Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH :
Avent Lino Rido Putra Sahu
(011191104)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019/2021
A. Anatomi Fisiologi
1) Keseimbangan cairan
Dalam tubuh yang sehat 60% dari berat badan terdiri dari air. Air terdapat
dalam dua komponen (cairan intraseluler dan cairan ekstraselular).
Ekstraselular dibagi menjadi dua yaitu intertisial intravascular.
Dari sejumlah cairan dalam tubuh 2/3 berada dalam intraselular 1/3
ekstraselular (interstisial 65%, intravascular 35%).
2) Keseimbangan elektrolit
Fungsi elektrolit meliputi:
a) Membantu dalsm perpindahan cairan cairan antara ruangan dalam sel
dan di luar sel terutama dengan adanya natrium.
b) Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH dengan
adanya system buffer.
c) Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka
akan terjadi perpindahan yang menghasilkan implus-implus saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.
3) Pengaturan faal cairan dan elektrolit
Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya memepertahankan
konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga untuk volume
caoiran tubuh total. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah
akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk
dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar system organ. System
organ banyak yang bdrperan adalah ginjal, system kardiovaskuler, kelenjar
hipofisis, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru
4) System cairan tubuh khusus
Beberapa system cairan tubuh khusus di dalam tubuh melaksanakan fungsi
khusus untuk tubuh yang bersangkutan. System cairan ini mempunyai sifat-
sifat yang mirip satu sam yang lain dan sifat cairan interstisial.
1. Cairan serebrospinalis, mengisi seluruh ruanagan yang melingkungi otak
dan medulla spoinalis, mempunyai volume kira-kira 1.650 ml dan kira-kira
150 ml dari volume ini terisi oleh cairan serebrospinalis.
2. Cairan intraocular. Mata berisi intraocular. Cairan ini dapat di bagi dua:
a. Akuesus humor yang terdapat di depan dan di samping lensa,
merupakan cairan yang bergerak bebas. Zat ini berdifusi dengan
perlahan di dalam vitreus humor tetapi hanya sedikt aliran cairan.
b. Vitreus humor adalah cairan yang terletak di antara lensa dan retina.

Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna coklat agak
kemerahan yang terdapat di kedua sisi kolumna veterbal posterior terhadap peritonium dan
terletak pada otot punggung bagian dalam. Gijal terbentang dan veterba torakalis kedua belas
sampai vetebra lumbalis ketiga. Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 sampai 2
cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hati, setiap ginjal secara khas berukuran 12 cm X
7 cm memiliki berat 120 sampai 150 gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak di kutub superior
setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan secara langsung dengan proses eliminasi urine. Setiap
ginjal dilapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan dikelilingi oleh lapisan lemak.
Produk buangan (limbah) dari hasil metabolisme yang terkumpul di dalam darah difiltrasi
di ginjal. Darah sampai ke setiap ginjal melalui arteri renalis (ginjal) yang merupakan
percabangan dari aorta abdominalis. Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum. Sekitar
20% sampai 25% curah jantung bersikulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap ginjal berisi 1
juta nefron. Nefron yang merupakan unit fungsional ginjal, membentuk urine. Nefron
tersusun atas glomerolus, kapsula bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa henle, tubulus
distal, dan dukus pengumpul.
Darah masuk nefron melalui arteriola aferen. Sekelompok pembuluh darah ini membentuk
jaringan kapiler glomerulus, yang merupakan tempat pertama filtrasi darah dan tempat awal
pembentukan urine,. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air
dan subtansi, seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin, dan elektrolit-elektrolit utama
kedalam kapsula bownman. Dalam kondisi normal, protein yang berukuran besar
(proteinuria), maka ini merupakan tanda adanya cedera glomerulus. Glomerulus memfiltrasi
sekitar 125 ml filtrat per menit. Pada awalnya jumlah filtrat mendekati jumlah plasma darah
dikurangi protein yang berukuran besar.
Tidak semua filtrat glomeruus dieksresi sebagai urine. Setelah filtrat meninggalkan
glomerulus, filtrat masuk ke sistem tubulus dan duktus pengumpul, yang merupakan tempat
air dan subtasi, seperti glukosa, asam amino, asam urat, dan io-ion natrium serta kalium
diabsorbsi ke dalam plasma secara selektif. subtansi yang lain seperti ion hidrogen, kalium
(disertai aldosteron), dan amonia disekresikan kembali ke tubulus, tempat hilangnya substansi
tersebut dalam urine. . sekitar 99% filtrat diabsorbsi ke dalam plasma, dengan 1 % sisanya
dieksresikan sebagai urine. Ginjal bertanggung jawab untuk mempertahankan volume normal
SDM. Ginjal memproduksi eritropoetin, sebuah hormon yang terutama dilepaskan dari sel-sel
glomerulus khusus, yang dapat merasakan adnaya penurunan oksigenasi sel darah merah
(hipoksia lokal). Setelah dilepaskan ginjal fungsi eritropoetin di dalam sumsum tulang adalah
untuk menstimulasi eritrosis dengan merubah sel induk tertentu menjadi eritroblas.
1. Ureter
Urine meninggalkan tubulus dan memasuki duktus pengumpul yang menstranspor urine
ke pelvis renalis. Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar
pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25
sampai 30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada posisi
retropoteneum yang memasuki kandung kemih di dalam orgam panggul (pelvis) pada
sambungan ureterovesikalis. Urine yang keluar dari ureter ke kandung kemih umumnya
steril.
2. Kandung kemih
Suatu organ cekung yan dapat berdistensi dan tersusun atas jaringan otot serta merupakan
wadah tempat urune dan merupakan organ eksresi. Apabila kosong, kandung kemih berada di
dalam rongga pangguk di belakang simfisis pubis. Pada pria, kadung kemih berada saat ia
terisi dengan urine,. Dinding kandunng kemih dapat mengembang. Tekanan didalam kandung
kemih biasanya tendah, bhakan saat sebagian kandung kemih penuh, suatu faktor yang
melindungi kandung kemih dari infeksi. Kandung kemih dapat menampung sekitar 600 ml
urie, walaupun pengeluaran urine normal sekitar 300 ml.
3. Uretra
Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui meatus
uretra. Dalam kondisi normal, aliran urine yang mengalami turbulansi membuat urine bebas
dari bakteri. Membran mukosa melapisi uretra, dan kelenjar uretra mensekresi lendir ke
dalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat bakteri bakteriostatis dan membentuk plak
mukosa untuk mencegah masuknya bakter. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi uretra.
Cara kerja perkemihan
Beberapa struktur otak yang mempengaruhi fungsi kandung kemih meliputi korteks serebal,
