya dari
informasi yang di sampaikan ke padanya dan dari pemeriksaan informasi tentang
pekerjaan tanah yang diperolehnya. Penyedia jasa diperbolehkan atas biaya sendiri
melakukan sendiri pemeriksaan tambahan bilamana dianggap perlu untuk
menentukan lebih lanjut kondisi dari lapangan guna pembangunan yang
dipersyaratkan disini.
Sebelum memulai sesuatu pekerjaan galian, penyedia jasa harus yakin bahwa
semua permukaan tanah yang ada maupun garis-garis transisi yang tertera dalam
gambar rencana adalah benar.
Jika penyedia jasa tidak merasa puas dengan ketelitian permukaan tanah, penyedia
jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada pengguna jasa, jika tidak maka
tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.
Pekerjaan Galian Tanah
a. Untuk memulai penggalian, Penyedia jasa harus mengukur elevasi tanah asli
dengan cara yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan. Direksi
Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan harus hadir dalam pengukuran tersebut
b. Galian tanah, baik kedalamannya ataupun lebarnya dilaksanakan sesuai dengan
penampang galian yang terlukis pada gambar rencana, pekerjaan lanjutan
(tahapan pekerjaan pondasi, pile cap, atau konstruksi lain di atasnya) dapat
dilaksanakan bila galian tersebut sudah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
c. Kontraktor/Pemborong harus menjaga sedemikian rupa agar lubang-lubang galian
tersebut tidak digenangi air yang berasal dari hujan, parit, banjir, mata air atau hal
hal lainnya, dengan jalan memompa, menimba, menyalurkan keparit-parit atau
dengan cara lainnya dan biaya untuk pekerjaan tersebut harus dianggap telah

11
termasuk dalam harga kontrak.
d. Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada dasar setiap galian
masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini harus
digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan
dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpass.
e. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air atau pompa
lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari
tergenangnya air pada dasar galian.
f. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar
tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang cukup.
g. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai
jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat
yang dianggap perlu dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
h. Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah dan
memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug. Pelaksanaannya secara berlapis-
lapis dengan penimbrisan lubang-lubang galian yang terletak di dalam garis
bangunan harus diisi kembali dengan pasir urugan yang diratakan dan disiram
dengan air serta dipadatkan sampai mencapai 95% kepadatan maksimum.
i. Pembuangan Material Hasil Galian
 Pembuangan material hasil galian bangunan menjadi tanggung jawab
kontraktor.
 Material dari hasil galian tersebut atas persetujuan konsultan pengawas
telah diseleksi bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai material
timbunan dan urugan. Sisanya harus dibuang ke luar site atau tempat lain
atas persetujuan konsultan pengawas.

04.02 PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN


Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan urugan ini dilaksanakan sebagai urugan peninggian bangunan maupun
sebagai urugan lubang-lubang pondasi. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah
pekerjaan pemadatan untuk setiap layer urugan.
Persiapan Untuk Urugan
Pengurugan tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi atau bagian pekerjaan
lainnya yang akan ditutup/diurug atau tersembunyi oleh tanah urugan diperiksa oleh
Direksi/Pengawas. Pada pekerjaan urugan/peninggian permukaan tanah asal jika
ada ketidaksesuaian antara keadaan lapangan dan gambar rencana Pemborong
harus memberitahu secara tertulis kepada Direksi/Konsultan Pengawas,
Jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan
dipertimbangkan.
Bahan-bahan Urugan
a. Untuk bahan urugan peninggian tanah asal (site) pada ketinggian tertentu diurug
dengan tanah urug yang didatangkan dari luar lokasi.
b. Bahan-bahan urugan harus tidak mengandung lumpur dan bahan organik, kadar
lumpur tidak boleh terlalu tinggi dan bahan urugan mudah untuk dipadatkan.
Urugan Tanah
b. Khusus untuk urugan peninggian tanah asal sebelum dilaksanakan pengurugan
awal, seluruh permukaan tanah asal pada daerah yang akan diurug harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran atau puing-puing dan harus dibuang keluar
lokasi.
c. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur, kotoran, sampah dan
sebagainya.
d. Material-material bahan urugan yang terletak pada daerah yang tidak
memungkinkan untuk dipadatkan dengan alat-alat berat, urugan dilakukan dengan
ketebalan maksimal 15-20 cm material lepas dan dipadatkan dengan alat pemadat

12
(baby roller/stamper) atau dengan ijin pengawas/direksi.
e. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian maupun pengurugan
adalah +/- 10 mm terhadap kerataan yang ditentukan.
f. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bila diminta oleh Direksi atau Konsultan
Pengawas bahan tersebut harus ditest dilaboratorium untuk mendapatkan nilai
standart proctor. Laboratorium yang memeriksa harus laboratoriumnya resmi atau
laboratorium yang ditunjuk oleh Direksi atau konsultan pengawas.
Bila dianggap perlu oleh Direksi/Konsultan Pengawas, dengan bahan yang sama,
material yang akan dipadatkan harus ditest juga dilapangan dengan system “Field
Density Test” dengan hasil kepadatannya sebagai berikut :
 Untuk lapisan yang dalamnya sampai 30 cm dari permukaan rencana
kepadatannya 95% dari sumber proctor.
 Untuk lapisan yang didalamnya lebih dari 30 cm dari permukaan rencana
kepadatannya 90% dari standart proctor.
Hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh konsultan pengawas semua
hasil-hasil pekerjaan diperiksa kembali terhadap pokok-pokok referensi untuk
mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
Bagian permukaan tanah yang telah dinyatakan padat, harus dipertahankan dan
dijaga jangan sampai rusak, akibat pengaruh luar dan tetap menjadi
tanggungjawab kontraktor s/d masa pemeliharaan.
g. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebar dalam lapisan-
lapisan yang rata dalam ketebalan yang tidak melebihi 200 mm pada kedalaman
gembur.
h. Standar Rujukan (AASHTO)
 T 88 - 78 Analisa ukuran butir tanah.
 T 89 - 68 Penetapan batas cair tanah.
 T 90 - 70 Penetapan batas plastis dan indeks plastis tanah.
 T 99 - 74 Penetapan batas plastis dan indeks plastis tanah.
 T 145 - 73 Klasifikasi dari tanah dan campuran tanah dan agregat untuk
keperluan konstruksi jalan.
 T 180 - 74 Hubungan antara kelembaban dan kepadatan tanah
menggunakan palu 2.5 kg dan 305 mm tinggi jatuh.
 T 191 - 61 Kepadatan tanah di tempat dengan menggunakan metoda
kerucut pasir.
 T 193 - 72 “The California Bearing Ratio”
 T 258 - 78 Penetapan tanah yang mengembang dan tindakan
perbaikannya.
Urugan Pasir
a. Urugan pasir dilakukan di semua bagian-bagian yang sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar pelaksanaan.
b. Tebal urugan pasir disesuaikan dengan syarat-syarat gambar pelaksanaan atau
dalam gambar pelaksanaan.
c. Urugan pasir dilakukan setelah permukaan tanah di bawahnya rata (waterpass),
ketebalan disesuaikan sebagaimanan yang tercantum dalam gambar kerja. Pasir
urug yang digunakan harus bersih dari kotoran organic, kandungan lumpur
maksimal 10% pemadatan urugan pasir untuk semua jenis pekerjaan dilakukan
dengan alat pemadat mekanis (stamper).
d. Pasir urugan yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung potongan-
potongan bahan kertas dan kayu yang berukuran lebih dari 1,5 cm.
Pelaporan
a. Untuk setiap Urugan yang akan dibayar menurut ketentuan-ketentuan Seksi dari
Spesifikasi ini Penyedia jasa diharuskan menyerahkan laporan di bawah ini
kepada Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik sebelum ijin memulai
pekerjaan disetujui :
 Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang
telah dipersiapkan untuk penempatan urugan.

13
 Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan pemadatan yang cukup dari
permukaan yang disiapkan di mana urugan ditempatkan.
b. Penyedia jasa harus menunjukkan contoh-contoh bahan urugan kepada Direksi
Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik paling lambat 14 hari sebelum tanggal
yang diusulkan untuk penggunaan pertama kalinya sebagai bahan urugan itu
 Dua contoh masing-masing 50 kg dari material, satu harus disimpan oleh
Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik untuk rujukan selama masa
Kontrak.
 Pernyataan perihal komposisi dari material yang diusulkan, bersama dengan
hasil pengujian laboratorium yang membuktikan sifat meterial tersebut
memenuhi persyaratan sesuai dengan poin e pasal ini.
c. Penyedia jasa harus menyerahkan hal-hal berikut dalam bentuk tertulis kepada
Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan segera setelah selesainya satu bagian dari
pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan/ Pengawas
Kegiatan Teknik, tidak diperkenankan material lain di atas urugan terdahulu :
 Hasil dari pengujian kepadatan .
 Hasil dari pengujian pengukuran permukaan/ kelerengan dan data survei
yang memeriksa bahwa toleransi permukaan yang ditentukan dipenuhi.
Perbaikan Urugan yang Tak memuaskan atau Tidak stabil
a. Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan
menggaruk permukaan dan membuang atau menambah material sebagaimana
diperlukan yang dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
b. Urugan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal kadar airnya kurang
memenuhi persyaratan atau yang seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan/
Pengawas Kegiatan Teknik, maka harus diperbaiki dengan mengganti material,
disusul dengan penyiraman air secukupnya dan dicampur dengan menggunakan
“motor grader” atau peralatan lain yang disetujui.
c. Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan, dimana kadar airnya melampaui
kadar air yang disyaratkan atau sebagaimana diperintahkan Direksi Pekerjaan/
Pengawas Kegiatan Teknik, harus diperbaiki ulang dengan mengganti material,
disusul dengan penggunaan motor grader berulang-ulang atau oleh alat lainnya
dengan selang waktu istirahat ketika penanganan, dalam cuaca yang kering. Cara
lain, atau jika pengeringan tak dapat dicapai dengan cara mengaduk atau
membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan
Teknik dapat memerintahkan untuk mengeluarkan bahan tersebut dari pekerjaan
dan menggantikannya dengan bahan kering yang lebih cocok.
d. Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lainnya
setelah dipadatkan dalam batasan persyaratan ini biasanya tidak memerlukan
pekerjaan perbaikan asal sifat meterial dan kerataan permukaan masih memanuhi
persyaratan Spesfikasi ini.
e. Perbaikan dari urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau persyaratan sifat
material dari spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan/
Pengawas Kegiatan Teknik dan dapat meliputi tambahan pemadatan, penggaruan
yang disusul dengan pengaturan kadar air dan pemadatan kembali, atau
pembuangan dan penggantian material.

