Anda di halaman 1dari 10

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT JIWA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing : Indari, M.Kep

Disusun Oleh:

Luthfiatul Mufidah

NIM.191094

2B Keperawatan

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr SOEPRAOEN

Jl. S. Supriadi No. 22 Sukun, Kec. Sukun, Malang

Jawa Timur
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa bisa dikatakan sebagai suatu kondisi sehat baik emosional, psikologis,
dan juga sosial yang ditunjukkan dalam hubungan interpersonal yang memuaskan antara
individu dengan individu lainnya, memiliki koping yang efektif, konsep diri positif dan emosi
yang stabil (Videbeck, 2010). Kesehatan jiwa seseorang dipengaruhi oleh keseimbangan dan
ketidakseimbangan antar sistem. Sistem tersebut berfungsi sebagai salah satu kesatuan yang
holistik dan bukan semata-mata merupakan penjumlahan elemen-elemenya.
Sehinggakesehatan jiwa merupakan kondisi seseorang yang merasa sehat dan bahagia, mampu
menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri
dan orang lain. (Mangindaan, 2010).
Tidak berkembangnya koping individu secara baik dapat menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa pada seseorang. Menurut Purnama, Yani, &Titin (2016) mengatakan gangguan
jiwa adalah seseorang yang terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya
secara normal. Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku
akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.
Sedangkan menurut Nasir & Muhith (2011), mengatakan bahwa gangguan jiwa adalah keadaan
adanya gangguan pada fungsi kejiwaan, fungsi kejiwaan meliputi proses berpikir, emosi,
kemauan dan perilaku psikotomotor, termasuk bicara. Seseorang mengalami gangguan jiwa
apabila ditemukan adanya gangguan pada fungsi mental yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,
perasaan, motivasi, kemauan, keinginan, daya tilik diri dan persepsi sehingga mengganggu
dalam proses hidup di masyarakat.
Laporan nasional menurut Kemenkes (2013) hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia 1,7%, artinya ada sekitar 1,7 kasus gangguan jiwa
berat di antara 1000 orang penduduk Indonesia. Sedangkan hasil Riskesdas (Kemenkes, 2018),
prevalensi gangguan jiwa berat menurut provinsi (per mil) sebanyak 6,7 per 1000 orang.
Artinya, dari 1.000 orang terdapat 6,7% yang mengidap gangguan jiwa berat.
Menurut Undang –Undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa pada pasal 8, salah satu upaya promotif dan preventif dalam penanganan kasus gangguan
jiwa adalah keterlibatan keluarga. Upaya promotif dilingkungan keluarga dilaksanakan dalam
bentuk pola asuh dan pola komunikasi dalam keluarga yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan jiwa yang sehat. Sedangkan untuk upaya preventif menurut pasal 13
dilaksanakan dalam bentuk pengembangan pola asuh yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan jiwa, komunikasi, informasi dan edukasi dalam keluarga dan kegiatan lain sesuai
dengan perkembangan masyarakat.
Upaya kesehatan jiwa tentunya tidak terlepas dari peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan berkolaborasi bersama keluarga dalam merawat
pasien. Keluarga merupakan lingkungan terdekat yangmempengaruhi kesembuhan pasien,
terutama dukungan keluarga selama di rumah sangat dibutuhkanagarpasien termotivasi untuk
sembuhdan tidak kambuh lagi. Peran perawat juga sangat dibutuhkan untuk melakukan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif
bagi pasien skizofreniabaik dirumah sakit maupun dirumah (Keliat, 2011).
Keluarga sebagai orang terdekat yang mendampingi pasien dan support sistem sangat
berperan agar pasien tetap dalam kondisi stabil setelah perawatan, sehingga keluarga perlu
mengetahui dan memehami tentang cara perawatan pasien dirumah. Oleh karena itu,
sebagaisatu indikatorkeluarga sehat adalahkeluarga harus mampu merawat pasien gangguan
jiwa. Salah satu pendidikan kesehatan keluarga dalam masalah gangguan jiwa adalah
pemberian informasi dasar, yang disebut dengan psikoedukasi keluarga (Videbeck, 2008).
Psikoeduasi keluarga merupakan salah satu bentuk dari program perawatan kesehatan
jiwa keluarga yang termasuk dari bagian terapi psikososial,dengan cara pemberian informasi,
edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Tujuan dari program psikoedukasi adalah
menambah pengetahuan tentang gangguan jiwa anggota keluarga sehingga diharapkan dapat
menurunkan angka kambuh dan meningkatkan fungsi keluarga. Penderita gangguan
jiwamembutuhkan lingkungan yang adekuat dalam proses pengobatannya dengan cara
meningkatkan pemahaman keluarga penderita risiko perilaku kekerasanmengenai gejala sakit,
memberikan dukungan dan dapat melakukan pemecahan masalah(Stuart & Laraia, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memfokuskan studi pustaka pengaruh
pemberian terapipsikoedukasi pada keluarga pasien dengan gangguan jiwa. Diharapkan dengan
psikoedukasi keluarga ini pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dapat
meningkat, dan keluarga menjadi faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan
pasienyang mengalami gangguan jiwa,sebagai pemberi perawatan lanjutan tidak mengalami
stress bahkan depresi karena kehadiran pasiendengan masalah gangguanjiwadalam keluarga.
Psikoedukasi keluarga adalah salah satu pengembangan dari terapi keluarga. Pengembangan ini
sebagai suatu metodeedukasi bagi keluarga dengan salah satu anggota keluarganya menderita
gangguan jiwa.Psikoedukasi keluarga ini bertujuan untuk memberikan informasi yang
diperlukan serta pelatihan dalam merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) (Bhattacharjee,
et al., 2011)
Terapi psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor
secara bermakna dalam merawat ODGJ, dengan memberikan intervensi yang sesuai dengan
tahapan pemberian terapi psikoedukasi keluarga.Terapi psikoedukasi keluarga dapat
meningkatkan kemampuan kognitif karena dalam terapi mengandung unsur untuk
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan teknik yang dapat
membantu keluarga untuk mengetahui gejala–gejala penyimpangan perilaku, serta peningkatan
dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri (Minddisorders, 2009)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

