Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


TERMOREGULASI

Disusun Oleh :

Avent Lino Rido Putra Sahu (011191104)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2021/2022
A. Anatomi Fisiologi
Pusat termoregulator hipotalamus merupakan sekelompok saraf pada area preoptik dan
hipotalamus posterior yang befungsi sebagai termostat. Termostat hipotalamus semacam
memiliki titik kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh:
1. Termoreseptor perifer, terletak didalam kulit, mendeteksi perubahan suhu kulit dan
membran mukosa tertentu serta mentransmisikan informasi tersebut ke hipotalamus
2. Termoreseptor sentral, terletak diantara hipotalamus anterior, medulla spinalis, organ
abdomen dan struktur internal lainnya, juga mendeteksi perubahan suhu darah.
B. Definisi
Termoregulasi adalah mekanisme fisiologi dan perilaku mengatur keseimbangan antara
panas yang hilang dan dihasilkan oleh tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak
diantara hemister otak. (Potter&Perry, 2006)
Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan
kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan.
C. Faktor Yang Mempengaruhi
1. Variasi di luar
Kegiatan tubuh sepanjang hari dapat bervariasi. Penggunaan energi dalam
metabolisme selalu timbul panas. Kegiatan otot (organ yang paling banyak pada
tubuh manusia) banyak menimbulkan panas, sistem saraf yang paling berperan pada
waktu kegiatan jasmani meningkat. Biasanya pada siang hari suhu tubuh lebih tinggi
daripada malam hari.
2. Umur
Pada bayi yang baru lahir, suhu tubuh masih belum mantap. Dalam masa inisuhu
tubuhnya masih mudah dipengaruhi oleh lingkungan,pada usia dewasa suhu tubuh
lebih mantap, dan pada usia lanjut suhu tubuh akan lebih rendah sehubungan dengan
laju metabolisme pada golongan umur.
3. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi dari suhu tubuh
wanita. Disamping itu juga suhu wanita juga dipengaruhi oleh siklus menstruasi.
Pada waktuterjadi ovulasi suhu menurun 0,2˚C sedangkan setelah haid suhu tubuh
naik 0,1˚C-0,6˚C.

4. Gizi
Pada keadaan kurang gizi atau puasa, suhu tubuh lebih rendah.
5. Kerja jasmani
Sesudah kerja jasmani (olahraga) suhu tubuh akan naik. Hasil salah satu penelitian
menunjukkan suhu rektum naik 41˚C setelah lari maraton.
6. Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu didalam tubuh, serta akibatnya
pada metabolisme. Udara lingkungan yang lembab yang menyebabkan hambatan
pada penguapan keringat akan meningkatkan suhu tubuh.
D. Masalah Yang Muncul Dan Kriteria
1. Hipertermia
Yaitu suhu tubuh inti diatas kisaran normaldiurnal karena kegagalan termoregulasi.
2. Hipotermia
Yaitu suhu tubuh inti dibawah kisaran normaldiurnal karena kegagalan
termoregulasi.
3. Ketidakefektifan termoregulasi
Yaitu fluktuasi suhu diantara hipertermia dan hipotermia.
E. Penatalaksanaan
1. Suhu inti untuk menggambarkan suhu organ-organ dalam
2. Suhu perifer mencerminkan suhu kulit dan jaringan subkutan
3. Suhu tubuh rata-rata dapat dihitung secara kasar dengan rumus suhu rata-rata= 0,7
suhu inti +0,3 suhu perifer
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendapatkan gambaran suhu tubuh dilakukan pengukuran yang dapat dipilih:
1. Suhu ketiak
Pengukuran suhu ketiak dilakukan dengan cara meletakkan termometer ke ketiak
selama 5 menit, lengan atas didekapkan erat-erat kebadan, jangan lupa ketiak harus
dikeringkan terlebih dahulu. Suhu ketiak biasanya 0,2˚-0,4˚C lebih rendah dari suhu
mulut 0,5˚-1˚C di bawah suhu rektum.
2. Suhu mulut
Pengukuran suhu mulut dilakukan dengan cara meletakkan termometer dibawah
lidah dengan mulut tertutup. Makanan, minuman, merokok mudah mempengaruhi
suhu mulut, sehingga dapat mengecoh suhu tubuh. Suhu mulut biasanya 0,3˚-0,5˚C di
bawah suhu rektum.
3. Suhu rektum
Hu rektum dilakukan dengan cara memasukkan termometer sedalam 5-6cm, sehingga
yang diukur benar-benar suhu didalam rektum. Suhu rektum lebih dapat lebih
dipercaya sebagai ukuran suhu dibandingkan suhu ketiak dan suhu mulut, namun
demikian suhu rektum jarang dilakukan karena dianggap kurang etis.
G. Konsep Map