04.03 PEKERJAAN PASANGAN PONDASI BATU KALI/BELAH


Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.
b. Pekerjaan pasangan Pondasi batu kali/belah ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi dan
Pengawas Lapangan.

14
Persyaratan Bahan
a. Batu kali/belah harus keras, tidak mudah pecah, tidak lapuk dan minimal memiliki
3 sisi bidang pecah serta tidak bulat.
b. Persyaratan bahan lainnya sesuai dengan persyaratan bahan pekerjaan beton
bertulang.
c. Adukan yang dipergunakan menggunakan campuran 1 PC : 4 Pasir (1:4) atau
sesuai dengan gambar rencana.
Syarat Pelaksanaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan yang menggunakan
pasangan batu kali/belah termasuk Pondasi, Dek Penahan Tanah atau TPT, lantai
kerja dan pasangan batu kosong/aanstamping.
b. Sebelum pelaksanaan pekerjaan Pondasi Batu Kali/Belah, Kontraktor harus
mengadakan pengukuran-pengukuran untuk as-as Pondasi seperti pada gambar
dan harus dimintakan persetujuan dari Direksi dan Pengawas Lapangan.
c. Kontraktor wajib melaporkan kepada Direksi dan Pengawas Lapangan bila ada
perbedaan gambar-gambar dari konstruksi dengan gambar-gambar arsitektur atau
bila ada hal-hal yang kurang jelas.
d. Untuk Pelaksanaan pasangan batu kosong/aanstamping harus dalam keadaan
lubang galian kering dan sudah diberi urugan pasir minimal setebal 10 cm padat
atau seperti yang ditunjukan dalam gambar.
e. Pasangan batu kosong/aanstamping adalah pasangan batu kali yang disusun
berdiri tanpa perekat (campuran) setebal 10 cm, celah antara batu-batu diisi pasir
dan disiram air sehingga celah penuh terisi pasir dan kedudukan batu cukup kokoh
sebagai dudukan pondasi.
f. Pasangan batu kali tidak boleh berongga dalam pemasangannya. Batu kali
disusun satu persatu dengan penyangga mortar.
g. Pelaksanaan pasangan batu kali/belah juga harus memperhatian gambar rencana
yang terkait dan jika ada kelainan/ketidak cocokan harus dikonsultasikan dengan
Direksi/ Pengawas Lapangan.
h. Bentuk pasangan batu kali harus sesuai dengan gambar rencana.
i. Penggunaan campuran sesuai dengan yang tercantum dalam gambar rencana.

04.04 PEKERJAAN BETON BERTULANG


Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.
b. Pekerjaan beton bertulang meliputi seluruh pekerjaan beton bertulang seperti yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi dan Pengawas
Lapangan.
Persyaratan Umum
a. Konstruksi-konstruksi harus menggunakan peraturan peraturan/normalisasi yang
berlaku di Indonesia seperti PBI’71/SKSNI – T15 – 1991-03, PMI, PKKI dan
peraturan2 lainnya.
b. Peraturan beton
 Semua pekerjaan beton harus dipenuhi syarat-syarat yang ada pada PBI ’71 /
SKSNI – T15 – 1991-03.
 Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton PBI ‘71 NI-2 pasal 3.1
sampai 3.9 atau seperti yang tertera dalam SKSNI – T15 – 1991-03.
 Syarat pelaksanaan pekerjaan beton PBI ‘71 NI-2 bagian 3 bab 4,5,6 berlaku
seluruh pasal.
 Syarat-syarat pekerjaan tulangan PBI ‘71 NI-2 bab 5 pasal 5.3 sampai 5.8.
 Perhitungan untuk pekerjaan beton bertulang berdasarkan PBI ’71/SKSNI –
T15 – 1991-03.
 Perhitungan muatan pada bangunan (PMI).

15
 Peraturan-peraturan/standart setempat yang biasa dipakai.
 Peraturan konstruksi kayu Indonesia 1961, NI-5
 Peraturan semen portland Indonesaia 1972, NI-8
 Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.
Persyaratan Bahan
a. Semen portland
Harus memakai mutu yang terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Direksi
dan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah mengeras
sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Penyimpanan semen
portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban,
bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan tumpukan sesuai dengan
syarat penumpukan semen.
b. Pasir beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang berisi dan bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sebagainya, dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan
yang dicantumkan dalam PBI 1971.
c. Batu ciping/split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan/penimbunan
pasir koral beton harus dipisahkan satu dari yang lain hingga kedua bahan
tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton dan
harus memenuhi NI-3 Pasal 10.
e. Besi beton
Besi beton menggunakan besi beton polos yang digunakan mutu U24,dan besi
beton ulir mutu U32, untuk besi beton polos, Ø12, Ø 10 mm, Ø 8 mm dan Ø 6
mm dan besi beton ulir, Ø16, Ø13 dengan penggunaan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar rencana. Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas
dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi harus bulat serta memenuhi
persyaratan NI-2 (PBI 1971). Bila dipandang perlu kontraktor diwajibkan untuk
memeriksa mutu beton dilaboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya kontraktor.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Cetakan bekisting
 Acuan harus dibuat dan direncanakan begitu rupa sehingga beton dapat
dengan baik ditempatkan dan dipadatkan, tidak terjadi perubahan bentuk
acuan selama pembetonan dilaksanakan maupun terhadap pengerasan
beton.
 Acuan harus juga cermat dalam kedudukan dan datar, untuk jenis acuan-
acuan tertentu, terlebih dahulu Pemborong harus menyerahkan
perencanaan gambar acuan tersebut kepada Direksi, bila perlu harus
dilengkapi perhitungan dan detail-detail yang jelas. Bilamana hal tersebut
telah mendapatkan persetujuan dari Direksi, rencana acuan tersebut dapat
dilaksanakan.
 Sesuai dengan persyaratan betonnya acuan dapat menggunakan papan-
papan atau kayu lapis/multipleks 9mm atau 12mm dengan penguat dari
balok 2”/3”, 2”/4”, 3”/5” atau konstruksi form work yang lazim digunakan.
 Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab keamanan konstruksi terletak pada
Pemborong, Pemborong harus meminta izin Direksi dan Pengawas
Lapangan bilamana ia bermaksud akan membongkar pada bagian-bagian
konstruksi utama.

16
 Cetakan halus
b. Khusus pembuatan bekisting untuk permukaan beton yang tidak perlu dilapisi
plesteran (dinding graving dock), maka dapat dibuat cetakan harus dengan syarat
sebagai berikut :
 Cetakan dapat digunakan secara berulang dengan catatan hanya cetakan
yang bermutu baik boleh dipakai yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas.
 Permukaan cetakan harus dibasahi dengan minyak (form oil/mould release
agent) yang bermaksud untuk menghasilkan permukaan beton yang bersih,
halus dan bebas kotoran dan kemudahan pada saat
pembukaan/pembongkaran bidang-bidang bekisting.
 Segala cacat pada permukaan beton yang telah dicor harus ditambal
(diplester) sedemikian rupa hingga sesuai warna/texture permukaan
disekatnya.
c. Pengujian
Bila dipandang perlu oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, Pengujian dilakukan
sebagai berikut :
 Sebelum melaksanakan pengecoran awal, Kontraktor harus mengadakan
mix design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan
dapat tercapai dari mix design tersebut, selanjutnya oleh Direksi/Pengawas
akan dihitung karakteristik dari hasil percobaan tersebut yang selanjutnya
akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan sesuai
dengan syarat-syarat PBI 1971 pasal 4.6 dan 4.7.
 Pada pekerjaan beton struktural untuk waktu permulaan pelaksanaan dibuat
1 (satu) benda uji untuk setiap 3m3 beton dan dalam waktu sesingkat-
singkatnya harus segera terkumpul 20 benda uji, sedang setelah berjalan
lancar diperlukan 1 (satu) benda uji pada setiap 5 m3 beton dengan
minimum 1 benda uji untuk setiap harinya.
 Apabila hasil pemeriksaan pada padal 4.07 PBI 1971 masih meragukan,
maka pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan menggunakan hammer test
atau kalau perlu dengan Corl Drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap
kualitas beton yang sudah ada sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971.
 Pembuatan dan pemeriksaan benda-benda uji harus memenuhi ketentuan-
ketentuan dari Pasal 4.9 PBI 1971 dan semua biaya yang timbul akibat
pengujian yang tercantum pada ayat ini adalah menjadi tanggung jawab
kontraktor.
 Slump yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah
7,5-10 cm, pemakaian slump harus teratur dan disesuaikan dengan
kebutuhan, misalnya untuk daerah-daerah yang pembesiannya rapat dapat
dipergunakan slump yang tinggi.
d. Pemberitahuan Tentang Pelaksanaan Pengecoran
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama
dari pekerjaan, Pemborong harus memberitahukan Direksi/Pengawas untuk
mendapat persetujuan, hal ini dapat dilaksanakan dengan Berita Acara
Pengecoran. Jika hal ini tidak dilaksanakan dengan semestinya atau persiapan
pengecoran tidak disetujui oleh Direksi/Pengawas, maka mungkin Pemborong
diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang baru dicor atas biaya pemborong.
Sebelum pengecoran dimulai, Pemborong harus sudah menyiapkan seluruh stek-
stek maupun anker-anker yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton
yang akan dihubungkan dengan dinding dan kecuali dinyatakan lain pada gambar-
gambar, maka stek-stek dan anker-anker dipasang setiap jarak 1,00m.
Beton yang mengeras, kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain harus dibuang dari
dalam bekisting, mesin pengaduk (beton molen) maupun alat-alat pembawa.
Penulangan harus dimatikan pada posisinya, diperiksa sebelum pengecoran

