Anda di halaman 1dari 11

Nama : Jannah Yuliansari

NIM : 1901036120

Kelas : Auditing AK/B

Pemahaman Auditing Bab 13

Strategi Audit Secara Keseluruhan dan Program Audit

Tujuan Pembelajaran :

1. Dapat menggunakan 5 jenis tes audi untuk menentukan apakah laporan keuangan yang
dibuat sudah wajar.
2. Dapat memilih jenis audit yang sesuai dengan tes audit yang dipakai
3. Memahami konsep dari campuran bukti dan bagaimana bukti yang bervariasi dalam
keadaan berbeda dan tujuannya berbeda.
4. Merancang Program Audit
5. Membandingkan dan mengkontraskan tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi ,
saldo dan tujuan audit terkait dalam penyajian dan pengungkapan.
6. Memahami istilah-istilah kunci yang berhubungan dengan bukti
7. Mengintegrasikan keempat fase proses audit.

Bab ini membahas langkah kedelapan dan terakhir dalam fase perencanaan audit. Langkah kritis
ini menyelesaikan strategi audit dan keseluruhan program yang akan diikuti oleh auditor,
termasuk semua prosedur audit, ukuran sampel, item yang harus dipilih, dan waktu. Gambaran
pembukaan bab ini membahas pentingnya keputusan yang melibatkan strategi audit secra
keseluruhan dan rencana audit dan program, mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi audit.

Pertama, strategi audit secara keseluruhan yang dibahas, berarti memilih campuran dari lima
jenis tes yang akan menghasilkan pemeriksaan yang efektif dan efisien. Topik ini mencakup
pembahasan tentang trade off antar jenis tes, termasuk mempertimbangkan biaya setiap jenis tes.
Setelah memutuskan pada jenis pengujia yang paling hemat biaya, auditor merancang program
audit yang terperinci. Kemudian dalam bab ini, bahas bagaimana fase l, yang mencakup semua
langkah perencanaan audit, berkaitan dengan tiga fase lainnya dari audit.

Jenis Pengujian

Dalam mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis tes
untuk memnentukan apakah laporan keuangan yang telah disajikan sudah wajar. Auditor
menggunakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi risiko signifikan karena
kecurangan atau kesalahan, dan merancang pengujian yang menangani risiko tersebut.

Gambar 13-1 menunjukkan hubungan 4 jenis prosedur audit lebih lanjut dengan model risiko
audit. Seperti diilustrasikan pada gambar 13-1, pengujian pengendalian dilakukan untuk
mengurangi suatu penilaian risiko pengendalian, sementara auditor menggunakan dukungan
analitis substantive prosedur dan pengujian rincian saldo untuk memenuhi risiko pengendalian
dan risiko deteksi yang direncanakan, karena pengujian tersebut menguji efektivitas
pengendalian internal dan jumlah uang dari transaksi.

Prosedur penilaian risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan
keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substansif atas transaksi,
prosedur analitis substansif, dan pengujian atas rincian saldo sebagai tanggapan atas penilaian
auditor atas risiko salah saji material. Kombinasi dari keempat jenis prosedur audit lebih lanjut
ini memberikan dasar bagi opini auditor, seperti diilustrasikan oleh gambar 13-1.

Pemahaman auditor atas pengendalian internal digunakan untuk menilai risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit terkait transaksi. Contohnya adalah menilai tujuan akurasi untuk
transaksi penjualan serendah-rendahnya dan tujuan kejadian sebagai moderat. Ketika kebijakan
dan prosedur pengendalian diayakini dirancang dan ditetapkan secara selektif, auditor menilai
risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminakan efektivitas relative dari pengendalian
tersebut. Untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk mendukung penilaian tersebut,
auditor melakukan pengujian pengendalian.

Pengujian pengendalian, baik manual atau otomatis, dapat mencakup jenis berikut :

1. Menanyakan kepada personel klien yang tepat


2. Periksa dokumen, catatan, dan laporan
3. Amati aktivitas yang berhubungan dengan pengendalain
4. Ulangi prosedur dari klien

Auditor melakukan penelusuran sistem sebagai bagian dari prosedur untuk memperoleh
pemahaman guna membantu mereka menentukan apakah pengendalain telah diterapakn dengan
tepat. Panduan biasanya diterapkan pada satu atau beberapa transaksi dan mengikuti transaksi itu
melalui seluruh proses. Misalnya, auditor dapat memilih satu transaksi penjualan untuk
penelusuran sistem proses persetujuan kredit.