2.1 Konsep perawat jiwa


Konsep perawat jiwa meliputi definisi perawat kesehatan jiwa, peran perawat jiwa,
fungsi perawat jiwa.
2.1.1 Definisi perawat kesehatan Jiwa
Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerepkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan
diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya atau instrumennya.Keperawatan jiwa
merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang perilaku manusia, psikososial, bio-psik
dan teori-teori kepribadian, dimana penggunaan diri perawat itu sendiri secara
terapeutik sebagai alat atau instrumen yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan (Erlinafsiah, 2010)
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan pada
ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respon psiko-sosial yang maladapt if yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Sujono dan Teguh, 2009).
2.1.2 Peran perawat jiwa
Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifik
(Dalami, 2010). Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi
diantaranya adalah yang pertama yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan, yaitu
perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu,
keluarga dan komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep
perilaku manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta
gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
komunitas. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui
pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan
keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.
Peran perawat yang kedua yaitu sebagai pelaksana pendidikan keperawatan
yaitu perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan
komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan
anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat
bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa. Peran yang ketiga yaitu sebagai pengelola
keperawatan adalah perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung
jawab dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini
perawat diminta menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan, menggunakan
berbagai strategi perubahan yang diperlukan, berperan serta dalam aktifitas
pengelolaan kasus dan mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas
keperawatan.Peran perawat yang kekempat yaitu sebagai pelaksana penelitian yaitu
perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan menggunakan
hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

Pada setiap tingkatan pelayanan kesehatan jiwa, perawat mempunyai peranan


tertentu :

2.1.3 Peran perawat dalam prevensi primer

       a. Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.

    b. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan dan


pendidikan.

      c. Memberikan pendidikan dalam kondisi normal, pertumbuhan dan perkembangan


dan pendidikan seks.
      d. Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.

      e. Membantu pasien di Rumah Sakit Umum untuk menghindari masalah psikiatri.

   f. Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk


meningkatkan fungsi kelompok.

     g. Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengankesehatan jiwa.