17
dilakukan, agar pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada waktunya.
e. Kelas dan Mutu beton
Kecuali dinyatakan lain, maka campuran dari beton harus mencapai kekuatan
tekan beton karakteristik yang penggunaannya sebagai berikut :
 Beton dengan mutu Bo untuk pekerjaan non struktural seperti lantai kerja
(work floor).
 Beton dengan mutu K-250 untuk pekerjaan-pekerjaan struktur seperti; sloof,
kolom & balok.
 Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan bahan additive beton.
f. Pembesian
1) Semua besi beton yang digunakan harus memebuhi syarat-syarat:
 Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971).
 Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak-minyak, karat dan tidak cacat
(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
 Dari jenis besi beton mutu U-24 dalam segala hal harus memenuhi
ketentuan-ketentuan PBI-1971dan SNI 03-1729.
 Mempunyai penampang yang sama rata.
 Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar.
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan di
atas, harus mendapat persetujuan perencana/konsultan pengawas.
3) Besi beton harus disuplay dari satu sumber (manufacture) dan tidak
diperkenankan untuk mencampurkan bermacam-macam besi beton tersebut
untuk pekerjaan konstruksi. Setiap pengiriman ke site harus disertakan Mil
Certaificate.
4) Kontraktor bilamana diminta harus pengujian mutu besi yang akan dipakai,
sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas. Percobaan mutu besi beton juga
akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh konsultan
pengawas.
5) Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-gambar atau
mendapat persetujuan konsultan pengawas. Hubungan antara besi beton
dilakukan sesuai dengan yang lain harus menggunakan kawat beton, diikat
teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan tidak menyentuh lantai
kerja atau papan acuan. Sebelum beton dicor besi beton harus bebas dari
minyak, kotoran cat, karet, kulit giling atau bahan-bahan yang merusak. Semua
besi beton harus dipasang pada posisi yang tepat.
g. Besi beton yang tidak memenuhi syarat karena ukuran maupun kwalitas tidak
sesuai dengan spesifikasi (RKS) di atas, harus segera dikeluarkan dari site setelah
penerimaan instruksi tertulis dari konsultan pengawas dalam waktu 2x24 jam.
h. Membengkok dan meluruskan tulangan untuk beton bertulang harus dilakukan
dalam keadaan dingin. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai
dengan gambar kerja. Bila tidak tercantum dalam gambar kerja, harus dimintakan
persetujuan direksi terlebih dahulu.
i. Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat, serta bahan-bahan lain
yang mengurangi daya rekat.
j. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempat.
k. Tulangan lengkung tidak boleh menempel pada papan cetakan atau tumpuan lain.
Untuk itu harus dibuat beton tahu (beton decking) dengan tebal dan pemasangan
sesuai dengan PBI ’71 / SKSNI – T15 – 1991-03
l. Untuk mengatur jarak tulangan tarik dan tulangan tekan pada pelat digunakan
cakar ayam, yang sebelumnya telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
m. Pertemuan dengan tulangan Plat / balok / kolom / pondasi yang sudah dicor harus
distek dengan overlapping sesuai dengan PBI ’71 atau Peraturan SNI 03-1729.
n. Cara pengadukan
 Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.

18
 Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi/ Pengawas Lapangan.
 Selama pengadukan, kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump minimum
7,5 cm dan maksimum 10 cm.
 Apabila memakai beton ready mix, maka cara pengadukannya mengikuti
prosedur beton ready mix dengan memperhatikan mutu beton yang akan
dicapai.
o. Bahan – Bahan Penambah (Admixture)
 Penggunaan admixture dapat digunakan setelah diizinkan Pengawas
Proyek. Dimana penggunaan admixture diizinkan, maka bahan ini harus
ditambahkan pada beton dalam tempat pengadukannya dengan
mempergunakan alat pengukur otomatis, dan petunjuk – petunjuk pabrik
mengenai penggunaannya.
 Istilah – istilah kimia, rumus – rumus dan jumlah bahan – bahan yang aktif,
ukuran yang harus dipakai dan efek mengenai bertambahnya atau
berkurangnya penggunaan dosis bahan – bahan secara terus menerus pada
sifat – sifat fisik dan kimia beton basah dan yang sudah mengeras dan akan
diserahkan kepada Pengawas Proyek untuk persetujuannya.
 Pemborong harus menyediakan sampel – sampel dan melaksanakan
percobaan – percobaan tersebut sebagaimana diperintahkan oleh
Pengawas Proyek sebelum izin penggunaan admixture diizinkan dipakai
pada pelaksanaan test menjadi tanggungan Pemborong.

p. Pengecoran beton
 Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan
penahan jarak.
 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi
dan Pengawas Lapangan.
 Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan
terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split
yang dapat memperlemah konstruksi.
 Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh
Pengawas Lapangan.
q. Pemadatan beton
Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang– barang lain yang
harus berada di dalam beton, harus dibersihkan dari semua macam kotoran.
Semua cetakan dan pengatur jarak harus diperiksa dengan teliti dan ruang yang
akan diisi beton harus betul – betul dibersihkan. Pekerjaan pengecoran di bagian
manapun dari pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum persiapan – persiapannya
disetujui dan izin pengecoran diberikan oleh Pengawas Proyek. Pengecoran harus
selalu diawasi langsung oleh mandor atau (foreman) yang berpengalaman.
Pemborong harus memberitahukan kepada Pengawas Proyek bila akan mengecor
dengan mengajukan request yang telah disetujui Pengawas Teknik. Beton harus
dicor sedemikian rupa sehingga dalam satu bagian pekerjaan, permukaannya rata.
Penempatan didalam lapisan – lapisan horisontal tidak boleh melebihi tebal 40 cm
(setelah dipadatkan), kecuali ditentukan lain oleh Pengawas Proyek. Pengecoran
beton harus dilakukan terus menerus antara tempat sambungan yang
direncanakan atau disetujui tanpa terhenti termasuk waktu makan. Jika dipakai

19
corong – corong untuk mengalirkan beton, maka kemiringan harus sedemikian
rupa sehingga tidak terjadi segregasi dan harus disediakan selang – selang
penyemprot atau pelat – pelat peluncur agar tidak terjadi segregasi selama
pengecoran.
Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. Kecepatan
pengecoran harus sedemikian rupa sehingga tebal beton tidak kurang dari 0,5 m
per jam dan tidak lebih dari 1,5 m, kecuali disetujui lain oleh Pengawas Proyek.
Semua beton harus dipadatkan dengan mempergunakan vibrator yang digerakkan
dengan tenaga listrik (immersion type vibrator) yang baik type maupun cara
kerjanya disetujui oleh Pengawas Proyek. Vibrator yang disediakan harus cukup
jumlah, ukuran dan kapasitasnya dan sesuai dengan banyaknya beton yang akan
dicor, ukuran – ukuran beton dan penulangan. Vibrator ini harus dapat bekerja
dengan baik didalam acuan dan sekeliling penulangan dan barang – barang lain
yang diletakkan di dalamnya tanpa harus memindahkan. Penggetaran yang
berlebihan (over vibration) yang menyebabkan segregasi, permukaan yang
keropos atau kebocoran melalui acuan harus dihindarkan.
r. Siar Dilatasi
Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar dilatasi, letak dan
pengaturannya ditunjukkan dalam gambar – gambar atau seperti yang disetujui
Pengawas Proyek.
Apabila siar dilatasi harus dibuat di luar yang ditunjukkan oleh ganbar, karena
kerusakan mesin pengaduk beton atau keadaan yang tidak terduga, harus dibuat
bulk-head sedemikian sehingga arahnya tegak lurus arah tegangan – tegangan
utama. Apabila letaknya berdekatan dengan tumpuan atau lokasi yang dianggap
oleh Pengawas Proyek tidak dikehendaki, maka pengecoran harus dihentikan dan
beton baru tersebut harus dibongkar sampai tempat yang dianggap baik.
Posisi dan pengaturan siar-siar ini harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas, dimana:
 Siar dalam kolom sebaiknya di tempatkan sedekat mungkin dengan bidang
bawah dari balok tertinggi
 Siar dalam Balok dan Pelat di tempatkan pada tengah-tengah bentang
 Siar Vertikal dalam dinding supaya dihindarkan
 Siar harus dibaut sekecil mungkin dan atas persetujuan Konsultan
Pengawas.
Permukaan Siar harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian bubur semen (grout)
yang tipis dilapiskan merata ke seluruh permukaan bahan yang dipakai untuk
expantion joint adalah heavyduty sealant dengan pelat hitam berukuran 200mm x
2mm yang diletakkan sepanjang delatasi dan di pasang sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.
Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton yang sudah
mengeras, maka permukaan beton tersebut harus dikasarkan. Kemudian
permukaan tersebut harus dibersihakan dari bagian – bagian yang lepas dan
kotoran – kotoran lainnya disemprot dengan air semen atau zat perekat (addition)
dan beton baru dikerjakan, yang harus dipadatkan dengan baik pada bidang
pertemuan tersebut. Sebelum pengecoran, permukaan beton lama harus dilapis
dengan adukan semen dengan kualitas yang sama dengan adukan beton.
s. Pengeringan Beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan dari pengaruh panas matahari
yang merusak, hujan dan air yang mengalir atau angin yang kering.
Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan cara
sebagai berikut:

