Anda di halaman 1dari 5

BAHAN AJAR (HAND OUT)

MATA KULIAH: FONETIK/FONOLOGI BAHASA INDONESIA

Pokok Bahasan : Pengertian Fonetik dan Objeknya


Pertemuan : Ke-2
Subpokok Bahasan:
1. Perbedaan fonetik dan fonemik
2. Jenis-jenis Fonetik
3. Objek utama kajian fonetik
4. Bunyi dan pengertian bunyi sebagai objek kajian fonetik
Sasaran pembelajaran:
Setelah mempelajari modul ini, pembelajar diharapkan dapat:
1. Menjelaskan perbedaan fonetik dan fonemik
2. Menjelaskan jenis-jenis fonetik
3. Menguraikan objek utama kajian fonetik
4. Mendefinisikan pengertian bunyi sebagai objek kajian fonetik

Uraian Materi
1. Pengantar
Fonologi sebagai salah satu aspek besar linguistik telah
menjadi payung bagi dua subbidangnya, yaitu fonetik dan fonemik.
Secara etimologis dan epistemologisnya fonologi diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari bunyi. Atas dasar ini pula, baik fonetik maupun
fonemik sama-sama mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan bunyi
(bahasa). Sudah barang tentu, setiap kata/istilah yang berbeda akan
mengacu kepada makna yang berbeda pula. Jadi, selain kedua
subbidang fonologi ini memiliki kesamaan, keduanya memiliki
perbedaan. Hal yang terakhir inilah (tentang perbedaan keduanya)
yang sering dipertanyakan orang. Untuk itu pembahasan pada pokok
bahasa ini diawali dengan upaya menemukan ciri pembeda keduanya.
Secara sekilas, keduanya memang mirip. Apalagi kalau
dihubungkan dengan konsep etik dan emik. Berikut dikemukakan
beberapa perbedaan keduanya.
a. Fonetik adalah ilmu yang mempelajari produksi bunyi bahasa,
sedangkan fonemik adalah ilmu yang mempelajari fungsi bunyi
bahasa sebagai pembeda makna.
b. Deskripsi bunyi bahasa secara fonetis dinilai belum lengkap,
sedangkan deskripsi bunyi secara fonemis akan memperlengkapi
kekurang pada deskripsi fonetis.
c. Secara teknis, bentuk singkat yang cocok untuk fonetis adalah fon,
sedangkan bagi fonemik menggunakan istilah fonem.
d. Perbedaan terakhir antara keduanya adalah menyangkut lambang
yang didasarkan pada International Phonetic Alphabetic (IPA)
bahwa simbol untuk fon adalah diapit oleh kurung siku ([.]),
sedangkan untuk fonemik digunakan tanda garis miring dua untuk
mengapit suatu fonem (/./).

2. Jenis-Jenis Fonetik
Tampaknya hampir semua linguis bersepakat bahwa fonetik
sebagai subbidang fonologi yang mengkaji ciri-ciri fisik beserta cara
menghasilkan bunyi dibagi dalam tiga jenis, yakni:
a. Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi,
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia
bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-
bunyi itu diklasifikasikan.
b. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis
atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya,
aplitudonya,dan intensitasnya.
c. Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan
bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan
dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang
berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu
dihasilkan atau diucapkan manusia. Sementara fonetik akustik lebih
berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan
dengan bidang kedokteran.

3. Objek Utama Kajian Fonetik


Sudah umum diketahui bahwa objek utama kajian fonetik
adalah bunyi, dalam hal ini bunyi bahasa. Bunyi bahasa dapat
dipelajari/dikaji berdasarkan dua hal, yakni menurut ciri dan fungsi.
Fonetik tidak mengkaji bunyi berdasarkan kedual hal tersebut
sekaligus. Fonetik hanya berfokus pada pengkajian bunyi bahasa
berdasarkan ciri-ciri beserta bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan
oleh orgam bicara manusia.

4. Pengertian bunyi sebagai objek kajian fonetik


Masyarakat awam bahkan sebagian mahasiswa seringkali
menganggap bunyi sama seperti suara. Pada hal keduanya sangat
berbeda. Apalagi kalau sebagai objek kajian fonetik, keduanya sangat
berbeda. Perbedaannya bahwa bunyi adalah sesuatu yang terjadi
akibat adanya pertemuan/perbenturan kedua benda, sedangkan suara
selalu diartikan sebagai sesuatu yang keluar dari mukut makhluk
hidup.
Sebagai objek kajian fonetik, bunyi yang dimaksudkan adalah
bunyi bahasa, yang dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang
dihasilkan oleh pertemuan beberapa organ bicara. Seperti halnya
bunyi pada umumnya, bahwa bunyi bahasa juga mempersyaratkan
terjadinya bunyi bahasa itu harus terjadi pertemuan antara dua benda
(artikulator dan titik artikulasi).
Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat,
yaitu sumber tenaga (pernapasan), alat ucap yang menimbulkan
getaran, dan rongga pengubah getaran, dimana bunyi bahasa yang
dihasilkan berbeda-beda.
Proses membentuk dan mengucapkan bunyi berlangsung
dalam suatu kontinum. Menurut analisis bunyi fungsional, arus
bunyi yang kontinum tersebut dapat dikategorisasikan berdasarkan
segmen tertentu. Walaupun demikian, ada pula bunyi yang tidak
dapat dikategorisasikan menjadi segmen-segmen tertentu yang
disebut bunyi suprasegmental. Oleh sebab itu, bunyi bahasa dapat
dibagi menjadi (1) bunyi segmental dan (2) bunyi suprasegmental.
Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut
bunyi oral (contohnya [p], [g], [f]), bunyi bahasa yang arus udaranya
keluar melalui rongga hidung disebut bunyi sengau/nasal (contohnya
[m], [n], [ñ], [ŋ]).
Sementara bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar
melalui mulut dan sebagian keluar melalui rongga hidung disebut bunyi
yang disengaukan/dinasalisasi.
Bunyi bersuara terjadi apabila kedua pita suara berganti-ganti
merapat dan merenggang dalam membentuk bunyi bahasa, bunyi
bahasa yang dihasilkan akan terasa “berat”.
Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara direnggangkan
sehingga udara tidak tersekat oleh pita suara, bunyi bahasa yang
dihasikan akan terasa “ringan”. Perbedaan antara keduanya dapat
dirasakan jika menutup kedua lubang telinga rapat-rapat. Disamping
itu, pita suara dapat juga dirapatkan sehingga udara tersekat, bunyi
yang dihasilkan disebut bunyi hambat glotal [?].
Macam bunyi bahasa yang kita hasilkan juga dipengaruhi oleh
ada tidaknya hambatan dalam prosos pembuatannya. Untuk jelas dan
lengkapnya mengenai hal ini akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya, khususnya pada subpokok bahasan proses terjadinya
bunyi.

Bahan Bacaan
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

___________. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Marsono. 1996. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada Unipersity Press.

Muslich, Masnur. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif


Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar Linguistik Jilid I. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

___________, 2006. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Tugas/Latihan ke-2
Nama : ……..……………………………..
Nomor Stambuk : …………………………………….
Fakultas/jurusan : …………………………………….
Pertanyaan:
1. Jelaskan perbedaan ketiga jenis fonetik.
2. mengapa objek kajian kita hanya berfokus pada jenis fonetik
artikulatoris. Kemukakan alasan Saudara!
3. Apa saja manfaat praktis mempelajari fonetik?

Anda mungkin juga menyukai