2.1.4 Peran perawat dalam prevensi sekunder

 Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.


 Melakukan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.
 Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di Rumah Sakit umum.
 Menciptakan lingkungan terapeutik.
 Melakukan supervisi pasien yang mendapatkan pengobatan.
 Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
 Memberi konsultasi.
 Melaksanakan intervensi krisis.
 Memberikan psikoterapi pada individu, keluarga, dan kelompok pada semua usia.
 Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yang teridentifikasi masalah.

2.1.5 Peran perawat dalam prevensi tertier

 Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.


 Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari Rumah Sakit Jiwa
untuk memudahkan transisi dari Rumah Sakit Komunitas.
 Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada pasien.

2.1.6 Fungsi perawat jiwa


Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung
dan asuhan keperawatan secara tidak langsung (Erlinafsiah, 2010). Fungsi tersebut
dapat dicapai melalui aktifitas perawat jiwa, yaitu: pertama, memberikan lingkungan
terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
perasaan aman, nyaman baik fisik, mental,dan sosial sehingga dapat membantu
penyembuhan pasien. Kedua, bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now”
yaitu dalam membantu mengatasi segera dan tidak ditunda sehingga tidak terjadi
penumpukkan masalah. Ketiga, sebagai model peran yaitu perawat dalam memberikan
bantuan kepada pasien menggunakan diri sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku
yang ditampilkan oleh perawat.
Fungsi perawat yang keempat yaitu memperhatikan aspek fisik dari masalah
kesehatan klien merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal ini perawat perlu
memasukkan pengkajian biologis secra menyeluruh dalam evaluasi pasien jiwa untuk
mengidentifikasi adanya penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat diatasi dengan
cara yang tepat.
Kelima, memberikan pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien,
kleuarga dan komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, ciri-
ciri sehat jiwa, penyebab gangguan jiwa, ciri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas
keluarga, dan upaya perawatan pasien ganggua jiwa. Keenam, sebagai perantara sosial
yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga dan masyarakat
dalam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
Fungsi yang ketujuh adalah kolaborasi dengan tim lain adalah perawat
membantu pasien mengadakan kolaborasi dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter
jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja sosial, psikolog, dll.
Kedelapan, memimpin dan membantu tenaga perawatan adalah pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan jiwa didasarkan pada manajemen keperawatan
kesehatan jiwa. Kesembilan, menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan
kesehatan mental. Hal ini penting diketahui oleh perawat bahwa sumber-sumber yang
ada dimasyarakat perlu diidentifikasi untuk digunakan sebagai faktor pendukung dalam
mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada dimasyarakat.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keperawatan jiwa merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang perilaku manusia,
psikososial, bio-psik dan teori-teori kepribadian, dimana penggunaan diri perawat itu sendiri
secara terapeutik sebagai alat atau instrumen yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep perilaku manusia,
perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas. Perawat
melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan proses
keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan
tersebut.
Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan
asuhan keperawatan secara tidak langsung (Erlinafsiah, 2010). Fungsi tersebut dapat dicapai
melalui aktifitas perawat jiwa, yaitu: pertama, memberikan lingkungan terapeutik yaitu
lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberikan perasaan aman, nyaman
baik fisik, mental,dan sosial sehingga dapat membantu penyembuhan pasien.

3.2 SOLUSI
Demikian makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan ataupun
yang lainnya.saya sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44560/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2519/3/Chapter%201.pdf

Prabowo, 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : Universitas Diponegoro

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for Optimal Health,
Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA

Dalami E, 2010 Asuhan Keperawatan JiwaJakarta: Trans Info Media


 
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik Kepeawatan Jiwa, Jakarta: Trans Info Media
 

Anda mungkin juga menyukai