20
 Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, atau bahan sejenis
atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari.
 Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan
air yang disetujui.
t. Curing dan Perlindungan Atas Beton
Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap sinar
matahari, angin, hujan atau aliran air dan pengrusakan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya.
Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap basah selama 4 hari
dengan menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada permukaan beton
tersebut.
Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton harus diperhatikan. Kontraktor harus bertanggungjawab
atas retaknya beton karena kelalaian ini.
u. Alat-alat di dalam Beton
Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong
konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin Konsultan
Pengawas. Ukuran dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam beton,
pemasangan sparing dan sebagainya harus menurut petunjuk Konsultan
Pengawas.
v. Beton Kedap Air
Untuk pembuatan beton kedap air (sesuai dengan gambar-gambar), maka
Kontraktor terlebih dahulu harus meminta persetujuan Konsultan Pengawas
perihal bahan waterproofing (additive) sebagai campuran dalam adukan beton dan
proporsi adukannya.
Kontraktor bertanggungjawab atas pekerjaan pembuatan beton kedap air tersebut.
Apabila dikemudian hari terdapat bocor atau terjadi rembesan, maka Kontraktor
harus mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor sendiri.
Prosedur perbaikan tersebut harus sesuai dengan petunjuk dari Konsultan
Pengawas sedemikian rupa sehingga tidak merusak bagian-bagian lain yang
sudah selesai.
w. Pembongkaran Bekisting (cetakan)
 Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa hingga
menjamin seluruhnya keamanan beton yang telah dicor. Bagian struktur
beton vertikal yaitu sisi balok kolom praktis, dapat dibongkar bekistingnya
setelah 72 jam dengan persyaratan bahwa betonnya telah cukup mengeras
sehingga tidak ada kemungkinan cacat, setelah mendapat ijin dari Direksi.
Bagian struktur beton yang disangga dengan batang penyangga tidak boleh
dibongkar begesting maupun tiang penyangganya sebelum elemen struktur
tersebut mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat sendiri berikut
bahan-bahan pelaksanaan di atasnya. Dalam keadaan apapun bekisting
tidak boleh dibongkar sebelum mencapai 14 (empat belas) hari pada beton
yang memakai rawatan begesting baru boleh dibongkar setelah rawatan
berakhir.
 Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan cukup air,
selama minimum 1 (satu) minggu berturut-turut.

04.05 PEKERJAAN KAYU


Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil yang baik

21
dan rapi. Pekerjaan ini meliputi:
a. Pekerjaan Kayu Kasar meliputi:
pekerjaan bekesting dan lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan
pekerjaan kayu kasar lainnya pada umumnya.
Persyaratan Bahan
a. Jenis kayu yang dipakai :
 Kayu klas II ( Kayu Keras Setempat) yang berkualitas baik dalam jenisnya.
Digunakan untuk pekerjaan papan bouplank dan bekesting.
 Kelembaban kayu disyaratkan 12%-14% sesuai persyaratan dalam PPKI
tahun 1961.
 Dihindarkan adanya cacat-cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu,
pecah-pecah, mata kayu, melintang basah dan lapuk.
 Semua kayu yang dipasang/dipakai ialah yang disetujui oleh Direksi/
Pengawas Lapangan.
b. Alat Pengencang
Semua alat pengencang seperti paku, sekrup, baut, angkur dan lainnya harus dari
baja lapis galvanis dalam ukuran sesuai petunjuk Gambar Kerja atau sesuai
kebutuhan standar yang berlaku.
c. Perekat
Semua lem dan perekat yang digunakan harus dari jenis kedap air, seperti produk
neoprene based/synthetic resin based atau yang setara.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Semua proses pemotongan dan pembuatan dikerjakan dengan mesin, kecuali
untuk detail tertentu atas persetujuan Direksi dan Pengawas Lapangan.
b. Semua pengikat berupa paku, baut, kawat dan lainnya harus digalvanisasikan
sesuai dengan NI-5. Tidak diperkenankan pengerjaan di tempat pemasangan.
c. Pengukuran keadaan lapangan diperlukan sebelum dimulai pekerjaan untuk
mendapatkan ketetapan pemasangan dilapangan.
d. Rangka kayu yang akan dipasang bahan finishing harus diperhalus, rata dan
waterpass.
e. Hasil akhir dari pemasangan harus rata, lurus dan tidak melampaui toleransi
kerataan 0,5 cm untuk setiap 2 m2.
f. Pekerjaan kayu halus.
 Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi (sudah
diketam halus dan siap difinish). Kontraktor wajib menyerahkan shop
drawing dan contoh jadi untuk bagian detail tertentu pada Direksi dan
Pengawas Lapangan.
 Bahan kayu halus tidak diperkenankan dipasang dengan cara memaku atau
cara lainnya yang disetujui Direksi dan Pengawas Lapangan.
 Permukaan kayu yang terlihat bekas pemakuan harus diberi dempul atau
sejenisnya yang telah disetujui Direksi dan Pengawas Lapangan.
 Hindari terlalu banyak pemakuan pada permukaan kayu.
 Permukaan kayu yang terlihat harus diketam halus sedemikian rupa
sehingga siap menerima finish.
 Jika diperlukan bahan perekat, maka kontraktor harus mengajukan terlebih
dahulu baik kualitas maupun jenisnya kepada Pengawas Lapangan untuk
mendapatkan persetujuan.
 Semua pekerjaan kayu sebelum terpasang harus mendapat persetujuan dari
Direksi dan Pengawas Lapangan. Jika ada yang tidak memenuhi syarat,
maka kontraktor harus mengganti atas tanggung jawabnya.
 Setelah dipasang, kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap
benturan-benturan benda lain dan kerusakan-kerusakan akibat kelalaian
pekerjaan, semua kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab kontraktor.
 Kayu plint atau lainnya yang melekat langsung pada dinding batu tela dan

22
beton harus diberi lapisan menie kayu minimal 2 lapis.
Pasal 05
PEKERJAAN ARSITEKTURAL
05.01 PEKERJAAN TANAH
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan urugan ini dilaksanakan sebagai urugan peninggian halaman dan
bangunan maupun sebagai urugan lubang-lubang pondasi. Termasuk dalam
pekerjaan ini adalah pekerjaan pemadatan untuk setiap layer urugan.
Persiapan Untuk Urugan
Pengurugan tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi atau bagian pekerjaan
lainnya yang akan ditutup/diurug atau tersembunyi oleh tanah urugan diperiksa oleh
Direksi/Pengawas. Pada pekerjaan urugan/peninggian permukaan tanah asal jika
ada ketidaksesuaian antara keadaan lapangan dan gambar rencana Pemborong
harus memberitahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas,
Jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan
dipertimbangkan.
Bahan-bahan Urugan
a. Untuk bahan urugan peninggian tanah asal (site) pada ketinggian tertentu
diurug dengan tanah urug/padas yang didatangkan dari luar lokasi.
b. Bahan-bahan urugan harus tidak mengandung lumpur dan bahan organik,
kadar lumpur tidak boleh terlalu tinggi dan bahan urugan mudah untuk
dipadatkan.
Urugan Tanah
a. Khusus untuk urugan peninggian tanah asal sebelum dilaksanakan
pengurugan awal, seluruh permukaan tanah asal pada daerah yang akan
diurug harus dibersihkan dari kotoran-kotoran atau puing-puing dan harus
dibuang keluar lokasi.
b. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur, kotoran, sampah dan
sebagainya.
c. Material-material bahan urugan yang terletak pada daerah yang tidak
memungkinkan untuk dipadatkan dengan alat-alat berat, urugan dilakukan
dengan ketebalan maksimal 15-20 cm material lepas dan dipadatkan dengan
alat pemadat (baby roller/stamper) atau dengan ijin pengawas/direksi.
d. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian maupun
pengurugan adalah +/- 10 mm terhadap kerataan yang ditentukan.
e. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan ditest dilaboratorium untuk
mendapatkan nilai standart proctor. Laboratorium yang memeriksa harus
laboratoriumnya resmi atau laboratorium yang ditunjuk oleh konsultan
pengawas.
Dengan bahan yang sama, material yang akan dipadatkan harus ditest juga di
lapangan dengan system “Field Density Test” dengan hasil kepadatannya
sebagai berikut :
 Untuk lapisan yang dalamnya sampai 30 cm dari permukaan rencana
kepadatannya 95% dari sumber proctor.
 Untuk lapisan yang di dalamnya lebih dari 30 cm dari permukaan rencana
kepadatannya 90% dari standart proctor.
Hasil test di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh konsultan pengawas
semua hasil-hasil pekerjaan diperiksa kembali terhadap pokok-pokok referensi
untuk mengetahui sampai di mana kedudukan permukaan tanah tersebut.
Bagian permukaan tanah yang telah dinyatakan padat, harus dipertahankan
dan dijaga jangan sampai rusak, akibat pengaruh luar dan tetap menjadi
tanggungjawab kontraktor s/d masa pemeliharaan.
f. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebar dalam lapisan-
lapisan yang rata dalam ketebalan yang tidak melebihi 200 mm pada
kedalaman gembur.
g. Standar Rujukan (AASHTO)