Untuk pengendalian otomatis, prosedur auditor untuk menentukan apakah pengendalian otomatis
telah diterapkan juga dapat berfungsi sebagai pengujian pengendalian tersebut, jika auditor
menentukan bahwa pengendalian otomatis telah diubah sejak tanggal pemahaman diperoleh.
Kemudian tidak diperlukan pengujian pengendalian tambahan.
Jumlah bukti tambahan yang diperlukan untuk pengujian pengendalian bergantung pada dua hal
berikut :

1. Luasnya bukti yang diperoleh dalam memperoleh pemahaman tentang pengendalian


internal
2. Rencana pengurangan risiko pengendalian

Gambar 13 — 2 menunjukkan peran pengujian pengendalian dalam audit siklus penjualan dan
penagihan relatif terhadap pengujian lain yang dilakukan untuk memberikan bukti yang cukup
tepat untuk opini auditor . Perhatikan oval yang tidak diasir oval dengan kata-kata "yang diaudit
oleh TOC untuk mempermudah, kita membuat dua asumsi: hanya transaksi penjualan dan
transaksi penerimaan uang tunai dan tiga saldo buku besar yang membentuk siklus penjualan
dan pengumpulan dan saldo awal uang tunai dan rekening yang dapat diterima yang diaudit pada
tahun sebelumnya dan dianggap benar.

Jika audit memverifikasi bahwa transaksi penjualan dan penerimaan kas dapat dengan benar
mencatat dalam catatan akuntansi dan diposting ke buku besar umum, mereka dapat
menyimpulkan bahwa saldo akhir dalam piutang dapat diterima dan penjualan adalah benar.
(transaksi pengeluaran kas harus diaudit sebelum audit dapat mencapai kesimpulan mengenai
saldo akhir dalam rekening kas.) Salah satu cara audit dapat memverifikasi rekaman transaksi
adalah dengan melakukan tes kontrol. Jika pengendalian dilakukan atas transaksi penjualan dan
penerimaan kas , auditor dapat melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah
enam tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi terpenuhi untuk siklus itu.

Pengujian subtansif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji mata uang
(seringkali disebut salah saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo
laporan keuangan. Auditor mengandalkan 3 jenis pengujian substansif : pengujian subtansif atas
transaksi, prosedur analisis subtansif, dan pengujian atas rincian saldo.

Pengujian substansial atas transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit
terkait tindakan transaksi telah dipenuhi untuk setiap kelas transaksi. Dua dari tujuan transaksi
penjualan adalah transaksi penjualan yang tercatat (tujuan kejadian) dan mencatat transaksi
penjualan yang ada (tujuan kelengkapan).

Gambar 13-2 menggambarkan peran pengujian subtansial atas transaksi dalm audit siklus
penjualan dan penagiahn dengan oval yang diasir tipis dengan tulisan “ diaudit oleh STOT”.

Auditor dapat melakukan pengujian pengendalian secara terpisah dari semua pengujian lainnya,
tetapi seringkali lebih efisien untuk melakukan pada saat yang bersamaan dengan pengujian
subtantif atas transaksi. Sebagai contoh, kendali auditor menerapkan pengujian pengndalian
yang melibatkan inspeksi dan kinerja ulang terhadp transaksi yang sama yang diuji untuk salah
saji moneter.(kinerja ulang secara simultan memberikan bukti tentang pengendalian dan
kebenaran moneter.
Dibagian selanjutnya buku ini, kita akan mengasumsikan bahwa pengujian pengendalian dan
pengujian subtansif atas transaksi yang dilakukan pada waktu yang sama.

Dua tujuan terpenting dari analisis substansif Prosedur dalam audit saldo akun adalah untuk :

1. Mengidikasikan kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan


2. Memberikan bukti substansif

Prosedur analisis yang dilakukan selama perencanaan biasanya berbeda dari yang dilakukan
pada fase pengujian. Bahkan jika, misalnya, auditor menghitung margin kotor selama
perencanaan saldo. Dan melakukannya dengan menggunakan data sementara. Nanti, selama
pengujian akhir mereka akan mengevaluasi ulang rasio menggunakan data setahun penuh.