thalamus, hipotalamus, dan batang otak. Secara bersaama-sama struktur otak ini menekan
kontraksi otot dekstruksor kandung kemih sampai individu berkemih. Dua di pons yang
mengatur mikturusu, yaitu : pusat M mengaktifkan reflek otot detruksor dan pusat L
mengkoordinasi tonus otot pada dasar panggul. Pada saat berkemih, respons yang terjadi
ialah kontraksi kandung kemih dan relaksasi otot pada dasar panggul yang terkondisi.
Kandung kemih dalam kondisi normal dapat menampung 600 ml urine. Namun, keinginan
untuk berkemih dapat dirasakan pada saat kandung kemih terisi urine dalam jumlah yang
lebih kecil (150 sampai 200 ml pada orang dewasa dan 50 samapai 200 ml pada anak kecil),
seiring dengan peningkatan volume urine, dinding kandung kemih meregang, mengirim
implus-implus sensorik ke pusat miktrurisi di medulla spinalis pars sakralis. Implus saraf
parasimpatis dari pusat mikturisi sampai ke pons dan korteks serebal. Kemudian individu
akan menyadari keinginannya untuk berkemih.
GastroIntestinal
Pencernaan adalah pemecahan makanan secara mekanik dan kimiawi menjadi bentuk
yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh sel tubuh kita. Organ gastrointestinal
(saluran pencernaan) membentang dari mulut ke anus. Organ ini adalah mulut, faring,
esofagus (kerongkongan), lambung, usus kecil, usus besar, dan lubang anus. Organ aksesori
meliputi gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kantung empedu, dan pankreas.
Makanan mengalami tiga proses dalam tubuh, yaitu pencernaan, absorpsi, dan
metabolism. Pencernaan dan arbsorpsi terjadi dalam saluran pencernaan. Setelah nutrisi
diserap makan mereka tersedia bagi semu sel dalam tubuh kita dan digunakan oleh sel untuk
metabolisme.
1. RONGGA ORAL DAN ESOFAGUS
a. Rongga oral (Mulut)
jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ eksesori yang berfungsi
dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) terletak di antara gigi
dan, bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di
bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan
orofaring di bagian belakang.
b. Kelenjar saliva
Mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan encer yang
mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus. Ada tiga pasang
kelenjar saliva:
1) Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, terletak agak ke bawah dan di
depan telinga dan membuka melalui duktus parotid (Stensen) menuju suatu
elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada
kedua sisi.
2) Kelenjar submaksilar (submandibular) kurang lebih sebesar kacang kenari dan
terletak di permukaan dalam pada mandibula serta membuka melalui duktus
Wharton menuju ke dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingua.
3) Kelenjar sublingual terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus
sublingual kecil menuju ke dasar mulut.
c. Esofagus
Esofagus adalah tabung sepanjang 25 cm (10 inci) yang dimulai dari
laringofaring dan turun di belakang trakea melalui mediastinum (rongga di antara
paru-paru). Kemudian makanan melewati diafragma ke sebuah lubang yang
disebut hiatus esofageal dan berhubungan dengan lambung. Makanan didorong ke
esofagus menuju lambung secara peristalsis. Dua otot lingkar (sfingter), otot
lingkar esofagus atas di bagian atas esofagus dan otot lingkar kardia (otot lingkar
esofagus bawah) di dasar esofagus, mengendalikan pergerakan makanan ke dalam
dan ke luar esophagus.
d. Lambung
Organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di
bawah diafrgma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil,terletak pada bagian kiri
garis tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke individu lain.
Regia-regia lambung terdiri dari bagian kardia, fundus, bodi organ, dan bagian
pilorus.
1) Bagian kardia lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan
lambung (pertemuan gastroesofagus).
2) Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus.
3) Bodi lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus, yang
membentuk dua pertiga bagian lambung. Tepi medial bodi lambung yang
konkaf disebut kurvatur kecil; tetapi lateral bodi lambung yang konveks
disebut kurvatur besar.
4) Bagian pilorus lambung yang menyempit di ujung bawah lambung dan
membuka ke duodenum. Antrum pilorus mengarah ke mulut pilorus yang
dikelilingi sfingter pilorus muskular tebal.
e. Usus halus
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter
pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar.
Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat
bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna
berelaksasi.