23
T 88 - 78 Analisa ukuran butir tanah
T 89 - 68 Penetapan batas cair tanah
T 90 - 70 Penetapan batas plastis dan indeks plastis tanah
T 99 - 74 Penetapan batas plastis dan indeks plastis tanah
T 145 - 73 Klasifikasi dari tanah dan campuran tanah dan agregat untuk
keperluan konstruksi jalan
T 180 - 74 Hubungan antara kelembaban dan kepadatan tanah
menggunakan palu 2.5 kg dan 305 mm tinggi jatuh
T 191 - 61 Kepadatan tanah di tempat dengan menggunakan metoda
kerucut pasir
T 193 - 72 “The California Bearing Ratio”
T 258 - 78 Penetapan tanah yang mengembang dan tindakan
perbaikannya.
Urugan Pasir
a. Urugan pasir dilakukan di semua bagian-bagian yang sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar pelaksanaan.
b. Tebal urugan pasir disesuaikan dengan syarat-syarat gambar pelaksanaan
atau dalam gambar pelaksanaan.
c. Urugan pasir dilakukan setelah permukaan tanah di bawahnya rata
(waterpass), ketebalan disesuaikan sebagaimanan yang tercantum dalam
gambar kerja. Pasir urug yang digunakan harus bersih dari kotoran organic,
kandungan lumpur maksimal 10% pemadatan urugan pasir untuk semua jenis
pekerjaan dilakukan dengan alat pemadat mekanis (stamper).
d. Pasir urugan yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung potongan-
potongan bahan kertas yang berukuran lebih dari 1,5 cm.
Pelaporan
a. Untuk setiap Urugan yang akan dibayar menurut ketentuan-ketentuan Seksi
dari Spesifikasi ini Penyedia jasa diharuskan menyerahkan laporan di bawah
ini kepada Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik sebelum izin
memulai pekerjaan disetujui :
 Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang
telah dipersiapkan untuk penempatan urugan.
 Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan pemadatan yang cukup dari
permukaan yang disiapkan di mana urugan ditempatkan.
b. Penyedia jasa harus menunjukkan contoh-contoh bahan urugan kepada
Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan Teknik paling lambat 14 hari sebelum
tanggal yang diusulkan untuk penggunaan pertama kalinya sebagai bahan
urugan itu
 Dua contoh masing-masing 50 kg dari material, satu harus disimpan oleh
Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan Teknik untuk rujukan selama masa
Kontrak.
 Pernyataan perihal komposisi dari material yang diusulkan, bersama
dengan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan sifat meterial
tersebut memenuhi persyaratan sesuai dengan poin e pasal ini.
c. Penyedia jasa harus menyerahkan hal-hal berikut dalam bentuk tertulis
kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan segera setelah selesainya satu
bagian dari pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan/Pengawas Kegiatan Teknik, tidak diperkenankan material lain di
atas urugan terdahulu :
 Hasil dari pengujian kepadatan
 Hasil dari pengujian pengukuran permukaan/kelerengan dan data survei
yang memeriksa bahwa toleransi permukaan yang ditentukan dipenuhi.
Perbaikan Urugan yang Tak memuaskan atau Tidak stabil
a. Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan
atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki
dengan menggaru permukaan dan membuang atau menambah material

24
sebagaimana diperlukan yang dilanjutkan dengan pembentukan dan
pemadatan kembali.
b. Urugan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal kadar airnya kurang
memenuhi persyaratan atau yang seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan/Pengawas Kegiatan Teknik, maka harus diperbaiki dengan
mengganti material, disusul dengan penyiraman air secukupnya dan dicampur
dengan menggunakan “motor grader” atau peralatan lain yang disetujui.
c. Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan, dimana kadar airnya melampaui
kadar air yang disyaratkan atau sebagaimana diperintahkan Direksi
Pekerjaan/Pengawas Kegiatan Teknik, harus diperbaiki ulang dengan
mengganti material, disusul dengan penggunaan motor grader berulang-ulang
atau oleh alat lainnya dengan selang waktu istirahat ketika penanganan,
dalam cuaca yang kering. Cara lain, atau jika pengeringan tak dapat dicapai
dengan cara mengaduk atau membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi
Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik dapat memerintahkan untuk
mengeluarkan bahan tersebut dari pekerjaan dan menggantikannya dengan
bahan kering yang lebih cocok.
d. Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lainnya
setelah dipadatkan dalam batasan persyaratan ini biasanya tidak memerlukan
pekerjaan perbaikan asal sifat meterial dan kerataan permukaan masih
memanuhi persyaratan Spesfikasi ini.
e. Perbaikan dari urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau persyaratan sifat
material dari spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik dan dapat meliputi tambahan
pemadatan, penggaruan yang disusul dengan pengaturan kadar air dan
pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian material.

05.02 PENGERASAN HALAMAN DAN LAPANGAN PARKIR

a. Sarana lapangan parkir, halaman dibuat dengan maksud menunjang


kelengkapan komplek bangunan/gedung, baik pada waktu pelaksanaan yang
merupakan jalan konstruksi maupun setelah bangunan tersebut selesai
dibangun. Karena pembangunannya yang sedemikian rupa, maka diharapkan
hal tersebut akan merupakan jalan/emplacement yang ramai dan penting, baik
untuk pelayanan dan parkir kendaraan di dalam lingkungan maupun untuk
penghubung dengan jalan umum/lalulintas di luar komplek.
b. Di samping jalan, dibangun pula kelengkapannya seperti :
1. Saluran tepi jalan/emplacement (kansteen).
2. Saluran air dengan bak kontrol.
3. Plat duiker, dan lain-lain.
c. Sebagaimana dinyatakan dalam gambar, maka pada beberapa bagian dari
halaman dan lapangan parkir dibuat perkerasan dengan menggunakan coneblok.
Batas antara perkerasan dan halaman rumput dipasang batu pinggir (kansteen),
terbuat dari betonnya yang dilengkapi dengan lubang pembuangan air, maka
pada tempat-tempat tertentu dan atau tiap jarak 9 m’ dibuat celah-celah
pembuangan air yang berhubungan langsung dengan saluran.
d. Pada saluran bagian halaman untuk pekerjaan perkerasan dibuat galian inkasing
dengan kedalaman sesuai dengan jumlah ketebalan masing-masing lapisan
perkerasan, sehingga mencapai peil yang ditentukan. Sebelum masing-masing
lapisan pekerjaan perkerasan dilaksanakan, terlebih dahulu tanah galian inkasing
harus digilas hingga padat dengan stoomwalls 8-10 ton.
Bagian perkerasan halaman/implacement parkir terdiri dari :
1. Lapisan pertama :
Hamparan pasir urug setebal 20 cm dan dipadatkan dengan stoomwalls
berat/bobot 8-10 ton.
2. Lapisan kedua :

25
Pasir batu urug setebal 15 cm, digilas stoomwalls berat/bobot 8-10 ton sambil
disiram air secukupnya.
3. Lapisan ketiga :
Coneblok dengan tebal 9 cm.
Semua ukuran adalah ukuran setelah dipadatkan. Pekerjaan dengan bahan
coneblock dilaksanakan sesuai dengan Gambar Detail, termasuk pekerjaan
lapisan dasarnya.
e. Saluran Air
Saluran air dibuat dari pipa beton cetak berbentuk lingkaran atau 0,5 lingkaran
dengan mutu beton K-175. Sambungan pipa beton menggunakan pasangan bata
dengan adukan 1 Pc : 3 Ps. Bak kontrol dari pasangan batu bata dengan adukan
1 Pc : 3 Ps dan diplester dengan adukan yang sama.
f. Plat Duiker
Plat duiker terbuat dari beton bertulang campuran 1 : 2 : 3. Pondasi kepala
jembatan dan sayapnya terbuat dari pasangan batu kali 1 Pc : 4 Ps dengan
finishing siar 1 Pc : 3 Ps dan plesteran 1 Pc : 2 Ps.