Gambar 13-2 mengilustrikan peran prosedur analisis substantif dalam audit siklus penjualan
dan penagihan oleh oval berbayangan gelap dengan kata-kata “Diaudit oleh SAP”. Amati
bahwa auditor melakukan prosedur analisis substantif atas transaksi penjualan dan
penerimaan kas, serta saldo akhir akun dalam siklus tersebut.

Pengujian rincian saldo berfokus pada saldo buku besar akhir untuk akun neraca dan laporan
lab rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian rician saldo adalah pada neraca.
Contohnya termasuk konfirmasi saldo pelanggan untuk piutang usaha, pemeriksaan fisik
persediaan, dan pemeriksaan laporan vendor untuk utang usaha. Pengujian saldo akhir sangat
penting karena bukti biasanya diperoleh dari sumbet yang tidak bergantungan pada klien
utama, yang dianggap sangat andal.

Gambar 13-2 menggambarkan peran pengujian rincian saldo oleh oval dengan gambar
bayangan setengah gelap dan setengahterang dengan kata-kata “ Diaudit oleh TBD”. Auditor
melakukan pengujian rinci atas saldo akhir untuk penjualan, piutang dan termasuk prosedur
seperti konfirmasi saldo piutang dan pengujian pisah batas penjualan. Luas pengujian
bergantung pada hasil pengujian pengendalian, pengujian substansif atas transaksi, dan
prosedur analisis substansif untuk akun-akun tersebut.

Gambar 13-2 merangkum bagaimana auditor menanggapi risiko salah saji material yang
diindetifikasi melalui prosedur penilaian risiko dengan menggunakan 4 jenis prosedur audit
lebih lanjut untuk memperoleh jaminan audit dalam audit siklus penjualan dan pengumpulan,
pengujian, pengendalian, membantu auditor mengevaluasi apakah pengendalian atas tindakan
transaksi dalam siklus cukup efektif untuk mendukung pengurangan penilaian risiko
pengendalian, dan dengan demikian memungkinkan pengujian substansif berkurang.

Memilih Jenis Pengujian Yang Akan Dilakukan :


Biasanya, auditor menggunakan semua 5 jenis pengujian saat melakukan audit atas laporan
keuangan, tetapi jenis tertentu dapat ditekankan, tergantung pada keadaan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian yang akan dipilih,
termask ketersediaan 8 jenis bukti, biaya relative dari setiap jenis pengujian, lebih lanjut
karena 2 yang terakhir dibahas bab-bab sebelumnya.

Masing-masing dari 4 jenis prosedur audit lebih lanjut hanya melibatkan jenis-jenis tertentu
dari bukti (konfirmasi,insveksi, dan sebagainya). Table 13-2 merangkum hubungan-
hubungan antara prosedur audit lebih lanju dan jenis bukti. Kita bisa membuat sev
pengamatan erat tentang table :

1. Lebih banyak jenis bukti, total 6, digunakan untuk pengujian rincian saldo daripada jenis
pengujian lainnya.
2. Hanya pengujian atas rincian saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi
pertanyaan dari yang dibuat klien untuk jenis pengujian.
3. Inpeksi digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analisi substansif.
Kinerja ulang digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali setiap prosedur analisis
subtansif. Auditor dapat melakukan suatu pengendalian sebagai bagian dari suatu
transaksi berjalan melalui atau menguji suatu pengendalian yang tidak didukung oleh
bukti documenter yang memadai.
4. Perhitungan ulang digunakan untuk meverifikasi keakuratan matematis transaksi ketika
melakukan pengujian substantif atas transaksi dan saldo akun ketika membentuk
pengujian atas rincian saldo.

Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian mana yang akan dipilih untuk memperoleh
bukti yang cukup dan tepat, biaya bukti merupakan pertimbangan penting. Jenis pengujian
tercantum dibawah berdasarkan kenaikan biaya :

1. Prosedur analisis substansitif


2. Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk memperoleh pemahaman
pengendalian internal
3. Pengujian pengendalian
4. Pengujian substantif atas transaksi
5. Pengujian rincian saldo

Prosedur analisis substantif adalah yang paling murah karena relatif mudah membuat
perhitungan dan perbandingan. Seringkali, informasi yang cukup besar tentang salah saji
potensial dapat diperoeh hanya dengan membandingkan dua atau tiga angka.