1) Duodenum adalah bagian yng terpendek (25 cm - 30 cm). Duktus empedu
dan duktus pankreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum
beberapa sentimeter di bawah mulut pilorus.
2) Yeyenum adalah bagian yang selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1 m - 1,5
m.
3) Ileum (2 m - 2,5 meter) merentang sampai menyatu dengan usus besar.
Motilitas Gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk
pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak
dengan sel absorptif, dan mendorong zat sisa memasuki usus besar.
Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara refleks dikendalikan oleh
sistem saraf otonom, yaitu :
1) Segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama. Segmentasi
mencampur kimus dengan cairan pencernaan dan memaparkannya ke
permukaan absorptif. Gerakan ini adalah gerakan kontriksi dan relaksasi
yang bergantian dari cincin-cincin otot dinding yang membagi isi menjadi
segmen-segmen dan mendorong kimus bergerak maju-mundur dari satu
segmen yang relaks ke segmen lain.
2) Peristaltis adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular.
Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang menggerakkan kimus ke arah
bawah di sepanjang saluran.
1. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar terelogasi berukuran besar dibalik kurvatur
besar lambung. Sel-sel endokrin (pulau-pulau Langerhans) pankreas
mensekresi hormone insulin dan glukogen. Sel-sel eksokrin (asinar)
mensekresi enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung ion
bikarbonat dalam konsentrasi tinggi.
2. Hati dan Kantong Empedu
Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan empedu
yang kemudian dibawah ke usus kecil untuk mengemulsikan lema.
Emulsifikasi adalah pemecahan gumpalan lemak menjadi tetesan lemak yang
lebih kecil, yang menambah daerah permukaan dimana enzim pencernaan
lemak (lipase) dapat bekerja. Karena empedu secara kimiawi tidak mengubah
apa – apa , emepdu bukan merupakab enzim. Empedu juga bersifat basa dan
berfungsi menetralkan HCl di dalam kimus.
f. Usus besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar, sebagian besar
nutrien telah dicerna dan diabsorpsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak
tercerna. Makanan biasa memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh
ujung saluran pencernaan yang satu ke ujung lainnya: 2 sampai 6 jam di lambung,
6 sampai 8 jam di usus halus, dan sisa waktunya berada di usus besar.
Integumen
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap
infeksi bakteri, virus, dan jamur. Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan yaitu
kulit ari (epidermis) dan kulit jangat (dermis atau kutis). Kedua lapisan ini
berhubungan dengan lapisan yang ada dibawahnya dengan perantara jaringan ikat
bawah kulit (hipodermis atau subkutis). Dermis atau kulit mempunyai alat tambahan
atau pelengkap kulit yang terdiri dari rambut dan kuku. Lapisan kulit terdiri dari :
a) Epidermis
Epidermis adalah lapisan paling luar yang terdiri dari lapisan epitel
gepeng unsur utamanya adalah sel sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit.
1) Stratum korneum : Lapisan tanduk hampir tidak mengandung air karena
adanya penguapan air, elastisnya kecil dan sangat efektif untuk
pencegahan penguapan air dari lapisan yang lebih dalam.
2) Stratum granulosum: Lapisan ini menghalangi masuknya benda asing,
kuman, dan bahan kimia kedalam tubuh.
3) Stratum spinosum : Lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari
luar, sehingga harus tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti kulit dan pangkal
telapak kaki.
4) Stratum malfighi : unsur-unsur lapis tajuk yang mempunyai susunan
kimia yang khas, inti bagian berasal lapis tajuk mengandung kolesterol
dan asam amino. Stratum malfighi dilapisan terdalam di epidermis
berbatasan dengan dermis di bawah, terdiri dari selapis sel berbentuk
kubus (batang).
b) Dermis
Batas dermis (kulit jangat) yang ditemukan karena menyatuh dengan
lapisan subkutis ( hipodermis) ketebalannya antara 0,5-3 mm. Beberapa kali
lebih tebal dari epidermis dibentuk dari komponen jaringan pengikat. Derivat
(turunan) dermis teridiri dari bulu, kelenjar minyak, kelenjar lendir, dan
kelenjar keringat yang membenam jauh kedalam dermis.
c) Hipodermis
Lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri dari jaringan
pengikat longgar . komponenya serat longgar, elastis, dan sel lemak. Pada
lapisan adiposa terdapat susunan lapisan subkutan yang menentukan
mobilitas kulit di atasnya.
B. Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,
cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan
sekresi saluran cerna.

C. Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit


1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-
anak  juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal
mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orangdewasa. Kehilangan   cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan.   Pada lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering
disebabkan oleh  masalah jantung atau gangguan ginjal.
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam
tubuh. Hal ini  mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain
itu,kehilangan cairan yang tidak   disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas   tidak   akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam   situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak disadari
(insensible water loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi
oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di
lingkungan yang bersuhu tinggi atau didaerah deangan kelembaban yang rendah akan
lebih sering mengalami   kehilangan  cairandan elektrolit. Demikian pula  pada orang
yang bekerja berat di  lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan
sebanyak lima litersehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada
ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa  berada di lingkungan  panas
dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan    maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih  dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormon
antidiuritik yang dapat mengurangi produksi urin.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar
sel   atau jaringan yang rusak (mis. luka robek, atau luka bakar). Pasien yang
menderita    diare  juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal
juga  dapat   menyebabkan      ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan
melakukan   penimbunan   cairan   dan   natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
kelebihan beban cairan (hipervelomia).      Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urin akan   dikeluarkan dalam jumlah yang

D. Gangguan yang muncul


1. Gangguan cairan
Kekurangan atau kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh
atau hilang dalam proposi yang sama. Sebaliknya, ketidakseimbangan osmolaritas
adalah kehilangan atau kelebihan air saja sehingga sentrasi (osmolalitas) serum
dipengaruhi.
a. Ketidakseimbangan elektronik
Kekurangan volume cairan terjadisaat air dan elektrolit yang hilang berada di
dalam proposi elektronik. Kadar elektronik dalam serum tetap tidak berubah,
kecuali jika terjadi ketidakseimbangan lain. Penyebab lain meliputi perdarahan,
pemberian obat-obatan diuretik, keringat yang banyak, demam, dan penurunan
asupan pencernaan per oral. Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium
dipertahankan dalam proposi isotonik sehingga menyebabkanhipervolemia tanpa
disertai perubahan kadar elektrolit serum.
b. Sindrom ruang-ketiga
Klien akan mengalami efek kekurangan volume cairan ekstrasel/ ii terjadi ketika
cairan ekstrasel berpindah kedalam suatu ruangan tubuh sehingga cairan tersebut
terperangkap di dalamnya.
c. Ketidakseimbangan Osmolar
Terjadi jika ada kehilanagn air tanpa disertai kehilanagn elektrolit yang
proposional, terutama natrium, atau jika terdapat peningkatan subtansi yang
diperoleh melalui osmosis aktif. Menyebabkan kadar natrium serum dan
osmolalitas serta dehidrasi intra sel meningkat.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
a. Ketidakseimbangan natrium
Hiponatremia suatu kondisi dengan nilai konsentrasi di dalam darah lebih
rendah dari normal. Terjadi saat kehilangan total natrium atau kelebihan total air.
Biasanya hiponatremia menyebabkan penurunanan osmolalitas plasma dan cairan
ekstrasel. Ketika terjadi hipernatremia tubuh berupaya mempertahankan air
sebanyak mungkin melalui reabsorbsi air di ginjal.
b. Ketidakseimbangn kalsium
Hipokalsemia penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan kalsium
yang terionisasi serta dapat menyebabkan penyakit. Gejala dari penyakit pokok
menyebabkan resopsi berlebihan disertai pelepasan kalsium.
c. Ketidakseimbangan magnesium
Hipomagnesinemia terjadi konsentrasi seru turun sampai dibawah 1,5 mEq.L.
gejala mirip hipokalsemia.
d. Ketidakseimbangan klorida
Hipokloremia terjadi kadr klorida serum turun samapai dibawah 100 mEq/L.
Muntah atau drainase nasogastrik yang berlebihan dan lama dapat menyababkan
hipoklemia.
3. Ketidakseimbanagn asam basa
a. Asidosis respiratorik
Ditandai peningkatan konsentrasi karbodioksida, kelebihan asam karbonat, dan
peningkatan konsentrasi ion hidrogen. Hipoksemia terjadi karena depresi
pernapasan, menyebabkan kerusakan neurologis yang lebih jauh.
b. Alkalis respiratorik
Ditandai penurunan PaCO2 dan penurunan konsentrasi ion hidrogen. Respiratory
dimulai di luar sistem pernapasan.
c. asidosis metabolik
peningkatan konsentrasi ion hidrogen di dalam cairan ekstrasel, disebabkan
peningktan kadar ion.
E. Penataksanaan
1. Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut / beras
2. Pengkajian masalah yang berat, bunyi nafas dan warna kulit
3. Imobilisasi cairan dengan memposisikan pada posisi supine
4. Menghentikan infus bila pemberian Na cairan berlebihan
5. Frekuensi pemberian cairan didasarkan keparahan , kekurangan, dan respon
kemodinamik pasien terhadap penggantian cairan
6. Pemberian diuretik jika pembatasan diet natrium tidak cukup untuk mengurangi
edema dengan mencegah reabsorbsi natrium dan air oleh ginjal.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk pemeriksaan cairan dan elektrolit