05.03 PEKERJAAN DINDING BATU BATA


Lingkup pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan dan
alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi dinding-dinding bangunan dan
seluruh detail yang disebut/ditunjukkan dalam gambar kerja atau sesuai
petunjuk konsultan pengawas.
Bahan – bahan
a. Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebgai berikut :
b. Batu bata harus memenuhu NI – 10
c. Semen Portland harus memenuhi NI – 8
d. Pasir harus memenuhi NI – 3 pasal 14 ayat 2
e. Pasir harus memenuhi PUBI – 1982 pasal 9
Pelaksanaan
a. Sebagian besar dinding dari batu bata merah, dengan menggunakan adukan
campuran 1PC : 4Pasir.
b. Untuk semua dinding luar dan dalam, mulai dari permukaan lantai sampai ring
balok pada toilet serta daerah basah lainnya, digunakan aduk campuran rapat
air (trasram) dengan campuran 1PC : 2Pasir.
c. Batu bata merah yang digunakan batu bata merah ex. Lokal dengan kualitas
terbaik yang disetujui konsultan pengawas, yaitu siku dan sama ukurannya
dan matang pembakarannya merata pada setiap unit batu bata.
d. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum
hingga jenuh.
e. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok sedalam
1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
f. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari
(maksimal) 24 lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom praktis.
g. Bidang dinding bata ½ (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2
harus ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran
13cm x 13cm, dengan 4 (empat) buah tulangan pokok berdiameter 10mm,
beugel diameter 6 – 15cm, jarak antar kolom maksimal 350cm.
h. Pembuatan lubang pada pasangan bata merah untuk perancah sama sekali
tidak diperkenankan.
i. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguat stek besi beton diameter 8 mm, jarak
40cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan
beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata minimal 30cm, kecuali
ditentukan lain.

26
j.Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari
5%. Bata yang patah lebih dari dua tidak boleh digunakan.
k. Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ (setengah) batu harus
menghasilkan dinding finish setebal 15cm dan untuk dinding 1 (satu) batu
finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapid an benar-
benar tegak lurus.
l. Seluruh pasangan dinding bata sampai setinggi 50cm di atas kepala pondasi
harus diberi obat anti rayap dengan cara dan aturan yang ditentukan oleh
produsen obat. Pemakaian obat tersubut dilakukan sebelum plester
dilakukan.
m. Pada bagian/daerah sekitar toilet, pantry dan lain-lain yang membutuhkan
penempatan barang-barang yang digantung pada dinding, maka di dalam
dinding bagian-bagian tersebut harus dipasang perkuatan yang dibuat dari
besi beton secara vertical dan horizontal yang dihubungkan/disambung
dengan las.
n. Pemasangan besi beton perkuatan dinding tersebut harus disetujui terlebih
dahulu oleh konsultan pengawas mengenai tempat dan ukurannya.
o. Kelos-kelos yang dibutuhkan dapat ditanam dalam dinding-dinding dengan
angkur.
p. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain. Jika terjadi kerusakaan akibat kelalaiannya maka
kontraktor harus mengganti tanpa biaya tambahan.
q. Pemasangan dinding harus termasuk kolom praktis/balok sloof/ring.
Pengujian mutu pekerjaan
a. Kontraktor harus menguji semua pekerjaan menurut persyaratan teknis dari
pabrik pembuat/produsen atau menurut uraian diatas.
b. Peralatan untuk pengujian disediakan oleh kontraktor.
c. Konsultan pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini
dianggap perlu.
d. Apabila pengujian tidak dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan maka
biaya pengujian tersebit adalah tanggung jawab kontraktor.

05.04 PEKERJAAN PLESTERAN


Lingkup pekerjaan
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan acian pada seluruh bagian yang
dijelaskan dalam gambar dan petunjuk Pengawas.
Pengendalian pekerjaan
Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan syarat dalam :
§ NI-2-1971
§ NI-3-1970
§ NI-8-1974

Bahan-bahan
 Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat,
lumpur atau campuran-campuran lain.
 Semen Portland
Semen Portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang
membantu dan dalam sak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI-8.
Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam
pekerjaan, yaitu merk yang disetujui Pengawas.
 Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti
minyak, asam atau unsur-unsur organik lainnya.
Perbandingan campuran plesteran

27
a. Plesteran dengan campuran 1 PC : 4 Ps digunakan pada dinding, sedangkan
untuk daerah basah digunakan plesteran dengan campuran 1 PC : 2 Ps.
b. Plesteran dengan 1 PC: 3 Ps digunakan pada permukaan beton, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.
c. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur air sampai
mencapai hasil kekentalan yang sempurna.
Pelaksanaan
I. Persiapan Plesteran
a. Bersihkan permukaan dasar sampai benar-benar siap untuk dilakukan
pekerjaan plesteran.
b. Untuk daerah yang luas, dibuat pola dasar plesteran (kepala plesteran)
dengan jarak 1 meter arah vertikal sebagai dasar plesteran untuk menjamin
adanya ketebalan yang sama, permukaan yang datar/rata, contour dan profil-
profil akurat.
c. Basahi seluruh permukaan bidang yang akan diplester untuk peresapan.
Plesteran dapat dimulai setelah bidang tersebut kering.
d. Pelaksanakan plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti
tidak rata, tidak tegak lurus atau bergelombang, adanya pecah atau retak,
keropos, maka bagian tersebut harus dibongkar kembali untuk diperbaiki atas
biaya Pemborong.
II. Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran
a. Bersihkan permukaan dinding batu bata atau permukaan beton dari noda
debu, minyak cat, bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat
plesteran.
b. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang
disyaratankan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih
dahulu “kepala plesteran”.
c. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (+ 20 mm) dan
diratakan dengan roskam kayu/besi dari kayu halus terserut dan rata
permukaannya ataupun dengan profil aluminium dengan panjang minimal 1,5
m. Kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk menghindarkan
terjadinya retak akibat penyusutan yang mendadak.
d. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton harus
dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang kuat antara
permukaan beton dengan plesteran. Bilamana perlu permukaan beton yang
telah dikasarkan diberi bahan additive, misalnya “Calbon”.
e. Basahi permukaan beton untuk air hingga jenuh, tunggu sampai aliran air
berhenti.
f. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan minimal 2
cm, tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus, tetapi harus
dilakukan secara bertahap yaitu dengan cara menempelkan adukan semen
pada bagian yang akan diplester, kemudian setelah mengering, lakukan
plesteran berikutnya dengan adukan semen pasir hingga mencapai ketebalan
yang dikehendaki.
g. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan ketebalan
lebih dari 3 cm, sebagai akibat dari kesalahan pada waktu pengecoran atau
yang lainnya, maka plesteran tersebut harus dilapis dengan kawat ayam yang
ditempelkan pada permukaan beton yang akan diplester. Biaya penambahan
kewat ayam tersebut menjadi tanggungan Pemborong.
h. Hindarkan benda-benda ataupun bahan-bahan lain yang dapat merusak
permukaan acian.
i. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau diperbaiki, maka
hasil akhir (finishing) dari pekerjaan tersebut harus dapat menyamai
pekerjaan yang telah disetujui oleh Pengawas.

28
05.05 PEKERJAAN LANTAI KERAMIK
Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan keramik, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik.
b. Pekerjaan keramik ini meliputi lantai keramik, dinding keramik dan seluruh
detail yang disebutkan/ditunjuk dalam gambar.
Persyaratan Bahan
a. Bahan keramik :
 Lantai Keramik 60 x 60 cm untuk gedung menggunakan Homogeneus
 Lantai Keramik 25 x 25 cm untuk gedung menggunakan Lokal dop
 Lantai Keramik 25 x 40 cm untuk gedung menggunakan Lokal
 Pekerjaan Bevel keramik Homogeneus
 Bahan Perekat: Adukan spesi 1 PC : 3 Pasir Pasang
 Warna : Akan ditentukan kemudian
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan
ASTM, peraturan keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
c. Semen Portland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam PVBB 1970 (NI-3) dan PBI 1971 (NI-2) dan
ASTM.
Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing
mengenai pola keramik.
b. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan
ternoda.
c. Adukan pasangan/pengikat dengan aduk campuran 1 PC : 3 Pasir Pasang.
d. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air besih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.
e. Pola, arah dan awal pemasangan keramik harus memperhatikan ukuran/letak
dan semua peralatan yang akan terpasang di dinding : panel listrik, stop
kontak, saklar dan lain-lain yang tertera di dalam gambar.
f. Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan dengan gambar.
g. Awal pemasangan keramik pada dinding maupun lantai dan kemana sisa
ukuran harus ditentukan, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Direksi
dan Pengawas Lapangan sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.
h. Bidang dinding dan lantai keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar
harus benar-benar lurus. Siar arah horizontal maupun vertikal pada dinding
dan lantai yang berbeda ketinggian peil lantainya harus merupakan satu garis
lurus.
i. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar) harus
sama lebarnya, maksimum 3mm, yang membentuk garis-garis sejajar dan
lurus sama lebar dan dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus
membentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
j. Setelah spesi pasangan mengering, siar antara (nat) harus diisi penuh dengan
adukan PC dan dikeruk halus hingga menghasilkan permukaan nat yang
sama dengan garis tepian tegel
k. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih.
l. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban selama 3x24
jam dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.
m. Keramik plint terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar-
siarnya bertemu siku dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang

29
sama pula.