Prosedur penilaian risiko, termasuk untuk memperoleh pemahaman, pengendalian internal, tidak
semahal pengujian audit lainnya karena audit dapat dengan mudah mengajukan pertanyaan dan
pengamatan serta melakukan prosedur-prosedur perencanaan dan juga memeriksa hal-hal seperti
dokumen yang merangkum operasi dan proses bisnis klien serta struktur manajeman dan tata
kelolah relatif lebih murah daripada pengujian audit lainnya.

Karena pengujian pengendalian juga melibatkan penyelidikan, pengamatan, dan inspeksi, biaya
relatifnya juga rendah dibandingkan dengan pengujian substantif. Namun, pengujian
pengendalian lebih mahal dibandingkan dengan prosedur penilaian risiko audit karena lebih
luasnya pengujianyang diperlukan untuk memperoleh bukti bahwa suatu pengendalian
beroperasi secara efektif, terutama ketika pengujian pengendalian tersebut melibatkan kinerja
ulang.

Pengujian substantif atas transaksi membutuhkan biaya yang lebih besar atas pengendalian yang
tidak mencakup pelaksanaan ulang karena yang pertama sering memerlukan perhitungan ulang
dan melakukan pengujian substansif dan penelusuran ulang.

Pengujian rincian saldo hamper selalu memakan biaya yang jauh lebih besar daripada prosedur
lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan perhitungan persediaan. Karena
tingginya biaya pengujian rician saldo, auditor biasanya mencoba merencanakan audit untuk
meminimalkan penggunaannya.

Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif :

Auditor cenderung percaya bahwa ada salh saji material moneter dalam laporan keuangan ketika
penyimpangan pengujian pengendalian dianggap sebagai defesiensi signifikan atau kelemahan
material. Auditor kemudian harus melakukan pengujian substantif atas transaksi atau pengujian
rincian saldo untuk menentukan apakah salah saji material moneter telah benar-benar terjadi.

Asumsi bahwa pengendalian klien memerlukan petugas indenpen untuk memverifikasi asumsi
harga dan perpajangan setiap faktur penjulan, setelah itu petugas harus menganalisis faktor
duplikat untuk menunjukan kinerja.

Jika sejumlah dokumen dokumen tidak memiliki inisial, auditor harus mempertimbangkan
inplikasi audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan dan menindaklanjuti dengan
pengujian substantif untuk audit laporan keuangan.

Disisi lain, jika tidak ada dokumen atau hanya sedikit tidak berinisial, pengendalian akan
dianggap efektif dan oleh karena itu auditor dapat mengurangi pengujian substantif atas transaksi
dan pengujian rincian saldo. Namun, beberapa pengujian substantif dan penghitungan ulang
masih diperlukan untuk memberikan keyakinan kepada auditor bahwa petugas tidak
menginisialisasi dokumen tanpa benar-benar melakukan prosedur pengendalian atau
melakukannya dengan ceroboh Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberapa pengujian
kinerja dan perhitungan ulang, banyak auditor melakukannya sebagai bagian dari pengujian
pengendalian yang asli. Yang lain menunggu sampai mereka mengetahui hasil pengujian
pengendalian dan kemudian menentukan ukuran sampel total yang dibutuhkan hubungan antara
prosedur analitis substantif pengujian substantif lainnya.

Seperti pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya menunjukkan kemungkinan salah saji
yang mempengaruhi nilai dolar dari laporan keuangan, Fluktuasi yang tidak biasa dalam
hubungan suatu akun dengan akun lain, atau dengan informasi nonkeuangan dapat menunjukkan
kemungkinan yang meningkat bahwa salah saji material ada tanpa perlu memberikan bukti
langsung dari salah saji material. Ketika prosedur analitis mengidentifikasi fluktuasi yang tidak
biasa, auditor harus melakukan pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo
untuk menentukan apakah salah saji dolar benar-benar terjadi. Jika auditor melaksanakan
prosedur analitis substantif dan yakin bahwa kemungkinan salah saji material yang serupa
rendah, pengujian substantif lainnya dapat dikurangi. Untuk akun dengan saldo kecil dan hanya
berpotensi minimal untuk salah saji material, seperti banyak persediaan dan akun beban dibayar
di muka, auditor sering membatasi pengujian mereka pada prosedur analitis substantif jika
mereka menyimpulkan bahwa akun tersebut dinyatakan secara wajar.