a. Elektrolit serum
Yang sering adalah natrium , kalium , klorida dan ion bikarbonat .
perhitungan kebutuhan cairan dengan menggunakan Na + adl : Air yang
hilang :
Na +¿ Serum terukur−142
0,6 x BB x Na + serum krukur - 142 ¿
Na +¿serum terukur ¿
b. Hidung darah
Hematokrit (H+) menggambar presentase total darah dengan sel darah
merah . nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi/ hipovolemia
cenderung meningkat . normal Ht adalah pada laki-laki : 40-54 % wanita:
37-47 %
c. Osmolalitas
Indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut dalam serum dan
urine . biasanya dinyatakan dalam m0sm/kg .
d. PH urine
Tingkat keasaman urine , ph urine normal : 4,6 -8 pada kondisi asidosis
metabolik .
e. Berat jenis urine
Indikator gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit , walaupun
hasilnya kurang realibel Nilai BJ urine normal : 1,005 – 1,020
f. Kadar kreatin darah
Bermanfaaat untuk mengukur fungsi ginjal .
G. konsep map asuhan keperawatan

Kelebihan volume cairan . Electrolit and acid Fluid Management


base balance 1. Pertahankan catatan
Indikator : intake dan output
1) Serum yang akurat
albumin, 2. Pasang urin kateter
kreatinin, jika diperlukan
hematokrit, 3. Monitor hasil Hb
Blood Urea yang sesuai dengan
Nitrogen (BUN), retensi cairan
dalam (BUN, Hmt,
rentang normal osmolaritas urin)
2) pH urine, 4. Monitor vital sign
urine sodium, 5. Monitor indikasi
urine retensi / kelebihan
creatinin,urine cairan
osmolarity, 6. Kaji luas dan lokasi
dalam rentang edema
normal 7. Monitor
3) tidak masukan makanan /
terjadi kelemahan cairan dan hitung
otot intake kalori
4) tidak terjadi 8. Monitor status
disritmia nutrisi
Fluid balance 9. Kolaborasi
Indikator : pemberian
1) Tidak diuretikssuai
terjadi asites interuksi
2) Ekstremitas tidak 10.Kolaborasikan
edema dokter jika tanda
3) Tidak terjadi cairan berlebih
distensi vena muncul memburuk
jugularis Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminasi
2. Tentukan
kemungkinan
faktor resiko dari
ketidakseimbangan
cairan
3. Monitor berat badan
4. Monitor TD, HR dan
RR
5. Monitor tekanan
darah orthostastik
dan perubahan
irama jantung
6. Monitor
parameter
hemodinamik
infasif
7. Catat secara akurat
intake dan output
8. Monitor tanda dan
gejala oedema
9. Beri cairan sesuai
keprluan
9. Kolaborasi dalam
pemberian obat
yang dapat
meningkatkan
output urin
Diagnosa keperawatan Noc Nic
Ketidakseimbangan Keseimbangan Manajemen
elektrolit dan Asam Elektrolit/Cairan
cairan dan elektrolit
Basa 1. Pantau kadar serum
Indikator : elektrolit
1. Serum albumin, yang abnormal, seperti
kreatinin, yang tersedia
hematokrit, Blood 2. Monitor peeubahan
Urea status paru atau jantung
Nitrogen (BUN), yang menunjukkan
dalam rentang kelebihan cairan atau
normal dehidrasi
2. Tidak terjadi 3. Timbang berat badan
kelemahan otot, harian dan pantau
kram otot dan gejala
kram perut 4. Monitor hasil
3. Tidak terjadi laboraturium yang
relevan dengan
disritmia
keseimbangan cairan