05.06 PEKERJAAN PLAFOND


Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
dan penutup atap dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan langit-langit ini meliputi seluruh pemasangan langit-langit (plafond)
seperti yang ditunjukkan/dinyatakan dalam detail gambar.
Persyaratan Bahan
a. Rangka plafond
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, rangka langit-langit/plafond terbuat dari
bahan metal furing dengan spesifikasi sesuai dengan yang dipersyaratkan
oleh pabrik pembuatnya.
 Rangka plafond memakai bahan yang terdiri dari besi Furing HOLLOW
dengan ukuran 4x4mm untuk hanger (Main Runner White) ukuran 2x4mm
untuk rangka pembagi (Cross Tee White)
 Kawat penggantung rangka Ø 3mm dilengkapi dengan Suspension hanger
Spring Adjusted
b. Penutup plafond
Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana, penutup langit-langit (plafond)
terbuat dari :
 Penutup Plafond menggunakan bahan Gypsum t= 9 mm
 Pada bagian tepi (antara plafond dan dinding) diberi list tepi profil dari
bahan Gypsum.
Syarat Pelaksanaan
a. Rangka Langit-langit
 Kecuali pada gambar rencana tertulis lain, rangka langit-langit terbuat dari
dari bahan metal furing ukuran sesuai ketentuan yang dipersyaratkan oleh
pabrik pembuatnya.
 Semua batang profil untuk rangka langit-langit telah diseleksi dengan baik,
lurus dan rata.
 Seluruh rangka langit-langit digantung pada plat beton dikaitkan pada plat
besi yang dipaku ramset ke plat beton/balok beton.
 Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh permukaan harus
rata, lurus dan waterpass. Tidak ada bagian yang bergelombang dan
batang-batang rangka harus saling tegak lurus.
b. Pemasangan Penutup Langit-Langit
c. Menyiapkan alat yang diperlukan untuk memudahkan pemasangan gypsum
plafon. Peralatan yang diperlukan cukup sederhana antara lain cutter, impact
drill(bor) ukuran 10 mm, mata bor untuk sekrup, angel grinder, siku, meteran
ukur, palu, kabel daya dan stop kontak.
d. Menyiapkan bahan. Secara umum bahan yang diperlukan antara lain rangka
plafon besi hollow, gypsum plafon, paku beton, sekrup (jika menggunakan
rangka hollow) dan lainnya.
e. Ukur rencana tinggi plafon. Sebaiknya tidak melebihi ring balok. Gunakan
selang air untuk mengatur ketinggian agar sama tinggi (waterpas).
f. Pasang rangka hollow atau rangka kayu, sesuaikan dengan ukuran ruangan.
Jika ruangan kecil, sebaiknya rangka tidak bertingkat. Namun jika ruangan
cukup besar dan tinggi lebih dari 3 meter, maka rangka plafon boleh
bertingkat.
g. Pasang lis telebih dahulu pada salah satu dinding. Gunakan gerinda atau
gergaji untuk memotong bagian sudut lis.
h. Pasang lis menggunakan sekrup dan bor, dengan jarak 50 cm.
i. Pasang plafon mulai dari pinggir. Jika memang harus dipotong,
gunakan cutteruntuk memotongnya

30
dan gunakan siku agar hasil potongan bersudut 90 derajat.
j. Tempelkan plafon menggunakan sekrup pada bagian pinggir. Teknis
pemasangannya hampir sama dengan cara memasang lantai parkit kayu.
k. Tahap selanjutnya adalah pemasangan lis dan finishing, yaitu melakukan
pemeriksaan dan perapian pada setiap bagian plafon yang masih terlihat
belum rapi.

05.07 PEKERJAAN ATAP BAJA RINGAN


Lingkup Pekerjaan
c. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
dan penutup atap dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
d. Pekerjaan Rangka baja ringan ini meliputi seluruh pemasangan kuda kuda
dan reng seperti detail gambar.
Persyaratan Bahan

a. Kuda – kuda baja ringan


Kuda – kuda baja ringan terbuat dari bahan metal zincalum dengan spesifikasi
sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Rangka kuda – kuda baja ringan memakai bahan yang terdiri dari rangka
utama zincalum C 75. untuk Untuk kuda - kuda
 Baut skrup
b. Reng
Reng terbuat dari bahan zincalum zincalum dengan spesifikasi sesuai dengan
yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Pemasangan reng atap ini memakai bahan zincalum baja ringana ukuran 45.4

Syarat Pelaksanaan
a. Rangka Kuda – Baja Ringan
 Rangka Kuda - kuda baja ringan terbuat dari dari bahan zincalum ukuran
sesuai ketentuan yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Semua batang profil untuk rangka kuda kuda baja ringan telah diseleksi
dengan baik, lurus dan rata.
 Seluruh rangka kuda – kuda baja ringan di bautkan pada ring balok dan
Setelah seluruh rangka kuda – kuda terpasang, seluruh permukaan harus
rata, lurus dan waterpass. Tidak ada bagian yang bergelombang dan batang-
batang rangka harus saling tegak lurus
b. Setelah seluruh pemasangan kuda – kuda baja ringan selesai selanjutnya
dilaksanakan pemasangan reng baja ringan
c. Dalam pelaksanaan pemasangan kuda – kuda baja ringan dan reng baja ringan
selalu di laksakan sesuai dengan gambar rencanan.
d. Pelaksanaan pemasangan kuda – kuda baja ringan dan reng baja ringan pihak
kontaktor selalu memberitahu direksi pekerjaan/Konsultan pengawas.

05.08 PEKERJAAN PENUTUP ATAP SPANDEK WARNA


Lingkup Pekerjaan
e. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
dan penutup atap dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
f. Pekerjaan Penutup atap ini meliputi seluruh pemasangan Penutup atap
spandek warna dan rabung spandek warna sesuai detail gambar
Persyaratan Bahan

31
a. Spandek warna
Atap spandek terbuat dari bahan metal dengan spesifikasi sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Atap spandek memakai bahan yang terdiri dari atap spandek warna tebal
0,3mm
 Paku skrup atap
b. Rabung Spandek
Rabung Spandek terbuat dari bahan Metal Spandek dengan spesifikasi sesuai
dengan yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Pemasangan Rabung spandek sesuai pada pada gambar rencana dengan
tebal 0,3 mm

Syarat Pelaksanaan
a. Atap Spandek Warna
 Atap Spandek Warna ukuran sesuai ketentuan yang dipersyaratkan oleh
pabrik pembuatnya.
 Semua Atap Spandek warna atap telah diseleksi dengan baik, lurus dan
rata.
 Untuk menentukan warna atap spandek pihak pelaksana harus memberi
tahu direksi pekerjaan/konsultan pengawas supaya di sesuaikan dengan
dinas terkait.
b. Setelah seluruh pemasangan spandek selesai selanjutnya dilaksanakan
pemasangan rabung atap
c. Dalam pelaksanaan atap spandek dan rabung spandek selalu di laksakan sesuai
dengan gambar rencanan.
d. Pelaksanaan pemasangan atap spandek dan rabung atap pihak kontaktor selalu
memberitahu direksi pekerjaan/Konsultan pengawas.

05.09 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA KUZEN UPVC DAN PANEL KACA 8 mm
Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu
dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai
hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela dan ventilasi seperti
yang dinyatakan/ ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari
Kontraktor.
Persyaratan Bahan
a. Kusen
Kusen dari bahan UPVC, tidak terbuat dari bahan bekas, profil kusen memiliki
teba 4 cm sedangkan profil daun memiliki ketebalan 5 cm kualitas baik.
b. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian syarat-syarat dan
spesifikasi
c. Untuk keseragaman UPVC, Pemotongan profil UPVC menggunakan mesin
potong sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk
jendela bukaan dan pintu mempunyai toleransi ukuran tinggi dan lebar 1 mm
dan untuk diagonal 2mm.

Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pengerjaan
 Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang terbaik dengan
standar pengerjaan yang disetujui pengawas
 Pemasangan sambungan harus tepat tanpa cela sedikitpun
 Semua detail pertemuan harus runcing (adu manis), halus dan rata, bersih

32
dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi permukaan
 Pemasangan harus sesuai dengan gambar-gambar dan pesyaratan dan
persyaratan teknis ini.
 Tanda-tanda dan cacat yang timbul dipermukaan UPVC harus dihilangkan.
b. Perlindungan.
 Pelindung tersebut harus dibuka pada bagian-bagian tertentu dimana
diperlukan, ketika Kayu akan dikerjakan dan ditutup kembali setelah
pekerjaan selesai.
 Kusen harus dilindungi dengan plastic tape atau (Zine Chroritate primer
permis Transparant) ketika pengerjaan plester dilakssanakan. Bagian-
bagian lain dapat dilindungi dengan :“Lacquer Film” sampai pekerjaan
selesai.
 Penggunaan permis palo permukaan yang akan diberikan caulking atau
sealant tidak diperkenankan

05.10 PEKERJAAN PINTU KACA


Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini melingkupi pengadaan bahan, peralatan dan pemasangan
pekerjaan pintu kaca berikut kusen dan perlengkapan lainnya yang sesuai
standar untuk pekerjaan ini.
b. Pekerjaan ini dilaksanakan pada ruang utama seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.

Pengendalian Pekerjaan
a. Syarat Dinas Kebakaran Pemda
b. Sesuai Rekomendasi Pabrik
c. Petunjuk Tim Teknis/Konsultan Supervisi
Bahan Bahan
a. Rangka pintu (Kusen)
Rangka pintu (Kusen) dibuat dari profil UPVC sbb:
 Kuzen UPVC
 Engsel
 Bahan-bahan yang diperlukan
b. Daun Pintu
Daun pintu harus dibuat dari bahan-bahan sbb:
 Kaca Tempered 12 mm
c. Perlengkapan Pintu
Semua perlengkapan pintu engsel, flush bolt, handle (penampang bulat) dan
lain lain harus sesuai dengan pekerjaan ini.
d. Contoh bahan
Kaca Tempered Kualitasi Baik
Pelaksanaan
a. Pemasangan harus dilaksanakan oleh Pelaksana yang mempunyai
pengalaman khusus di bidang pekerjaan ini dan mempunyai tenaga ahli yang
berpengalaman,dengan menunjukan surat refensi proyek-proyek yang telah
dilaksanakan.
b. Kontraktor harus mempunyai workshop lengkap dengan perlatan/mesin-mesin
khusus untuk pekerjaan ini dan mempunya lisensi dari Dinas Pemadam
Kebakaran.
c. Pemasangan rangka pintu (kusen) harus dilakukan setelah pekerjaan
penulangan dan sebelum pengecoran dinding beton bertulang.
d. Komponen pintu harus dipasang dalam struktur yang kaku sesuai dengan
petunjuk pemasangan dari pabriknya.
e. Perhatikan Bab “Pekerjaan Pengecatan” dipersyaratan teknis ini untuk
pengecatan pintu-pintu baja.