Trade-off Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif :

Ada trade-off antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Selama perencanaan
auditor memutuskan apakah akan menini risiko pengendalian di bawah maksimum Ketika
mereka melakukannya. mereka kemudian harus melakukan pengujian pengendalian untuk
menentukan apakah tingkat risiko pengendalian yang dinilai didukung (Mereka harus selalu
melakukan pengujian pengendalian dalam audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan)
3ka pengujian pengendalian mendukung risiko pengendalian penilaian risiko deteksi yang
direncanakan dalam model risiko audit meningkat, dan pengujian substantif yang direncanakan
dapat dikurangi, Gambar 13-3 menunjukkan hubungan antara pengujian substantif dan penilaian
risiko pengendalian (termasuk pengujian pengendalian) pada. tingkat efektivitas pengendalian
internal yang berbeda.

Perhatikan pada Gambar 13-3 bahwa setiap titik di sebelah kanan titik B tidak menghasilkan
pengurangan lebih lanjut atas risiko pengendalian karena bahkan dengan ketergantungan
maksimum pada pengendalian, beberapa prosedur substantif masih diperlukan dalam audit atas
laporan keuangan. Karena audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. terintegrasi, audit perusahaan publik pelapor yang dipercepat kemungkinan besar akan
diwakili oleh poin B.

Bukti Campuran :
Pilihan jenis tes mana yang akan digunakan dan seberapa kas teis tersebut perlu dilakukan
dibentuk dapat bervariasi antara audit untuk berbagai tingkat efektivitas pengendalian internal
dan risiko yang melekat. Bahkan dalam audit tertentu, variasi dapat terjadi dari salus ke siklus
Uduk memperoleh bauks yang cukup dan tepat dalam menanggapi ke yang didentifikasi melalui
prosedur pendaian miko, auditor menggunakan kombinasi dan empat jenis pengujian yang
tersisa. Kombinasi ini sering disebut campuran bukti yang dilustrasikan pada Tabel 13-3 untuk
empat audit yang berbeda. Dalam setiap kasus asumsikan bahwa bukti yang cukup dan tepat
telah dikumpulkan dalam laporan audit, Anda harus dapat menentukan deskripsi klien dari
campuran bukti pada Tabel 13-3. Analisis 1 Audit Klien ini adalah perusahaan besar dengan
pengendalian internal yang canggih dan risiko bawaan yang rendah. Oleh karma inu, auditor
melakukan pengujian pengendalian yang ekstensif dan sangat bergantung pada pengendalian
internal klien untuk mengurangi pengujian substantif. Prosedur analitis substantif ekstensif juga
dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif lainenya. Oleh karena itu, pengujian substantif
atas transaksi dan pengujian atas tincian saldo dminimalkans Karma pkan pada pengan
pengendalian dan prosedur analitis substant, audit ini dapat dilakukan dengan relasif murah
Audit ini kemungkinan mewakili campuran bukti yang digunakan dalam audit terintegrasi atas
laporan keuangan perusahaan publik dan pengendalian intamal atas pelaporan keuangan.

Analisis Audit 2 Perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan sedikit
risiko bawaan Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengisian dalam jumlah sedang
untuk semua jenis pengujian, kecuali prosedur analia substarf, yang akan dilakukan secara
ekstensif. Pengujian yang lebih ekstensif akan diperlukan jika risiko bawaan spesifik ditemukan.

Analisis Audit 3 Perusahaan ini berukuran sedang tetapi memiliki sedike pengendalian yang
efektif dan risiko bawaan yang signifikan Mungkin manajemen telah memutuskan bahwa
pengendalian internal yang lebih baik tidak efektif dan segi biaya.

Analisis Audit 4 Rencana awal audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam
Audit 2. Namun auditor kemungkinan besar mekan penyimpangan pengujian pengendalian yang
ekstensif dan salah saji yang signifikan saat melakukan pengujian substantif atas transaksi dan
prosedur analisis substantif.

