Anda di halaman 1dari 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya menetapkan Sjamsul Nursalim

(SJN) dan Itjih Nursalim (ITN) sebagai tersangka dalam kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
KPK sendiri telah melakukan penyidikan sejak Agustus 2018.

Atas penyidikan itulah, ditemukan bukti yang cukup. Keduanya melanggar pasal 2 ayat 1 tentang tindak
pidana korupsi. Adapun konstruksi perkara awalnya diduga pada 21 September 1998 telah terjadi
penandatanganan antara BPPN dan Sjamsul atas penyelesaian pengambilalihan pengelolaan Bank
Dagang Nasional Indonesia (BDNI) melalui Master Settlement Acquisition Agreement (MSAA).

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Sjamsul Nursalim
beserta istrinya Itjih Nursalim dalam kasus dugaan korupsi BLBI.

Kasus Sjamsul dan istrinya merupakan pengembangan dari kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI) dengan tersangka Syafruddin Arsyad Tumenggung yang telah divonis bersalah.

Meski demikian, ternyata Sjamsul dan Itjih selalu mangkir dalam 3 kali panggilan KPK, yakni 8-9 Oktober
2019, 22 Oktober 2018, dan 28 Desember 2018.

"KPK memandang telah berupaya memanggil dan memberikan kesempatan yang cukup pada Sjamsul
Nursalim dan isteri untuk memberikan dari perspektif yang bersangkutan di KPK. Namun hal tersebut
tidak dimanfaatkan oleh yang bersangkutan," ujar Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif, Senin
(10/6/2019).

Menurut Laode, KPK juga pernah mengirimkan informasi pemberitahuan dimulainya penyidikan dengan
tersangka Sjamsul dan Itjih ke empat alamat. Tiga alamat di Singapura dan 1 alamat di Indonesia.

Ketiga alamat di Singapura adalah The Oxley, Cluny Road, dan Head Office of Giti Tire, Pte. Ltd.
Sementara itu alamat di Indonesia adalah rumah di Simprug, Grogol Selatan, Kebayoran Lama.

"Setelah melakukan proses penyelidikan dan ditemukan bukti permulaan yang cukup sebagaimana
diatur di Pasa 44 UU no 30/2002 tentang KPK, maka KPK membuka penyidikan baru dugaan tindak
pidana korupsi bersama-sama dengan Syafruddin Arsyad Tumenggung selaku Kepala BPPN dalam proses
pemenuhan kewajiban pemegang saham BDNI selaku obligor BLBI kepada BPNN dengan tersangka a.
SJN (Sjamsul Nursalim) pemegang saham pengendali BDNI, dan b. ITN (Itjih Nursalim)," jelas Laode.

Keduanya diduga merugikan keuangan negara senilai Rp 4,58 triliun.

Anda mungkin juga menyukai