Hipertermia (D.0130) Intervensi :

 Aktivitas berlebihan  Identifikasi penyebab


 Dehidrasi hipertermia
 Pakaian yang tidak  Monitor suhu tubuh
sesuai  Monitor komplikasi
 Peningkatan laju akibat hipertermia
metabolisme  Monitor keluaran
 Terpapar lingkungan urine Terapeutik
panas  Ciptakan lingkungan
 Proses penyakit yang nyaman
 Suhu lingkungan  lakukan pendinginan
tinggi eksternal  ganti
 Trauma linen setiap hari atau
lebih sering jika
mengalami
hiperhidrosis Edukasi
 Ajarkan pemberian

Prioritas masalah kesehatan :


termoregulasi
Risiko termoregulasi tidak efektif Hipotermia (D.0130) Termoregulasi tidak efektif
(D0148) (D0149)
 Agens farmaseutikal
 Proses infeksi  Berat badan ekstrem  Fluktuasi suhu
 Aktivitas yang berlebihan  Ekonomi rendah lingkungan
 Dehidrasi  Kerusakan hipotalamus  Penyakit
 Gangguan yang  Konsumsi alkohol  Trauma
mempengaruhi regulasi  Kurang pengetahuan  Usia yang ekstrem
suhu pemberi asuhan tentang
 Pakaian yang tidak sesuai pencegahan hipotermia
untuk suhu lingkungan  Kurang suplai lemak
 Peningkatan area subkutan
permukaan tubuh  Lingkungan bersuhu
terhadap rasio berat rendah Intervensi :
badan  Malnutrisi
 Peningkatan kebutuhan  Pemakaian pakaian yang  Monitor tekanan
oksigen tidak adekuat darah, nadi, suhu,
 Perubahan laju  Penurunan laju dan status
metabolism metabolisme pernafasan dengan
 Sedasi  Terapi radiasi tepat
 Sepsis  Tidak beraktivitas  Monitor dan
 Suhu lingkungan ekstrem  Transfer panas (mis., laporkan tanda dan
 Suplai lemak subkutan konduksi, konveksi, gejala hipotermia
tidak. Memadai evaporasi, radiasi) dan hipertermia
 Termogenesis non-  Trauma  Monitor irama dan
mengigil yang tidak  Usia ekstrem laju pernafasan
efisien  Monitor suara paru
 Tidak beraktivitas  Monitor pola
 Usia ekstrem pernapasan
abnormal
 Monitor warna
kulit, suhu,
kelembaban
Intervensi :  Monitor sianosis
sentral dan perifer
 Monitor suhu pasien, menggunakan alat pengukur
dan rute yang paling tepat
 Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
 Bebaskan pasien dari pakaian yang dingin dan
basah
 Dorong pasien yang mengalami hipotermia
uncomplicated untuk mengkonsumsi cairan
hangat, tinggi karbohidrat tanpa alkohol atau
kafein
 Berikan pemanas yang pasif (misalnya selimut,
pakaian hangat, tutup kepala)
 Berikan pengobatan dengan hati-hati
 Monitor adanya gejala-gejala yang berhubungan
dengan hipotermia ringan
 Monitor adanya syok pemanasan kembali
 Monitor warna kulit dan suhu kulit
Intervensi :

 Monitor suhu setiap 2


jam, sesuai kebutuhan
 Monitor tekanan darah,
nadi dan respirasi
 Monitor suhu dan warna
kulit
 Monitor dan laporkan
adanya tanda dan gejala
dari hipotermia dan
hipertermia
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi adekuat
 Instruksikan pasien
bagaimana mencegah
keluarnya panas dan
serangan panas
 Diskusikan pentingnya
termoregulasi dan
kemungkinan efek
negatif dari demam yang
berlebihan
 Informasikan pasien
mengenai indikasi
adanya kelelahan akibat
panas dan penanganan
emergensi yang tepat
 Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien
 Berikan medikasi yang
tepat untuk mencegah
dan mengontrol
menggigil

Berikan pengobatan antipiretik,


sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin,H.2016.Anatomi fisiologi:kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan dan


kebidanan.Jakarta:ECG
Herdman, T.Heater.2018.Nanda-i diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi.Jakarta:ECG

Anda mungkin juga menyukai