Desain Program Audit :

Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang tepat
pada masing-masing dari empat jenis pengujian lainnya prosedur audit khusus untuk setiap jenis
pengujian harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian digabungkan untuk membentuk program
audit Dalam sebagian besar audit, auditor penanggung jawab perkatan merekomendasikan
campuran bukti kepada manajer perikatan Setelah bauran bukti disetu penanggungjawab
menyiapkan program audit atau memodifikasi program yang ada semua tujuan audit, dengan
mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, bauran buks risiko bawaan, risiko pengendalian,
dan risiko signifikan yang tendentifikasi, serta kebutuhan akan audit terintegrasi untuk
perusahaan publik yang lebih besar. Penanggung jawab asisten Man juga kemungkinan akan
mendapatkan persetujuan dari sebelum melakukan prosedur audit atau mendelegaskan
kinerjanya kepada kita fokus pada merancang audit program manajeruntuk memenuhi tujuan
audit terkait transaksi dan keseimbangan Ingatlah bahwa auditor juga akan merancang program
audit untuk memenuhitigaun audit terkait penyajan dan pengungkapan Selan bagian program
audit yang berisi prosedur penilaian risiko yang dilakukan dalam rencana ning program audit
untuk sebagian besar audit dirancang dalam tiga bagian tambahan: tes pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis substant, dan pengujian rincian saldo.

Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi

Program audit pengujian pengendalian dan penguian substantif atas transaksi biasanya meliputi
bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal yang
diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.

Prosedur audit

Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangirisiko pengendalian yang


diperkirakan:

1. Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelastransaksi yang
diuji, seperti penjualan.
2. Mengidentifikasikan pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian internal
yang digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian di
bawah maksimum.
4. Untuk jenis salah saji yang potensial yang berkaitan dengan setiap tujuanaudit yang
berkaitan dengan transaksi, rancanglah pengujian substantif atas transaksi yang tepat,
dengan mempertimbangkan defisiensi dalam pengendalian internal dan hasil yang
diharapkan dari pengujian pengendalian pada langkah 3.

Prosedur analitis

Karena relatif murah, banyak auditor melaksanakan prosedur analitis pada semuaaudit. Prosedur
analitis yang digunakan selama pengujian substantif, seperti audit piutang usaha, biasanya lebih
terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yangdilakukan sebagai bagian dari perencanaan.Ketika
auditor berencana menggunakan prosedur analitis untuk memberikankeyakinan substantif
tentang saldo akun, data yang digunakan dalam kalkulasiharus dipandang cukup dapat
diandalkan.

Pengujian rincian saldo


Dalam merancang prosedur audit yang berkaitan dengan pengujian rincian saldo,auditor
menggunakan metodologi yang berorientasi pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Perancangan prosedur ini biasanya adalah bagian yang paling sulit dari seluruh proses
perencanaan karena bersifat subjektif danmemerlukan banyak pertimbangan
profesional.Keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian rincian saldo:

 Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha.

 Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inherenuntuk piutang usaha.

 Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan.

 Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujiansubstantif atas transaksi


untuk siklus penjualan dan penagihan.

 Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha.

 Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuanaudit yang
berkaitan dengan saldo.

Tingkat disagresi aktivitas perencanaan.

Hal ini tergantung pada sifat aktivitas perencanaan yang dilakukan.

Hubungan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audityang berkaitan dengan
saldo serta penyajian dan pengungkapan.

IKHTISAR ISTILAH PENTING YANG BERKAITAN DENGAN BUKTI

 Fase proses audit


 Tujuan audit
 Jenis pengujian
 Keputusan bukti
 Jenis bukti.

IKHTISAR PROSES AUDIT

Fase 1: merencanakan dan merancang pendekatan audit.

Fase 2: melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.

Tujuan dari fase 2 adalah untuk:


1. Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian khusus yang berkontribusi pada penilaian
risiko pengendalian oleh auditor bagi audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal
atas pelaporan keuangan perusahaan publik.

2. Memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi.

Tujuan dari fase 3 adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang mencukupi guna menentukan
apakah saldo akhir dan catatan kaki atas laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar. Dua
kategori umum dari prosedur fase 3 adalah:

1. Prosedur analitis substantif yang menilai kelayakan transaksi dan saldo secara keseluruhan.

2. Pengujian rincian saldo, yang merupakan prosedur audit untuk menguji salah saji moneter
dalam saldo laporan keuangan.

Fase 4: menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit

 Melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan.


 Mengumpulkan bukti akhir.

Selama fase penyelesaian auditor harus mengumpulkan bukti berikut untuk laporan
keuangan secara keseluruhan selama fase penyelesaian:

1. Melakukan prosedur analitis terakhir


2. Mengevaluasi asumsi going-concern
3. Mendapatkan surat reprentasi klien
4. Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk memastikan bahwa hal itu
konsisten dengan laporan keuangan.
 Mengeluarkan laporan audit
 Berkomunikasi dengan komite audit dan manajemen.

Anda mungkin juga menyukai