33
f. Hasil pengecatan harus rata dan tidak cacad serta semua sistem mekanisnya
dapat bekerja dengan baik dan sempurna.

05.11 PEKERJAAN KUNCI-KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG


Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan, alat dan tenaga kerja untuk pekerjaan ini, yaitu
pemasangan kunci, engsel, rel dan kelengkapan pintu, jendela lainnya.
Rambuncis
Rambuncis yang digunakan ex. Dorma (pintu frameless), Tiap kunci harus
mempunyai 3 buah anak kunci. Pemborong harus memperlihatkan contohnya terlebih
dahulu untuk mendapat persetujuan Tim Teknis / Konsultan Supervisi.

05.12 PEKERJAAN PENGECATAN


Lingkup Pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang akan dicat, untuk pengecatan ulang permukaan
discrat/digosok lalu dibersihkan dari sisa-sisa kotoran.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan.
c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada dalam gambar yang tidak
disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan
petunjuk Perencana.
Pekerjaan Cat Dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh permukaan
plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian yang lain ditentukan gambar.
b. Untuk semua dinding dalam bangunan digunakan cat jenis setara/sekualitas
Matex , dengan lapisan dasar wall sealer, warna ditentukan kemudian.
c. Untuk semua dinding luar bangunan digunakan cat jenis setara/sekualitas
Matex, dengan lapisan dasar wall sealer, warna ditentukan kemudian dan
sebagai dinding depan menggunakan lapisan komposit panel
d. Wall sealer yang digunakan adalah wall sealer tembok.
e. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada
retak-retak dan pemborong meminta persetujuan kepada Direksi dan
Pengawas Lapangan.
f. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan menggunakan pisau plamur dari plat
baja tipis dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk
bidang yang rata.
g. Sesudah 7 (tujuh) hari plamur terpasang, kemudian dibersihkan sampai betul-
betul bersih. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller.
h. Lapisan pengecatan dinding dilakukan sebanyak 3x (tiga kali) dengan
kekentalan cat sebagai berikut :
 Lapisan I encer (tambahan 20 % air)
 Lapisan II kental
 Lapisan III encer
i. Untuk warna-warna yang sejenis, kontraktor diharuskan menggunakan
kaleng-kaleng dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.
j. Setelah pengerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh,
rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap
pengotoran-pengotoran.

Pekerjaan Cat Langit-langit (Plafond)


a. Yang termasuk pekerjaan cat langit-langit adalah langit-langit gypsum atau
bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Cat yang digunakan cat tembok, warna ditentukan Direksi dan Pengawas
Lapangan setelah melakukan percobaan pengecatan.
c. Selanjutnya semua metode/prosedur sama dengan pengecatan dinding dalam
pasal ini.
Pekerjaan Cat Besi

34
a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat besi adalah pengecatan permukaan
konstruksi baja konvensional dan/atau bagian pekerjaan besi lainnya atas
petunjuk perencana.
b. Cat yang digunakan adalah cat kilat besi jenis Syntetic Enamel, warna
ditentukan Direksi dan Pengawas Lapangan setelah melakukan percobaan
pengecatan.
c. Bidang yang akan dicat diberi menie besi warna hijau 2 (dua) lapis, kemudian
amplas halus dengan amplas besi untuk mendapatkan bidang yang halus dan
rata sehingga bidang siap untuk diberi finishing cat besi.
d. Sebelum dilakukan pengecatan, seluruh permukaan bidang yang akan dicat
dibersihkan dari debu kemudian dicat sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dengan
menggunakan kuas atau cat semprot.
e. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk utuh, rata, tidak ada
bintik-bintik atau gelembung udara dan bidang cat dijaga terhadap
pengotoran.

05.13 PEKERJAAN RAILING


Lingkup pekerjaan
a. Meliputi pengadaan bahan, peralatan dan tenaga kerja yang cukup ahli dalam
pekerjaan halus dan presisi (besi, kayu).
b. Kontraktor bertanggung jawab sejak persiapan bahan, pemasangan sampai
penyerahan dalam kondisi finish sesuai gambar rencana.
Bahan
a. Railing Stainless Steel bulat Diameter 5 cm dan Stainless Steel kotak ukuran
4cm x 4cm serta penutup plat Stainless Steel Ex. Lokal untuk Tangga Utama.
Tangga Lt.-Basement, Lantai-1, Tangga Typical Lantai (2, 3, 4, 5) dan Tangga
Lantai 6
b. Railing Besi dengan ukuran sesuai dengan gambar rencana untuk tangga
kebakaran
dengan finishing Cat Minyak ex. ICI atau setara.
c. Bagian kaki/tanggul dari beton bertulang yang merupakan satu kesatuan dari
pekerjaan struktur, Pada dinding void yang mempunyai ketinggian + 10 cm
dari muka lantai atau sesuai gambar harus sudah disiapkan dudukan untuk
pasangan-pasangan railing.

Pelaksanaan dan pemasangan


a. Pelaksanaan pekerjaan merupakan perakitan masing-masing bagian bahan
yang telah disiapkan sesuai gambar rencana.
b. Sebelum dirakit, maka dibuat terlebih dahulu gambar shop drawing yang
ukurannya menyesuaikan dengan ukuran lapangan. Gambar gambar tersebut
harus mendapat persetujuan dari team supervisi.
c. Pembuatan dan perakitan bahan-bahan tersebut sesuai gambar rencana
harus pada tempat khusus atau bengkel yang menjamin pekerjaan tersebut
rapih dan halus.
d. Pemasangan railing pada tempat yang telah ditentukan sedemikian rupa
sehingga benar-benar presisi sebagaimana dalam gambar rencana.
e. Pelaksanaan pemasangan harus selalu mendapat pengawasan dan
persetujuan Tim Teknis / Konsultan Supervisi.
f. Masing-masing pasangan railing dipasang pada tempat/bagian yang sudah
disiapkan dudukannya, dan dites permukaan atau railing tersebut harus rata
horizontal dan mempunyai ketinggian yang sama terhadap lantai, serta
masing-masing bagian railing harus tepat pada bagian tersebut.

05.14 PEKERJAAN SANITARY

35
Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan
peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar,
memenuhi uraian syarat di bawah ini serta memenuhi spesifikasi dari pabrik yang
bersangkutan.
Perlengkapan Saniter
Perlengkapan saniter yang digunakan adalah ex Toto atau setara
dimana pemasangan mengikuti prosedur pabrik.

Pasal 06
PEKERJAAN FINISHING DAN LAIN-LAIN
06.01 Suatu keharusan bagi kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
semua standard yang disebutkan.
06.02 Setiap saat selama masa pekerjaan kontraktor senantiasa diwajibkan untuk menjaga
kebersihan lahan dari sisa-sisa bahan bangunan dan kotoran bekas. Sebelum serah
terima kepada Direksi, kontraktor membersihkan seluruh bangunan dengan baik, dan
siap digunakan.

Pasal 07
REFERENSI DAN STANDARD-STANDARD
07.01 Dalam melaksanakan pekerjaannya, kontraktor harus tunduk kepada :
07.02 UU. RI No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
07.03 UU. RI No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
07.04 Keputusan Menteri PU RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung
07.05 Keputusan Menteri PU RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
07.06 Keputusan Menteri PU RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan
07.07 Keputusan Menteri PU RI No. 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
07.08 Keputusan Menteri PU RI No. 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
07.09 Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan dan Pelaksanaan Bangunan
di Indonesia (PUBB), 1956.
07.10 PBI-1971 NI – 2, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
07.11 PUBI-1882 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
07.12 Undang-Undang PerburuhanSKSNI T-15-1991-03
07.13 Algemene Voorwaarden voor drinkwater Instalatie” atau disingkat AVWI.
07.14 Algemene Voorschriften Voor Electricitet "(AVE)," Peraturan Umum Instalasi
Listrik" (PUIL), dan peraturan PT. PLN (Persero) yang berlaku
07.15 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI).
07.16 Keputusan Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik
07.17 Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan
07.18 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
07.19 Pedoman Plumbing Indonesia 1979

Pasal 08
PENUTUP
Untuk item yang lain-lain yang tidak disebutkan dalam BoQ dan/ atau Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) dan belum jelas dalam

36
Workshop, maka dilaksanakan sesuai gambar. Jika terdapat perbedaan antara BoQ dan
Gambar Detail segera disampaikan kepada Direksi untuk mendapatkan klarifikasi dan
tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum keputusan diambil.

Padang lawas Utara, Mei 2021

Diperiksa Oleh Dibuat Oleh :


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) CV. KHALIMAL CONSULTANT

DEDI ISMANTO, ST GANTI HASIBUAN, ST


NIP. 19750105 2006041 007 Team Leader

37

Anda mungkin juga menyukai