Anda di halaman 1dari 2

212, 48 Jam Menuju Hegemoni Akbar Pemersatu Bangsa

Kurang dari 48 jam lagi masyarakat Indonesia akan menyaksikan kembali sebuah hegemoni
akbar di Ibukota. Aksi Bela Islam 212, atau Aksi Bela Islam Jilid III 2 Desember adalah sebuah aksi
pembuktian bahwa sinyal-sinyal kebangkitan negeri mulai muncul ke permukaan. Benteng
kesabaran yang selama ini dipertahankan oleh bangsa besar ini perlahan runtuh, digantikan mimpi
yang teguh untuk merdeka dari cengkeraman antek-antek asing dan aseng. Dan gerakan aksi inilah
langkah awal yang nyata untuk mewujudkan mimpi itu.

Namun sangat naif jika kita semua menganggap jalan perjuangan adalah jalan tol bebas
hambatan. Antek-antek asing dan aseng tentu tidak ingin singgasana kekuasaan mereka di
lingkungan Istana Negara terusik. Mereka akan selalu melancarkan upaya-upaya untuk
menggagalkan berdiri tegaknya bangsa besar ini. Mereka akan terus mengadu domba, memelintir
pernyataan-pernyataan, dan menghasut orang-orang menggunakan kekuatan media-media yang
berada dibawah pantat mereka. Mereka akan selalu mendorong kaki tangan mereka untuk
mengeluarkan statement dalam memecah belah kesatuan bangsa ini.

Terbukti, dalam Aksi Bela Islam Jilid II yang terjadi 3 minggu lalu mereka begitu vokal dan
aktif dalam memelintir kejadian. Tuduhan-tuduhan perusakan taman, pengotoran jalan, bahkan
kerusuhan terus-menerus mereka suarakan. Bahkan, mereka juga membuat tuduhan dengan
mengatakan bahwa seluruh peserta Aksi Bela Islam Jilid II dibayar. Namun kita bukan lagi bangsa
yang bodoh, yang akan menelan bulat-bulat pernyataan media mereka. Apakah benar semua yang
diberitakan oleh mereka? Apakah benar Islam adalah agama yang mengajarkan kerusakan dan
kekacauan? Justru sebaliknya, antisipasi yang dilakukan berhasil membongkar rencana busuk
mereka bahkan kini mampu menarik simpati lebih besar dari masyarakat.

Namun kini lagi-lagi, belum lagi Aksi Bela Islam Jilid III dilakukan, pelarangan-pelarangan
dengan alasan mengganggu kenyamanan dan ketertiban Ibukota mereka suarakan. Rasa takut dan
khawatir mereka hembuskan dengan memberitakan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bahkan
belum pasti terjadi. Begitu hebat dan uletnya mereka mencoba menggagalkan aksi ini. Namun sekali
lagi, bangsa ini bukan lagi bangsa yang mudah diperdaya. Peserta aksi menahan kekesalan dan
mengedepankan kesabaran dan rasionalitas. Peserta aksi membuktikan bahwa bangsa ini bukanlah
bangsa primitif yang mengedepankan emosi diatas logika dan gemar melakukan kekerasan. Bangsa
ini adalah bangsa besar yang pantas untuk memimpin, bukan bangsa kecil yang hanya bisa bermimpi
dan dipimpin. Lokasi gelar sajadah untuk sholat jumat akhirnya dialihkan ke Monumen Nasional.

Tidak selesai pada pelarangan menyelenggarakan aksi dijalan, kaki tangan antek-antek di
pemerintahan kini melarang PO bis untuk menyewakan bis-bis mereka kepada para peserta aksi.
Mereka tidak mau peserta aksi kali ini sebanyak atau bahkan lebih banyak daripada peserta aksi
kemarin dengan cara meniadakan transportasi. Mereka mengira apa yang mereka lakukan
setidaknya berhasil untuk mengurangi jumlah peserta aksi. Namun kembali lagi, kita berhasil
membuktikan bahwa kita tidak akan menyerah untuk memberikan bukti nyata. Tercatat, ribuan
saudara kita dari Ciamis, Jawa Barat memutuskan untuk berjalan dari kediamannya ke Jakarta untuk
mengikuti Aksi 2 Desember nanti. Padahal jarak CIamis-Jakarta sekitar 250 kilometer! Apakah masih
ada diantara kita yang mencoba menutup mata dan tidak peduli dengan bukti-bukti yang sudah jelas
ini?

Maka inilah saatnya kita semua bangun, sadar dari tidur panjang sifat apatis kita. Saatnya
kita bersatu melawan antek-antek asing dan aseng, membebaskan negeri ini dari perbudakan segala
sisi yang mereka lakukan. Saatnya kita buktikan bahwa kita bukan lagi bangsa bodoh yang bisa
mereka permainkan. Saatnya kita suarakan bahwa kita tidak takut dan tidak pernah takut untuk
melawan. Dan inilah saat yang paling tepat bagi kita untuk bersatu, bangkit, dan merdeka!

Anda mungkin juga menyukai