4. Tidak terjadi 5. Jaga
pencatatan
gangguan kesadaran
intake/asupan
dan output yang akurat.
5. Batasi cairan yang
sesuai
6. Monitor tanda-tanda
vital yang sesuai
6. Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda dan gejala
ketidakseimbangan
cairan
dan/atau elektrolit yang
menetap atau
memburuk
7. Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai
alasan
untuk
8. pembatasan cairan,
tindakan hidrasi, atau
administrasi elektrolit
tambahan, seperti yang
ditunjukkan.
Diagnosa keperawatan Noc Nic
Resiko kerusakan Tissue integrity : Skin and Pressure Management
Mucous Membranes 1. Anjurkan pasien untuk
integritas
Indikator : menggunakan
1) Integritas kulit yang pakaianyang longgar
baik bisa dipertahankan 2. Hindari kerutan pada
( sensasi, elastic sitas, tempat tidur
temperature, hidrasi, 3. Jaga kebersihan kulit
pigmentasi ) agar tetap bersih dan
2) Tidak ada luka / lesi kering
pada kulit 4. Mobilisasi pasien (ubah
3) Perfusi jaringan baik posisi pasien setiap dua
4) Menunjukkan jam sekali)
pemahaman dalam 5. Monitor kulit akan danya
proses kemerahan
perbaikan kulit dan 6. Oleskan lotion atau
mencegah terjadinya minyak baby/baby oil
cedera berulang pada daerah yang
5) Mampu melindungi tertekan
kulit dan 7. Monitor aktivitas dan
mempertahankan mobilisasi pasien
kelembaban kulit dan 8. Monitor status nutrisi
perawatan alami pasien
9. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat

Kesiapan peningkatan Resiko ketidakseimbangan cairan


keseimbangan cairan 0025 0036

-Mengekspresikan keinginan untuk -Prosedur pembedahan mayor


meningkatkan keseimbangan cairan
-Trauma/perdarahan
-Membrane mukosa lembab
-Luka bakar
-Asupan makanan dan cairan
-Aferetis
adekuat
-Asites
-Turgor jaringan baik
KEBUTUHAN DASAR
CAIRAN ELEKTROLIT
Intervensi : Intervensi : Manajemen
Prioritas Masalah
-Monitor berat badan Hypovalemi cairan
-Monitor elastisitas atau tugor -Monitor status bidrasi
-Monitor BB harian
kulit Risiko -Cairan intake-output dan
-Monitor jumlah, warna, dan Ketidakseimbangan
Elektrolit 0037 hitung balance cairan 24 jam
berat jenis urine -Berikan asupan cairan sesuai
-Ketidakseimbangan
-Monitor intake –output cairan (mis.dehidrasi) Kebutuhan

-Kelebihan volume -Berikan cairan IV k/p


cairan
cairan -Kolaborasi pemberian
-Identifikasi factor resiko
-Gangguan mekanisme deuretik
Ketidakseimbangan cairan regulasi
-Efek samping prosedur
(pembedahan)
-Diare
-Muntah
-Disfungsi ginjal
-Disfungsi regulasi
endokrin
Intervensi : Manajemen
elektrolit
-Indentifikasi tanda dan gejala
Ketidakseimbangan kadar
elektrolit
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin,H.2016.Anatomi fisiologi:kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan dan
kebidanan.Jakarta:ECG
Herdman, T.Heater.2018.Nanda-i diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi.Jakarta:ECG
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M.2006.Patofisiologi: konsep klinis, proses
penyakit.Jakarta:ECG

Anda mungkin juga menyukai